TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan siklus hidup rayap dapat dilihat gamabar dibawah ini: Gambar 1. Siklus hidup rayap

TINJAUAN PUSTAKA. (C curvinagthus Holmgren) adalah sebagai berikut : Gambar 1 : Siklus hidup rayap Sumber :

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup perkembangan rayap adalah melalui metamorfosa. pertumbuhan) telur, nimfa, dewasa. Walau stadium dewasa pada serangga

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan siklus hidup rayap dapat dilihat pada gambar:

TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah

TINJAUAN PUSTAKA. setiap kecamatan di Kota Medan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data jumlah sekolah menengah pertama di setiap kecamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

II. TINJAUAN PUSTAKA. bekerjasama. Rayap dalam biologi adalah sekelompok hewan dalam salah satu

TINJAUAN PUSTAKA. terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI JENIS RAYAP DI KAWASAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh: M. HENDRIANSYAH JUMARI NIM:

TINJAUAN PUSTAKA. Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Ulat Api Setothosea asigna Eecke (Lepidoptera: Limacodidae)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh: Tarsoen Waryono **)

Rayap Sebagai Serangga Perusak Bangunan & Pengendaliannya (Implementasi SNI 2404:2015 dan SNI 2405: 2015)

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

Uji Suspensi Kitosan untuk Mengendalikan Rayap (Coptotermes curvignathus Holmgren) pada Tanaman Karet di Lapangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti :

Pengendalian serangga hama. Silvikultur Fisik mekanik Hayati : (predator, parasitoid, patogen) Genetik Kimiawi Perundangan PHT

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

PENGGUNAAN OLI DAN INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PENGGUNAAN OLI DAN INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. Paimin (1997) menyatakan berdasarkan penggolongan jenis tumbuhtumbuhan. (taksonomi), tanaman kemiri termasuk famili Euphorbiaceae.

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

TINJAUAN PUSTAKA. bujur Timur dan Lintang Utara. Dengan ketinggian permukaan laut

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 a) Tumbuhan tuba yang tumbuh di perladangan masyarakat; b) Batang tumbuhan tuba.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

Bentar UJI TOKSISITAS KITOSAN UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) DI LABORATORIUM

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan

SKRIPSI OLEH : DORIS ROASIANNA L TOBING HPT

KEANEKARAGAMAN JENIS RAYAP DI KEBUN KELAPA SAWIT PT. BUMI PRATAMA KHATULISTIWA KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA

TINJAUAN PUSTAKA. Papan unting merupakan panel kayu yang tersusun atas strand/unting

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI SPESIES RAYAP PERUSAK TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Termite Species Identification as Pests to Jatropha curcas L.

Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang. Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut sistem klasifikasinya, sawit termasuk dalam kingdom plantae,

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Hama Rayap (Coptotermes curvignathus) dari rayap (C.curvignathus) adalah sebagai berikut : Filum: Antropoda, Kelas:

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

TINJAUAN PUSTAKA. Lalat buah dengan nama ilmiah Bractrocera spp. tergolong dalam ordo

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006)

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr.) merupakan komoditas andalan yang sangat

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom plantae, Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae, Kelas

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. setelah cabai dan kacang panjang (Djuariah dan Sumiati, 2003). Sebagai salah

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

Uji Daya Hidup Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) dalam Berbagai Media Kayu di Laboratorium

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. ke Indonesia pada tahun 1848 yang ditanam di Kebun Raya Bogor. Perkebunan

Gambar 1. Nimfa Helopeltis spp Sumber: Atmadja (2003) Gambar 2. Imago betina Helopeltis spp Sumber: Atmadja (2003)

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

I. PENDAHULUAN. pertanian organik dan sistem pertanian intensif (Notarianto, 2011). Salah satu desa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Coptotermes curvignathus Holmgren Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut Nandika, dkk (2003) adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda : Insecta : Isoptera : Rhinotermitidae : Coptotermes : Coptotermes curvinagthus Holmgren Rayap termasuk binatang Arthropoda, kelas insecta yang berasal dari ordo isoptera yang dalam perkembangan hidupnya mengalami metamorphosa gradual atau bertahap. Kelompok binatang ini pertumbuhannya melalui tiga tahap yaitu telur, nimfa dan tahap dewasa. Setelah menetas dari telur nimfa akan menjadi dewasa dengan melalui beberapa instar, yaitu bentuk diantara dua masa perubahan. Bentuk ini sangat gradual, sehingga baik dari bentuk badan pada umumnya, cara hidup maupun makanan pokok antara nimfa dan dewasa adalah serupa. Pada nimfa yang bertunas sayapnya akan tumbuh lengkap pada instar terakhir, saat binatang itu mencapai kedewasaan (Hasan, 1986).

