BAB I PENDAHULUAN. Sekolah-sekolah pada saat ini menghadapi tantangan di dalam mendidik

dokumen-dokumen yang mirip
INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS Nunik Sugesti

PERAN PENDIDIKAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA MENGHADAPI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) AJAR DIRGANTORO *) *) Dosen STKIP PGRI Tulungagung

2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA

KOMPONEN KARAKTER (Thomas Lickona) Oleh: Kuncahyono Pasca UM

PEMBIASAAN PENGGUNAAN BAHASA JAWA HALUS DALAM UPAYA PEMBINAAN KARAKTER PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR. Martono UPBJJ-UT Yogyakarta

POTENSI MEMBANGUN KARAKTER KEWIRAUSAHAAN MELALUI MATA KULIAH WORKSHOP DAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Abstrak

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. dimana seorang anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

UPAYA MENGEMBANGKAN PERILAKU SOPAN MELALUI PEMBIASAAN PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK ALKHAIRAAT TONDO

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

Authentic Couching Untuk Pengembangkan Perangkat Pembelajaran Character Building Berbasis Kearifan Lokal Sari

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga, di asuh dengan sebaik-baiknya. Kiranya semua setuju dengan

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI IMPLEMENTASIPENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR MELALUI CERITA RAKYAT 1. Anwar Novianto 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUHAN. detail yang berbeda. Nilai berasal dari bahasa latin, dari kata value

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

Tangani PAUD Secara Holistik-Integratif! Monday, 04 November :18

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memerlukan proses yang panjang sehingga perlu di awali sejak usia anak masih

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB III METODE PENELITIAN

Penanaman Nilai-Nilai Moral Pada Anak Usia Dini

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Pada program studi PG PAUD.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Elis Nurjanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan kemanusian untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan

PENDIDIKAN KARAKTER DI PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 1

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

THE INTEGRATION OF CHARACTER EDUCATION VALUES INTO THE SERVING TECHNIQUE SUBJECT AMONG STUDENTS OF SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pada usia dini merupakan masa keemasan dimana pada masa ini setiap aspek

BAB I PENDAHULUAN. pertama, pendidikan mengandung nilai dan memberikan pribadi anak agar. dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

P 75 PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN INTEGRASI INTERKONEKSI

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER PADA MAHASISWA 1

BAB I PENDAHULUAN. belajar baik oleh peserta didik maupun pendidik, sehingga terjadi

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

KEBIJAKAN PENDIDIKAN NASIONAL BERBASIS KARAKTER

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dalam kehidupan seseorang baik dalam keluarga ataupun. masyarakat. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERSPEKTI Tentang PAUD DAN PENDIDIKAN DASAR

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF HIJAIYAH MELALUI MEDIA GAMBAR PADA KELOMPOK B TK AL-KHAIRAAT TATURA

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA MAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

Visi : Menjadi lembaga unggul dalam mengembangkan seluruh potensi anak yang berakhlaq mulia, mandiri dan kreatif. Misi:

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

LOYALITAS DAN PERAN AKTIF SISWA DALAM MENDUKUNG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Tutor Oleh Gugus PAUD Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Tutor PAUD Di Desa Cangkuang Rancaekek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK ESTER MANEMBO KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan, pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak adalah amanat dari Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk Pendidikan anak

PENGEMBANGAN KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN MELALUI METODE TANYA JAWAB DENGAN MEDIA GAMBAR DI SEKAR MELATI

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR JURNAL. Oleh HERMAWAN RAPANI ASMAUL KHAIR

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB III METODE PENELITIAN. terkendali untuk menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI MI ISLAMIYAH AL WATHANIYAH KABUPATEN JOMBANG. Tesis. Oleh : UMI NURHAYATI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dianugerahkan oleh Allah menjadi anak yang benar-benar berakhlak mulia. Semua

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Gelar S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata. mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang masalah Sekolah-sekolah pada saat ini menghadapi tantangan di dalam mendidik generasi muda yang merupakan penerus bangsa, dalam hal membentuk dan mengembangkan karakter. Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter. Pendidikan karakter dinilai sangat penting untuk dimulai pada anak usia dini karena pendidikan karakter adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur Pendidikan merupakan jembatan bagi pembentukan pribadi dan karakter anak bangsa, maju mundurnya negara kita dimasa depan sangat ditentukan oleh mutu generasi hari ini. Peran pendidikan saat ini masih didominasi dengan pemberian transfer pengetahuan (transformation of knowledge) belum sebagai transfer nilai (transformation of value). 1

