UPAYA PENINGKATKAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING PADA GURU GEOGRAFI MELALUI WORKSHOP DI SMAN 1 PASAMAN

dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA PENINGKATKAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING PADA GURU MELALUI WORKSHOP DI SDN 20 SUNGAI LIMAU

PENINGKATAN KUALITAS PENYUSUNAN RPP MELALUI MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM SEKOLAH OLEH GURU DI SDN 18 SUNGAI LIMAU

PENINGKATAN KUALITAS PENYUSUNAN RPPH MELALUI MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM SEKOLAH OLEH PENGAWAS TK DI KABUPATEN PASAMAN BARAT

EFEKTIFITAS MEDIA PEMBELAJARAN MIPA UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DI SMP N 3 TALAMAU. Yasman 1) 1 SMP N 3 Talamau

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN KELENGKAPAN MENGAJAR MELALUI IN-HOUSE TRAINING DI SMPN 4 PASAMAN

PERAN KERJA NYATA PENGAWAS SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR KBM DI SDN 18 LUHAK NAN DUO

Zulpan 1) 1. SMK N 1 Gunung Tuleh Keywords: learning ability of teachers, panel discussions, the Council Subject teachers.

PENERAPAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI KEGIATAN SUPERVISI AKADEMIK DENGAN PENDEKATAN REALISTIK DI SMA NEGERI 2 LUBUK BASUNG

Yunisra .

Faisal 1) 1) 19 Lembah Melintang Pasaman Barat.

PENINGKATAN PERILAKU PEDULI LINGKUNGAN MELALUI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DI SMAN 1 PASAMAN.

PELAKSANAAN TEKNIK SUPERVISI INDIVIDUAL SEBAGAI IMPLEMENTASI KERJA KEPALA SEKOLAH DI SMAN 2 PASAMAN

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN SENI BUDAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUANTUM LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI PADA SISWA KELAS X.IPA.3 SMAN 1 LEMBAH MELINTANG

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS VI SD NEGERI 30 SUNGAI NANAM KABUPATEN SOLOK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS DAN RPP MELALUI ON THE JOB TRAINING DI SMP NEGERI 2 RANAH BATAHAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PPKN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IX.1 SMP N 4 PASAMAN. Sudirman 1) 1 SMP N 4 Pasaman

HARLINA .

Ilmi SMA N 1 Lembah Melintang

JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN IPA DENGAN METODE DEMONSTRASI BERBANTU MEDIA GAMBAR PADA KELAS IV SDN LOMPIO. Oleh.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS II SDN 12 LEMBAH MELINTANG

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN SOSIOLOGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT PADA SISWA KELAS X IPS

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN 26 PASAMAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MATERI GEOGRAFI POLITIK MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL DAN SMALL GROUP DISCUSSION DI KELAS A/B STKIP PGRI PADANG

Mistiawati SMAN 1 Pasaman

Midrawati SMAN Negeri 1 Lembah Melintang

Penerapan Model Pembelajaran Guided Note Taking

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PRODUKTIF DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MELALUI IN HOUSE TRAINING

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY) Imam Rosyidi SDN Paciran I, Kecamatan Paciran, Kab.

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MEMAHAMI ISI CERITA MELALUI METODE DISKUSI SISWA KELAS IV SDN NO. 2 TIBO KEC. SINDUE TOMBUSABORA

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL WORD SQUARE DI SDN 26 PELANGAI KECIL KABUPATEN PESISIR SELATAN

Yusliana 1) 1 SDN 18 Lembah Melintang. Keywords: Interest in Learning, Teaching PE, learning model demonstration

PADA SISWA KELAS XII.IPS4 SMA N 1 KINALI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA

PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI STRATEGI QUESTION STUDENTS HAVE DI KELAS IV SDN 03 DURIAN TINGGI KABUPATEN 50 KOTA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN TENTANG KEBEBASAN BERORGANISASI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DI KELAS IV SD N 16 PADANG BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, pendidikan matematika, teori Bruner dalam metode diskusi kelompok.