Rayap adalah kelompok serangga yang memiliki kemampuan mencerna selulosa, yaitu produk alami yang banyak terdapat di alam misalnya pada kayu, daun, batang, kertas, dan karton. Sudah sejak lama rayap diidentikkan dengan terjadinya kerusakan pada bangunan, komponen kayu dalam rumah, buku, arsip, dokumen serta beberapa jenis tanaman pertanian atau perkebunan seperti karet dan kelapa sawit yang tidak luput dari serangannya (Anonimus, 2009). Sebagai serangga sosial, rayap terdiri atas beberapa kasta, yakni kasta reproduktif, pekerja dan tentara yang masing-masing mempunyai tugas tertentu dan perbedaan bentuk kasta tersebut baru jelas terlihat pada stadia dewasa. Pada awal pembentukan koloni, kasta reproduktif memberikan makanan pada nimfa yang muda dan merawat sarang, tetapi tugas rumah tangga tersebut segera diambil alih oleh nimfa-nimfa muda dan kasta pekerja yang baru terbentuk. Kasta pekerja bertugas memberi makanan bagi semua anggota koloni, membuat sarang dan memelihara telur. Sedangkan kasta tentara bertugas menjaga dan melindungi koloni dari gangguan luar (Borror dkk, 1992). Gambar 1. Siklus hidup rayap Sumber: www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=78&fnam...diakses pada tanggal 5 maret 2011

Rayap bertubuh lunak dan berwarna putih. Sayap depan dan belakang ukurannya hampir sama dan diletakkan datar diatas abdomen pada waktu beristirahat. Bila sayap rayap terputus sepanjang sutera, hanya meninggalkan dasar sayap atau potongan yang menempel pada thoraks. Abdomen pada rayap lebih berhubungan dengan thoraks, kasta yang mandul (pekerja dan serdadu) pada rayap terdiri dari 2 kelamin. Kasta kasta reproduktif terbentuk dari telur yang dibuahi (Borror dkk, 1992). Kepala berwarna kuning, antena, labrum dan pronotum kuning pucat. Bentuk kepala bulat ukuran panjang sedikit lebih besar daripada lebarnya. Antena terdiri dari 15 segmen. Mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung diujungnya, batas antara sebelah dalam dari mandibel kanan sama sekali rata. Panjang kepala dengan mandibel 2,46-2,66 mm, panjang mandibel tanpa kepala 1,40-1,44 mm dengan lebar pronotum 1,00-1,03 mm dan panjangnya 0,56 mm, panjang badan 5,5-6 mm. Bagian abdomen ditutupi dengan rambut yang menyerupai duri. Abdomen bewarna putih kekuning-kuningan (Nandika dkk,2003). Gambar 2. Rayap Sumber : Foto langsung

Kasta Rayap Masyarakat rayap terdiri atas kelompok - kelompok yang disebut kasta. Masing masing kasta mempunyai tugas sendiri - sendiri yang dilakukan dengan tekun selama hidup mereka, demi untuk kepentingan kesehjateraan, keamanan dan kelansungan hidup seluruh masyarakatnya (Hasan, 1986). 1. Kasta reproduktif Terdiri atas reproduktif primer dan reproduktif suplementer. Kasta reproduktif primer adalah pasangan ratu dan raja yang merupakan pasangan pendiri koloni, ukuran ratu lebih besar dari raja. Kasta ini keluar meninggalkan sarang (swarming) dan disebut juga dengan laron. Kasta reproduktif primer mempunyai sepasang sayap dan mata majemuk yang jelas dan warnanya agak tua. Pada musimmusim tertentu kasta ini dihasilkan dalam jumlah yang cukp banyak (Hasan, 1986). Kasata reproduktif suplementer adalah individu jantan dan betina, mempunyai tonjolan sayap, warnanya kurang tua dari kasta reproduktif primer dan matanya lebih kecil. Rayap suplementer terbentuk dari nimfa-nimfa dan mencapai kematangan kelamin tanpa mencapai tahap-tahap dewasa, bersayap penuh dan tanpa meninggalkan sarang. Kasta ini bertugas mengganti segmen antenanya. Biasanya dalam stadia nimfa, rayap mengalamin instar 5-8 kali. Setelah mengalami stadia nimfa, rayap memasuki stadia imago atau dewasa (Hasan, 1986). 2. Kasta prajurit Kasta prajurit berbeda dari kasta kasta lainnya karena perkembangan kepala dan mandibulanya. Jumlah prajurit dalam satu koloni biasanya tidak lebih dari 100% (Hasan, 1984). Kasta ini ditandai dengan bentuk tubuh kekar karena penebalan kulitnya agar mampu melawan musuh dalam rangka tugasnya

