BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipaksakan, tanpa memandang kaya ataupun miskin. Terdapat beberapa definisi pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS. Pengertian sanksi perpajakan menurut Mardiasmo (2006:39) menyatakan

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terusmenerus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai definisi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pemerintahan dan pembangunan. Pajak bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah kepada masyarakat yang akan digunakan untuk membiayai keperluan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. yang paling penting. Pendapatan tersebut nantinya digunakan untuk pembangunan

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak membutuhkan kajian teori sebagai berikut : digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB II KAJIAN TEORI. menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat. untuk menyelenggarakan pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan roda pemerintahan, kesejahteraan rakyat merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo,2007,2).

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari dalam negeri, salah satunya berupa pajak.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Adhitya Febrian Arifin NIM: Fakultas Ekonomi dan Bisins Perbanas Institute ABSTRAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pajak merupakan penerimaan terbesar Indonesia. Pajak merupakan alat yang

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. seluruh wilayah negara Indonesia secara adil dan merata, dengan demikian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. pribadi maupun badan yang bersifat memaksa berdasar Undang-Undang, dengan

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepatuhan Wajib Pajak membutuhkan teori sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. umum (Mohammad Zain, 2007). Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam peraturan perundang-undangan maupun sistem. wewenang dan tanggung jawab dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, maka

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

Repositori STIE Ekuitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) merupakan pengembangan dari Teori Perilaku Beralasan (Theory of

BAB II LANDASAN TEORI. Undang sehingga dapat dipaksakan, dengan tidak membalas jasa secara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buku perpajakan Mardiasmo (2008) : a. Iuran dari rakyat kepada negara. b. Berdasarkan undang-undang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian pajak menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Resmi (2011):

ABSTRAK. DAFTAR ISI Halaman

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari bermacam-macam sektor,

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak.

Terdapat definisi mengenai kepatuhan Wajib Pajak yang dikemukan oleh Safri Nurmantu. dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) adalah sebagai berikut:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat besar dan semakin

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

-1- Bbb B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemerintah di Indonesia selalu berusaha untuk mengelola dan menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

Transkripsi:

11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak Pajak merupaka iuran yang dipungut oleh pemerintah kepada rakyat yang sifatnya dipaksakan, tanpa memandang kaya ataupun miskin. Terdapat beberapa definisi pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu: 1. Menurut Mardiasmo (2011;1) yaitu: Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 2. Menurut Diana Sari (2013;34) yaitu: Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-Undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaranpengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Sedangkan Pajak Menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 6 th 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan STDD Undang-Undang nomor 16 th 2009:

12 Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemamakmuran rakyat Dari definisi pajak tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsurunsur sebagai berikut: 1. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya, sifatnya dapat dipaksakan. Hal ini berarti pelanggaran atas aturan perpajakan akan berakibat adanya sanksi 2. Tidak ada kontra prestasi atau jasa timbal dari negara yang dapat dirasakan langsung oleh pembayar pajak 3. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik pusat maupun daerah (tidak boleh dilakukan oleh swasta yang orientasinya adalah keuntungan) 2.1.2 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah UU No. 6 tahun 1983, dengan UU No. 16 tahun 2009, Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dilandasi falsafah Pancasila dan UUD 1945. Hal-hal yang diatur dalam Udang-undang terbaru tersebut meliputi: 1. Wajib Pajak Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban

13 perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dengan demikian wajib pajak dibedakan menjadi: A. Wajib pajak orang pribadi usahawan maupun non usahawan. a) Orang pribadi Usahawan adalah orang pribadi dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah. Contohnya: Pengusaha Toko Emas, Pengusaha Industri Kertas. b) Wajib Pajak Orang Pribadi Non Usahawan adalah orang pribadi yang mendapatkan penghasilan dari pekerjaan dan pekerjaan bebas. Contohnya: Pegawai Swasta, Pegawain BUMN, PNS, Dokter, Notaris, Akuntan. B. Wajib pajak badan, adalah sekumpulan orang dan / atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, pers (PT), perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) atau daerah dengan nama dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi masa, organisasi sosial politik atau organisasi sejenis, lembaga, badan usaha tetap dan badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