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS II SDN SIDOTOPO WETAN I SURABAYA

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENELITIAN TINDAKAN KELAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN SEMI-INDIVIDUAL

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA

Kata Kunci: pendekatan SAVI melalui metode eksperimen, aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN GEOGRAFI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROJECT PADA SISWA KELAS X.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU

Ali Arman 1) SMAN 1 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat

Naomi Edy Kantor Kemenag Kota Kupang, Jl. SK Lerik, Kota Baru Kupang

Samsuar SDN 001 Bintan Kecamatan Dumai Timur

Jus Sulastri SDN 009 Tanjung Palas

Syafwan SMPN 2 Poso Pesisir Kab. Poso ABSTRAK

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE RECIPROCAL LEARNING

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION DI KELAS V SDN 22 LUBUK ALUNG KAB PADANG PARIAMAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V DENGAN MODEL GUIDED TEACHING DI SD NEGERI 23 TAMPUNIK PESISIR SELATAN

Teams Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran Matematika materi

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS KELINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X

Firman P., I Made Tangkas, dan Ratman. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK MURID KELAS V SDN 14 BADAT ARTIKEL PENELITIAN OLEH

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI STRATEGI QUESTION STUDENTS HAVE

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN GUIDED DISCOVERY LEARNING SISWA KELAS XE SMA NEGERI1 TANJUNGSARI, GUNUNG KIDUL TAHUN AJARAN 2012/2013

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR CNC DASAR KELAS XI TEKNIK MESIN SMK NEGERI 2 WONOSARI

Syafril SMA N 1 Lembah Melintang Keywords: Learning Outcomes, IPS, Learning Model CooperativeLearning stuctures (CLS)

ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut dapat tercapai salah

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE SNOWBALL THOROWING PADA SISWA KELAS XII.IPA2 SMA NEGERI 1 KINALI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING STRUCTURES (CLS ) PADA SISWA KELAS VII

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SIBONU

Bismar Yogaswara Universitas Negeri Malang

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CBSA PADA PESERTA DIDIK KELAS V.A SDN 18 LEMBAH MELINTANG Arjuni 1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

INTEGRASI GALERI BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENGAJAR TEMATIK DI KELAS RENDAH DENGAN KEGIATAN PEER TEACHING PADA GURU DI SDN 27 PANGIAN

MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR K3LH DI SMK MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR MERAKIT PERSONAL KOMPUTER MENGGUNAKAN STRUCTURED DYADIC METHODS (SDM)

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X

Abstrak. Kata Kunci : Metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS), aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa.

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MATERI PENGHANTAR PANAS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS VI SDN JAMBUWER 02 KAB

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI REDOKS

Rahmawati et al., Metode Problem Solving...

Penerapan Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Entrepreneurship

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENALAR DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE

Yeni Fitria SMPN 1 Sasak Ranah Pasisie

ABSTRACT. Keywords: Cooperative, Two Stay Two Stray, Learning Outcomes.

Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 2, Oktober 2016 p-issn: e-issn:

Meningkatkan Aktivitas, Respon, dan Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

ARTIKEL. Oleh : I MADE SEPTI ASTAWAN

PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN PERKALIAN MENGGUNAKAN MEDIA KOTAKMATIKA DI KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN OLEH MISLAH NIM F

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING PERMAINAN CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 05 METRO SELATAN

PENERAPAN METODE INDEX CARD MATCH DAN MEDIA GAMBAR DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS SISWA KELAS IV SDN 2 GRENGGENG TAHUN AJARAN 2013/2014

Akbar et al., Peningkatan Minat dan Hasil Belajar...

Volume 7 Nomor 1 Juli 2017 P ISSN : E ISSN :

Key word: application of the discussion method-based contextual learning, increasing the ability to write reports

THE APPLICATION OF ACTIVE LEARNING STRATEGY INSTANT ASSESSMENT

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 4 WONOSARI MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISONS

Transkripsi:

UPAYA PENINGKATKAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING PADA GURU GEOGRAFI MELALUI WORKSHOP DI SMAN 1 PASAMAN Hawariyun SMAN 1 Pasaman Email: hawariyun01@gmail.com ABSTRACT Based on the observations that have been researchers did a teacher at SMAN 1 Pasaman, it was found that the ability of teachers to implement learning models are still low. The purpose of this study is to describe and obtain information about models of learning in applied by teachers. This research is a school action. The procedure in this research include planning, action, observation and reflection. The study consisted of two cycles of the four meetings. Subjects consisted of 5 teachers of Geography SMAN 1 Pasaman. Data were collected by using observation sheet. Data were analyzed using percentages. The results showed that the workshop was to improve the ability of teachers in using the models of learning in SMAN 1 Pasaman. This is evidenced by the Workshop can improve geography teachers in using the models of learning in SMAN 1 Pasaman from the first cycle to the second cycle. The average teacher's ability to apply learning models in the first cycle is 58.5 with less category, the second cycle is 86.17 Good. Keywords: Workshop, teaching models ABSTRAK Berdasarkan hasil pengamatan yang telah peneliti lakukan guru di SMAN 1 Pasaman, ditemukan bahwa kemampuan guru dalam menerapkan model-model pembelajaran masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mendapatkan informasi tentang model-model pembelajaran yang di terapan oleh guru. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah. Prosedur penelitian dalam penelitian ini meliputi perencanaan, tindakan, obeservasi dan refleksi. Penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan empat kali pertemuan. Subjek penelitian terdiri dari 5 orang guru Geografi SMAN 1 Pasaman. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan lembaran obeservasi. Data dianalisis dengan menggunakan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan Workshop dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan model-model pembelajaran Di SMAN 1 Pasaman. Hal ini dibuktikan dengan adanya Workshop dapat meningkatkan kemampuan guru Geografi dalam menggunakan modelmodel pembelajaran Di SMAN 1 Pasaman dari siklus I ke siklus II. Rata-rata kemampuan guru dalam menerapkan model-model pembelajaran pada siklus I adalah 58.5 dengan kategori kurang, Pada siklus II adalah 86.17 Baik. Kata Kunci: Workshop, model-model pembelajaran 77

PENDAHULUAN Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaanperbedaan individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merobah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Kondisi riil anak seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik. Hal ini terlihat dari perhatian sebagian guru/pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian. Gejala yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas berlangsung. Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang pada umumnya terjadi pada pembelajaran konvensional. Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran seperti ini adalah terjadinya kesenjangan yang nyata antara anak yang cerdas dan anak yang kurang cerdas dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan dalam belajar, sehingga sistem belajar tuntas terabaikan. Hal ini membuktikan terjadinya kegagalan dalam proses pembelajaran di sekolah. Menyadari kenyataan seperti ini para ahli berupaya untuk mencari dan merumuskan strategi yang dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki oleh anak didik. Strategi pembelajaran yang ditawarkan adalah strategi belajar aktif (active learning strategy). Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaanperbedaan individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merobah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Kondisi riil anak seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik. Hal ini terlihat dari perhatian sebagian guru/pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, 78 78

sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian. Gejala yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas berlangsung. Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang pada umumnya terjadi pada pembelajaran konvensional. Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran seperti ini adalah terjadinya kesenjangan yang nyata antara anak yang cerdas dan anak yang kurang cerdas dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan dalam belajar, sehingga sistem belajar tuntas terabaikan. Hal ini membuktikan terjadinya kegagalan dalam proses pembelajaran di sekolah. Menyadari kenyataan seperti ini para ahli berupaya untuk mencari dan merumuskan suatu model pembelajaran yang dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki oleh anak didik. Model pembelajaran yang ditawarkan tersebut adalah strategi belajar aktif (active learning). Selama ini proses pembelajaran lebih sering diartikan sebagai pengajar menjelaskan materi pembelajaran dan peserta didik mendengarkan secara pasif. Namun telah banyak ditemukan bahwa kualitas pembelajaran akan meningkat jika peserta didik dalam proses pembelajaran memperoleh kesempatan yang luas untuk bertanya, berdiskusi, dan menggunakan secara aktif pengetahuan baru yang diperoleh. Dengan cara ini diketahui pula bahwa pengetahuan baru tersebut cenderung untuk dapat dipahami dan dikuasai secara lebih baik. Hasil observasi pendahuluan yang dilakukan oleh guru di SMAN 1 Pasaman menunjukkan 1) kemampuan guru dalam mengembangkan model-model pembelajaran masih rendah yaitu berada pada skor 40 atau kategori kurang, 2) guru terlihat belum mengembangkan modelmodel pembelajaran mereka hanya menggunakan model-model pembelajaran yang lama yaitunya ceramah tanpa disesuaikan dengan karakteristik siswanya. 3) kemampuan guru dalam memotivasi anak dalam belajar masih rendah. Rendahnya kemampuan guru dalam mengembangkan model-model pembelajaran berdampak pada rendahnya kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran dalam mengembangkanmodl-model pembelajaran berada pada skor 40 atau kategori kurang. Hal ini nampak bahwa pembelajaran sangat didominasi oleh guru, guru belum menggunakan model pembelajaran yang kreatif, tidak mengembangkan media pembelajaran sehingga menimbulkan siswa menjadi pasif. Berdasarkan fenomena diatas peneliti berupaya melakukan perbaikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di sekolah dengan mengadakan Workshop. Menurut Silberman (2001:43) Workshop merupakan sebuah kegiatan yang sengaja diadakan sebagai tempat berkumpulnya orang-orang yang berasal dari latar belakang serumpun untuk memecahkan suatu 79

