KARAKTERISASI AKUIFER KARST MATAAIR NGELENG DENGAN PENDEKATAN VARIASI TEMPORAL SIFAT ALIRAN DAN HIDROGEOKIMIA. Roza Oktama

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISASI AKUIFER KARST MATAAIR NGELENG DENGAN PENDEKATAN VARIASI TEMPORAL SIFAT ALIRAN DAN HIDROGEOKIMIA. Roza Oktama

Serial:Powerpoint Presentasi: MENGENAL KAWASAN KARST, CIRI-CIRI DAN TINDAKAN PREVENTIV SEDERHANA UNTUK PELESTARIANNYA

Serial:Powerpoint Presentasi: HIDROLOGI/ KONDISI AIR DAERAH KARST. Oleh : Tjahyo Nugroho Adji (Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi UGM)

SEBARAN SPASIAL TINGKAT KARSTIFIKASI AREA PADA BEBERAPA MATAAIR DAN SUNGAI BAWAH TANAH KARST MENGGUNAKAN RUMUS RESESI HIDROGRAPH MALIK VOJTKOVA (2012)

Naskah publikasi skripsi-s1 Hendy Fatchurohman (belum diterbitkan)

VARIASI TEMPORAL KANDUNGAN HCO - 3 TERLARUT PADA MATAAIR SENDANG BIRU DAN MATAAIR BEJI DI KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN DAN KECAMATAN GEDANGAN

KAJIAN RESPON DEBIT MATAAIR NGELENG TERHADAP CURAH HUJAN UNTUK KARAKTERISASI AKUIFER KARST

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

KAJIAN RESPON DEBIT MATAAIR NGELENG TERHADAP CURAH HUJAN UNTUK KARAKTERISASI AKUIFER KARST

Serial: Powerpoint Presentasi KARTS SYSTEMS, CHARACTERISTICS, DEVELOPMENT, PROBLEMS AND CHARACTERIZATION

Serial Powerpoint Presentasi: Menentukan Derajat Karstifikasi (Karstification Degree) akuifer Karst

Pentingnya Monitoring Parameter Parameter Hidrograf

HIDROGEOKIMIA KARST. Tjahyo Nugroho Adji KARST RESEARCH GROUP FAC. OF GEOGRAPHY--GADJAH MADA UNIVERSITY INDONESIA

PADA BEBERAPA MATAAIR DAN SUNGAI BAWAH

Menentukan Derajat Karstifikasi

Serial Powerpoint Presentasi

Tjahyo Nugroho Adji & Igor Yoga Bahtiar Karst Research Group Fak. Geografi UGM SERIAL POWERPOINT PRESENTASI: CROSS CORRELATION (KORELASI SILANG)

Tjahyo Nugroho Adji Karst Research Group Fak. Geografi UGM

KAJIAN RESPON DEBIT MATAAIR NGELENG TERHADAP CURAH HUJAN UNTUK KARAKTERISASI AKUIFER KARST

VARIASI SPASIAL-TEMPORAL HIDROGEOKIMIA DAN SIFAT ALIRAN UNTUK KARAKTERISASI SISTEM KARST DINAMIS DI SUNGAI BAWAHTANAH BRIBIN, KAB.

ANALISIS HIDROKEMOGRAF AIRTANAH KARST SISTEM SUNGAI BAWAH TANAH BRIBIN KABUPATEN GUNUNG KIDUL. Arie Purwanto

HIDROGEOKIMIA KARST. Tjahyo Nugroho Adji KARST RESEARCH GROUP FAC. OF GEOGRAPHY--GADJAH MADA UNIVERSITY INDONESIA

Gambar 1.1.Ilustrasi sistem hidrologi karst (Goldscheider, 2010)

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

Analisis Karakteristik Hidrologi Aliran Sungai Bawah Tanah di Kawasan Karst untuk Mendukung Pengembangan Geowisata

BAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan

KARAKTERISTIK MATAAIR KARST DI KECAMATAN TAMBAKBOYO, KABUPATEN TUBAN, JAWA TIMUR. Chabibul Mifta

KONTRIBUSI HIDROLOGI KARST DALAM PENGELOLAAN KAWASAN KARST

Pemisahan aliran dasar bagian hulu Sungai Bribin pada aliran Gua Gilap, di Karst Gunung Sewu, Gunung Kidul, Yogyakarta

TANGGAPAN TERKAIT DENGAN PENGGENANGAN LAHAN DI SEKITAR GUA/MATAAIR NGRENENG, SEMANU, GUNUNGKIDUL

Citation: Gunung Sewu-Indonesian Cave and Karst Journal, Vol 1. No.1,April 2003 AGRESIVITAS AIRTANAH KARST SUNGAI BAWAH TANAH BRIBIN, GUNUNG SEWU

