KREASI KREATIF KEBAYA PASCA REFORMASI Kreativitas Di Tengah Persimpangan Konservasi dan Perkembangan Zaman

dokumen-dokumen yang mirip
REFORMASI POLITIK DAN REVOLUSI BENTUK KEBAYA. Oleh: Triyanto Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY Alamat

KEBAYA SEBAGAI TREND BUSANA WANITA INDONESIA DARI MASA KE MASA. Oleh: Triyanto, S.Sn., M.A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kehidupan manusia, Bagi manusia, busana merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari busana itu sendiri. Lebih dari itu, pemenuhan kebutuhan akan busana

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN KEBAYA PADA IBU-IBU DAN REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reggi Juliana Nandita, 2015

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis,

EKSISTENSI SANGGAR TARI KEMBANG SORE PUSAT - YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggiana Puspa Dewi, 2014 Ayo, Menari Jaipong Dengan Nyi Iteung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata dasar manfaat yang berarti guna, faedah, sedangkan memanfaatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan dari budaya terhadap perilaku konsumen adalah, budaya digunakan sebagai

BAB 3 ANALISIS DATA. Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi

Kajian Perhiasan Tradisional

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan mencakup

KAJIAN KOMPARATIF DESAIN BUSANA NASIONAL WANITA INDONESIA KARYA BARON DAN BIYAN DENGAN KARYA ADJIE NOTONEGORO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB III SURVEY LAPANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan fashion dibidang aksesoris jilbab dengan manik, kristal dan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cintya Iftinan, 2014 Manfaat Hasil Belajar Costume Performing Art Sebagai Kesiapan Menjadi Costume D esigner

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VIII TATA BUSANA. STANDAR KOMPETENSI: Mampu memahami Hakikat Tata Busana

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

yang diturunkan dan generasi ke generasi, semua adat istiadat s e k e l o m p o k m a n u s i a. D e n g a n demikian sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Busana bukanlah sebatas persoalan kain yang dikenakan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci: busana siap pakai, arsitektur Mamluk, masjid Sultan Hassan, urban

BAB I PENDAHULUAN. lebih maksimal terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

12. Mata Pelajaran Seni Budaya A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa, cara berpakaian, dan cara berperilaku antara sesama. Kehadiran seni tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan busana yang terus meningkat pesat membuat para desainer. 1 Universitas Kristen Maranatha

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

PENGEMBANGAN PRODUK DAN STRATEGI PEMASARAN BAHAN BUSANA BATIK BANTULAN DENGAN STILASI MOTIF ETHNO MODERN

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika

BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam.

Schedule Pertemuan 2 X teori tentang apresiasi seni 4 X pemahaman materi seni 6X apresesiasi 2 X tugas 1 X ujian sisipan 1 x ujian semester

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak

Transkripsi:

KREASI KREATIF KEBAYA PASCA REFORMASI Kreativitas Di Tengah Persimpangan Konservasi dan Perkembangan Zaman Triyanto Pendidikan Teknik Boga Busana FT UNY Alamat e-mail: triyanto.ma@gmail.com Abstrak Pasca Reformasi 1998 yang melanda sistem demokrasi di Indonesia telah mampu membawa dampak perubahan besar terhadap masyarakat Indonesia beserta kebudayaan yang dihasilkannya. Kebaya sebagai salah produk budaya pakaian wanita Indonesia mengalami perkembangan bentuk, fungsi, dan makna yang cukup signifikan. Eksistensi kebaya mampu memikat hati perempuan Indonesia, Asia, bahkan dunia. Variasi bahan, bentuk desain, pola, beserta ornamentasinya telah menjadikan kebaya sebagai busana wanita Indonesia yang cukup fashionnable. Perkembangan bentuk itulah yang menjadi titik kunci eksistensi kebaya untuk terus dapat mengepakan sayap sehinggga terhindar dari kepunahan selera zaman. Pasca Reformasi bahkan dapat dinyatakan sebagai era kebangkitan kebaya setelah mengalami tidur panjang di bawah pemerintahan otoriter. Kemunculan kebaya di jagat fashion telah mampu menjadi fenomena besar. Mulai dari kalangan usia muda hingga tua, marginalis hingga artis, desa sampai kota, Indonesia sampai Asia, Namun demikian, tarik ulur di antara usaha pengembangan dan tuntutan terhadap konservasi bentuk kebaya tradisional menjadi PR tersendiri yang perlu mendapatkan pencerahan jawaban. Dengan demikian, eksistensi kebaya berada dalam persimpangan, pertautan, dan persingguan. Realitas itu memerlukan jawaban yang cukup kreatif, cerdas, arif, bijak, win-win solution. Kata Kunci: Kebaya, Konservasi, Pengembangan Pendahuluan Manusia dan perabannya terus merangkak menuju hidup yang lebih baik. Siang berganti malam dan malampun berganti siang, manusia tiada mengenal lelah terus berjuang mengisi makna hidupnya. Begitu pula dengan salah produk budaya pakaian wanita Indonesia, sebelum reformasi bergulir di bawah pemerintahan yang militerian eksistensi kebaya berada dalam posisi marginal. Kesan kuno, ndeso, tradisional menjadi stigma melekat tak terbantahkan. Kaum wanita, terutama wanita usia muda lebih banyak menggunakan busana modern, desain bersifat kekinian yang dikenakan pada berbagai aktivitas modern pula seperti pergi ke kantor, menghadiri pesta, kegiatan liburan, sampai olah raga. Realitas eksistensi kebaya Pasca Reformasi sungguh luar biasa. Reformasi telah mampu mengubah tatanan demokrasi di Indonesia dari pemerintahan militerian yang kaku ke pemerintahan sipil yang memiliki kecenderungan bebas. Seperti yang