permasalahan tertentu dengan jalan berdiskusi ataupun saling memberikan pendapat antar satu anggota dengan anggota lainnya. Dari masalah di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Upaya Peningkatan Model-Model Pembelajaran Active learning Guru Geografi Melalui Workshop DI SMAN 1 Pasaman. KAJIAN TEORI Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Active learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional. Dalam metode active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar 80 secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar (Mulyasa, 2004:241). Jika ditinjau dari asal katanya, Workshop merupakan frasa kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu work (yang memiliki arti kerja ataupun pekerjaan) dan shop (yang memiliki arti toko ataupun tempat menjual sesuatu). Jadi jika diartikan dari frasa kata nya, Workshop dapat diartikan sebagai tempat berkumpulnya para pelaku aktivitas (berkaitan dengan bidang dunia kerja) tertentu yang mana dalam tempat ini, para pelaku melakukan interaksi saling menjual gagasan yang ditujukan untuk memecahkan suatu permasalahan tertentu. Jika diartikan secara lengkap, maka Workshop merupakan sebuah kegiatan yang sengaja diadakan sebagai tempat berkumpulnya orang-orang yang berasal dari latar belakang serumpun untuk memecahkan suatu permasalahan tertentu dengan jalan berdiskusi ataupun saling memberikan pendapat antar satu anggota dengan anggota lainnya. METODOLOGI PENELITIAN Dalam hal ini penulis memaparkan bahawa penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di sekolah. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997:8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai penelitia; (b) 80

penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d) administrasi sosial eksperimental. Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan penerapan model-model pembelajaran dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sementara penulis selaku observer yang memantau perkembangan yang terjadi sekolah, di samping itu memang tugas penulis sekaligus sebagai pengawas di SMAN 1 Pasaman tersebut. Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat SMAN 1 Pasaman. Subyek penelitian seluruh guru di SMAN 1 Pasaman yang terdiri dari 5 guru Geografi yang merupakan sekolah binaan dan masih ada guru yang kompetensi pedagogiknya masih rendah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran halaman belakang. Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei pada semester genap Tahun Pelajaran 2016/2017. Menurut Kemmis dan Mc Taggart (1992:9-14) prosedur penelitian adalah Proses penelitian tindakan merupakan proses tindakan yang direncanakan yang merupakan gambaran daur ulang atau siklus. Setiap siklus dimulai dari perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), refleksi (reflection) yaitu perenungan terhadap perencanaan kegiatan tindakan dan kesuksesan hasil yang diperoleh. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa nilai yang diperoleh dari hasil studi dokumentasi atau penilaian terhadap program menerapkan model pembelajaran yang dibuat oleh guru. Data kualitatif berupa observasi dari setiap tindakan yang telah dilakukan. Sumber data diperoleh dari subjek yang diteliti yaitu dari hasil pengamatan dan dari sekolah SMAN 1 Pasaman. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi hubungan antara siswa dengan guru, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes formatif. Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu: 1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan: 81