LAPORAN AKHIR KEGIATAN HIBAH PENELITIAN UNTUK MAHASISWA PROGRAM DOKTOR TAHUN ANGGARAN 2009

PERKEMBANGAN SISTEM HIDROLOGI KARST DI KARST PIDIE, ACEH. Karst Research Group Fak. Geografi UGM

Karst Hydrology Groundwater Hydrology Hydrogeochemistry - Environment

HUBUNGAN DEBIT ANDALAN DENGAN TINGKAT AGRESIVITAS PADA MATAAIR KARST NGELENG, PURWOSARI, GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN + 2HCO 3. (1)

PENGARUH KONDISI METEOROLOGIS TERHADAP KETERSEDIAAN AIR TELAGA DI SEBAGIAN KAWASAN KARST KABUPATEN GUNUNGKIDUL

05/1729/PS PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

HUBUNGAN DEBIT ANDALAN DENGAN TINGKAT AGRESIVITAS PADA MATAAIR KARST NGELENG, PURWOSARI, GUNUNGKIDUL

Citation: PIT IGI ke-17, UNY, Jogjakarta, 15 Nov 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS NERACA AIR UNTUK MENENTUKAN DAERAH TANGKAPAN AIR (DTA) SISTEM PINDUL, KECAMATAN KARANGMOJO, KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAGAIMANA MEMPREDIKSI KARST. Tjahyo Nugroho Adji Karst Research Group Fak. Geografi UGM

Evolusi Hidrogeokimia pada Mataair di Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Kebupaten Gunungkidul

Karakteristik dan Pemanfaatan Mataair di Daerah Tangkapan Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Gunungkidul

Pentingnya Monitoring Parameter-Parameter Hidrograf Dalam Pengelolaan Airtanah di Daerah Karst

LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN DOSEN

Analisis Potensi Sungai Bawah Tanah Ngancar untuk Pemanfaatan Sebagai Sumber Air Minum

Perhitungan Konstanta Resesi Akuifer Karst Sepanjang Aliran Sungai Bribin, Gunung Sewu

Karakteristik Sistem Hidrogeologi Karst Berdasarkan Analisis Hidrokimia Di Teluk Mayalibit, Raja Ampat

LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN

Tjahyo Nugroho Adji KARST RESEARCH GROUP GADJAH MADA UNIVERSITY INDONESIA

Kajian Variabilitas CaCO3 Terlarut Untuk Mengetahui Tingkat Pelarutan dan Penyerapan Karbon Atmosfer Dalam Proses Karstifikasi Kawasan Karst Rembang

LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN OLEH DOSEN DAN LABORATORIUM FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA

Keunikan Hidrologi Kawasan Karst: Suatu Tinjauan

Prosiding Seminar Nasional Perubahan Iklim 2012, Sekolah Pascaasarjana, Universitas Gadjah Mada, 30 Juni 2012

Citation: Gunung Sewu Indonesian Cave and Karst Journal (Vol. 2. No.2, Nov 2006)

LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN DOSEN

ANALISIS HIDROKIMIA UNTUK INTERPRETASI SISTEM HIDROGEOLOGI DAERAH KARS

Serial:Powerpoint Presentasi: HIDROLOGI/ KONDISI AIR DAERAH KARST. Oleh : Tjahyo Nugroho Adji (Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi UGM)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH PENELITIAN DOSEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VARIABILITAS CaCO 3 TERLARUT DAN POTENSI PENYERAPAN KARBON ATMOSFER MELALUI PROSES KARSTIFIKASI DI KARST GUNUNGSEWU

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

Fitria Nucifera Program Beasiswa Unggulan BPKLN

Metode Tracer Test untuk Mencari Hubungan Antar Sistem Sungai Bawah Tanah Di Akuifer Karst

Konservasi Sumberdaya Air Kawasan Karst Gunungsewu dengan Peningkatan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh

KAJIAN POTENSI MATAAIR DI KAWASAN KARST GUNUNGKIDUL KASUS : KECAMATAN PANGGANG. Adhityo Haryadi Sudarmadji

Urgensi Monitoring Jaringan Pipa PDAM Mataair Paisu Mandoni, Pulau. Peling, Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah

Model Tingkat Perkembangan Pelorongan Akuifer Karst Untuk Identifikasi Kapasitas Penyerapan Karbon Sebagai Antisipasi Bencana Pemanasan Iklim Global

V DINAMIKA ALIRAN BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN KERAGAMAN SPASIAL DAN TEMPORAL HIDROKIMIA

IDENTITAS MATA KULIAH. Status mata kuliah

Identifikasi Pola Aliran Sungai Bawah Tanah di Mudal, Pracimantoro dengan Metode Geolistrik

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Abstact...

Oleh: Tjahyo Nugroho Adji 2 (Kelompok Studi Karst, Fakultas Geografi UGM)

PENGANTAR. bahasa Slovenia (kras) yang berarti lahan gersang berbatu. Sebenarnya istilah ini

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kondisi hidrogeologi daerah penelitian.

