HUBUNGAN ANGKA LEUKOSIT DENGAN KEJADIAN CARDIAC EVENT PADA KLIEN INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG A5 UPJ RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat. Pola penyakit yang semula didomiasi penyakit-penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskuler secara cepat di negara maju dan negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN ANALISIS FAKTOR RISIKO GAGAL JANTUNG DI RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN TERHADAP PERILAKU MOBILISASI DINI PADA PASIEN AMI DI RUANG ICU RSUD UNGARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia sedang berkembang dan terus mencanangkan

I. PENDAHULUAN. berkembang. Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunya terdapat 10 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab. kematian terbesar diseluruh dunia terutama yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa

BAB 1 PENDAHULUAN. atau gabungan keduanya (Majid, 2007). Penyakit jantung dan pembuluh darah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan curah jantung merupakan suatu keadaan di mana pompa darah

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan pasien yang datang dengan Unstable Angina Pectoris. (UAP) atau dengan Acute Myocard Infark (AMI) baik dengan elevasi

BAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL ABSTRAK

1994. Selanjutnya melalui SK Menteri Kesehatan RI no. nomor 159A/Menkes/SK/2002 tertanggal 27 Desember 2002

Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : A.

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti riwayat keluarga, umur, jenis kelamin (Ditjen PP&PL Kemenkes

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tidak langsung dapat meningkatkan angka usia harapan hidup. Di tahun

HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR 2012

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

BAB 1 PENDAHULUAN. proses transportasi bahan-bahan energi tubuh, suplai oksigen dan kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. tersendiri bagi kesehatan jantung (Suharjo, 2009). Salah satunya adalah IMA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO), di tahun 2008 tercatat

Jurnal Kesehatan Kartika 7

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya IMANEST dapat disebabkan oleh rupturnya plak. (Liwang dan Wijaya, 2014; PERKI, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Jantung adalah salah satu organ vital manusia yang terletak di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi aorta dan cabang arteri yang berada di perifer terutama yang memperdarahi

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH BABAT KABUPATEN LAMONGAN

Jurnal Care Vol. 3, No. 3, Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. maju. Penyakit Jantung Koroner ini amat berbahaya karena yang terkena adalah organ

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Infark miokard adalah nekrosis miokardial yang berkepanjangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kajian epidemiologi menunjukkan bahwa ada berbagai kondisi yang. non modifiable yang merupakan konsekuensi genetik yang tak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penyakit kardiovaskuler pada tahun 1998 di Amerika Serikat. (data dari

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Smeltzer C. Suzanne, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri (Antman

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KATARAK DI INSTALASI RAWAT JALAN (POLI MATA) RUMAH SAKIT DR. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 1. Incidence Rate dan Case Fatality Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit Acute Myocardial Infarction (AMI) merupakan penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai bulan sesudah diagnosis (Kurnianda, 2009). kasus baru LMA di seluruh dunia (SEER, 2012).

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. darah, efek terhadap paru, kekebalan tubuh hingga sistem reproduksi. 1 Meski

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

Persutujuan Pembimbing. Jurnal

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam

BAB I PENDAHULUAN. dunia sebanyak 7,4 juta dan terus mengalami peningkatan (WHO, 2012). Hingga

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

Transkripsi:

HUBUNGAN ANGKA LEUKOSIT DENGAN KEJADIAN CARDIAC EVENT PADA KLIEN INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG A5 UPJ RSUP Dr. KARIADI SEMARANG S. Eko Ch. Purnomo, SKp, MKes 1, Heri Mei Wibowo 2. Abstrak Latar Belakang - Penelitian ini dilakukan di Ruang A5 UPJ RSUP Dr.Kariadi Semarang pada periode tahun 2009. Leukosit aktif jika terjadi suatu infeksi, peradangan dan invasi zat asing yang masuk dalam tubuh manusia. Peningkatan Leukosit merupakan petanda bahwa terjadi infark pada otot khususnya otot jantung. Tujuan - Bertujuan mengetahui hubungan angka leukosit dengan kejadian cardiac event pada Pasien miokard infark akut di Ruang A5 UPJ RSUP Dr.Kariadi Semarang pada periode Tahun 2009 Metode - Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif Deskiptif korelasional dengan menggunakan rancangan Retrospektif. Pengambilan sampel selama 1 tahun 2009. Pengumpulan data dilakukan dengan catat Rekam Medik. Hasil - Setelah dilakukan analisa data, korelasi leukosit tinggi berpengaruh terhadap tingginya kejadian gagal jantung pada pasien AMI Nilai rho 0,470 menunjukkan angka koerelasi positif dengan kekuatan sedang.korelasi antara leukosit dengan Aritmia Ventrikuler adalah bermakna Nilai rho 0,269 menunjukkan angka koerelasi positif dengan kekuatan lemah.korelasi antara leukosit Syok Kardiogenik adalah bermakna, Nilairho 0,55 menunjukkan angka koerelasi positif dengan kekuatan sedang. Korelasi antara leukosit dengan Kematian adalah bermakna, Nilai rho 0,35 kekuatan lemah. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini leukosit mempunyai korelasi mendukung terjadinya cardiac event pada pasien AMI meliputi kejadian Gagal Jantung, Aritmia Ventrikuler, Syok Kardiogenik dan Kematian di Ruang A5 UPJ RSUP Dr.Kariadi Semarang tahun 2009 dengan p value < 0,05 artinya kejadian cardiac event berhubungan dengan peningkatan angka leukosit. Kata kunci : Leukosit, Cardiac event, gagal jantung, syok kardiogenik, aritmia ventrikuler, kematian 1) : Dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang Jurusan Keperawatan 2) : Mahasiswa Prodi Diploma IV Keperawatan Kardiovaskuler Poltekkes Kemenkes Semarang PENDAHULUAN Dewasa ini penyakit jantung koroner menyumbang cukup banyak kasus kematian mendadak. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari 16,7 juta orang 29,2%, meninggal akibat PJK di seluruh dunia pada tahun 2003. ini diperkirakan meningkat hingga 11 juta orang pada tahun 2020 The American Heart Association memperkirakan bahwa lebih dari 6 juta penduduk Amerika, menderita penyakit jantung koroner (PJK) dan lebih dari 1 juta orang yang diperkirakan mengalami serangan infark miokardium setiap tahun. Kejadiannya lebih sering pada pria dengan umur antara 45 sampai 65 tahun, dan tidak ada perbedaan dengan wanita setelah umur 65 tahun. Penyakit jantung koroner juga merupakan penyebab kematian utama (20%) penduduk Amerika (Hiekari, Mainaky, 2007). Di Indonesia data lengkap PJK belum ada. Menurut Yahya (2005): Pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004. Di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan dari Rumah Sakit, kasus tertinggi Penyakit Jantung Koroner adalah di Kota Semarang yaitu sebesar 4.74 1