14 2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagi tanda pengenal diri Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. 3. Istilah-Istilah Pajak A. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu. B. Bagian tahun pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (Satu) Tahun Pajak C. Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang berhubungan dengan pembayaran pajak. D. Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. E. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. 4. Surat Pemberitahuan (SPT) Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak, dan atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Jenis-jenis SPT sebagai berikut: A. SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk Suatu Masa Pajak

15 B. SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk Satu Tahun Pajak C. Tahun Pajak adalah Bagian Tahun Pajak. 2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak Menurut Diana Sari (2013; 78), ada beberapa sistem pemungutan pajak yang terdiri sebagai berikut: a. Official Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciriciri official assessment system adalah sebagai berikut: Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus, Wajib Pajak bersifat pasif, Utang yang timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus. b. Self Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri, Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. c. With Holding System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang wajib memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk

16 menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak. Dari 3 sistem pemungutan pajak di atas, Indonesia merupakan negara yang menganut self asessment system dimana wajib pajak diminta aktif dalam menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Hal ini membuat Wajib Pajak jadi lebih mandiri dalam menjalankan kewajibannya dan Dirjen Pajak atau fiskus hanya tinggal mengawasinya saja. 2.2 Kesadaran Wajib Pajak Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2003: 847), kesadaran adalah keadaan tahu, keadaan mengerti dan merasa. Pengertian ini juga merupakan kesadaran dari diri seseorang maupun kelompok. Jadi kesadaran wajib pajak adalah sikap mengerti wajib pajak badan atau perorangan untuk memahami arti, fungsi dan tujuan pembayaran pajak. Kesadaran wajib pajak merupakan faktor terpenting dalam sistem perpajakan modern Sofyan Syafri Harahap, (2004;43) Soemarso Slamet Rahardjo (1996) menyatakan bahwa, Kesadaran untuk membayar pajak tidak tumbuh dimasyarakat disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara wajib pajak dengan pemerintah dalam pelaksanaan perpajakan. Sampai sekarang masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa pajak merupakan pungutan bersifat paksaan yang merupakan hak istimewa pemerintah dengan tidak memberikan kontraprestasi langsung kepada pembayar pajak.

17 Menurut Wuri Manik Asri (2009) Wajib Pajak dikatakan memiliki kesadaran apabila sesuai dengan hal-hal berikut: a. Mengetahui adanya Undang-undang dan ketentuan perpajakan; b. Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara; c. Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; d. Menghitung, membayar, me laporkan pajak dengan suka rela; e. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar Secara empiris telah dibuktikan bahwa bahwa makin tinggi kesadaraan perpajakan wajib pajak maka akan makin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak Agus Nugroho Jatmiko, (2006;23). 2.2.1 Indikator Kesadaran Wajib Pajak Menurut Slamet Edi Irianto (2005;36) beberapa bentuk kesadaran dalam membayar pajak yang medorong wajib pajak untuk membayar pajak, diantaranya : 1. Kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk pasrtisipasi dalam menunjang pembanguanan Negara. Dengan menyadari hal ini, wajib pajak mau membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan pajak yang dilakukan. Pajak disadari digunakan untuk membangun negara guna meningkatkan kesejahteraan warga negara.

18 2. Kesadaran bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak sangat merugikan negara. Wajib pajak mau membayar pajak karena memahami bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak berdampak pada kurangnya sumber daya finansial yang dapat mengakibatkan terhambatnya pembangunan negara. 3. Kesadaran bahwa wajib pajak ditetapkan dengan undang-undang dan dapat dilaksanakan. 2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Wajib Pajak Menurut Guritno Mangkoesoebroto (1998;52) kesadaran wajib pajak sering dikaitkan dengan kerelaan dan kepatuhan dalam melaksanakan hak dan kwajiban perpajakan sesuai dengan peraturan yang berlaku, terutama pada hal sebagai berikut : 1 Pengetahuan masyarakat, yang semakin tinggi mudah bagi pemerintah untuk menyadarkan wajib pajak terutama mengenai hubungan antara biaya dan manfaat dari setiap aktivitas pemerintahan. 2 Tingkat pendidikan, hal ini diperlukan dalam pemahaman pajak dan pengisian formulis pajak yang terkadang terasa rumit bagi masyarakat. 3 Sistem yang berlaku terutama sistem pajak yang adil dan sistem administrasi yang mudah dan sederhana.