KAJIAN MUATAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI SUNGAI CODE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Rutsasongko Juniar Manuhana

KAJIAN DAMPAK INTRUSI AIR LAUT PADA AKUIFER PULAU KORAL SANGAT KECIL BERDASARKAN ANALISIS PERBANDINGAN ION MAYOR

PERSPEKTIF HIDROLOGIS DAN STRUKTUR BAWAH TANAH DALAM MITIGASI BENCANA MATA AIR REKAHAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Baseflow SebagaiVariabelHidrologis Daerah Aliran Sungai, Studi Kasus 30 DAS di Pulau Bali

BAB I PENDAHULUAN. air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat (tambak). Air

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran...

Studi Hidrogeologi dan Identifikasi Intrusi Air asin pada Airtanah di Daerah Samas, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) PALU BERDASARKAN SATUAN HIDROMORFOLOGI DAN HIDROGEOLOGI. Zeffitni *)

HIDROGEOLOGI MATA AIR

Tjahyo Nugroho Adji & Igor Yoga Bahtiar Karst Research Group Fak. Geografi UGM SERIAL POWERPOINT PRESENTASI: CROSS CORRELATION (KORELASI SILANG)

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

MODEL HIDROGRAF BANJIR NRCS CN MODIFIKASI

PENGELOLAAN KAWASAN KARST DAN PERANANNYA DALAM SIKLUS KARBON DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN POTENSI DAN ARAHAN PENGGUNAAN AIRTANAH UNTUK KEBUTUHAN DOMESTIK DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN. Andri Yudistira

Sumberdaya Lahan Kawasan Karst Gunungsewu

POTENSI SUMBERDAYA AIR DI LABORATORIUM SOSIAL LIPI DESA LIGARMUKTI, KECAMATAN KLAPANUNGGAL KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Temanggung bagian timur. Cekungan airtanah ini berada di Kabupaten Magelang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Tjahyo Nugroho Adji & Igor Yoga Bahtiar Karst Research Group Fak. Geografi UGM (KORELASI SILANG

METODE-METODE IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAERAH TANGKAPAN AIR SUNGAI BAWAH TANAH DAN MATAAIR KAWASAN KARST: SUATU TINJAUAN

Transkripsi:

KARAKTERISASI AKUIFER KARST MATAAIR NGELENG DENGAN PENDEKATAN VARIASI TEMPORAL SIFAT ALIRAN DAN HIDROGEOKIMIA Roza Oktama rozamail08@gmail.com Tjahyo Nugroho Adji adji@geo.ugm.ac.id ABSTRACT Flow properties and hydrogeochemistry is the main approach in this study. The purpose of this study was to determine the temporal variation of the Ngeleng Spring karst aquifer flow properties, examines the temporal variation of Ngeleng Spring karst aquifers hydrogeochemistry, and to study the relationship between the flow properties and hydrogeochemistry of Ngeleng Spring. Research method in this study classified as a field survey using data such as water level, discharge, and water chemical contents. Sampling was divided into long-term sampling and flood event sampling. The analysis that used in this study is a graphical analysis, scatter plot analysis, and descriptive analysis. The results of recession constant analysis stated that the flow component of Ngeleng springs dominated by diffuse component. Determination between flow properties and hydrogeochemistry states that on rainy season occured rain water mixing process, then on dry season occur the domination of water interaction with the aquifer material, as well as the diffusion transfer process because of the spring open system. Calcite aggressivity on rainy season are tends to the unsaturated phase, while in the dry season tends to the equilibrium phase. Keyword : karst aquifer, flow properties, hydrogeochemistry ABSTRAK Sifat aliran dan hidrogeokimia adalah pendekatan utama dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui variasi temporal sifat aliran akuifer karst Mataair Ngeleng, mengkaji variasi temporal hidrogeokimia akuifer karst Mataair Ngeleng, dan mempelajari hubungan antara sifat aliran dengan hidrogeokimia Mataair Ngeleng. Metode dalam penelitian tergolong sebagai survei lapangan dengan data berupa tinggi muka air, debit, dan kandungan unsur kimia air. Pengambilan sampel terbagi atas atas sampel jangka panjang dan sampel kejadian banjir. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis grafis, analisis scatter plot, dan analisis deskriptif. Hasil analisis konstanta resesi menyatakan bahwa komponen aliran Mataair Ngeleng didominasi oleh komponen aliran diffuse. Hubungan variasi temporal sifat aliran dan hidrogeokimia menyatakan bahwa pada musim penghujan terjadi proses percampuran dengan air hujan, kemudian pada periode musim kemarau didominasi proses interaksi air dengan material akuifer, serta proses difusi karena adanya sistem terbuka. Agresivitas terhadap mineral kalsit pada musim penghujan berada pada fase tidak jenuh, sedangkan pada periode musim kemarau cenderung pada fase setimbang. Kata kunci : akuifer karst, sifat aliran, hidrogeokimia 1