kasus (26,00%) dibanding dengan jumlah keseluruhan kasus Penyakit Jantung Koroner di kabupaten/kota lain di Jawa Tengah. Apabila dilihat berdasarkan jumlah Penyakit Tidak Menular (PTM) di tempat lain, tertinggi di Kabupaten Klaten adalah 3,2%. Sedangkan kasus tertinggi kedua adalah Kabupaten Banyumas yaitu sebesar 2.004 kasus (10,9%). Kasus ini paling sedikit dijumpai di Kabupaten Tegal yaitu 2 kasus (0,01%). Rata-rata kasus Jantung Koroner di Jawa Tengah adalah 525,62 kasus. Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang jumlah penderita AMI pada selama tahun 2009 sebanyak 0 kasus. Infark miokard akut adalah suatu keadaan dimana terjadi nekrosis otot jantung akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen yang terjadi secara mendadak. Penyebab yang paling sering adalah terjadi sumbatan koroner sehingga mengganggu aliran darah. Sumbatan terjadi karena ruptur plak yang menginduksi terjadinya agregasi trombosit, pembentukan trombus dan spasme koroner (Price, 2005) Menurut Setianto (2003), penelitian dilaksanakan pada tahun 2001-2002 di rumah sakit Dr. Sardjito, terdiri 126 sampel yang terdiri dari (0,3%) laki-laki dan (16,7%) wanita dengan pembagian sampel masing-masing 63 orang <11.000/mm 3 dan 63 >11.000/mm 3 orang sesuai kriteria inklusi dan esklusi. Didapatkan data bahwa terdapat lebih besar terjadinya cardiac event pada pasien IMA dengan leukositosis.. Aktivasi leukosit mengeluarkan sitokinin dan oksigen radikal bebas mempunyai efek penting terhadap mikrosirkulasi. Peningkatan angka leukosit >11.000/mm3 menunjukkan resiko tinggi terhadap terjadinya efek penting terhadap mikrosirkulasi. Pada leukosit <11.000/mm 3, Pasien mempunyai risiko gagal jantung, aritmia, kematian dan syok kardiogenik diakibatkan oleh penyebab lain. Pada IMA sebagai respon terhadap injury dinding pembuluh, leukosit menunjukkan peran penting terjadinya agregasi platelet dan pelepasan isi granuler yang menyebabkan agregasi platelet lebih lanjut, vasokonstriksi dan akhirnya pembentukan trombus, sehingga menunjang terjadinya Cardiac Event. Peran perawat sebagai pelaksana, angka leukosit merupakan data objektif yang digunakan untuk menunjang diagnosa keperawatan yang berupa risiko terjadi Cardiac event. Sehingga dalam melakukan proses keperawatan perawat dapat melakukan intervensi dengan tepat dan akurat. Sedangkan peran perawat adalah mampu mencegah atau mewaspadai terjadinya cardiac event. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini Deskiptif korelasional dengan menggunakan rancangan Retrospektif. Penelitian ini merupakan penelitian hubungan antara dua variabel pada kelompok subyek akibat penyakit yang dapat diidentifikasi saat ini kemudian faktor resiko yang terjadi pada waktu lalu. Variabel dependen adalah angka lekosit dan variabel independen adalah cardiac event meliputi kejadian gagal jantung, syok kardiogenik, aritmia ventrikuler, dan kematian. Populasi dalam penelitian ini adalah Pasien dengan penyakit IMA di ruang A5 UPJ RSUP Dr.Kariadi Semarang tahun 2009 sebanyak 0 orang dengan kriteria inklusi : 1) Pasien dengan penyakit IMA yang dirawat diruang A5 UPJ RSUP Dr.Kariadi Semarang. 2) Dokumen Pasien lengkap (data hasil Pemeriksaan Laboratorium, data hasil Echocardiografi, data TTV dan data rekaman EKG) 3) Pasien IMA tanpa adanya tindakan invasive, luka, dan infeksi. Setelah dilakukan pemilihan responden yang memenuhi syarat inklusi ternyata diperoleh jumlah responden sebanyak 57 orang. Data yang diperoleh diolah dengan penjabaran deskriptif dalam bentuk distribusi frekuensi dan prosentase. Distribusi frekuensi ini mempresentasikan angka Leukosit Pasien penyakit IMA dengan Cardiac Event yang hasil prosentasinya ditampilkan dalam bentuk tabel. Setelah data terkumpul maka dilakukann uji 2

normalitas kolmogorov-smirnov dahulu. jika distribusi tidak normal maka layak diuji dengan uji spearman. HASIL PENELITIAN Adapun karakteristik responden yang terdiri dari umur dan pekerjaan pada pasien IMA dengan leukosit tinggi, normal, rendah terhadap kejadian Cardiac Event (gagal jantung, kematian, syok kardiogenik, aritmia) a). Karakteristik Responden berdasarkan Umur Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Umur pada pasien IMA di Ruang A5 UPJ RSUP Dr.Kariadi Semarang pada tahun 2009 (n=57) Umur Frekuensi(f) Prosentase(%) 21-30 Th 31-40 Th 41-50 Th 51-60 Th 61-70 Th 71-0 Th 1-90 Th 1 5 5 20 15 9 2 1,,, 35,1 26,3 15, 3,5 Total 57 100 b).karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan pada pasien IMA di Ruang A5 UPJ RSUP Dr.Kariadi Semarang pada tahun 2009 (n=57) Pekerjaan Frekuensi(f) Prosentase (%) Petani PNS Swasta 10 21 26 17,5 36, 45,6 Total 57 100,0 c).karakteristik responden berdasarkan Leukosit Tabel 3. Leukosit responden hasil penelitian yang dilakukan pada pasien IMA di Ruang A5 UPJ RSUP Dr.Kariadi Semarang pada tahun 2009 (n=57) Frekuensi(f) Prosentase(%) Leukosit 33 16 57,9 2,1 Total 57 100,0 d).hubungan Leukosit dengan Kejadian Gagal Jantung Tabel 4. Leukosit terhadap kejadian gagal jantung yang dilakukan pada pasien IMA di Ruang A5 UPJ RSUP Dr.Kariadi Semarang pada tahun 2009 (n=57) leukosit Gagal jantung Tidak Ya f % f % 6 29 4 10,5 50,9 7,0 2 4 12 3,5 7,0 21,1 Total 39 6,4 1 31,6 e).hubungan Leukosit dengan Kejadian Aritmia Tabel 5. Leukosit terhadap kejadian Aritmia ventrikuler yang dilakukan pada pasien IMA di Ruang A5 UPJ RSUP Dr.Kariadi Semarang pada tahun 2009 (n=57) leukosit Aritmia ventrikuler Tidak Ya f % 7 24 12,3 42,1 F 1 9 % 1, 15, Total 39 6,4 1 31,6 3