19 2.2.3 Sikap Wajib Pajak Terhadap Kesadaran Perpajakan Sebagaimana diketahui bahwa dalam sistem perpajakan yang baru, Wajib pajak diberikan kepercayaan untuk melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan, membayarkan, melaporkan sendiri pajak yang terutang. Besarnya pajak dihitung sendiri oleh Wajib Pajak, kemudian membayar pajak yang terutang berdsarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dengan sistem perpajakan yang baru diharapkan akan tercipta unsur keadilan dan kebenaran mengingat pada wajib pajak yang besangkutanlah yang sebenernya mengetahui besarnya pajak yang terutang. Ryan Kiryanto, (2000;41) 2.3 Sanksi Pepajakan 2.3.1 Pengertian Sanksi Perpajakan Mardiasmo (2006:39) menyatakan bahwa Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Sedangkan menurut (Agus Nugroho Jatmiko, 2006), Wajib Pajak akan memenuhi kewajiban perpajakannya bila memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya. Berdasarkan definisi diatas dapat di kemukakan bahwa sanksi perpajakan merupakan suatu jaminan bahwa peraturan perundang-undangan perpajakan dapat dipatuhi. Wajib pajak akan memenuhi pembayaran pajak bila memandang sanksi

20 perpajakan akan lebih banyak merugikannya Agus Nurgroho Jatmiko, (2006;20). Semakin tinggi atau beratnya sanksi, maka akan semakin merugikan wajib pajak. 2.3.2 Jenis-Jenis Sanksi Perpajakan Ada dua macam sanksi perpajakan menurut Diana Sari, (2013; 270) : 1. Sanksi Administrasi yang terdiri dari : a. Sanksi Administrasi berupa denda Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan dalam UU Perpajakan. Terkait besarnya denda dapat ditetapkan sebesar jumlah tertentu, persentase dari jumlah tertentu, atau suatu angka perkalian dari jumlah tertentu. b. Sanksi Administrasi berupa bunga Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan atas pelanggaran yang menyebabkan utang pajak menjadi lebih besar. Jumlah bunga dihitung berdasarkan persentase tertentu dari suatu jumlah, mulai dari saat bunga itu menjadi hak/kewajiban sampai dengan saat diterima dibayarkan. c. Sanksi Administrasi berupa kenaikan Jika melihat bentuknya, bisa jadi sanksi administrasi berupa kenaikan adalah sanksi yang paling ditakuti oleh wajib pajak. Hal ini karena bila dikenakan sanksi tersebut, jumlah pajak yang harus dibayar bisa menjadi berlipat ganda. Sanksi berupa kenaikan pada dasarnya dihitung dengan angka persentase tertentu dari jumlah pajak yang tidak kurang bayar.

21 2. Sanksi Pidana UU KUP menyatakan bahwa pada dasarnya, pengenaan sanksi pidana merupakan upaya terakhir untuk meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak. Hukum pidana diterapkan karena adanya tindak pelanggaran dan tindak kejahatan. Sehubungan dengan itu, di bidang perpajakan, tindak pelanggaran disebut dengan kealpaan, yaitu tidak sengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang mengindahkan kewajiban pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Sedangkan tindak kejahatan adalah tindakan dengan sengaja tidak mengindahkan kewajiban pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Menurut ketentuan dalam undang-undang perpajakan, ada 3 macam sanksi pidana, yaitu: Denda pidana Sanksi berupa denda pidana dikenakan kepada Wajib Pajak dan diancamkan juga kepada pejabat pajak atau pihak ketiga yang melanggar norma. Denda pidana dikenakan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran maupun bersifat kejahatan. Pidana kurungan Pidana kurungan hanya diancamkan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran. Dapat ditujukan kepada Wajib Pajak, dan pihak ketiga. Karena pidana kurungan diancamkan kepada si pelanggar norma itu ketentuannya sama dengan yang diancamkan dengan denda pidana, maka masalahnya hanya

