BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan kualitas diri bagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. anak usia dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Pada rentang usia ini anak mengalami the golden years yang. perkembangannya, termasuk perkembangan fisik-motoriknya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, menurut Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut Hasan (2011: 15), adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek, baik kognitif, efektif maupun fisik motorik. besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari,

2014 USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERJALAN DI ATAS PAPAN TITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupun

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa peka).

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI TEKNIK LOKOMOTOR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KECAMATAN SIPATANA KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam. proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalur pendidikan formal (Taman Kanak Kanak, Raudhatul Athfal,

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat bagi perkembangan buah hatinya. Dengan demikian anak akan

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. cepat di berbagai aspek perkembangannya dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala perubahan yang terjadi pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

1. PENDAHULUAN. lanjut, pendidikan dimulai dari sejak dini hingga akhir kelak. Dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioal-emosional, bahasa dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya anak usia dini memiliki potensi yang dibawa sejak lahir, dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhandan perkembangannya.pada usia 0 tahun 8 tahaun merupakan. mengoptimalkan lima aspek perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

I. PENDAHULUAN. tersebut adalah dengan membuat UU. No. 20 tahun 2003 tentang. SISDIKNAS pasal 1 butir 14 yang bunyinya :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aspek fisik dan non fisik. Secara alamiah, perkembangan anak berbeda-beda, baik

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agaranak memiliki kesiapan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI SENAM IRAMA DI TAMAN KANAK-KANAK BINA UMMAT PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa

I. PENDAHULUAN. Pendidkan anak usia dini mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal

Pembelajaran Pendidikan Jasmani untuk Tingkat Raudhatul Athfal ( Khusus pengembangan motorik anak TK / RA )

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. halus). Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang berkualitas, dini disebut juga dengan The Golden Age ( Usia Emas ).

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pondasi awal untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa. Oleh karena itu, memberikan perhatian pendidikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan kualitas diri bagi setiap manusia. Kualitas diri dapat dibentuk sejak usia anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Kesadaran akan pentingnya menghasilkan generasi penerus yang berkualitas, sehingga mengharuskan kita membekali anak dengan pendidikan yang baik agar menjadi manusia seutuhnya dan menjadi generasi yang lebih baik dari pendahulunya. Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang dilakukan untuk membantu perkembangan dan pertumbuhan anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, dengan pemahaman bahwa setiap anak dilahirkan memiliki bakat dan kemampuan. Oleh karena bakat dan kemampuan itu ibarat mutiara yang terpendam dan harus digali, ditemukan, kemudian diasah sehingga benar-benar menjadi mutiara yang sungguhan. Selain menggali bakat dan kemampuan anak, melalui pendidikan ini juga merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dengan upaya pendidikan pembinaan ini diharapkan anak mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal 1, butir 14 menegaskan bahwa; Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang 1

2 dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Menurut Yuliana Nurani Sujiono dan Ma mur Asmani (2015: 14) anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Sehingga proses pembelajaran sebagai bentuk perlakukan kepada anak yang harus memperhatikan setiap tahapan perkembangannya. Hal ini dikarenakan kualitas pertumbuhan dan perkembangan sangat dipengaruhi oleh stimulus yang diberikan. Beberapa aspek perkembangan anak usia dini yaitu aspek kognitif, fisik motorik, bahasa, nilai agama dan moral, sosial emosional, dan seni. Perkembangan anak dalam aspek fisik motorik menjadi salah satu aspek yang harus dikembangkan. Hal ini karena perkembangan fisik motorik anak memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Yamin (2013: 97) bahwa perkembangan fisik merupakan dasar bagi setiap individu untuk mencapai kematangan dalam aspek perkembangan lainnya, seperti kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni. Perkembangan fisik motorik pada anak usia dini dibagi menjadi dua yaitu motorik halus dan motorik kasar. Motorik kasar menjadi salah satu aspek perkembangan yang penting untuk dilatih dan dikembangkan pada masa usia dini. Menurut Samsudin (2008: 11) motorik kasar adalah gerakan tubuh menggunakan otot-otot besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Berdasarkan Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini (STPPA), pada usia 5-6 tahun, anak sudah dapat melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan dan kelincahan, melakukan