Spearman's rho R p value f).hubungan Leukosit dengan Syok Kardiogenik Tabel 6. Leukosit terhadap kejadian syok kardiogenik yang dilakukan pada pasien IMA di Ruang A5 UPJ RSUP Dr.Kariadi Semarang pada tahun 2009 (n=57) leukosit Syok Kardiogenik Tidak Ya F % F % 26 4 45,6 7,0 0 7 12 Total 3 19 0,0 12,3 21,1 g). Hubungan Leukosit dengan Kematian Tabel 7. Leukosit terhadap kematian yang dilakukan pada pasien IMA di Ruang A5 UPJ RSUP Dr.Kariadi Semarang pada tahun 2009 (n=57) leukosit Tidak Kematian Ya f % F % 24 7 42,1 12,3 0 9 9 0,0 15, 15, Total 39 6,4 1 31,6 h).hubungan Leukosit dengan Cardiac Event Tabel. Leukosit terhadap Cardiac Event yang dilakukan pada pasien IMA di Ruang A5 UPJ RSUP Dr.Kariadi Semarang pada tahun 2009 (n=57) Lekosit 1.000. Gagal Jantung.470.000 Aritmia Ventr.269.043 Syok Kardiogenik.55.000.35.003 Dari tabel. Didapatkan hasil korelasi menurut Spearman 1. Korelasi angka leukosit terhadap tingginya kejadian gagal jantung pada pasien IMA bermakna dengan nilai pvalue 0,000 dan Nilai rho 0,470 menunjukkan angka korelasi positif dengan kekuatan sedang. 2. Korelasi angka leukosit dengan aritmia ventrikuler bermakna dengan nilai p value 0,043 Nilai rho 0,269 menunjukkan angka korelasi positif dengan kekuatan lemah. 3. Korelasi angka leukosit dengan syok kardiogenik bermakna dengan nilai pvalue 0,000 dan Nilai rho 0,55 menunjukkan angka korelasi positif dengan kekuatan sedang. 4. Korelasi angka leukosit dengan kematian bermakna dengan nilai p value 0,003 dan Nilai rho 0,35 menunjukkan angka korelasi positif dengan kekuatan lemah. PEMBAHASAN a. Karakteristik pasien berdasarkan umur Penyebab utama PJK adalah aterosklerosis, yang merupakan proses multifaktor. Kelainan ini sudah mulai terjadi pada usia muda, yang diawali terbentuknya sel busa, kemudian pada usia antara 10 sampai 20 tahun berubah menjadi bercak perlemakan dan pada usia 40 sampai 50 tahun bercak perlemakan ini selanjutnya dapat berkembang menjadi plak aterosklerotik yang dapat berkomplikasi menyulut pembentukan trombus yang bermanifestasi klinis berupa infark miokardium (Sunarya, 2005). Kejadiannya lebih sering pada pria dengan umur antara 45 sampai 65 tahun, dan tidak ada perbedaan dengan wanita setelah umur 65 tahun (Hiekari, Mainaky, 2007). Jadi dapat disesuaikan dengan hasil penelitian, bahwa pasien IMA paling banyak pada umur 51-60 tahun dengan jumlah 20 Kematian orang (35,1%), terbanyak kedua pada umur 61-70 tahun dengan jumlah 15 orang (26,3%). Hal itu dikarenakan proses degenerasi sel atau bisa juga dikarenakan akumulasi dari gaya hidup yang kurang sehat waktu muda. 4

b. Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan Hasil Penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien yang menderita IMA adalah Laki-laki sebesar 4 orang (73,7%). Hal ini sesuai dengan pendapat Mansjoer (2002,) bahwa insiden pada pria lebih tinggi, sedangkan pada wanita meningkat setelah menopause dikarenakan penurunan produksi hormon (Mansjoer, 2002) c. Karakteristik pasien berdasarkan pekerjaan Jika dikaitkan antara IMA dengan Pekerjaan, PNS identik dengan pekerjaan kantoran, kebanyakan jarang melakukan kegiatan olahraga dan Swasta cenderung bergaya hidup kurang sehat, meningkatkan resiko terkena penyakit jantung. Sesuai dengan hasil penelitian bahwa sebagian besar pasien AMI bekerja sebagai Swasta 26 orang (45,6%), PNS sebanyak 21 orang (36,%) dan petani sebanyak 10 orang (17,5%). Dari hasil diatas petani memiliki jumlah paling rendah, hal ini sesuai bahwa petani cenderung bekerja diladang dan gaya hidup yang seadanya. Konsumsi makanan lebih alami dibandingkan pekerjaan PNS maupun Swasta. Menurut (Mansjoer, 2001) mengungkapkan bahwa dari faktor umur, jenis kelamin dan pekerjaan, ketiga faktor tersebut memang sangat berkaitan sekali sebagai penyebab terjadinya IMA. d. Hubungan angka leukosit dengan gagal jantung Peningkatan angka leukosit merupakan sebuah tanda bahwa terjadi infark miokard yang cukup luas. Ruptur plak justru akan menambah/memperberat sumbatan pada arteri koroner, dapat pula menjadi total oklusi. Hal tersebut akan menurunkan suplai O 2 dan nutrisi ke jantung, lama kelamaan kontraktilitas jantung akan menurun dan pompa jantung memenuhi kebutuhan O 2 dan nutrisi ke jaringan dikarenakan perfusi ke jantung sendiri kurang, yang akhirnya menjadi gagal jantung. Jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Price, 2005). Pasien AMI di Ruang A5 UPJ RSUP dr. Kariadi Semarang tahun 2009 menunjukan kejadian Gagal jantung tertinggi terjadi pada Leukosit sebanyak 12 orang (21,1%). Hasil uji spearman didapatkan nilai pvalue 0,000 berarti hubungan angka leukosit dengan gagal jantung bermakna (pvalue < 0,05) dan nilai rho 0,470 menunjukkan angka korelasi positif dengan kekuatan sedang (0,400-0,599). e. Hubungan angka leukosit dengan aritmia ventrikuler Jantung memiliki pacemaker yaitu NSA (Nodus Sino Atrial), NAV (Nodus Atrio Ventrikuler), dan Serabut Purkinje. Ketiga Pacemaker ini terutama NSA merupakan sumber listrik yang normal bagi jantung. Akibat ruptur plak yang mengakibatkan sumbatan total pada koroner, suplai darah yang sangat kurang bagi pacemaker mengakibatkan terjadinya aritmia. Dan yang berbahaya adalah aritmia pada ventrikel atau Aritmia Ventrikuler (Guyton, 2007). Di Ruang A5 UPJ RSUP dr. Kariadi Semarang tahun 2009, kejadian aritmia ventrikuler pada pasien AMI dengan angka leukosit rendah 1 orang (1,%), pada angka leukosit tinggi sebanyak orang(14%) tertinggi pada angka leukosit normal 9 orang(15,%). Untuk membuktikan korelasi tersebut dilakukan uji spearman bahwa korelasi antara leukosit dengan Aritmia Ventrikuler p value 0,043 yang berarti bermakna. Nilai rho 0,269 kekuatan lemah. f. Hubungan angka leukosit dengan syok kardiogenik Kelanjutan yang terjadi akibat gagal jantung adalah terjadinya syok kardiogenik. Terjadinya disparitas antara volume dan isi akibat pompa jantung yang sangat lemah yang mengakibatkan perfusi jaringan tidak adekuat (Smeltzer & Bare, 2002). kejadian Syok Kardiogenik pada angka leukosit rendah tidak ada, pada angka leukosit normal 7 orang (12,3%) dan tertinggi terjadi pada pasien dengan angka leukosit tinggi sejumlah 12 orang (21,1%) dan dibuktikan dengan uji spearman didapatkan nilai p value 0,000 bahwa 5