22 ketentuan mengenai denda pidana sekian itu diganti dengan pidana kurungan selama-lamanya sekian. Pidana penjara Pidana penjara seperti halnya pidana kurungan, merupakan hukuman perampasan kemerdekaan. Pidana penjara diancamkan terhadap kejahatan. Ancaman pidana penjara tidak ada yang ditujukan kepada pihak ketiga, adanya kepada pejabat dan kepada Wajib Pajak. 2.3.3 Indikator Sanksi Pajak sanksi perpajakan dapat diukur dengan indikator menurut ( I Ketut Yadnyana, 2009) sebagai berikut: 1. Sanksi pidana yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak cukup berat. 2. Sanksi administrasi yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak sangat ringan. 3. Pengenaan sanksi yang cukup berat merupakan salah satu sarana untuk mendidik wajib pajak. 4. Sanksi pajak harus dikenakan kepada pelanggarnya tanpa toleransi. 2.4 Kepatuhan Wajib Pajak 2.4.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak Menurut Kamus Umum Bahasa Indonsia, kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran aturan.

23 Menurut Moh. Zain (2007;167), Kepatuhan Wajib Pajak memiliki pengertian yaitu suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi di mana: 1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 2. Mengi si formulir pajak dengan lengkap dan jelas 3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar 4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya. Menurut Siti Kurnia Rahayu (2006;111) : Pengertian kepatuhan wajib pajak adalah rasa bersalah dan rasa malu, persepsi wajib pajak atas kewajaran dan keadilan beban pajak yang mereka tanggung, dan pengaruh kepuasan terhadap pelayanan pemerintah. Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010;138) : Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai sutau keadaan di mana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan Wajib Pajak menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000, yaitu suatu tindakan Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku disuatu Negara. Kepatuhan Wajib Pajak juga dapat didefinisikan sebagai kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, dalam menghitung dan memperhitungkan besarnya pajak yang terutang, serta membayar kewajiban perpajakannya.

24 Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007, wajib pajak dimasukkan dalam kategori wajib pajak patuh apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Tepat waktu dalam menyampaikan surat pemberitahuan untuk semua jenis pajak dalam dua tahun terakhir b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengasur atau menunda pembayaran pajak. c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir. d. Dalam dua tahun pajak terakhir menyelenggarakan pe mbukuan sebagaimana dimaksud dalam UU No.28 tahun 2007 KUP pasal 28, dan dalam hal terdapat wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk tiap-tiap jenis pajak yang terutang paling banyak 5% e. Wajib pajak laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi komersial dan fiskal. Dalam hal wajib pajak yang laporan keuangannya tidak diaudit oleh akuntan publik dipersyaratkan untuk memenuhi ketentuan pada huuf a,b,c dan di atas. 2.4.2 Faktot-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pajak Berdasarkan penelitian Septiyani Nur Khasanah (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak diantaranya yaitu pengetahuan para

25 wajib pajak, kurangnya kesadaran wajib pajak dalam melaporkan dan membayar pajak terutang sehingga berusaha untuk membayar kewajiban pajaknya lebih kecil dari yang seharusnya, dan adanya sanksi dan sistem administrasi perpajakan yang selalu mengalami modernisasi dimana masyarakat selalu dituntut untuk beradaptasi. oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa wajib pajak sebagai warga negara yang taat peraturan harus senantiasa mematuhi peraturan-peraturan perpajakan yang telah dibuat oleh Negara. 2.4.3 Indikator Kepatuhan Pajak Adapun indikator dalam mengukur kepatuhan Wajib Pajak Siti Kurnia Rahayu (2010;139) yaitu: 1. Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, 2. kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), 3. kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang, dan 4. kepatuhan dalam pembayaran tunggakan 2.5 Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya yang digunakan oleh penulis sebagai rujukan adalah penelitian oleh Ni Ketut Muliari, (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh persepsi tentang sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak pada kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi di kantor pelayanan pajak. Hasil penelitiannya adalah Persepsi wajib pajak tentang sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak

26 secara parsial berpengaruh positif dan signifikan pada kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur Tryana A.M Tirada, (2013) melakukan penelitian tentang kesadaran perpajakan, sanksi pajak, sikap fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di kabupaten Minahasa Selatan. Hasil penelitiannya adalah kesadaran perpajakan dan sanksi pajak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kapatuhan wajib pajak orang pribadi di Kabupaten Minahasa Selatan. Sedangkan sikap fiskus tidak memberikan pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kabupaten Minahasa Selatan. Cindy Jotopurnomo dan Yenni Mangoting (2013) melakukan peelitian mengenai pengaruh kesadaran Wajib Pajak, kualitas pelayanan fiskus, sanksi perpajakan, lingkungan wajib pajak berada terhadap kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi di Surabaya. Hasil penelitiannya adalah kesadaran Wajib Pajak, kualitas pelayanan fiskus, sanksi perpajakan, dan lingkungan Wajib Pajak berada berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Surabaya. Sri Putri Tita Mutia, (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh sanksi perpajakan, kesadaran perapajakan, pelayanan fiskus dan tingkat pemahaman terhadap kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi di KPP Pratama Padang. Hasil penelitiannya adalah sanksi perpajakan, kesadaran perapajakan, pelayanan fiskus dan tingkat pemahaman memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi

27 Alfarizal Tahar & Willie Sandy (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh kesadaran wajib pajak dan sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Seberang Ulu. Hasil pengujian hipotesis secara simultan membuktikan bahwa variabel kesadaran wajib pajak dan sanksi pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Seberang Ulu Ratih Novita Sari (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh kesadaran wajib pajak dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian Ratih Novita Sari (2014) ialah bahwa variabel kesadaran wajib pajak dan sanksi Perpajakan secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Tri Yulia Febrianti, (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh pengetahuan perpajakan dan kesadaran wajib pajak orang pribadi. Hasil penelitian Febrianti, Tri Yulia (2014) ialah hasil uji variable menunjukan bahwa pengetahuan perpajakan dan kesadaran wajib pajak secara silmutan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Irena Rusvianti, (2016) melakukan penelitian mengenai pengaruh pengetahuan perpajakan wajib pajak dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Berikut ini akan disajikan rangkuman mengenai penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul dalam penelitian yaitu dapat dilihat pada tabel 2.1,

28 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Penelitian dan Tahun Penelitian 1 Ni Ketut Muliari (2009) 2 Tryana A.M. Tirada ( 2013) Judul Penelitian Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak kesadaran perpajakan, sanksi pajak, sikap fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di kabupaten Minahasa Selatan Hasil Penelitian Persepsi wajib pajak tentang sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak secara parsial berpengaruh positif dan signifikan pada kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur kesadaran perpajakan dan sanksi pajak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kapatuhan wajib pajak orang pribadi di Kabupaten Minahasa Selatan. Sedangkan sikap fiskus tidak memberikan pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kabupaten Minahasa Selatan. 3 Cindy Jotopurnomo dan Yenni Mangoting (2013) Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan Fiskus, Sanksi Perpajakan, Lingkungan Wajib Pajak Berada Terhadap epatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Surabaya. Kesadaran Wajib Pajak, kualitas pelayanan fiskus, sanksi perpajakan, dan lingkungan Wajib Pajak berada berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Surabaya.