3 gerak koordinasi tangan-kepala dalam meniru tarian atau senam, melakukan permainan fisik dengan aturan, terampil menggunakan tangan kanan-kiri, melakukan kegiatan kebersihan sendiri (PERMENDIKBUD NO 137 TAHUN 2014). Untuk mencapai tujuan tersebut perlu disediakan suatu lingkungan yang baik, yang kaya dengan stimulus yang dapat membantu dalam mengembangkan motorik kasarnya. Stimulus tersebut dapat diperoleh melalui bantuan seorang guru dan kegiatan pembelajaran yang tepat. Guru seharusnya merancang pembelajaran dengan sedemikian rupa agar menarik dan efektif yang dapat membuat anak menjadi tertarik. Mengingat pembelajaran di PAUD berorientasi pada belajar seraya bermain dan bermain seraya belajar. Perkembangan kemampuan motorik kasar anak dapat distimulasi dengan berbagai permainan. Karena pada dasarnya anak usia dini tidak dapat dipisahkan dengan bermain. Sehingga bermain merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Menurut Linda dalam Yus (2012: 33) bermain merupakan peluang bagi anak untuk melakukan berbagai hal. Situasi itulah yang membuat anak menjadi belajar. Dengan bermain anak berlatih koordinasi berbagai otot gerak dan belajar melakukan permainan fisik dengan aturan. Melakukan permainan fisik dengan aturan sebagai salah satu indikator perkembangan motorik kasar yang seharusnya dicapai oleh anak usia 5-6 tahun. Selain itu pada usia 5 tahun anak-anak biasanya lebih berani mengambil resiko dan lebih percaya diri untuk melakukan ketangkasan seperti memanjat suatu objek, berlari kencang dan lain sebagainya. RA T.I Al-musthafawiyah yang terletak di jalan Taut Medan ini merupakan salah satu lembaga pendidikan anak usia dini yang mengalami

4 beberapa masalah berkaitan dengan pembelajaran motorik kasar pada anak. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti sebelumnya, perkembangan motorik kasar pada anak didik di RA T.I Almusthafawiyah masih kurang berkembang dengan baik, anak belum mampu melakukan permainan fisik sesuai aturan, menjaga keseimbangan badannya pada saat berlari, anak tidak mau menggunakan permainan yang ada di outdoor. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang menjadi faktor kurang optimalnya perkembangan motorik kasar anak didik seperti, kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih kurang mengembangkan motorik kasar anak. Sebagian besar kegiatan yang dirancang oleh guru lebih mengembangkan aspek kognitif, bahasa dan motorik halus anak. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran anak selalu disuguhkan dengan kegiatan baca, tulis dan hitung (calistung) dan anak didik biasanya disuguhkan dengan kegiatan mewarnai, menggunting, menulis, menempel, membuat kolase, menggambar bebas dan lain sebagainya. Adanya tenaga pendidik atau guru yang mengajar di RA T.I Al- Musthafawiyah belum berasal dari kualifikasi pendidikan guru anak usia dini (PG-PAUD) sehingga pada umumnya guru dalam mengajar belum begitu memperhatikan seluruh aspek perkembangan anak hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru di RA T.I Almusthafawiyah tersebut. Guru masih mengajar dengan lebih banyak melakukan pembelajaran di dalam kelas. Keadaan ini berpengaruh pada keterampilan motorik kasar anak menjadi terbatas, sehingga keterampilan motorik kasar anak berkembang hanya secara alami sesuai keadaan anak itu sendiri.

5 Tidak hanya itu, permasalahan ini juga dirasakan pada beberapa anak yang kurang berminat untuk melakukan aktivitas fisik di luar kelas dan tidak mau mengikuti pembelajaran di luar kelas yang diajarkan oleh guru karena kurang percaya diri. Di RA T.I Almusthafawiyah ini masih terdapat beberapa orang anak didik yang kurang percaya diri, cenderung takut, kurang terbuka dan kurang komunikasi sehingga malas mengikuti aktivitas fisik di luar kelas dan guru kurang memperhatikan minat individu anak didiknya. Terbatasnya waktu bermain, membuat perkembangan motorik kasar anak kurang optimal. Di RA T.I Almusthafawiyah aktivitas bermain hanya dilakukan setiap satu minggu sekali dan dengan beberapa permainan saja seperti, ayunan, prosotan dan jungkat-jungkit. Permainan ini masih kurang memberikan dampak terhadap perkembangan motorik kasar anak didik. Berbagai upaya telah dilakukan oleh guru dalam mengembangkan motorik kasar anak, upaya tersebut telah dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Upaya secara langsung yang telah dilakukan guru dengan memberikan fasilitas berbagai alat permainan yang ada di luar kelas dan melakukan senam setiap semingu sekali. Adapun upaya secara tidak langsung yang telah dilakukan yaitu kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh anak sendiri mulai anak datang ke sekolah hingga anak pulang seperti berjalan kedalam kelas sambil membawa tas, berlari bebas, dan lainnya. Berbagai upaya tersebut belumlah cukup untuk mengembangkan motorik kasar anak. sehingga diperlukan suatu kegiatan yang dapat mengembangkan motorik kasar anak. Adapun upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan bermain.