mempertahankan kelangsungan hidup koloninya. Mereka berjalan hilir mudik diantara para pekerja yang sibuk mencari dan mengangkut makanan (Tarumingkeng, 2001). Gambar 3. Kasta Prajurit Sumber : Foto langsung 3. Kasta Pekerja Kasta ini membentuk sebagian besar koloni rayap. Tidak kurang dari 80% populasi dalam koloni merupakan individu individu pekerja (Tarumingkeng, 2001). Kasta pekerja terdiri dari nimfa dan dewasa yang steril, memiliki warna yang pucat dan mengalami penebalan di bagian kutikula, tanpa sayap dan biasanya tidak memiliki mata, memiliki mandible yang relative kecil (Borror dkk, 1992).

Pada rayap terjadi pembagian polimorfismenya artinya di dalam satu spesies terdapat bermacam macam bentuk dan tugas yang berbeda. Rayap hidup berkoloni, dalam koloni terdapat pembagian tugas kerja : 1. Ratu, yakni laron (rayap betina fertil) biasanya tubuh gemuk dan tugasnya adalah bertelur. 2. Raja, yaitu laron (rayap jantan fertil) yang tugasnya melestarikan keturunan. 3. Pekerja, rayap yang bertugas member makan ratu dan raja serta menjaga sarang dari kerusakan. Sifat rayap pekerja dan serdadu bersifat steril (Tarumingkeng, 2001). Perilaku Rayap Semua rayap makan kayu dan bahan berselulosa, tetapi perilaku makan (feeding behavior ) jenis-jenis rayap bermacam-macam. Hampir semua jenis kayu potensial untuk dimakan rayap. Memang ada yang relatif awet seperti bagian teras dari kayu jati tetapi kayu jati kini semakin langka. Untuk mencapai kayu bahan bangunan yang terpasang rayap dapat "keluar" dari sarangnya melalui terowonganterowongan atau liang-liang kembara yang dibuatnya. Bagi rayap subteran (bersarang dalam tanah tetapi dapat mencari makan sampai jauh di atas tanah), keadaan lembab mutlak diperlukan. Hal ini menerangkan mengapa kadang-kadang dalam satu malam saja rayap Macrotermes dan Odontoterme s telah mampu menginvasi lemari buku di rumah atau di kantor jika fondasi bangunan tidak dilindungi. Sebaliknya, rayap kayu kering (Cryptotermes) tidak memerlukan air (lembab) dan tidak berhubungan dengan tanah. Juga tidak membentuk terowonganterowongan panjang untuk menyerang obyeknya. Mereka bersarang dalam kayu,

makan kayu dan jika perlu menghabiskannya sehingga hanya lapisan luar kayu yang tersisa, dan jika di tekan dengan jari serupa menekan kotak kertas saja (Tarumingkeng, 2007). Pola perilaku rayap adalah kriptobiotik atau sifat selalu menyembunyikan diri, mereka hidup didalam tanah dan bila akan invasi mencari objek makanan juga menerobos di bagian dalam, bila terpaksa harus berjalan dipermukaan yang terbuka, mereka membentuk pipa pelindung dari bahn tanah atau humus (Tarumingkeng, 2004). Setiap koloni rayap mengembangkan karakteristik tersendiri berupa bau yang kas untuk membedakannya dengan koloni yang lain. Rayap dapat menemukan sumber makanan karena mereka mampu untuk menerima dan menafsirkan setiap ransangan bau yang esensial bagi kehidupannya. Bau yang dapat dideteksi rayap berhubungan dengan sifat kimiawi feromonnya sendiri (Borror dkk, 1992). Sistem Sarang Membuat sarang dan hidup di dalam sarang merupakan karakteristik dari serangga social. Beberapa jenis rayap membuat sarangnya dalam bentuk lorong lorong di dalam kayu atau atau lorong - lorong dalam tanah, tetapi jenis rayap tertentu sarangnya membentuk bukit - bukit dengan konstruksi sarang yang sangat kokoh dan sangat luas (Nandika dkk, 2003). Berdasarkan lokasi sarang utama atau tempat tinggalnya, rayap perusak kayu dapat digolongkan dalam tipe-tipe berikut : 1. Rayap pohon, yaitu jenis-jenis rayap yang menyerang pohon yang masih hidup, bersarang dalam pohon dan tak berhubungan dengan tanah. Contoh yang