29 4 Sri Putri Tita Mutia, (2014) Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kesadaran Perapajakan, Pelayanan Fiskus dan Tingkat Pemahaman Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Padang. Sanksi perpajakan, kesadaran perapajakan, pelayanan fiskus dan tingkat pemahaman memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi 5 Alfarizal Tahar & Willie Sandy (2012) Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi Pajak Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Seberang Ulu. Hasil pengujian hipotesis secara simultan membuktikan bahwa variabel kesadaran wajib pajak dan sanksi pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Seberang Ulu 6 Ratih Novita Sari (2014) Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Variabel Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi Perpajakan secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak 7 Tri Yulia Febrianti, (2014) 8 Irena Rusvianti (2016) Pengaruh Pengetahuan Perpajakan dan Kesadaran wajib Pajak Orang Pribadi Pengaruh Pengetahuan Perpajakan Wajib Pajak Hasil uji variable menunjukan bahwa Pengetahuan Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak secara silmutan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Hasil uji variable menunjukan bahwa Pengetahuan

30 dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Perpajakan Wajib Pajak dan Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak Orang Pribadi. 2.6 Kerangka Pemikiran Pajak merupakan penerimaan Negara yang terbesar, untuk itu sangat dibutuhkan peran serta masyarakat dalam pembayaran pajaknya. Pelaksanaan pemungutan pajak dilaksanakan berdasarkan sistem Self Assesment System yaitu Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Adapun tujuan utama perpajakan di Indonesia yaitu menuntut keikutsertaan para Wajib Pajak untuk dapat secara aktif dan patuh dalam menyelenggarakan kewajiban perpajakannya. Kepatuahan wajib pajak merupakan aspek yang sangat penting dalam meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007, wajib pajak dimasukkan dalam kategori wajib pajak patuh apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Tepat waktu dalam menyampaikan surat pemberitahuan untuk semua jenis pajak dalam dua tahun terakhir b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengasur atau menunda pembayaran pajak. c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.

31 d. Dalam dua tahun pajak terakhir menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud dalam UU No.28 tahun 2007 KUP pasal 28, dan dalam hal terdapat wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk tiap-tiap jenis pajak yang terutang paling banyak 5% e. Wajib pajak laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi komersial dan fiskal. Dalam hal wajib pajak yang laporan keuangannya tidak diaudit oleh akuntan publik dipersyaratkan untuk memenuhi ketentuan pada huuf a,b,c dan di atas. Bagaimanapun juga, menuju wajib pajak yang patuh adalah tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah dan kepatuhan ini hanya akan terwujud apabila para Wajib Pajak memiliki kesadaran dalam melakukan kewajiban perpajkannya dan memahami segala peraturan mengenai sanksi-sanksi yang berlakut,

32 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Wajib Pajak Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi (X1) Kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk pasrtisipasi dalam menunjang pembangunan negara Kesadaran bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak sangat merugikan negara. Kesadaran bahwa wajib pajak ditetapkan dengan undang-undang dan dapat dilaksanakan. Sanksi Perpajakan (X2) Sanksi Administrasi Sanksi Pidana Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT) Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang, dan Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.

33 2.6.1 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Kepatuahan Wajib Pajak Kesadaran wajib pajak adalah sikap mengerti wajib pajak badan atau perorangan untuk memahami arti, fungsi dan tujuan pembayaran pajak. Kesadaran wajib pajak merupakan faktor terpenting dalam sistem perpajakan modern Sofyan Syafri Harahap, (2004: 43). Menurut Soemarso Slamet Rahardjo (1996) kesadaran untuk membayar pajak tidak tumbuh dimasyarakat disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara wajib pajak dengan pemerintah dalam pelaksanaan perpajakan. Sampai sekarang masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa pajak merupakan pungutan bersifat paksaan yang merupakan hak istimewa pemerintah dengan tidak memberikan kontraprestasi langsung kepada pembayar pajak. Kesadaran wajib pajak atas perpajakan sangangat diperlukan guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Tingkat kesadaran perpajakan menunjukan seberapa besar tingkat pemahaman seseorang tentang arti, fungsi, sanksi dan peranan pajak. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan (Ni Ketut Muliari dan Putu Ery Setiawan, 2009). Secara empirispun telah dibuktikan bahwa bahwa makin tinggi kesadaraan perpajakan wajib pajak maka akan makin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak Agus Nugroho Jatmiko, (2006;23).

