Pengertian PERJANJIAN DALAM HUKUM ISLAM. Syarat-syarat. Unsur-unsur. 10-Oct-17. Oleh: Puteri Widya Syahna Hidayat NIM No.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Perjanjian Penarikan Tarif Retribusi Parkir Wisata. 1. Menjaga kelancaran Arus Lalu Lintas di kawasan Wisata;

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI POWER BANK DI COUNTER VANDHIKA CELL KECAMATAN KAUMAN KABUPATEN PONOROGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PERJANJIAN SEWA RUMAH DI DESA RANDUSARI TERAS BOYOLALI

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Akad Jual-beli Galian Tanah di Desa Randuharjo Kabupaten

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN UANG MUKA SEWA MOBIL PADA USAHA TRANSPORTASI MAJU JAYA DI BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP MURABAHAH DALAM PERJANJIAN ISLAM ( Kajian operasional Bank Syariah dalam modernisasi hukum ) Oleh LINA MAULIDIANA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis terhadap Akad bisnis Advertising dengan pendapatan

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA IKLAN PERSEROAN TERBATAS RADIO SWARA PONOROGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI LELANG ONLINE DI BALELANG.COM. menyetujui segala ketentuan-ketentuan yang Balelang.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN POTONGAN TABUNGAN BERHADIAH DI TPA AL- IKHLAS WONOREJO KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

FIQIH MUAMALAH RUKUN DAN SYARAT JUAL BELI DALAM ISLAM. Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas. Mata Kuliah Fiqih Mu amalah

PERJANJIAN DALAM HUKUM ISLAM Oleh : Naili Rahmawati, M.Ag.* 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA TANAH TEGALAN YANG DI KELOLA KELOMPOK TANI DI DESA PUTAT KECAMATAN TANGGULANGIN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS DATA

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV. Surabaya ini termasuk pada bab ija>rah karena merupakan akad yang objeknya. Menurut bapak A. Djohan Hidayat selaku PJS Penyelia Umum & SDM,

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB III TELAAH PUSTAKA

KONTRAK KEUANGAN PADA BANK SYARIAH

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS DATA

STUDI ANALISIS COUNTER LEGAL DRAFT KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG NIKAH SIRRI, NIKAH MUT AH, DAN NIKAH BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF FIQIH SKRIPSI

dasarnya berlandaskan konsep yang sesuai dengan Syariat agama Islam. perubahan nama di tahun 2014 Jamsostek menjadi BPJS (Badan

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB II LANDASAN TEORI. yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip. Menurut pendapat lain, Wadi ah adalah akad penitipan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

A. Analisis Sadd al-dhari> ah terhadap Jual Beli Produk Kecantikan yang Tidak Ada Informasi Penggunaan Barang dalam Bahasa Indonesia

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB II LANDASAN TEORI

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ALIH FUNGSI WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGELOLAAN REKSA DANA MELATI US DOLLAR

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB III. Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) bersal dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti kerja sama untuk

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

Junaidi Abdullah STAIN Kudus Abstrak

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB IV ANALISIS PRAKTIK BAGI HASIL HIBAH SAPI DI DESA MOJOMALANG KECAMATAN PARENGAN KABUPATEN TUBAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT BURSA BERJANGKA JAKARTA

BAB IV ANALISIS TENTANG AKAD QIRAD}{ DI GERAI DINAR SURABAYA

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. RW 01 Kecamatan Lowokwaru Kota Malang, yang mana ini dilakukan untuk

BAB II KONSEP AKAD DALAM BAHASAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SETATUS UANG MUKA YANG HANGUS DALAM PRAKTEK JUAL BELI ANAKAN BURUNG LOVE PONOROGO

BAB IV PENUTUP. Setelah melalui uraian teori dan analisis, maka dalam penelitian diperoleh

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS DUALISME AKAD PEMBIAYAAN MUD{ARABAH MUQAYYADAH DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG AKAD DALAM ISLAM. Akad berasal dari bahasa Arab Al-aqdu dalam bentuk jamak disebut al-uqud

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETERLAMBATAN PENYERAHAN BARANG PADA AKAD ISTISHNA DALAM JUAL BELI ANYAMAN KEPANG DI DESA RINGINHARJO KEC.