2 Sesungguhnya peranan pendidikan sebagai transfer nilai ini lebih penting dan mendasar dibandingkan hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan. Peran pendidik (guru) sebagai orang yang bertugas untuk mentransfer nilai, diharapkan mampu mentransfer nilai-nilai, norma-norma, dan budi pekerti (akhlakul karimah) yakni proses pembudayaan peserta didik sehingga mereka menjadi warga negara yang memiliki keadaban (civility), yang pada gilirannya menjadi pilar bagi pembentukan masyarakat madani, menjadi bangsa yang lebih maju dan beradab, Lickona mengemukakan bahwa sekolah mempunyai dua tujuan utama yakni menfasilitasi peserta didik agar menjadi individu yang cerdas sekaligus baik. 1 Pendidikan karakter yang diberikan di sekolah merupakan peletakkan dasar bagi pembentukan karakter anak selanjutnya, dimana anak-anak usia dini masih dalam masa perkembangan. Oleh karenanya peranan guru menjadi sangat penting dalam proses pembelajaran pembentukan karakter anak. Pendidikan karakter adalah suatu system penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kecerdasan atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Menurut Elkind dan Sweet (2004), pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut character education is deliberate effort to help people understand,care 1 Lickona,T, Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility (New York: Bantam Books, 1992), hlm.3

3 about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character wewant for our children, it is clear that we want them to be able judge what is right, care deeplyabout what is right, and then do what they believe to be right, even the face of pressure from without and tempetation from within Pendidikan karakter, dapat dimulai dari lingkungan keluarga sedangkan pada jenjang pendidikan formal yang dikenalkan dalam dunia pendidikan nasional dimulai sejak dari pendidikan di Taman Kanak-Kanak. Jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak/ Raudlatul Athfal merupakan tahap untuk memperkenalkan realitas lingkungan hidup yang lebih luas dibandingkan lingkup keluarga, memperkenalkan realitas hidup bersama yang mempunyai aturan dan nilai hidup. Proses ini dilaksanakan melalui berbagai bentuk kegiatan yang membuat anak senang. Hidup bersama, bersekolah adalah situasi yang menyenangkan dan baik. Itulah yang akan diperkenalkan dan ditanamkan pada jenjang Taman Kanak-Kanak. 2 Peran sekolah menjadi sangatlah penting sebagai pendidikan in formal dimana sekolah bukan saja mengajarkan segala bentuk pendidikan akademik maupun non akademik melalui guru, maka peran guru bukan sekadar mentransfer pelajaran kepada peserta didik tapi lebih dari itu guru bertanggung jawab membentuk karakter peserta didik sehingga menjadi generasi yang cerdas, saleh, dan terampil dalam menjalani kehidupannya. 2 Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan:Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti secara Kontekstual dan Futuristic (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 41

4 Dalam menjaga kualitas pendidikan di TK Global Islamic Labschool, sebelum anak masuk di TK Global Islamic Labschool dilaksanakan observasi pada peserta didik baru, yang bertujuan untuk mengetahui stlimulasi apa yang telah diberikan oleh orangtua di rumah, yang kemudian hasil dari observasi tersebut dilaporkan kepada orangtua secara lisan langsung setelah observasi dilakukan. Hasil observasi sangat beragam, jika dianalisis lebih dalam banyak karakter anak yang belum tergali dan terstimulasi dengan optimal dirumah, karakter tersebut antara lain seperti anak terlihat belum mandiri, belum percaya diri, masih egois, belum dapat ditinggal/ berpisah dari orangtua, belum dapat berbagi, dan belum mengenal sopan santun belum bertanggungjawab, belum mau mengikuti perintah (instruksi guru) dan belum mau bersalaman. Pada hakekatnya apapun hasil observasi anak semua anak akan diterima di TK Global Islamic Labschool jika anak cukup usia, namun berdasarkan hasil evaluasi yang telah dipaparkan di atas orangtua lebih banyak menggali dan menstimulasi anak di bidang kemampuan dasar terutama yang berhubungan dengan calistung (baca, tulis, dan hitung), maka yang perlu ditingkatkan oleh pihak sekolah adalah pembentukan karakter anak. Pembentukan karakter anak yang diajarkan di sekolah akan diberikan melalui pembiasaan setiap harinya dan juga saat kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, akan tetapi evaluasi perkembangan nilai-nilai karakter yang telah berhasil ataupun yang belum, tidak semua dapat didokumentasikan berupa porto folio ( hasil karya anak). Sehingga menjadi kendala guru dalam

5 melaporkan hasil perkembangannya saat pembagian raport. Banyak orangtua yang menyangkal anaknya belum berkembang karena hasil pengamatannya di rumah anak bisa melakukannya, misalnya ketika guru mengatakan anak tidak sabar saat menunggu giliran, bebarapa orangtua mengatakan jika anaknya sabar ketika di rumah, dll. Berdasarkan masalah diatas saya membuat inovasi dalam mengemas pembelajaran untuk menjadikan karakter sebagai roh nya pendidikan, yaitu menanamkan pendidikan karakter melalui pentas seni. Pentas seni sebagai sarana untuk penanaman nilai-nilai karakter pada anak yang sesuai dengan dunia anak, yang mana pementasan dikemas melalui metode bermain yang penuh keceriaan, kegiatan pembelajaran yang humanis dan menggembirakan sesuai dengan konsep pembelajaran berbasis edutainment dimana anak-anak dikondisikan dan diajak untuk melihat dan belajar bersosialisasi yang baik dan menyenangkan. Tentunya untuk membuat suatu pementasan tidak mudah,peranan guru sangat penting dalam proses penenaman nilai-nilai karakter pada anak. Diperlukan kompetensi pedagogic yang baik agar guru dapat menyuguhkan sebuah pementasan yang baik, sehingga tujuan mengoptimalkan penanaman nilai karakter pada anak dapat tercapai dan terlihat serta terukur oleh orangtua. Beragamnya kompetensi pedagogik yang dimiliki guru-guru di TK Global Islamic Labschool menjadi kendala dalam mengoptimalkan ketercapaian