2. Untuk ketuntasan belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut: 3. Untuk lembar observasi a. Lembar observasi pengelola hubungan antara siswa dan guru. Untuk menghitung lembar observasi pengelolaan hubungan antara siswa dan guru digunakan rumus sebagai berikut: Dimana P1 = Pengamat 1 dan P2 = Pengamat 2 b. Lembar observasi aktifitas guru dan siswa Untuk menghitung lembar observasi aktifitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut : HASIL PENELITIAN Dalam bab ini akan dipaparkan hasil penelitian tindakan yang dilakukan terhadap Guru SMAN 1 Pasaman pada awal semester genap pada tahun pelajaran 2016/2017 yaitu pada bulan Mei-Juni 2017. Pemilihan awal semester ini didasarkan atas bahwa guru dalam menjalankan perannya sebagai guru harus memiliki program yang akan dilaksanakannya untuk satu tahun pelajaran termasuk dalam hal ini menyusun program meningatkan kemampuan guru dalam menerapkan model-model pembelajaran. Jumlah guru yang terlibat dalam penelitian ini adalah 5 orang guru. 1. Siklus Pertama Setelah dilakukan Workshop terhadap guru dalam menerapkan model-model pembelajaran Active learning, maka didapat hasil sebagai berikut: Tabel 2 Daftar Nilai Kemampua Guru Dalam menerapkan model-model pembelajaran Pada Siklus I No Kode Nama Guru Rata-Rata 1 HN 49 2 RE 57 3 ND 57 4 FM 55.9 5 DL 57.1 Rata-Rata 52.2 Sumber : Lembar obervasi Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas program meningkatkanpenerapan model-model pembelajaran yang dibuat oleh guru masih berada pada kategori kurang yaitu 52. 82 82

Berdasarkan analisis terhadap data penelitian, belum terdapat guru yang memiliki nilai rata-rata kemampuan guru dalam menerapkan model-model pembelajaran diatas 80. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini : 60 55 50 45 40 Rata-rata Kemampuan Guru Rata-rata RD IN MS AH NI Gambar 1 Kualitas Meningatkan kemampuan guru dalam menerapkan model-model pembelajaran Pada Siklus I Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kegiatan Workshop dalam meningkatkankompetensi pedagogikdan hasil analisis dari lembaran nilai observasi, maka ditemukakan bahwa secara keseluruhan rata-rata guru masih belum dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai yang diperoleh oleh guru masih berada dibawah nilai 80. Pada siklus satu ini rata-rata dalam kemampuan guru dalam menerapkan modelmodel pembelajaran masih berada pada kategori kurang dengan nilai 52.2 Hal ini berarti, tindakan yang diberikan masih belum berhasil. Untuk itu, kegiatan ini dilanjutkan pada siklus II. 2. Siklus kedua Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan observasi terhadap seluruh kejadian yang terjadi selama tahap pelaksanaan siklus 2 pada setiap pertemuannya. Selain itu peneliti juga mengidentifikasi masalahmasalah lanjutan yang timbul dari pelaksanaan tindakan di siklus 1. Setelah dilakukan Kegiatan Workshop terhadap guru dalam menyusun dalam menerapkan model-model pembelajaran, maka didapat hasil sebagai berikut: Tabel 6 Daftar Nilai Kemampuan guru dalam menerapkan model-model pembelajaran Pada Siklus 2 No Kode Nama Persentase Guru 1 HN 84.5 2 RE 86.17 3 ND 86.17 4 FM 85.1 5 DL 86.3 Rata-Rata 85.24 Sumber: Lembar obervasi dalam menerapkan model-model pembelajaran Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata kualitas program Kemampuan guru dalam menerapkan model-model pembelajaran yang dibuat oleh guru 85.24 yang sudah berada pada kategori Baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini : 83