diungkapkan oleh R.M. Soedarsono (2002), bahwa pasca lengsernya pemerintahan Soeharto yang korup digantikan oleh B.J. Habibie inilah awal era bersejarah di Indonesia yang dikenal sebagai Era Reformasi membawa misi kebebasan dalam berbagai bidang budaya. Perubahan tatanan demokrasi tersebut membuat pergeseran, perubahan, dan pergerakan bidang budaya beserta hasil-hasilnya. Kebaya sebagai bagian dari produk budaya juga mengalami pergeseran ataupun perkembangan pemakaian. Perkembangan kebaya itu dapat dicermati baik dari aspek bentuk, fungsi, dan makna yang dikandungnya. Hal itu menunjuk pada suatu pemahaman bahwa eksistensi suatu produk budaya, khususnya kebaya tidak dapat terlepas dari dominasi factor ekstenal yakni factor politik (Triyanto, 2008). Berbagai pergeseran itulah yang membuat kebaya dapat terus eksis diterima masyarakat. Hal itu membuktikan bahwa kebaya sebagai busana Indonesia dapat selalu menyesuaikan keberadaan masyarakat pendukungnya, baik untuk masyakat yang selalu menjaga nilai-nilai tradisional maupun masyarakat yang senang dan menikmati berbagai macam perubahan zaman. Kreasi Kreatif Kebaya Sebelum Reformasi Sebelum reformasi bergulir, pemerintahan Indonesia dipegang oleh kekuatan dominan yakni pemerintahan militerian di bawah kendali Soeharto beserta kronikroninya. Pemerintahan yang militerian telah menjadikan manusia beserta kebudayaannya terpasung dalam kekakuan. Berbagai macam ekspresi kreativitas manusia tidak mendapatkan regulasi yang mudah. Semua serba diatur, dicurigai, dan dimata-matai. Sesuatu produk kreativitas yang bertolak belakang dengan pemerintah di bungkam bahkan banyak tokoh baik politik maupun seni masuk dalam lubang penjara, seperti Sri Bintang Pamungkas, Mohtar Papahan, Iwan Fals, dan tokoh-tokoh lainnya. Pengaruh pemerintahan yang militerian juga dirasakan dalam jagat fashion Indonesia. Wanita Indonesia terinduktrinasi dalam keseragaman busana, hal itu dapat terlihat dalam kemunculan seragam Dharma Wanita sebagai busana formal yang menghiasi di berbagai instansi pemerintah. Kebaya sebagai busana wanita termarginalkan pada berbagai acara formal yang memiliki nilai religi yaitu di berbagai upacara tradisional, seperti labuhan, suronan, ngalap berkah, dan bentuk upacara tradisional lainnya. Bahkan yang lebih memilukan, kebaya sebagai busana tidak jarang mendapat stigma sebagai busana yang memiliki kesan kuno, tidak mengikuti