PENDAHULUAN Sistem hidrologi karst memiliki karakter tersendiri dengan adanya dominasi proses pembentukan non-permukaan (Haryono dan Adji, 2004; Haryono et al, 2009; Adji, 2005; Adji dan Hariadi, 2009). Dengan kata lain, hasil proses pelarutan mengakibatkan minimnya aliran permukaan dan lebih berkembangnya sistem aliran bawah permukaan dengan sifat tidak seragam (heterogen) dan anisotropis yang kemudian diklasifikasikan oleh White (1988) menjadi sistem aliran rembesan (diffuse), sistem aliran rekahan (fissure), dan sistem aliran lorong (conduit). Ford dan Williams (1989) turut menjabarkan bahwa bentanglahan karst tersusun oleh kombinasi batuan yang mudah larut dan perkembangan porositas sekunder yang tinggi, sehingga sistem hidrologi karst memiliki keistimewaan berupa dominasi proses pembentukan aliran bawah permukaan. Lebih jauh bicara mengenai proses pembentukan bentuklahan karst atau juga dikenal juga dengan proses karstifikasi yang berupa interaksi antara airtanah dan mineral karbonat penyusun batuan dengan proses utama berupa pelarutan (dissolution) memberikan pengaruh terhadap komposisi kimia airtanah di kawasan karst (Appelo and Postma, 1994; Bogli, 1980; Adji, 2013; Adji 2014; Adji 2010; Adji, 2011; Adji, 2015).). Secara praktis penentuan Mataair Ngeleng sebagai objek dalam karakterisasi akuifer karst dilakukan dengan alasan bahwa mataair adalah keluaran atau luahan air dari suatu sistem akuifer yang terbentuk akibat adanya gerakan airtanah pada celah-celah batuan (White, 1988), sehingga air yang keluar dari suatu mataair dianggap sesuai untuk merepresentasikan karakter akuifer karst. Ditinjau dari sisi manfaat, Mataair Ngeleng, Kawasan Karst Gunungsewu atau secara administratif terletak di Kecamatan Purwosari memiliki fungsi sebagai satu-satunya sumber utama air yang memiliki kelebihan berupa kualitas air yang relatif baik, terdapat di permukaan sehingga cenderung lebih mudah untuk didistribusikan, dan mengalir sepanjang tahun. Bentuk pemanfaatan Mataair Ngeleng adalah untuk pemenuhan kebutuhan air domestik dan irigasi andalan bagi empat dusun yaitu Dusun Petoyan, Dusun Susukan, Dusun Nglegok, dan Dusun Tompak. Namun dibalik manfaat Mataair Ngeleng, masih sangat sedikit penelitian mengenai karakter mataair, sehingga judul penelitian ini dianggap penting untuk dilaksanakan oleh penyusun. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui variasi temporal sifat aliran akuifer karst Mataair Ngeleng, mengkaji variasi temporal hidrogeokimia akuifer karst Mataair Ngeleng, dan mempelajari hubungan antara sifat aliran dengan hidrogeokimia Mataair Ngeleng. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deduktif karena fokus penelitian dilakukan terhadap hasil proses atau produk dari kerja suatu sistem berupa air yang mengalir keluar dari mataair yang merepresentasikan karakteristik akuifer karst. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data hasil pengukuran langsung di lapangan, hasil pencatatan otomatis, dan hasil uji di laboratorium berupa data tinggi muka air untuk mengetahui fluktuasi aliran dan sebagai bahan untuk pembuatan rating curve, data debit untuk menentukan sifat aliran, dan data kandungan unsur kimia air. Lebih spesifik dengan mengacu pada Currens (1999) yang telah meneliti seberapa efektif data yang dihasilkan dari beberapa teknik pengambilan sampel yang bervariasi berdasarkan waktu pengambilan, maka pengambilan sampel kimia air yang dilakukan dalam penelitian ini terbagi atas atas sampel jangka panjang dengan interval waktu pengambilan 2 mingguan dan sampel berdasarkan kondisi debit aliran saat kejadian banjir (flood discharge sampling) 2