Gambar 4 Kualitas program Kemampuan guru dalam menerapkan model-model pembelajaran Siklus II Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan Kegiatan Workshop berlangsung, ditemukan bahwa masalah yang muncul pada siklus I sudah hilang. Hal ini terlihat dari Guru yang sangat berpartisipiasi dalam dikusi Workshop dan Guru sangat fokus memperhatikan dan menjalan diskusi selama Workshop berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kegiatan Kegiatan Workshop dalam menyusun program Kemampuan guru dalam menerapkan model-model pembelajaran dan hasil analisis dari lembaran nilai observasi, maka ditemukakan bahwa secara keseluruhan guru sudah mulai mencapai target tapi belum mencapai ratarata di atas nilai 80. Pada siklus dua ini ratarata kemampuan Guru dalam meningkatkan model-model pembelajaran berada pada kategori Baik dengan nilai 86.17. Untuk itu tidak perlu di lanjutkan pada siklus berikutnya. Untuk lebih jelasnya dapat tentang peningkatan kemampuan Guru dalam menerapkan model pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini dibawah ini : 84 86.5 86 85.5 85 84.5 84 83.5 Nilai Rata-rata Kemampuan Guru Rata-rata RD IN MS AH NI Tabel 8 Peningkatan Kemampuan guru Dalam penerapan model-model pembelajaran pada Siklus I ke Siklus II No Siklus Rata-rata 1 SIKLUS I 52.2 3 SIKLUS II 85.24 3 SIKLUS II 85.24 Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa adanya kemampuan guru dalam meningkatkankompetensi pedagogikdi SMAN 1 Pasaman. Untuk lebih mudah dalam memahami peningkatan kemampuan guru dalam meningatkan kemampuan guru dalam menerapkan modelmodel pembelajaran, dapat dilihat pada gambar berikut ini. 100 Perbandingan peningkatan kualitas model pembelajaran siklus I dan II 50 0 SIKLUS I SIKLUS II Gambar 2 Perkembangan Kemampuan guru Dalam menerapkan model-model pembelajaran (Perbandingan Siklus I dan Siklus II) PEMBAHASAN Berdasarkan data awal kemampuan Guru dalam Penerapan model-model pembelajaran rata-rata kemampuan Guru masih rendah bahkan terdapat Guru yang tidak memiliki kemampuan dalam menerapkan model-modelpembelajaran. Namun setelah dilakukan penelitian tindakan ini, seluruh Guru telah mampu menerapkan model-model pembelajaran. Selain itu, kemampuan Guru dalam 84

menyusun Program Penerapan modelmodel pembelajaran terdapat peningkatan dari siklus I ke siklus II. Rata-rata kemampuan Guru dalam Penerapan modelmodel pembelajaran pada siklus I adalah 52.2 dengan kategori kurang dan pada siklus II adalah 85.24 dengan kategori Baik. Berdasarkan analisis terhadap data penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa Guru sudah memiliki kemampuan yang baik dalam menerapkan model-model pembelajaran. Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan kemampuan Guru dari kategori Baik pada siklus I menjadi kategori baik pada siklus II dalam hal menerapkan model-model pembelajaran. Artinya, Guru telah memiliki pemahaman dan kemampuan yang baik dalam menerapkan model-model pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Workshop dapat meningkatkan Penerapan model-model pembelajaran di SMAN 1 Pasaman. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Workshop dalam penerapan modelmodel pembelajaran di SMAN 1 Pasaman. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan dalam penerapan model-model pembelajaran dari siklus I ke siklus II. Ratarata kemampuan Guru dalam penerapan model-model pembelajaran pada siklus I adalah 52.2 dengan kategori kurang, siklus II adalah 85.24dengan kategori Baik. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1. Untuk Guru, Guru diharapkan untuk selalu meningkatkan keprofesionalannya dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin pendidikan. 2. Untuk pengawas diharapkan dapat memberikan masukan yang lebih jelas dan terarah dalam pembinaan terhadap Guru. DAFTAR PUSTAKA Kemmis, S dan R. Mc Taggart. (1988). The Action research Planner. Victoria: Deakin University. Mel Silberman.2001. A Learning Centered Approach to EngineeringEducation for the 21st Century: The Workshop. College of Engineering and AppliedSciences : Arizona State University. Mulyasa.2004.. Active learning Dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Malang : UIN-Malang Press Oja dan Sumarjan 1997. Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD. Bandung : UPI Press. 85

86 86