trend mode, dan ndeso kecenderungan pemakaian hanya untuk kalangan usia tua dan kelompok yang bekerja bidang agraris. Hal itulah yang membuat kebaya saat itu menjadi kurang populair sehingga ditinggalkan oleh kaum perempuan, khususnya perempuan usia remaja atau dewasa muda. Gambar 1. Kreasi kreativitas kebaya sebelum reformasi (Koleksi: Mutiara Nugraheni tahun 1979-1980) Kehadiran kebaya lebih banyak menduduki fungsi pokoknya, yakni sebagai busana yang mampu melindungi tubuh dari sengatan sinar matahari. Keberadaanya tidak banyak berkembang dengan baik pada busana yang mampu memiliki nilai prestisius tinggi. Hal itu dapat terlihat dari aspek bentuk kebaya, bahan, maupun ornamentasi yang digunakannya. Kreasi Kreatif Kebaya Pasca Reformasi Reformasi politik 1998 yang melanda Indonesia memiliki dampak domino terhadap berbagai aspek atau bidang lainnya, seperti social, ekonomi, dan budaya. Kekuatan politik menjadi penentu arah pengembangan suatu kreativitas. Reformasi bagaikan kran pembuka demokrasi berkarya. Masyarakat Indonesia berada pada apa yang disebut sebagai euforia, yakni suatu hingar-bingar kegembiraan yang meluap-luap akibat telah terbebas dari kekuatan pemerintah yang militerian. Bangsa ini memasuki zaman edan di mana masyarakat dijangkiti anomi, artinya memasuki kondisi transisi dua budaya, yaitu budaya agraris dan industrialisasi modern yang padat dengan teknologi. Dua budaya ini berhimpitan pula dengan budaya politik Orde Baru dan Orde Reformasi. Kondisi seperti ini nilai-nilai luhur budaya lama dilepas, tetapi yang baru belum tergapai, sehingga masyarakat hidup murang tata tidak punya tata krama (Bambang Sudibyo, 2008).

Realitas terhadap kebebasan berekspresi menjadi kian nyata. Para creator lebih memiliki keluasan penggarapan ekspresi karya tanpa terbebani oleh rasa ketakutan mendalam. Pada berbagai produk seni telah mampu melahirkan berbagai karya baik berupa pencerahan, pembebasan, maupun kenakalan berkarya seperti di dalam industri musik muncul lagu cucak rowo, bidang tari memunculkan tari bedoyo prex, fenominol goyang ngebor dan pada kebaya hasil modifikasi kreativitas memunculkan kebaya semriwing yakni sebuah istilah yang diungkapkan oleh R.M. Soedarsono untuk menyebut kebaya berbahan dasar tipis. Sebenarnya penggrapan kebaya sudah banyak dilakukan pada tahun 1970-an. Pada saat itu perempuan yang memakai kebaya tidak harus melengkapi dandanannya dengan sanggul. Para desainerpun sudah mulai berkreasi dan menawarkan padu padan dan mulai bergeser dari pakem. Namun demikian, setelah Era Reformasi garapan desainer jauh lebih berani dan ekstrim. Pemakaian kebaya tidak harus disandingkan dengan kain panjang, tetapi dengan rok, celana jeans, dan bahkan hotpants (Wuri, 2007). Pengolahan kreasi kreatif baru kebaya juga dapat terlihat baik secara pola, siluet, cutting, maupun material yang digunakan. Kebaya bukan hanya berbahan sutra, katun, ataupun beludru, melainkan merambah ke jalur sifon, shantung, lace, ataupun jenis tekstil lainnya yang kemudian ditingkatkan teknik bordir, renda, pilin, lipit. Tidak ketinggalan juga aplikasi ornamen penuh kilau macam payet, kristal, atau batubatu mulia, sehingga bentuk kebaya Pasca Reformasi bukan lagi sebuah busana sebagai fungsi utama, melainkan berkembang pada nilai-nilai lainnya, yakni nilai ekspresi pribadi pemakainnya karena dirancang dengan kekhasan tersendiri..

Gambar 2. Bentuk kebaya Pasca Reformasi setelah mengalami kreasi kreatif (Foto: Triyanto, lokasi Jogya Fashion Week 2008) Penutup Perkembangan kebaya Pasca Reformasi yang begitu besar adalah sebuah keniscayaan budaya yang lazim guna mencapai sesuatu eksistensi. Tarik ulur di antara berbagai silang pendapat pro dan kontra pengembangan kebaya hendaknya patut disukuri, karena hal itu dapat menjadi kekayaan ragam kebaya tersendiri. Masyarakat jangan sampai terjebak pada suatu polemik budaya yang berkepanjangan. Biarkanlah tetap tegar berdiri bagi masyarakat yang tetap mempertahankan nilai tradisi adiluhung karya busana Indonesia. Pada sisi lain, bagi masyarakat yang haus perubahan berikan kesempatan peluang untuk mengekpresikan kegelisahan hatinya. Lewat berbagai pengembangan kreasi yang kreatif itulah sebenarnya sebuah kunci eksistensi budaya dapat terus eksis. Maka bukan sesuatu yang tidak mungkin ke depan eksistensi kebaya yang telah mengalami gubahan kreasi kreatif itu dapat menjadi busana dunia. Semoga, Amin. KEPUSTAKAAN R.M. Soedarsono (2002). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University. Sudibyo, Bambang. Jaman Edan: Murang Tata, Tanpa Pegangan Nilai. Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, 17 Mei 2008, 32. Triyanto, Bentuk Kebaya Pasca Reformasi. Tesis sebagai syarat untuk mencapai derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Bidang Ilmu Multi Disiplin, Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (2008). Wuri. Kebaya Modern Kian Diminati. Koran SINDO, Rabu 28 Februari 2007.