BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. secara konvensional maupun inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dalam menjalankan tugasnya dapat mencapai hasil dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk. mempersiapkan kesuksesan seseorang dimasa depan, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan tinggi rendahnya kualitas dan nilai suatu negara, karena itu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Pengesahan Judul. ini didasari oleh pandangan al-qur an dalam surah Al-Mujadalah, ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. akan ditentukan oleh keadaan pendidikan yang dijalani bangsa itu. 1. Pendidikan sebagai identitas mutlak dalam rangka pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tinta hitam tergantung yang menuliskannya. No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu dan cakap. 1 Berhasil tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN. mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. yang bagus, dibutuhkan proses pendidikan yang bagus pula. Setiap usaha

B A B I PENDAHULUAN. khususnya proses pembelajaran di sekolah terus di lakukan seiring dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 89

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan sumber daya manusia yang bermutu tinggi. Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003: bahwa pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada terhambatnya kemajuan negara. Menurut Nata (2012: 51) pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) anggapan dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri

BAB I PENDAHULUAN. tentang pendidikan akan selalu muncul dan orangpun tak akan berhenti untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan global. Maka sebagai bangsa, kita perlu terus mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Karya, Bandung, 2008, hlm Kamus Besar Bahasa Indonesia lengkap, CV Mini Jaya Abadi, Jakarta, 2000, hlm. 58.

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap peserta didik

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa berbagai dampak

BAB I PENDAHULUAN. sejak manusia ada. Apalagi masa-masa sekarang dan masa mendatang. Maju

Pendidikan merupakan bentuk perkembangnya potensi menjadi. manusia yang peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan wadah bagi anak untuk belajar memperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengkondisikan kelas atau mengelola kelas, agar pelaksanaan. pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, Indonesia dapat sejajar dengan bangsa-bangsa yang sudah maju.

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepibadian yang utama. 1. professional yang dituntut untuk melakukan transformasi pengetahuan agar

BAB I PENDAHULUAN. pengganti dan penerus yang mendahuluinya, dan sebagai pewaris-pewaris di muka

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar anak

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. berkesimbungan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. 1 Karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 telah

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dan sekaligus sistem yang bermuara dan berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan diyakini sebagai manusia yang ideal. Dan wujud manusia ideal ini digambarkan dalam tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam Undang-undang No. 2 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 menyatakan Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis secara bertanggung jawab. 1 Dan perumusan tujuan yang sejelas-jelasnya merupakan persyaratan penting sebelum seseorang menentukan strategi yang tepat, kekaburan di dalam merumuskan tujuan yang ingin dicapai menyebabkan kesulitan di dalam memilih dan menentukan strategi yang tepat. Dan dengan strategi yang tepat, guru dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara tepat pula. Adapun strategi pengajaran yang (di sini) adalah pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang digariskan. 2 Dan tahapan-tahapan dalam proses mengajar memiliki hubungan erat 1 UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 2 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zaini, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta, Rineka Cipta : 1996) hal. 5 1

2 dengan penggunaan strategi mengajar dalam setiap proses belajar mengajar. Penggunaan strategi mengajar harus selalu merupakan rangkaian yang utuh dalam tahapan-tahapan mengajar yang terdiri dari tahap pra instruksional (tahapan persiapan sebelum mengajar) tahap instruksional (saat-saat pengajaran dan tahap evaluasi dan tindak lanjut) (tahap penilaian hasil belajar dan penindak lanjutan). 3 Oleh karena itu penilaian strategi yang kurang tepat atau monoton dapat menimbulkan kebosanan. Sedangkan kebosanan merupakan suatu permasalahan yang dialami oleh setiap manusia, termasuk siswa. Kebosanan itu biasanya terjadi apabila kita melakukan suatu aktifitas secara berulang-ulang tanpa adanya variasi. Kebosanan siswa dalam belajar merupakan permasalahan dalam dunia pendidikan, sebab apabila kebosanan itu muncul maka efektifitas dan efisiensi kegiatan belajar mengajar akan sulit tercapai secara maksimal. Dan salah satu masalah yang dihadapi oleh guru dalam menyelenggarakan pengajaran adalah menimbulkan motivasi dalam diri siswa untuk belajar secara efektif. Sebab keberhasilan suatu pengajaran sangat dipengaruhi oleh adanya motivasi belajar siswa, salah satu cara untuk menimbulkan motivasi adalah bagaimana seorang guru dapat mensiasati atau membuat stratagi yang tepat sehingga motivasi belajar siswa dapat kita capai dengan baik. Dalam GBPP dijelaskan bahwa pola pendidikan agama Islam dilakukan dengan terpadu yaitu dikembangkan dengan menekankan keterpaduan antara lingkungan keluarga, sekolah dan lain-lainnya. 3 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung, Remaja Rosda Karya : 1995) hal. 217