khas dari rayap ini adalah Neotermes tectonae (famili Kalotermitidae), hama pohon jati. 2. Rayap kayu lembab, menyerang kayu mati dan lembab, bersarang dalam kayu, tak berhubungan dengan tanah. Contoh : Jenis-jenis rayap dari genus Glyptotermes (Glyptotermes spp., famili Kalotermitidae). 3. Rayap kayu kering, seperti Cryptotermes spp. (famili Kalotermitidae), hidup dalam kayu mati yang telah kering. Hama ini umum terdapat di rumah-rumah dan perabot-perabot seperti meja, kursi dsb. Tanda serangannya adalah terdapatnya butir-butir ekskremen kecil berwarna kecoklatan yang sering berjatuhan di lantai atau di sekitar kayu yang diserang. Rayap ini juga tidak berhubungan dengan tanah, karena habitatnya kering. 4. Rayap subteran, yang umumnya hidup di dalam tanah yang mengandung banyak bahan kayu yang telah mati atau membusuk, tunggak pohon baik yang telah mati maupun masih hidup. Di Indonesia rayap subteran yang paling banyak merusak adalah jenis-jenis dari famili Rhinotermitidae. Terutama dari genus Coptoterme s (Coptotermes spp.) dan Schedorhinotermes. Perilaku rayap ini mirip rayap tanah seperti Macrotermes namun perbedaan utama adalah kemampuan Coptotermes untuk bersarang di dalam kayu yang diserangnya, walaupun tidak ada hubungan dengan tanah, asal saja sarang tersebut sekalisekali memperoleh lembab, misalnya tetesan air hujan dari atap bangunan yang bocor. Coptotermes pernah diamati menyerang bagian - bagian kayu dari kapal minyak yang melayani pelayaran Palembang - Jakarta. Coptotermes curvignathus Holmgren sering kali diamati menyerang pohon Pinus merkusii dan banyak meyebabkan kerugian pada bangunan.

5. Rayap tanah. Jenis-jenis rayap tanah di Indonesia adalah dari famili Termitidae. Mereka bersarang dalam tanah terutama dekat pada bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah dan humus. Contoh - contoh Termitidae yang paling umum menyerang bangunan adalah Macrotermes spp. (terutama M. gilvus) Odontotermes spp. dan Microtermes spp. Jenis-jenis rayap ini sangat ganas, dapat menyerang obyek-obyek berjarak sampai 200 meter dari sarangnya. Untuk mencapai kayu sasarannya mereka bahkan dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa cm, dengan bantuan enzim yang dikeluarkan dari mulutnya. Macrotermes dan Odontotermes merupakan rayap subteran yang sangat umum menyerang bangunan di Jakarta dan sekitarnya (Nandika dkk, 2003). Bahan yang digunakan untuk membangun sarang sangat tergantung pada makanan dan bahan yang tersedia di habitatnya. Tanah, kotoran, dan sisa tumbuhan serta air liur merupakan bahan utama untuk pembuatan sarang. Partikel tanah yang seringkali digunakan untuk membangun sarang dan merupakan komponen yang dominan dapat diklasifikasikan menurut ukurannya, yaitu kerikil >2,00 mm, pasir kuarsa 2,0-0,2 mm, pasir halus 0,2-0,02 mm, lumpur 0,02-0,002 mm, dan liat < 0,002 mm. Sedangkan kotoran dan air liur berfungsi sebagai perekat dalam pembuatan sarang (Nandika dkk, 2003).