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB I PENDAHULUAN. muamalah diantaranya tolong-menolong, merupakan hal yang sangat diperlukan

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan

Transkripsi:

Pengertian PERJANJIAN DALAM HUKUM ISLAM Oleh: Puteri Widya Syahna Hidayat NIM 1450101011111162 No. Absen: 3 Secara Etimologi, perjanjian dalam Bahasa Arab disebut dengan istilah Al- Mu ahadah (janji), Al-Ittifa (Kesepakatan), dan Al-Aqdu(Ikatan). Dari Segi temminologi, perjanjian atau akad secara umum diartikan sebagai: - Suatu janji setia kepada Allah SWT; atau - Suatu perjanjian yang dibuat oleh manusia dengan manusi lainnya. Perjanjian adalah suatu kesepakatan yang dibuat antara seseorang atau beberapa orang atau beberapa orang dengan seseorang atau beberapa orang lainnyauntukmelakukansesuatu perbuatan tertentu. 1 2 Unsur-unsur Atau disebut juga rukun perjanjian dalam hukum Islam adalah adanya Shigat Aqad itu sendiri, yang terdiri dari ijab (ucapan tanda penyerahan, menawar) dan qobul (Ucapan tanda setuju, menerima). Ijab dan qobul merupakan pernyataan atau kesepakatan dari kedua belah pihak. Adapun syarat dari Shigat Aqad terdiri dari: 1. Harus Jelas atau terang maksud dan tujuannya. 2. Harus ada kesesuaian (tawaffuq) antara ijab dan qabul dalam semua perjanjan. 3. Harus memperlihatkan kesungguhan dan keridhaan (tidak ada paksaan) dari para pihak Syarat-syarat Adapun syarat-syarat terjadina akad dapat dibedakan menjadi 2 macam: Pertama, bersifat umum: Yang wajib sempurna wujudnya dalam setiap perjajian. Kedua, bersifat khusus: syarat yang disyaratkan wujudnya dalam sebagian akad, dan tidak ada sebagian lainya(tambahan). Namun secara keseluruhan syarat-syarat umum harus terdapat setiap akad atau perjanjian yaitu: 1. Subjek Perjanjian( Aqidain) 2. Objek Perjanjian(Ma qud Alaih) 3. Tempat Terjadinya Perjanjian 3 4

1. Subjek Perjanjian 2. Objek Perjanjian a) Manusia atau Individu Dalam hukum islam tidak semua orang dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sendiri yaitu disitilah dengan Mahjur Alaih (tidak cakap).dalam Hal ini sesuai dengan: Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupannya. (QS. An-Nisa: 5) Dengan demikian yang dikatakan tidak cakap atau disebut juga dengan As-Syuf ah adalah: Anak dibawah umur Orangyangtidaksehatakal Orangyangboros Dalam Kompilasi Hukum Islam orang tidak cakap tidak dapat membuat perjanjian. Meskipun begitu orang yang tidak cakap masih mempunyai hak. Apabila mereka melakukan perbuatan hukum maka harus diwakili pengampu atau walinya untuk kepentingan dan atas nama yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum. b) Badan Hukum Agar suatu perjanjian atau akad dipandang sah menurut hukum islam haruslah memenuhi syarat-syarat: a. Objek yang diperjanjian telah ada. b. Objek perjanjian dapat dijadikan objek hukum dan dapat menerima hukum akad atau perjanjian. c. Objek perjanjian atau akad harus dapat ditentukan dan dapat diketahui oleh kedua belah pihak, baik bentuk, sifat, maupun kadarnya. d. Objek perjanjian harus diserahkan pada saat terjadi akad. Tetapi hal ini tidaklah dimaksud diserahkan seketika itu, cukup diketahui bahwa objek itu benar-benar diketahui berada dalam wewenang pihak yang bersangkutan. 5 6 3. Tempat Terjadinya Perjanjian Dalam kaitannya dengan tempat terjadinya perjanjian tidaklah menjadi keharusan untuk melakukan akad di satu empat yang sama(ittihadu Mahal). Akaddapatdikatakan sahjikadilakukan melaluitempat yang berbeda, hal ini didukung denga kemajuan teknologi yang dapat memperteukan kedua belah pihak meskipun tidak langsung. Yang terpenting dalahterjadinya ijabdanqobul. Untukmencapaitujuanperjanjianyang diharapkan, yaituterpenuhinya hakda kewajibandarikeduabelahpihakyang melakukan perjanjian dan memiliki akibat hukum yang kuat (penuh). 7 Akibat Hukum Perjanjian Akibat dari terjadinya perjanjian adalah timbulnya hak dan kewajiban antara kedua belah pihak dan akibat dari perjanjian itu adalah Penyerahan. Penyerahan adalah langkah pertama dalam pembuatan perjanjian. Penyerahan ini dibuat dalam berbagai cara diantaranya: 1) Disampaikan secara verbal (bi al-kalam). Bentuk penyerahan ini dilakukan dalam pertemuan langsung. 2) Disampaikan secara tertulis (bi al-kitabah). Bentuk penyerahan ini menjadi efektif segerasetelahsuratyang dibuatitumenunjukanbahwaorang tersebut menyerahkan dan tetap akan menerima sampai diterima oleh penerima. Penyerahan ini harus dilakukan secara langsung. 3) Dapatdilakukan denganpesanyang dikirim denganseseorang. Orang yang jujurdanterpercaya, danpenyerahanituditerima denganpenerimaanyang baik. Para ulama Maliki, Syafi i, Hanbali, berpendapat bahwa penyerahan itu harusdilakukan olehpemilikhartadalammengembalikan konsiderasi. Namun para ulama Hanafi mengatakan bahwa penyerahan itu berasal dari satu kelompok. 8