Tahap pengolahan data dilakukan dengan perhitungan terhadap hasil pencatatan tinggi muka air otomatis untuk dirubah menjadi hidrograf dengan persamaan rating curve, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan konstanta resesi menggunakan persamaan oleh Schulz (1976) sebagai berikut. Q t = Q 0 Kr Keterangan: Q t : Debit aliran pada waktu t Q 0 : Debit awal pada segmen resesi Kr : Konstanta resesi Setelah diperoleh nilai konstanta resesi dilanjutkan dengan perhitungan persentase aliran dasar dengan pendekatan matematis metode automated base flow separation by digital filtering (Eckhardt, 2005), yaitu mencari nilai digital filtering atas dasar nilai konstanta resesi aliran dasar pada hidrograf sepanjang tahun yang kemudian dihubungkan dengan nilai indeks aliran dasar maksimum (BFI max ) di akuifer karst dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: q b(i) : Aliran dasar pada waktu i q b(i-1) : Aliran dasar pada watu i-1 α : Konstanta resesi baseflow αbfi max : Aliran dasar maksimum terukur Pengolahan data kandungan kimia air dimulai dengan perhitungan charge balance error dan ditentukan tipe kimia airtanah yang dimiliki dengan Klasifikasi Szczukariew- Priklonski (Jankowski, 2002). Perangkat lunak NETPATH 2.3.1 kemudian digunakan untuk menentukan log PCO 2 dan indeks kejenuhan kalsit. Tahap akhir dari penelitian ini adalah uji scatter plot antara parameter sifat aliran dengan beberapa parameter hidrogeokimia untuk mengetahui keberadaan hubungan antara keduanya diikuti analisis grafis dan analisis deskriptif dalam menjabarkan karakter akuifer karst Mataair Ngeleng. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Secara absolut Mataair Ngeleng terletak pada koordinat 49M 431715 mt, 9115928 mu dan Secara administratif terletak di Desa Giritirto, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunungkidul. Berdasarkan kondisi iklimnya, suhu udara di Desa Giritirto berkisar antara 24,4 o C sampai 25,9 o C dengan curah hujan rata-rata bulanan yang disajikan pada grafik di Gambar 1 berikut. Gambar 1. Curah Hujan Rata-rata Bulanan Desa Giritirto (Hasil Perhitungan, 2013) Secara umum pola curah hujan rata-rata bulanan di Desa Giritirto dengan nilai yang tinggi terjadi pada bulan Januari hingga Maret dan bulan November hingga Desember, sedangkan curah hujan rata-rata bulanan dengan nilai yang rendah terjadi pada bulan April hingga Oktober. Kondisi geologi Desa Giritirto dicirikan melalui dua fisiografi berupa Perbukitan Struktural Baturagung di bagian utara dan Kawasan Karst Gunungsewu yang mengindikasikan keberadaan Formasi Nglanggran dan Formasi Wonosari, dimana keberadaan dominasi Formasi Wonosari Adji et al, 2009; Adji et al, 2007; Adji and Rahmawati, 2010; Hariadi dan Adji, 2009) menandakan bahwa material batugamping adalah material yang menyusun akuifer Mataair Ngeleng. Ditinjau dari kondisi hidrogeologi, Desa 3

Giritirto termasuk ke dalam Sub-sistem Panggang (Kusumayudha, 2005) dengan elevasi antara 0 m hingga 300 m, tidak memiliki aliran permukaan, tebal akuifer antara 50 m hingga 100 m dengan dominasi jenis akuifer bebas (unconfined aquifer), serta luahan melalui mataair permukaan dengan debit terbilang kecil ( <100 liter/detik). Seperti halnya Mataair Ngeleng yang selama rentang waktu penelitian pada bulan Desember 2012 hingga bulan Juli 2013 memiliki debit berkisar antara 5,6-48,5 liter/detik. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat aliran akuifer karst Mataair Ngeleng berdasarkan hidrograf aliran pada Gambar 2 selama rentang waktu penelitian (Desember 2012-Juli 2013) menunjukan debit terendah adalah sebesar 5,5 liter/detik dan debit tertinggi adalah sebesar 48,4 liter/detik. Gambar 2. Hidrograf Aliran Mataair Ngeleng Periode Bulan Desember 2012-Juli 2013 (Hasil Analisis, 2013) Perhitungan konstanta resesi menunjukkan hasil sebagai berikut: rata-rata konstanta resesi aliran diffuse (Kb) sebesar 0,9844; rata-rata nilai konstanta resesi aliran fissure (Ki) sebesar 0,4636; dan rata-rata konstanta resesi aliran conduit (Kc) sebesar 0,0716. Nilai konstanta resesi tersebut menandakan bahwa komponen aliran Mataair Ngeleng didominasi oleh komponen aliran diffuse selama rentang waktu penelitian. Urutan pelepasan komponen aliran Mataair Ngeleng dari yang paling awal adalah komponen aliran conduit, komponen aliran fissure, kemudian komponen aliran diffuse. Parameter hidrograf berupa time to peak memiliki rata-rata selama 3,6 jam menjadi bukti terdapatnya komponen fissure dan komponen conduit. Persentase aliran dasar bulanan selama rentang waktu penelitian berkisar pada 80% dan sesuai dengan hasil perhitungan konstanta resesi bahwa aliran didominasi oleh komponen aliran diffuse seperti yang dapat diamati dalam Gambar 3 berikut. Gambar 3. Fluktuasi Debit dan Baseflow aliran Mataair Ngeleng Periode Bulan Desember 2012 Juli 2013 (Hasil Analisis, 2013) Hubungan antara debit dengan persentase aliran dasar saat kejadian banjir menunjukan variasi tingkat determinasi yang disebabkan oleh fluktuasi debit dan persentase aliran dasar yang berbeda-beda pada tiap periode. Determinasi paling rendah terjadi pada periode puncak musim hujan, kemudian diikuti oleh kejadian banjir pada periode akhir musim hujan, lalu determinasi paling tinggi dimiliki oleh kejadian banjir pada periode musim kemarau. Hidrogeokimia Mataair Ngeleng memiliki tipe kimia air HCO3-Ca berdasarkan Klasifikasi Szczukariew-Priklonski yang berarti air terbukti berasal dari sistem akuifer karst yang tersusun atas material batugamping dengan mineral kalsit serta memiliki unsur terlarut dominan berupa kalsium dan bikarbonat. Hidrokemograf selama rentang waktu penelitian (Desember 2012-Juli 2013) menunjukan keberadaan dua pola pengelompokan yakni pola pengelompokan pada periode musim penghujan dan pola pengelompokan pada periode musim kemarau. Pola fluktuasi daya hantar listrik dan kandungan unsur terlarut dominan serupa 4