3 Dalam belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu sisi anak didik memiliki motivasi yang rendah, tetapi saat lain anak didik mempunyai motivasi yang tinggi. Anak didik satu bergairah belajar, anak didik yang lain kurang gairah belajar. Sementara sebagian besar anak belajar satu atau dua orang anak tidak belajar. Mereka duduk dan berbicara (berbincang-bincang) satu sama lain tentang hal-hal yang terlepas dari masalah pelajaran. Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu yang relatif lama. Bila terjadi perubahan suasana kelas, sulit menormalkan kembali. Ini sebagai tanda adanya gangguan dalam proses belajar mengajar. Akibatnya, jalannya pelajaran menjadi kurang efektif. Efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuanpun jadi terganggu disebabkan anak didik kurang mampu berkonsentrasi. Metode yang hanya satu-satunya dipergunakan tidak dapat diperankan, karena memang gangguan itu terpangkal dari kelemahan metode tersebut. Karena itu, dalam belajar kebanyakan guru menggunakan beberapa metode dan jarang sekali menggunakan satu metode. Dalam kegiatan belajar mengajar guru bisa saja membagi anak didik ke dalam beberapa kelompok belajar. Tetapi dalam hal ini terkadang diperlukan juga pendapat dan kemauan anak didik. Bagaimana keinginan mereka masing-masing. Boleh jadi dalam suatu pertemuan ada anak didik yang suka belajar dalam kelompok tetapi ada juga anak didik yang senang belajar sendiri. Bila hal ini terjadi, maka ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu belajar dalam kelompok

4 dan belajar sendiri. Terlepas dari kelompok tetapi masih dalam pengawasan dan bimbingan guru. 4 Oleh sebab itu, proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang terorganisasi. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai tujuan pendidikan. Pengawasan turut menentukan lingkungan itu membantu kegiatan belajar. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang menantang dan merangsang para siswa untuk belajar memberikan rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu faktor yang mendukung kondisi belajar di dalam suatu kelas adalah job description proses belajar mengajar yang berisi serangkaian pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa. 5 Dan juga dalam belajar harus ada motivasi terhadap siswa dan guru karena motivasi adalah unsur yang utama dan proses belajar dan belajar tidak akan berlangsung tanpa perhatian. Anak memperhatikan sesuatu secara spontan segera setelah diberi perangsang karena itu tertarik kepada hal itu, dikatakanlah bahwa hal itu menarik perhatian dan memuaskan. Lama-kelamaan berakhirlah perhatian secara spontan itu, maka dikatakanlah bahwa hal itu tidak lagi menarik perhatian. Jadi, sesuatu hal dikatakan menarik perhatian bila anak memperhatikannya secara spontan tanpa memerlukan usaha. Hal ini memungkinkan karena dorongandorongan dasar (basic drives) pada anak berfungsi atau sikap-sikap, penghargaan, minat dan tingkah laku yang diperoleh sebelumnya melalui pengalaman, 4 Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, hal. 66 5 Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Pustaka Setia, Bandung : 1997) hal. 33

5 membuat sesuatu menarik perhatian. Kalau materi pelajaran yang diberikan menarik perhatian murid bukan karena usaha guru yang membuat pelajaran menarik, maka hal itu disebabkan oleh karena murid tertarik secara spontan kepada materi itu. Dalam hal itu tidak diperlukan motivasi. Bila tidak ada perhatian spontan, yakni anak tidak tertarik dengan segera dan akan memberi perhatian setelah ada motif yang kuat (tenaga yang memaksa) maka guru harus memotivasi atau memaksa murid memperhatikan aktifitas belajar kalau murid sudah memiliki motif, ia akan memberikan perhatian (voluntary attention) walaupun pelajaran itu tidak menarik. Voluntary attention ini sangat penting karena kebanyakan materi pelajaran yang diberikan di sekolah pada umumnya kurang menarik. 6 Berpijak dari hal tersebut, kiranya penting sekali untuk dikaji lebih jauh mengenai strategi pendidikan agama Islam. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penelitian yang bersifat kualitatif ini akan menfokuskan pada permasalahan-permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam? 2. Bagaimana strategi pengajaran pendidikan agama Islam di MTs. Negeri Umbulsari Jember? 6 Zakiah Darajat, dkk, Motodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Bumi Aksara, Jakarta : 1995) hal. 142-143

6 3. Bagaimana perkembangan pendidikan agama Islam dengan adanya strategi pengajaran pendidikan agama tersebut? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui arti strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam 2. Untuk mengetahui strategi pengajaran pendidikan agama Islam di MTs. Negeri Umbulsari Jember. 3. Untuk mengetahui perkembangan strategi pengajaran pendidikan agama Islam di MTs. Negeri Umbulsari Jember. D. Pentingnya Penelitian 1. Bagi peneliti. Dengan penelitian ini akan menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman penulis khususnya yang berkenaan dengan penelitian ini. 2. Bagi lembaga obyek peneliti. Dengan adanya penelitian ini setidaknya dapat dipakai sebagai masukan bagi pengelola MTs. Negeri Umbulsari Jember untuk menciptakan strategi pengajaran pendidikan agama Islam yang lebih produktif demi terbentuknya siswa-siswi yang berkualitas di masa depan. 3. Bagi IAIN Sunan Ampel Surabaya Penelitian ini di samping sebagai sumbangan perpustakaan untuk bahan bacaan mahasiswa, juga diharapkan menjadi bahan yang berkaitan dengan