Asas-Asas Perjanjian 4) Dibuat melalui tanda-tanda dan terutama lewat isyarat pada semua kasus di mana orang yang menyerahkan itu adalah tuli atau bisu atau ketika penerima tidak memahami bahasa orang yang menyerahkan Mazhab Maliki berpandangan sebagai sahih tanda-tanda yang diketahui yang dibuat seseorang yang normal sekalipun karena ide yang penting adalah bahwa orang yang menyerahkan itu harus mengkomnikasikan penyerahanya. 5) Dibuat dengan perbuatan (fi il). Penyerahan yang dibuat lewat perantara barang adalah sahih menurut Mazhab Maliki, namun penyerahan itu tidak dapat dilakukan secara sembunyi-sembunyi. 1. Al-Hurriyah(kebebasan) Para pihakbebasmembuatsuatuperjanjianatauakad (freedom of making contract). Asas al-hurriyah ini dikenal sebagai asas kebebasan berkontrak sebagaimanayang diaturdalampasal1338 KUHPerdata. Dasar Hukum: QS. Al-Baqarah:256 2. Al-Musawah(persamaan atau kesetaraan) Para pihak dalam perjanjian mempunyai kedudukan yang sama yaitu mempunyai kesetaraan atau kedudukan yang seimbang dalam menentukan term of condition darisuatuakad. Asasinimenunjukkanbahwasemuaorang mempunyaikedudukanyang samadi depanhukum (equality before the law) dan yang membdakan kedudukan seseorang di sisi Allah adalah derajat ketakwaannya. Dasar Hukum: QS Al-Hujurat: 13 3. Al-Adalah(keadilan) Perjanjian yang dibuat senantiasa mendatangkan keuntungan yang adil dan berimbang dan tidak boleh mendatangkan kerugian bagi salah satu pihak. 9 10 4. Al-Ridha(kerelaan) Segala transaksi yang dilakukan atas dasar kerelaan antara masingmasing pihak dan didasarkan pada kesepakatan bebas dari para pihak dantidakbolehmengandungunsurpaksaan, tekanan, danpenipuan. Asas ini dikenal dengan asas konsensualisme dalam hukum Perdata. DasarHukum: QS. An-Nissa: 29 5. Ash-Shidq(kebenaran dan kejujuran) Setiap muslim wajib untuk berkata benar dan jujur terutama dalam hal melakukan perjanjian dengan pihak lain, sehingga kepercayaan menjadi sesuatu yang esensial demi terlaksananya suatu perjanjian atau akad. DasarHukum: QS. Al-Ahzab: 70 4. Al-Kitabah(terulis) Setiap perjanjian hendaknya dibuat secara tertulis untuk kepentingan pembuktian jika di kemudian hari terjadi sengketa dan dalam pembuatan perjanjian tersebut hendaknya disertai dengan adanya saksi-saksi serta prinsip tanggung jawab individu. Bentuk tertulis ini dimaksudkan apabila terjadi sengketa di kemudian hari terdapat alat bukti tertulis mengenai sengketa yang terjadi. Dasar Hukum: QS. Al-Baqarah: 282-283 Bentuk Perjanjian Sementara bentuk dari shigat aqad dapat dilakukan secara: Lisan; Tulisan; Isyarat. 11 12