dengan fluktuasi persentase aliran dasar yang berarti terdapat pengaruh dari keberadaan komponen diffuse yang telah mengalami proses interaksi antara air dengan material penyusun akuifer, sedangkan pola fluktuasi ph dan log PCO 2 serupa dengan fluktuasi debit yang berarti lebih dipengaruhi oleh proses percampuran dengan air hujan. Variasi temporal agresivitas Mataair Ngeleng terhadap mineral kalsit pada periode musim penghujan berfluktuasi pada nilai indeks kejenuhan 1,1 hingga 0,1 yang berarti masih berkisar pada fase tidak jenuh (unsaturated), kemudian pada periode musim kemarau nilai indeks kejenuhan berfluktuasi pada kisaran -0,2 hingga -0,4 yang berarti berada dalam fase tidak jenuh (unsaturated) namun lebih dekat dengan kisaran fase setimbang (equilibrium). Variasi temporal indeks kejenuhan kalsit disajikan pada Gambar 4. Gambar 4. Fluktuasi Nilai Indeks Kejenuhan Kalsit Mataair Ngeleng Pada Periode Desember 2012 - Juli 2013 (Hasil Analisis, 2013) Pengaruh log PCO 2 dan ph terhadap indeks kejenuhan kalsit baik pada periode musim penghujan maupun pada periode musim kemarau bersifat negatif dengan determinasi yang kuat, seperti yang dapat diamati pada Gambar 5 dan Gambar 6. Gambar 5. Scatter Plot log PCO 2 dengan Indeks Kejenuhan Kalsit Mataair Ngeleng (Hasil Analisis, 2013) Gambar 6. Scatter Plot log ph dengan Indeks Kejenuhan Kalsit Mataair Ngeleng (Hasil Analisis, 2013) Determinasi kuat dari log PCO 2 dan ph terhadap indeks kejenuhan kalsit terjadi karena pada periode musim penghujan terjadi proses percampuran dengan air hujan, kemudian pada periode musim kemarau terdapat sisa komponen aliran yang telah mengalami proses percampuran dengan air hujan dan juga terdapat pengaruh dari kondisi terbuka Mataair Ngeleng. Hubungan antara sifat aliran dengan kondisi hidrogeokimia Mataair Ngeleng yang pertama adalah debit dengan kandungan unsur terlarut dominan yang memiliki hubungan negatif dengan determinasi sedang-kuat pada periode musim penghujan maupun musim kemarau yang menandakan adanya penambahan komponen aliran conduit merubah kandungan unsur terlarut dominan. Hubungan debit dengan log PCO 2 dengan scatter plot pada Gambar 7 menunjukan hubungan positif dengan determinasi pada musim penghujan lebih tinggi dibandingkan dengan determinasi pada musim kemarau. Hal tersebut terjadi karena pada musim penghujan terjadi proses percampuran dengan air hujan yang memasok gas CO 2 dalam jumlah besar, sedangkan pada musim kemarau pasokan gas CO 2 hanya berasal dari transfer difusi karena kondisi aliran terbuka (open system) milik Mataair Ngeleng. 5

