BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam dunia bisnis selalu terdapat risiko yang timbul dari aktivitas bisnis yang dilakukan oleh perusahaan. Risiko perusahaan adalah suatu kondisi dimana kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan kinerja suatu perusahaan menjadi lebih rendah daripada apa yang diharapkan suatu perushaan karena adanya suatu kondisi yang tidak pasti di masa mendatang. Oleh sebab itu, terdapat kemungkinan yang akan dilakukan perusahaan agar meminimalisasi risiko yang dapat berupa pencegahan, penghindaran, pengurangan, atau pengalihan risiko tersebut kepada pihak lain. Mengelola risiko perusahaan memerlukan kemampuan untuk menghindari kejadian yang tidak dinginkan. Cara untuk mengelola risiko adalah dengan melakukan manajemen risiko. Sebuah manajemen risiko yang baik dapat mencegah risiko dan mengurangi akibat yang ditimbulkannya yaitu kerugian. Hal yang penting dari tindakan manajemen risiko salah satunya adalah pengungkapan risiko. Menurut (PSAK No. 60 Revisi 2010) pengungkapan risiko berdasarkan informasi mengenai sifat dan tingkat risiko yang timbul dari instrumen keuangan terdiri dari pengungkapan kuantitatif dan kualitatif. Untuk pengungkapan kuantitatif, perusahaan mewajibkan entitas mengungkapkan risiko-risiko yang sering terjadi seperti risiko pasar, risiko kredit, dan risiko likuiditas. Untuk 1
2 pengungkapan kualitatif, mewajibkan entitas mengungkapkan eksposur, bagaimana risiko timbul, tujuan kebijakan, dan proses pengelolaan risiko serta metode pengungkapan risiko. Informasi risiko bertujuan untuk mengetahui secara keseluruhan kondisi suatu entitas dalam menghadapi risiko-risiko yang timbul dan cara mengatasi risiko-risiko tersebut. Pengungkapan risiko harus memadai agar dapat digunakan sebagai alat pengambilan keputusan yang cermat dan tepat. Pengungkapan risiko perlu dilakukan tidak hanya berisikan informasi keuangan tetapi juga berisikan informasi-informasi non keuangan. Menurut Organization for Economic Corporation and Development / OECD (2004), corporate governance adalah sistem dimana perusahaan bisnis diarahkan dan dikontrol. Struktur tata kelola perusahaan menentukan pembagian hak dan tanggung jawab antara peserta yang berbeda dalam perusahaan, seperti manajer, pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, dan merinci aturan dan prosedur untuk pengambilan keputusan pada urusan perusahaan. Dengan melakukan ini juga menyediakan struktur melalui tujuan perusahaan ditetapkan, cara mencapai tujuan dan memantau kinerja. Yang termasuk karakteristik dalam corporate governance adalah shareholder (pemegang saham), dewan direksi, anggota dewan direksi, dewan komisaris yang independen, anggota dewan komisaris, komite manajemen risiko, komite audit, dan etika perusahaan. Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa pengungkapan (disclosure) memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Hal tersebut berarti
3 tidak ada informasi yang tidak disampaikan pada investor. Jadi disclosure adalah pengungkapan informasi yang merupakan cara untuk mewujudkan transparansi sehingga meningkatkan kepercayaan investor. Agar tujuan transparansi tersebut tercapai, informasi yang diungkapkan harus berguna dan tidak membingungkan pemakai laporan keuangan dalam membantu pengambilan keputusan ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh Hassan (2008) menyebutkan bahwa Corporate Risk Disclosure (CRD) adalah penggabungan laporan keuangan dari keadaan yang umum, spesifik, dan potensial, yang dapat menyebabkan nilai aset dan atau kewajiban berfluktuasi menurun atau sebaliknya. Setelah adanya kasus Enron dan Worldcom Corporate Governance muncul sebagai dasar regulasi sistem penerapan tata kelola perusahaan yang baik. Terdapat lima prinsip Corporate Goverance menurut KNKG transparency, akuntability, responsibility, independency, fairness. Transparansi mengharuskan perusahaan secara terbuka mengungkapkan keadaan atau kondisi yang sebenarnya, termasuk risiko dalam perusahaan. Responsibilitas membuat manajer atau direktur memiliki tanggung jawab terhadap perusahaan kepada para stakeholder terutama shareholder. Sehingga dengan adanya prinsip corporate governance menjamin pengungkapan risiko diakukan dengan baik. Di Indonesia, penelitian mengenai pengungkapan risiko merupakan topik yang masih sedikit dibahas. Penelitian yang dilakukan oleh Taures (2010) menemukan bahwa ukuran perusahaan dan jenis perusahaan berhubungan positif terhadap pengungkapan risiko, sedangkan diversifikasi produk dan geografis,