6 Berbagai macam permainan yang dapat dilakukan untuk mengembangan motorik kasar anak seperti bermain lari estafet. Lari estapet sebagai salah satu jenis olahraga yang menggunakan kekuatan fisik dalam permainan sehingga dapat mengembangkan motorik kasar anak. Hal ini didukung dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sumarjilah, 2014 tentang Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok B Melalui Bermain Estafet Di TK Mekar Siwi Ngaran Kaligesing Purworejo menunjukkan bahwa melalui bermain estafet kemampuan motorik kasar mengalami peningkatan. Hal ini dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek kecepatan anak dimana anak yang dapat berlari dengan cepat dan melaksanakan instuksi guru dengan benar mencapai 88,46% sedangkan aspek kelincahan anak di mana anak tampak lincah dan dapat melaksanakan sesuai instruksi guru mencapai 84,62% dan aspek koordinasi mata dan tangan anak yang di mana anak yang dapat lari sesuai instruksi guru dan mampu melakukan koordinasi mata dan tangan mencapai 88,64%. Hasil ini diperoleh setelah melakukan 3 siklus percobaan. Pada saat melakukan lari estapet anak akan berlari sambil membawa tongkat sebagai alat bermainnya. Dengan melakukan bermain lari estafet, anak secara tidak langsung akan mengembangkan beberapa kemampuan yang dimilikinya seperti berlari, koordinasi, ketangkasan, dan kerjasama. Menurut Djumidar (2004: 14) menyatakan bahwa lari estafet dapat meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kecepatan, meningkatkan kelincahan, meningkatkan kekuatan, dan ketangkasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Barrow Harold M dan Mc Gee, Rosemary yang menyatakan bahwa unsur-unsur dari keterampilan

7 motorik kasar yaitu kekuatan, kecepatan, ketahanan, kelincahan, keseimbangan, fleksibeilitas dan koordinasi. (Kamtini, 2014: 14). Berdasarkan beberapa permasalahan yang telah disampaikan di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Bermain lari estafet Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun Di RA T.I Al-Musthafawiyah Medan T.A 2016/2017. Peneliti mencoba menambahkan aktivitas bermain Di RA T.I Al-Musthafawiyah Medan yaitu bermain lari estafet atau lari sambung untuk anak didik berusia 5-6 tahun. Hal ini dilakukan untuk menggali kekuatan, kecepatan dan ketangkasan anak didik terhadap dampak perkembangan motorik kasar anak. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Sebagian besar kegiatan yang dilakukan oleh guru di RA T.I Al- Musthafawiyah Medan lebih mengembangkan aspek kognitif, bahasa dan motorik halus anak. 2. Perkembangan kemampuan motorik kasar anak belum maksimal karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman tenaga pendidik/guru dalam pembelajaran motorik kasar anak. 3. Masih adanya anak didik yang kurang percaya diri, cenderung takut, kurang terbuka dan kurang komunikasi sehingga malas mengikuti aktivitas fisik di luar kelas.

8 4. Aktivitas bermain anak hanya dilakukan dengan beberapa permainan saja seperti, ayunan, prosotan dan jungkat-jungkit. 1.3. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah perkembangan motorik kasar anak usia 5-6 tahun melalui bermain lari estafet tahun ajaran 2016/2017. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah bermain lari estapet dapat mengembangkan perkembangan motorik kasar anak usia 5-6 tahun di RA T.I MUSTHAFAWIYAH T.A 2016/2017? 1.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bermain lari estafet terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 5-6 tahun di RA T.I AL-MUSTHAFAWIYAH MEDAN. 1.6. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

9 a. Menambah khasanah pengetahuan dalam program pendidikan anak usia dini khususnya tentang permaian yang dapat menembangkan motorik kasar anak. b. Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan bagi peneliti atau peneliti yang lain yang bermaksud mengadakan penelitian pada permasalahan yang sama sehubungan dengan motorik kasar. 2. Manfaat Praktis a. Prodi Sebagai sumbangsih pemikiran dari peneliti bagi prodi PG PAUD, kepada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Medan. b. Sekolah Sebagai sumbangan pemikiran kepada sekolah untuk lebih meningkatkan kemampuan motorik kasar anak khususnya terkait dengan bermaian lari estafet c. Pendidik Sebagai bahan informasi dalam mengembangkan motorik kasar anak, juga menambah wawasan guru. d. Peneliti lain Sebagai data empiris/sumber data bagi peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian terkait dengan motorik kasar anak. e. Peneliti Menambah pengetahuan dan pilar dalam melakuan penelitian serta menambah keterampilan dalam penelitian