korelasi antara leukosit Syok Kardiogenik adalah bermakna (p value <0,05). Nilai rho 0,55 kekuatan sedang g. Hubungan angka leukosit dengan kematian Dari tiga hal diatas bila tidak segera ditangani maka yang terjadi adalah kematian. Jumlah angka kematian Di Ruang A5 UPJ RSUP dr. Kariadi Semarang tahun 2009, sebesar 9 orang (15,%) meninggal akibat penyakit AMI dengan leukosit dan, sedangkan pada angka leukosit rendah tidak terjadi. Untuk mengetahui korelasi antara angka leukosit dengan kematian, dilakukan uji spearman dengan nilai p value 0,003 bahwa korelasi antara leukosit dengan kematian adalah bermakna. Nilai rho 0,35 menunjukkan angka korelasi positif dengan kekuatan lemah. SIMPULAN a. Leukosit dengan Gagal Jantung, kejadian Gagal jantung tertinggi, terjadi pada Leukosit sebanyak 2 orang (3,5%). Dengan p value 0,000 dan rho 0,470 kekuatan sedang. b. Leukosit dengan Aritmia Ventrikuler angka kejadian tertinggi sebesar 9 orang (15,%) dengan angka leukosit. Dengan p value 0,043 dan nilai rho 0,269 kekuatan lemah. c. kejadian Syok Kardiogenik tertinggi terjadi pada pasien dengan angka leukosit tinggi dengan jumlah 12 orang (21,1%) dengan p value 0,000 dan nilai rho 0,55 kekuatan sedang. d. Sebesar 9 orang (15,%) meninggal akibat penyakit AMI dengan leukosit dan. Dengan p value 0,003 dan nilai rho 0,35 menunjukkan angka korelasi positif dengan kekuatan lemah. e. leukosit tinggi mempunyai korelasi mendukung terjadinya cardiac event pada pasien AMI di Ruang A5 UPJ RSUP Dr.Kariadi Semarang tahun 2009. SARAN a. Bagi Ilmu Keperawatan Bagi ilmu keperawatan sebagai pelaksana, angka leukosit merupakan data objektif yang digunakan untuk menunjang diagnosa keperawatan yang berupa risiko terjadi Cardiac event, sehingga dalam melakukan proses keperawatan perawat dapat melakukan intervensi dengan tepat dan akurat serta mampu mengantisipasi resiko kematian. b. Bagi Institusi Rumah Sakit Dalam penyusunan standar operasional penanganan pasien AMI kususnya dengan angka leukosit tinggi harus mewaspadai karena beresiko tinggi terjadi cardiac event. DAFTAR PUSTAKA Hall, John E and Guyton, Arthur, C., 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC: Jakarta (terjemah :Luqman Yanuar Rahman et al) Hardjono.2006. Penatalaksanaan Miokard Akut. http:// ninestory.blogspot.com. Diakses tanggal 13 Maret 2010. Hiekari, Mainaky. 2007. Endemik Penyakit Jantung Koroner. http://indoskripsi.com. 13 Maret 2010 6

Kwenang. 200. Infark-Nekrosis dan Gangren. http://denfirman.blogspot.com. Diakses tanggal 12 Januari 2010 Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: FKUI Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rinneka Cipta. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rinneka Cipta Nursalam. 2001. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: CV. Sagung Setyo 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Nursalam dan Siti Paryani. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: CV. Sagung Setyo Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC (penerjemahan :Peter Nugroho) Setianto, Arif. 2003. Hubungan Leukosit Dengan Cardiac Event. Jakarta :Ilmu Berkala Kedokteran vol.35 no 1. Smeltzer dan Bare, B. G. 2002. Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddart. Edisi. Jakarta: EGC (terjemahan Hartono). Sopiyudin, Dahlan.2006.Statitiska untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta : PT Arkans Sunarya Soerianata, William Sanjaya. 2004.Penatalaksanaan Sindrom Koroner Akut dengan Revaskularisasi Non Bedah. Cermin Dunia Kedokteran No. 143. Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Suyono.1999.Penatalaksanaan Infark Miokard Akut.www.nursing.blogspot.com. Diakses tanggal 12 januari 2010. Tim Penyusun. 2001. Buku Ajar Kardiovaskuler. Jakarta: Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita Widiastuti. 2001. Penyakit Jantung Koroner. www.id.answer.yahoo.com. Diakses tanggal 12 Januari 2010. Yahya.2005. Infark Miokard Akut. www.mediacstore.com. Diakses tanggal 12 januari 2010. 7