4 tingkat leverage, serta tingkat profitabilitas tidak berpengaruh signifikan. Penelitian yang lain hanya berfokus pada pengungkapan secara umum, yaitu pengungkapan sukarela. Almalia dan Retrinasari (2007) misalnya, menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela pada laporan tahunan yang terdaftar di BEJ. Namun demikian, hasil yang berbeda ditemukan oleh penelitian Sudarmadji dan Sularto (2007) bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan tipe kepemilikan perusahaan berpengaruh negatif secara signifikan dengan luas voluntary disclosure. Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah adanya penambahan variabel struktur kepemilikan saham publik dan dewan komisaris independen, dengan argumen bahwa semakin banyak saham yang dimiliki oleh publik maka semakin besar tekanan yang dihadapi perusahaan untuk mengungkapkan informasi lebih banyak dalam laporan tahunannya. Penelitian ini menggunakan data laporan tahunan periode 2013 sampai dengan 2015. Alasan peneliti memilih perusahaan manufaktur sebagai obyek penelitian adalah disebabkan karena perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terdiri dari berbagai sub sektor industri sehingga dapat mencerminkan reaksi pasar modal secara keseluruhan. Disamping itu perusahaan manufaktur juga memiliki jumlah perusahaan terbanyak di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan uraian tersebut di atas peneliti ingin melakukan penelitian ada atau tidaknya pengaruh dari faktor-faktor seperti ukuran perusahaan, rasio keuangan perusahaan, dan corporate governance terhadap pengungkapan risiko
5 dan memilih judul Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate Governance terhadap Pengungkapan Risiko Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang permasalahan dalam penelitian ini, maka perumusan masalahnya adalah: 1) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan risiko perusahaan? 2) Apakah tingkat likuiditas perusahaan berpengaruh terhadap tingkat 3) Apakah tingkat profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap tingkat 4) Apakah tingkat solvabilitas perusahaan berpengaruh terhadap tingkat 5) Apakah struktur kepemilikan saham publik berpengaruh terhadap tingkat 6) Apakah dewan komisaris independen berpengaruh terhadap tingkat 7) Apakah keahlian komite audit berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan risiko perusahaan? 8) Apakah frekuensi pertemuan komite audit berpengaruh terhadap tingkat
6 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan 2) Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh tingkat profitabilitas 3) Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh tingkat likuiditas 4) Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh tingkat solvabilitas 5) Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh keahlian komite audit 6) Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh frekuensi pertemuan komite audit 7) Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh struktur kepemilikan saham publik 8) Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh dewan komisaris independen 1.4. Manfaat Penelitian Diharapakan hasil penelitian dapat bermanfaat antara lain:
7 1) Bagi Perusahaan Peneliti mengharapkan penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih tentang pengungkan risiko agar dapat membantu memperbaiki dan meningkatkan kualitas pengungkapan risiko perusahaan. 2) Bagi Peneliti Lain Penelitian ini diharapakan dapat berguna sebagai bahan referensi atau kepustakaan untuk penelitian berikutnya yang lebih baik. 3) Bagi Investor Peneliti mengharapkan penelitian ini dapat membantu dalam penambahan informasi lain seperti pengambilan keputusan kredit dan investasi kepada perusahaan yang mempunyai pelaporan risiko. 1.5. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini akan disusun dalam 5 bab yang akan dibahas lebih rinci dalam masing-masing bab, dengan tahapan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan beberapa hal dasar mengenai penelitian yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan skripsi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 Bab ini berisi teori keagenan dan berbagai teori yang mendasari penulisan skripsi diantaranya membahas mengenai pemahaman atas perumusan hipotesis, dilanjutkan dengan penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Menguraikan tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian yang mencakup variabel penelitian dan definisi operasional, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta metode analisis. BAB IV HASIL DAN ANALISIS Bab ini diawali dengan penjelasan atau deskripsi dari obyek penelitian, dilanjutkan dengan analisis data dan pembahasan atas hasil analisis data. BAB V PENUTUP Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan keterbatasan penelitian. Selain itu, bab ini juga memberikan saran bagi penelitian lainnya.