Gambar 7. Scatter Plot Debit dengan log PCO 2 Mataair Ngeleng (Hasil Analisis, 2013) Hubungan antara persentase aliran dasar dengan kandungan unsur terlarut dominan adalah hubungan positif dengan determinasi sedang yang berarti perubahan persentase aliran dasar mempengaruhi kandungan unsur terlarut dominan karena adanya penambahan komponen aliran baik fissure maupun conduit. Pada musim penghujan terjadi pengaruh yang sama dengan periode musim penghujan namun terdapat anomali pada nilai koefisien determinasi yang sangat kecil yang diduga terjadi karena keterbatasan jumlah sampel. Pengaruh persentase aliran dasar terhadap log PCO 2 pada musim hujan maupun musim kemarau terbilang lemah menandakan bahwa kandungan gas CO 2 lebih dipengaruhi oleh pasokan yang berasal dari campuran dengan air hujan dan transfer difusi. Pengaruh dari kandungan unsur terlarut dominan terhadap daya hantar listrik terjadi karena adanya proses interaksi air dengan batuan penyusun akuifer Mataair Ngeleng sehingga ion yang mempengaruhi daya hantar listrik berasal dari kandungan unsur terlarut dominan berupa kalsium dan bikarbonat. Hubungan ion natrium dan klorida pada scatter plot dengan garis rasio 1:1 pada Gambar 8 menunjukan bahwa sampel yang dikumpulkan selama rentang waktu penelitian didominasi oleh sampel dalam periode musim penghujan dibandingkan sampel periode musim kemarau, serta dapat dibuktikan bahwa telah terjadi proses percampuran dengan air hujan yang mempengaruhi kondisi hidrogeokimia Mataair Ngeleng. Gambar 8. Scatter Plot dengan Garis Rasio 1:1 Antara Kandungan Natrium dan Kandungan Klorida (Hasil Analisis, 2013) KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis konstanta resesi, dinyatakan bahwa komponen aliran Mataair Ngeleng didominasi oleh komponen aliran diffuse selama rentang waktu penelitian. Persentase aliran dasar bulanan selama rentang waktu penelitian berkisar pada 80% dan sesuai dengan hasil perhitungan konstanta resesi bahwa aliran didominasi oleh komponen aliran diffuse. Hidrogeokimia Mataair Ngeleng memiliki tipe kimia air HCO 3 -Ca dengan unsur terlarut dominan berupa kalsium dan bikarbonat. Hidrokemograf selama rentang waktu penelitian menunjukan variasi temporal daya hantar listrik dan kandungan unsur terlarut dominan serupa dengan fluktuasi persentase aliran dasar yang menandakan terdapat pengaruh komponen aliran diffuse yang telah mengalami proses interaksi antara air dengan material penyusun akuifer. Variasi temporal ph dan log PCO 2 serupa dengan fluktuasi debit yang berarti lebih dipengaruhi oleh proses percampuran dengan air hujan. Variasi temporal agresivitas Mataair Ngeleng terhadap mineral kalsit pada periode musim penghujan berkisar pada fase tidak jenuh (unsaturated), kemudian pada periode musim kemarau nilai indeks kejenuhan lebih dekat dengan kisaran fase setimbang (equilibrium). Hubungan debit dengan log PCO 2 merupakan hubungan positif dengan determinasi pada musim penghujan lebih tinggi dibandingkan dengan determinasi pada musim kemarau karena pengaruh dari proses 6