6 penanaman karakter pada anak. Kompetensi pedagogik guru beragamnya antara lain dalam hal belum percaya diri, kemampuan dalam menulis yang masih kurang, mengintegrasikan penanaman nilai-nilai karakter dalam aktifitas kegiatan yang mendorong peserta didik sesuai dengan kecakapannya, memunculkan daya kreativitas anak dan memunculkan kemampuan berfikir kritis anak. Hal ini yang melandasi saya untuk mengangkat masalah ini yakni meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam penanaman nilai-nilai karakter anak usia dini melalui kegiatan pentas seni di TK Global Islamic Labschool. Dari latar belakang di atas akan muncul masalah-masalah sebagai berikut ini: a) Apakah kompetensi pedagogik guru dalam penanaman nilai karakter anak dapat meningkat melalui pentas seni? b) Bagaimana cara meningkatkan kompetensi guru dalam penanaman nilai karakter anak melalui pentas seni? 2. Stategi Pemecahan Masalah a. Konsep Penelitian Tindakan Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan (action research). Burns menyatakan bahwa Penelitian Tindakan merupakan penerapan penemuan fakta pada pemecahan masalah dalam situasi sosial dengan pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan di

7 dalamnya, yang melibatkan kolaborasi dan kerjasama para peneliti, praktisi dan orang awam. Wallace yang dikutip oleh Burn juga menyatakan Penelitian Tindakan dilakukan dengan mengumpulkan data secara sistematik tentang praktik keseharian dan menganalisisnya untuk dapat membuat keputusankeputusan tentang praktik yang seharusnya di masa mendatang. Kegunaan penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan kopetensi pedagogik guru dalam penanaman nilai-nilai karakter melalui kegiatan pentas seni yang dirancang oleh peneliti yang terdiri dari beberapa tahapan, sehingga didapatkan langkah-langkah terbaik dalam kegiatan pembelajaran. Bentuk penelitian tindakan pada penelitian ini yaitu dengan memberikan suatu tindakan pada subyek yang diteliti dengan menggunakan kegiatan pentas seni (variabel bebas) untuk diketahui pengaruhnya terhadap peningkatan kompetensi pedagogik guru. Penelitian tindakan Kemmis & Mc Taggart ini meliputi empat tahap yaitu (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (action), (3) pengamatan (observation), (4) refleksi (reflection). Pada model Kemmis & Taggart tindakan (acting) dan observasi (observing) dijadikan sebagai satu kesatuan karena mereka menganggap bahwa kedua komponen tersebut merupakan dua kegiatan yang tidak bisa dipisahkan. Dimana pada saat melakukan tindakan didalamnya ada pengamatan, supaya data yang diperoleh valid, artinya saat melaksanakan tindakan langsung diadakan pengamatan, supaya bisa memperoleh data yang baik dan bisa dilakukan ke tahap berikutnya yaitu refleksi.

8 Selanjutnya, mereka memformulasikan bahwa setelah refleksi diadakan, maka dilaksanakan perencanaan ulang yang menjadi revisi terhadap pelaksanaan sebelumnya. Perencanaan dan pelaksanaan ulang tersebut ditindak lanjuti dengan aksi dan observasi serta refleksi. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan di siklus berikutnya. Berikut langkah-langkah di setiap siklus pada Gambar 1.1 Gambar 1.1 Model Penelitian Tindakan Kemmis McTaggart Setiap silkus mempunyai langkah-langkah atau tahapan yaitu, (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, (4) refleksi. Pada tahap refleksi, peneliti dapat melihat tentang peningkatan yang dialami, sebagai akibat dari

9 intervensi tindakan yang diberikan yang memungkinkan untuk melakukan perencanaan tindakan lanjutan untuk siklus berikutnya. 3 b. Pemecahan Masalah Untuk memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi TK Global Islamic Labschool, antara lain dengan cara : 1) Strategi pelatihan guru. 2) Strategi bimbingan dan praktek guru dalam membuat pentas seni 3) Evaluasi ketercapaian kompetensi pedagogic guru setelah praktek dan bimbingan di siklus 1 yang kemudian diperkuat dengan siklus 2. 3 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta, Anggota Ikapi: 2011), h.145