Tambahan Yang dimaksud dengan perjanjian Isyarat yaitu suatu perjanjian tidak hanya dapat dilakukan oleh orang yang normal, akan tetapi bisa juga dilakukan oleh orang yang cacat melalui isyarat dengan syarat jelas maksudnyadantegasmenunjukkankehendak untukmembuatperjanjian. Bilayang berakadadalahorang yang mampuuntukberakadsecaralisan, maka akadnya tidak dianggap terwujud. Ia harus memanifestasikan kehendaknya secara lisan atau tulisan, karena isyarat meskipun menunjukkan kehendak, ia tidak memberikan keyakinan jika dibandingkan dengankeyakinan yang dihasilkan dariakadsecaralisanatautulisan. Demikian pendapat Hanafiyah dan Syafi iyyah Orang yang cacat atau mempunyai keterbatasan dalam membuat perjanjiandapatberacarasendiri tanpaharusadanyawaliataupengampu. Karena orang cacat juga mempunyai kedudukan yang sama dalam membuat perjanjian dalam hukum islam. 13 Batalnya Perjanjian Secara umum tentang pembatalan perjanjian tidak mungkin dilakuka, sebab hal ini terkait dengan kesepakatan kedua belah pihak. Namun demikian pembatalan perjanjian dapat dilakukan apabila: a. Jangka waktu perjanjian berakhir Biasanyasuatuperjanjianselaludidasarkanpadajangkawaktutertentu (terbatas), sehingga jika jangka waktu yang telah ditentukan telah habis, secara otomatis batallah(berakhir) perjanjian yang telah terjadi. Adapun dasar hukum yang secara umummembahastentanghaliniadalah QS. At-Taubah: 4 b. Salah satupihakmenyimpangataupenghianatanatasperjanjian. Apabila salah sat pihak telah melakukan perbuatan yang menyimpang dari ketentuan yang disepakati dalam perjanjian, maka pihak lain dapat membatalkan perjanjiantersebut. Hal inididasarkandaribeberapaayatal-qur an, antaralain dalamqs. At-Taubah : 7. 14 Prosuder Pembatalan Berakhirnya Perjanjian Adapun mengenai prosedur pembatalan perjanjian dapat dilakukan dengan memberitahukan terlebih dahulu kepada pihak yang bersangkutan, bahwa kesepakatan atau perjanjian yang telah dibuat akan dihentikan (dibatalkan) berikut pemberitahuan alasan pembatalannya. Hal ini dilakukan untuk memberikan waktu kepada pihak yang terkait dengan perjanjian untuk bersiap-siap menghadapi resiko yang ditimbulkan oleh pembatalan tersebut. Dalam hukum islam, perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak akan berakhir jika dipenuhi tiga hal berikut : a) Berakhirnya masa berlaku akad, biasanya dalam sebuah perjanjian telah di tentukan asat kapan suatu perjanjian akan berakhir, sehingga dengan lampaunya waktu maka secara otomatis perjanjian akan berakhir, kecuali kemudian ditentukan oleh lain pihak. b) Dibatalkan oleh pihak yang berakad, hal ini biasanya terjadi jika ada salah satu pihak yang melanggar ketentua perjanjian (persyaratan), atau salah satu pihak mengetahui jika dalam pembuatan perjanjian terdapat unsur kekhilafan atau penipuan. Kekhilafan bisa menyangkut objek perjanjian (eror in objecto), maupun eror mengenai orangnya (eror in persona). c) Salah satu pihak yang berakad meniggal dunia, hal ini berlaku untuk berbuat sesuatu, yang membutuhkan adanya kompetensi khas, sedangkan jika perjanjian dibuat dalam hal memberikan sesuatu, katakanlah dalam bentuk uang/barang maka perjanjian tetap berlaku bagi ahli warisnya. d) Tercapainya tujuan akad itu secara sempurna 15 16