percampuran dengan air hujan yang memasok gas CO 2. Hubungan antara persentase aliran dasar dengan kandungan unsur terlarut dominan adalah hubungan positif dengan determinasi sedang yang berarti perubahan persentase aliran dasar mempengaruhi kandungan unsur terlarut dominan. Pengaruh kuat dari kandungan unsur terlarut dominan terhadap daya hantar listrik terjadi karena adanya proses interaksi air dengan batuan penyusun akuifer Mataair Ngeleng sehingga terdapat ion kalsium dan bikarbonat yang mempengaruhi daya hantar listrik. Rasio perbandingan 1:1 antara kandungan ion natrium dengan ion klorida menunjukan bahwa sampel yang dikumpulkan selama rentang waktu penelitian didominasi oleh sampel dalam periode musim penghujan, serta dapat dibuktikan bahwa telah terjadi proses percampuran dengan air hujan. DAFTAR PUSTAKA Adji, T. N. 2011. Pemisahan Aliran Dasar Bagian Hulu Sungai Bribin pada Aliran Gua Gilap, di Kars Gunung Sewu, Gunung Kidul, Yogyakarta. Jurnal Geologi Indonesia, Vol 6 No. 3, Hal. 165-175. Adji, T. N., 2010. Spatial and Temporal Variation of Hydrogeochemistry and Karst Flow Properties to Characterize Karst Dynamic System in Bribin Underground River, Gunung Kidul Regency, DIY Province Java, Indonesia. Summary, Dissertation in Geography Study Program. Graduate School of Geography, Gadjah Mada University, Yogyakarta Adji, T. N., 2010. Variasi Spasial-Temporal Hidrogeokimia dan Sifat Aliran Untuk Karakterisasi Sistem Karst Dinamis Di Sungai Bawah Tanah Bribin, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Desertasi. Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Adji, T. N., et al. 2006. The Distribution Of Flood Hydrograph Recession Constant Of Bribin River For Gunung Sewu Karst Aquifer Characterization. Dipublikasi ulang dari Gunung Sewu Indonesian Cave and Karst Journal (Vol. 2. No.2) Adji, T.N. 2012, Wet Season Hydrochemistry of Bribin River in Gunung Sewu Karst, Indonesia, Environmental Earth Sciences, Vol. 67:1563 1572 pp Adji, T.N. dan Haryono, E., 1999. Konflik Antara Pemanfaatan Batugamping dan Konservasi Sumberdaya Air Das Bribin di Wilayah Karst Gunung Sewu, Makalah Lokakarya Nasional Menuju Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Berbasis Ekosistem Untuk Mereduksi Konflik Antar Daerah, Yogjakarta,, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, September 1999 Adji, T.N., 2005, Agresivitas Airtanah Karst Sungai Bawah Tanah Bribin, Gunung Sewu, Indonesian Cave and Karst Journal, Vol. 1 No1, HIKESPI Adji, T.N., 2011, Upper catchment of Bribin underground river hydrogeochemistry (Gunung Sewu Karst, Gunung Kidul, Java, Indonesia) Proceeding of Asian Trans-Disclipinary Karst Conference, Yogyakarta Adji, T.N., 2013, Hubungan Karakter Aliran dan Sifat Kimia Mataair Petoyan Untuk Karakterisasi Akuifer Karst, Hibah Dana Masyarakat Fak. Geografi UGM Adji, T.N., Haryono, E., Woro, S, 1999, Kawasan Karst dan Prospek Pengembangannya di Indonesia, Seminar PIT IGI di Universitas Indonesia, 26-27 Oktober 1999 Adji, T.N., Hendrayana, H., Sudarmadji, dan Suratman, W., 2009. Diffuse Flow Separation Within Karst Underground River At Ngreneng Cave. Proceeding of International Conference Earth Science and Technology, 6 7 Aug, Yogyakarta. Adji, T.N., Misqi, M., 2010, The Distribution of Flood Hydrograph Recession Constant for Characterization of Karst Spring and Underground River Flow Components Releasing Within Gunung Sewu Karst Region, Indonesian Journal of Geography, XLII(1) Adji, T.N., Rahmawati, N., 2010, The Contribution of CO 2 Content in Rainfall to Dissolution Process in Karst Area (Case Study In Bribin Underground River), The Proceeding of Technology cooperation and economic benefit of reduction of GHG emissions in Indonesia" held on 1-2 November 2010 in Hamburg Adji, T.N., Sudarmadji, Suprojo, S.W., Hendrayana, H., Hariadi, B., 2007. The Distribution of Flood Hydrograph Recession Constant of Bribin River for Gunung Sewu Karst Aquifer Characterization, Proceeding of International Symposium on Earth Resources and Geological Engineering Educational, 17-18 Dec 2007, Jogjakarta Appelo, C.A.J., Postma, D., 1994. Geochemistry, Groundwater and Pollution. A.A. Balkema. 7

Bogli. 1980. Karst Hydrology and Physical Speleology. Springer. Verlag. Currens, J., C. A Sampling Plan For Conduit Flow Karst Springs, Minimizing Sampling Cost and Maximizing Statistical Utility, Engineering Geology (52. page 121-128) Eckhardt K, 2005. How to construct recursive digital filters for baseflow separation. Hydrological Processes 19, 507-515. Ford, D and Williams, P. 1992. Karst Geomorphology and Hydrology. London: Chapman and Hall. Hariadi, B., Adji, T.N., 2009, Variasi Temporal Hidrogeokimia Tetesan dari Ornamen Drapery di Dalam Gua Gilap di Kawasan Karst Gunungsewu, Kabupaten Gunungkidul, DIY, Gunung Sewu-Indonesian Cave and Karst Journal, Vol 5 No 1, April 2009 Haryono, E, Adji, T.N., Widyastuti, W., 2009, Environmental Problems of Telaga (Doline Pond) in Gunungsewu Karst, Java Indonesia,, Proceeding 15th International Congress of Speleology, Volume II, UIS, Texas, pp 1112-1116 Haryono, E. dan Adji, T.N. 2004. Geomorfologi dan Hidrologi Karst. Yogyakarta : Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi UGM. Jankowski, J. 2002. Groundwater Environment, Short Course Note. Sydney: School of Geology, University of New South Wales. Schulz, E.F. 1976. Problems in Applied Hydrology. Colorado: Water Resources Publication. White, W. B. 1988. Geomorphology and Hydrology of Karst Terrains. New York: Oxford University Press. 8