7 masalah kependidikan sehingga membawa keberhasilan yang optimal dalam meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. 4. Bagi ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini akan turut memperkaya khasanah ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu Tarbiyah pada khususnya. E. Definisi, Asumsi dan Keterbatasan 1. Definisi Untuk mencegah kesimpangsiuran penafsiran dalam penelitian ini yang berjudul "Strategi Pengajaran Pendidikan Agama Islam di MTs. Negeri Umbulsari Jember", maka penulis akan memberikan definisi yang terkandung di dalamnya adalah sebagai berikut: a. Strategi Pengajaran Dalam konteks pengajaran, istilah strategi biasa diartikan sebagai suatu pola umum tindakan guru peserta didik dalam manifestasi aktifitas pengajaran. 7 Sedangkan pengajaran adalah suatu cara khusus yang dilakukan seorang guru dalam menyampaikan bahan pelajaran tertentu. 8 b. Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dan meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran atau latihan dengan 7 Ahmad Rohani, HM, Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Rineka Cipta, Jakarta : 1991), hal. 31 8 Tayur Yusuf, Saiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (PT. Raja Grafinda Persada, Jakarta : 1995) hal. 13

8 memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama. 9 2. Asumsi Asumsi penelitian ini adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. 10 Dengan demikian, maka asumsi dalam penelitian ini adalah bahwa keberhasilan pendidikan di MTs. Negeri Umbulsari Jember di dalam membentuk alumni yang berkualitas sehingga nantinya mampu untuk bersaing di tengah-tengah perubahan sangatlah erat hubungannya dengan adanya pengembangan strategi pengajaran pendidikan agama Islam yang dipakai selama ini. 3. Keterbatasan Keterbatasan penelitian adalah gambaran ruang lingkup dari sebuah penelitian yang rumusan masalahnya masih cukup luas. 11 Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah ini bertujuan agar penyusunan proses pembahasan dapat terarah dan mengenai pada sasaran yang diharapkan, sehingga sekaligus merupakan ruang lingkup dalam 9 GBPP, Kurikulum Pendidikan Dasar, Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : 1994) hal. 1 10 Tim Penyusun Pedoman Penulis Karya Ilmiah, (Satgasi Opp Proyek IPP, Malang IKIP Malang : 1993), hal. 11 11 Moh. Ali, Penelitian Kependidikan, (Angkasa, Bandung : 1993), hal. 37

9 pembatasan ini yaitu strategi pengajaran pendidikan agama Islam di MTs. Negeri Umbulsari Jember. Sebagai penelitian yang bersifat kualitatif, maka tidaklah mungkin bila ada permasalahan yang berkembang dan perlu dipecahkan, karena kondisi empiris tidak selalu sama dengan kondisi yang teoritis disebabkan permasalahan tersebut dapat timbul mengikuti perkembangan kondisi yang ada. Dengan demikian sesuai dengan judul penelitian ini, maka penekanannya tidak membicarakan teoritis secara luas melainkan menfokuskan pelaksanaannya di suatu lembaga pendidikan. F. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah dalam memahami tulisan skripsi ini, penulis membuat sistematika dalam skripsi ini sebagai berikut: Bab I : Pembahasan, terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, pentingnya penelitian, definisi, asumsi dan keterbatasan, dan sistematika pembahasan. Bab II : Kajian Pustaka, terdiri dari: pertama, tinjauan tentang strategi pengajaran pendidikan agama Islam yang berisi tentang pengertian strategi pengajaran pendidikan agama Islam, kedudukan strategi pengajaran pendidikan agama Islam, dan strategi pengajaran pendidikan agama Islam sebagai sistem pengajaran. Kedua, komponen pengajaran pendidikan agama Islam sebagai suatu strategi pengajaran yang berisi mengenai komponen tujuan, komponen materi,

10 komponen tenaga pengajar dan anak didik, komponen metode dan alat peraga, dan komponen evaluasi, dan diakhiri dengan penelitian sebelumnya. Bab III : Metode penelitian, yang terdiri dari: jenis penelitian, jenis data, sumber data, teknik penentuan subyek penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.. Bab IV : Hasil dan pembahasan, terdiri dari: paparan data dan temuan penelitian yang mencakup lokasi penelitian, sejarah berdirinya, profil, strategi pengajaran agama Islam di tempat penelitian, perkembangan pendidikan agama Islam dengan adanya pengajaran serta temuan data, dan diakhiri dengan analisis data. Bab V : Penutup, yang terdiri dari: kesimpulan dan saran.