34 Di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Ni Ketut Muliari dan Putu Ery Setiawan 2009) menemukan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak, jika kesadaran wajib pajak baik maka kepatuhan wajib pajak pun akan naik. Dan penelitian yang dilakukan Tryana A.M Tiraada (2013) menyebutkan pula kesadaran perpajakan berpengaruh besar terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Bahwa sikap sadar wajib pajak akan kewajiban perpajakannya dan sadar akan fungsi pajak akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesadaran wajib pajak tergantung pada individual masing-masing, baik dari pengamatan dari orang lain maupun pengalaman pribadi. Sehingga apabila kesadaran wajib pajak terus meningkat, maka kepatuhan wajib pajak juga akan meningkat 2.6.2 Pengaruh Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakasn alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan Mardiasmo, (2006:39). Penerapan sanksi diterapkan sebagai akibat tidak terpenuhinya kewajiban perpajakan oleh wajib pajak sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang perpajakan. Wajib pajak akan memenuhi pembayaran pajak bila memandang sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya Agus Nurgroho Jatmiko, (2006;20). Semakin tinggi atau beratnya sanksi, maka akan semakin

35 merugikan wajib pajak. Oleh sebab itu, sanksi perpajakan diduga akan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Cindy Jotopurnomo dan Yenni Mangoting 2013) menunjukan bahwa Sanksi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Dan juga penelitian yang dilakukan oleh (Sri Putri Tita Mutia, 2014) Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara sanksi perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak. Hal ini berarti semakin tinggi sanksi perpajakan, maka kepatuhan wajib pajak akan tercapai. Wajib pajak yang tidak patuh dalam melaksanakan kewajibannya akan mendapatkan sanksi berupa sanksi adiministrasi atau sanksi pidana. Penerapan sanksi secara efektif akan mendorong tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya. 2.6.3 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi dan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Menurut Moh. Zain, (2004), Kepatuhan Wajib Pajak memiliki pengertian yaitu suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi di mana: 1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 2. Mengi si formulir pajak dengan lengkap dan jelas 3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar

36 4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya. Kepatuhan diduga dapat di pengaruhi oleh dua faktor yaitu kesadaran dan juga sanksi. Berdasarkan penelitian Septiyani Nur Khasanah (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak tersebut diantaranya yaitu pengetahuan para wajib pajak, kurangnya kesadaran wajib pajak dalam melaporkan dan membayar pajak terutang sehingga berusaha untuk membayar kewajiban pajaknya lebih kecil dari yang seharusnya, dan adanya sistem administrasi perpajakan yang selalu mengalami modernisasi dimana masyarakat selalu dituntut untuk beradaptasi. Adapun penerapan sanksi perpajakan baik administrasi (denda, bunga dan kenaikan) dan pidana ( kurungan dan penjara) akan mendorong kepatuhan Wajib Pajak (John dkk., 2007) Di dukung pula penelitian Alfarizal Tahar & Willie Sandy (2012) meyatakan, Hasil pengujian hipotesis secara simultan membuktikan bahwa variabel kesadaran wajib pajak dan sanksi pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Seberang Ulu. Menurut Kamil dalam berdasarkan analisis dan pembahasan penelitian, dapat disimpulkan bahwa Kesadaran wajib pajak, Pengetahuan, Denda Pajak dan Jasa Pajak memiliki dampak yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi 'pada Kantor Pelayanan Pajak di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Bandung.

37 Dari uraian kerangka pemikiran di atas dapat disajikan skema model pemikiran mengenai dua faktor yang mempengaruhi kemauan untuk membayar pajak yang akan penulis teliti dalam gambar 1.5 berikut ini: Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi Kepatuhan Wajib Pajak Sanksi Perpajakan Gambar 2.2 Paradigma Konseptual Penelitian 2.7 Hipotesis Penelitian berikut : Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan tiga hipotesis sebagai Hipotesis 1 (H 1 ) : Kesadaran wajib pajak berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hipotsis 2 (H 2 ) : Sanksi perpajakan berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hipotesis 3 (H 3 ) : Kesadaran Membayar pajak dan sanksi perpajakan berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.