Wanprestasi Akibat Terjadinya Wanprestasi Bilamana perjanjian yang sudah tercipta secara sah menurut ketentuan hukum itu tidak dilaksanakan isinya oleh debitur, atau dilaksanakan tetapi tidaksebagaimanamestinya(adakealpaan), makaterjadilah kesalahan di pihak debitur. Kesalahan dalam fikih disebut at-ta addi, yaitu suatu sikap (berbuat atau tidak berbuat) yang tidak diizinkan oleh syarak. Artinya suatu sikapyang bertentangan denganhakdankewajiban. Akibat terjadinya wanprestasi dalam perjanjian menurut hukum Islam maka menimbulka kerugian. Orang yang menyebabkan kerugian maka diwajibkan untuk mengganti kerugian sesuai dengan kerugian yang dialaminya. Ganti rugi perdata dalam hukum islam lebih menitikberatkan tanggung jawab para pihak dalam melaksanakan suatu akad perikatan. Apabila salah satu pihak tidak melaksankan kewajibannya sebagaimana yang telah ditentukan oleh kedua belah pihak, maka tentu akan menimbulkan kerugian bagi pihak yang lain. Dalam hukum Islam tanggung jawab melaksanakan akad disebut dengan dhaman al- aqdi. Dhaman al- qdi adalah bagian dari tanggung jawab perdata. Jadi yang dimaksud ganti rugi perdata dalam hukum islam adalah tanggung jawab perdata dalam memberikan ganti rugi yang bersumber dari adanya ingkar akad. 17 18 Tambahan OVERMATCH Dalam Islam istilah tanggung jawab yang terkait dengan konsep ganti kerugian dibedakan menjadi dua: 1) Daman Akad yaitu tangung jawab perdata untuk memberikan ganti kerugian yang bersumber pada ingkar akad. 2) Daman Udwan yaitu yaitu tangung jawab perdata untuk memberikan ganti kerugian yang bersumber kepada perbuatan yang merugikan atau disebut juga dengan PMH. Dalam perbankan syariah ganti kerugian ada 2 yaitu Ta zir(denda) dan Ta widh(ganti rugi) Dalam hukum Islam tidak mengenal adanya overmatch. Apabila terjadi overmatch maka debitur tetap harus memenuhi kewajibannya hingga selesai. Apabila kewajibannya belum terselesaikan hingga ia meningal dunia maka ahli warisnya yang harus menyelesaikan kewajiban debitur yang telah meninggal. Dalam hal ini tidak mengenal tenggang waktu. Berbeda dengan prakteknya dalam pebankan syariah, dalam memenuhi kewajibannya debitur diberikan jangka waktu untuk memenuhi dan menyelesaikan kewajibannya. 19 20

TAMBAHAN Perjanjian baku dalam Islam boleh digunakan dengan memperhatikan beberapaprinsipsebagaiberikut: a) Prinsipkesepakatan; b) Prinsip kesetaraan kewajiban dan hak. Prinsip ini berkaitan erat dengan keadilan dalam melakukan transaksi. Sebagaimana pendapat Murtadho Muthahari mengatakanbahwakeadilanitubisadilihat daritigamakna. 1. Keadilan berarti perimbangan atau keadaan seimbang, atau tidak pincang; 2. Keadilan berarti persamaan, atau menghilangkan diskriminasi 3. Keadilan berarti pemberian hak pribadi dan pemberian hak kepada siapayang berhak; c) Prinsip bertanggung jawab. Prinsip bertanggung jawab di sini bukan hanya bertanggung jawab kepada sesama. Bertanggung jawab dalam ekonomiislam lebihluasdariitu, yaitubertanggungjawabkepadaallah Swt. yang telah memberikan amanah kepada manusia. Setiap transaksi yang kita lakukan tidak boleh bertentangan dengan aturan yang telah ditetapkan Allah. Prinsip ini lahir dari adanya nilai ketauhidan (pengesaan Allah Swt.); d) Prinsipiktikadbaik; e) Prinsipsesuaidengansyariah; f) Prinsip adanya khiyâr. Prinsip ini tidak hanya sebagai alasan kebebasan berkontrak, tapi juga lebih luas dari itu. Prinsip ini mengandung arti bahwa perjanjian baku tersebut harus diserahkan terlebih dahulu kepada pihak konsumen yang menerima kontrak baku tersebut. 21 22 Daftar Pustaka Buku: Anshori, Abdul Ghofur, 2006. Pokok-pokokHukumPerjanjianIslamdi Indonesia. Yogyakarta : Citra Media. Ali, Mohammad Daud, 2000. Asas-asas Hukum Islam. Jakarta : CV. Rajawali Gemala Dewi dkk, 2006. Hukum Perikatan Islam di Indonesia. Cetakan ke- 2. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Jurnal: Rahmawati, Naili. Perjanjian Dalam Hukum Islam. Mataram: Fakultas Syariah IAIN Mataram. Yulianti, Rahmani Timorita. Vol. II, No. 1, Juli 2008. Asas-Asas Perjanjian (Akad) dalamhukumkontraksyari ah. JurnalEkonomiIslam La_Riba. Munthe, Abdul Karim. Vol. XV, No. 2, Juli2015. PenggunaanPerjanjian Baku Dalam Transaksi Bisnis Menurut Hukum Islam. Ahkam. 23