Gambar 4. Sarang Rayap Sumber : Foto Langsung Pengendalian Rayap Pengendalian rayap hingga saat ini masih mengandalkan penggunaan insektisida kimia (termisida), yang dapat diaplikasikan dalam beberapa cara yaitu melalui penyemprotan, atau pencampuran termisida dalam bentuk serbuk atau granula dengan tanah. Teknik penyuntikan pada bagian pohon atau sistem perakaran tanaman yang terserang atau dengan cara penyiraman disekitar tanaman (Nandika dkk, 2003). Selama ini pengendalian rayap pada perkebunan kelapa sawit di lahan gambut umumnya dilakukan secara konvensional, yaitu dengan lebih mengutamakan insektisida, bahkan sering dilakukan aplikasi terjadwal tanpa didahului dengan monitoring populasi rayap. Cara ini tidak efisien karena seluruh areal tanaman diaplikasi dengan insektisida. Disamping memboroskan uang, juga akan menimbulkan dampak buruk berupa pencemaran lingkungan (Bakti, 2004).

Racun akut yang kebanyakan dari kelompok fosfat-organik atau organofosfat dan karbamat kurang dapat mengendalikan populasi rayap karena sifatnya yang tidak tahan lama (non persistent) di lingkungan, walaupun kekuatannya luar biasa. Salah satu contoh fosfat organic yang sering digunakan untuk soil treatment terhadap rayap penyerang bangunan adalah chlorpytifos ( Tarumingkeng, 2004). Tindakan klorpirifos dalam mengendalikan rayap adalah dengan cara mengikat acetylcholinesterase (enzim yang menghancurkan asetilkolin setelah impuls transmisi) dan menghambat fungsinya, menyebabkan akumulasi asetilkolin reseptor di semua lokasi yang tersedia. Hal ini menghasilkan set-off berulang-ulang impuls saraf di unit berikutnya (Lee et al., 2003). Tindakan Fipronil melibatkan memblokir asam γ-aminobutyric, Fipronil dengan mengganggu ion klorida dalam sistem saraf, pada akhirnya menyebabkan kematian. Menurut Henderson. (2003b), Fipronil dan Imidakloprid lebih beracun bagi serangga daripada mamalia karena mereka membunuh serangga melalui hyperexcitation dari sistem saraf pusat (Gurbel,2008). Nematoda Steinernema carpocapsae memiliki efektifitas cukup mengendalikan rayap. Umumnya nematoda Steinernema carpocapsae banyak ditemukan didalam tanah, sehingga diharapkan rayap C. curvignathus yang selalu berhubungan dengan tanah akan dapat dimanfaatkan sebagai agen hayati. Pemberian nematode dengan jumlah terkecil menimbulkan 38,16% dan dengan jumlah tertinggi menimbulkan mortalitas 60,80% (Bakti, 2004). Pengendalian hama terpadu (PHT) termasuk pengendalian rayap pada kelapa sawit berpedoman pada Undang- undang No.12 tahun 1992 tentang system

Budidaya Tanaman, dan dalam sistem tersebut pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami hama seperti parasitoid, predator dan pathogen menjadi komponen utama, sedangkan secara kimiawi merupakan alternative terakhir ( Tarumingkeng, 2004 ). Pengumpanan adalah salah satu teknik pengendalian yang ramah lingkungan. Dilakukan dengan menginduksi racun slow action kedalam kayu umpan, dengan air trofalaksinya kayu tersebut dimakan rayap pekerja dan di sebarkan kedalam koloninya. Teknik pengumpanan selain untuk mengendalikan juga dapat digunakan untuk mempelajari keragaman rayap tanah (Tarumingkeng, 2004). Chitosan adalah polisakarida linier dengan komposisi glukosamin. Chitosan banyak digunakan dalam biomedis komersional. Chitosan sebenarnya serat yang didapat dari polisakarida dari kerang,udang, kepiting dan lain-lain.chitosan bersifat larut dalam larutan asam 6.5. Pelarut chitosan yang baik adalah asam asetat (CH 3 COOH,tetapi tidak larut dalam pelarut organic dan dalam larutan yang memiliki ph (Balley, 1977). Karakteristik fisiko-kimia chitosan berwarna putih dan berbentuk kristal dapat larut dalam larutan asam organic,tetapi tdak larut dalam pelarut organic lainnya.chitosan mempunyai muatan positif yang kuat, yang dapat mengikat muatan negative dari senyawa lain, gugus amino menjadikan chitosan bermuatan positif kuat dapat mengikat lemak dan protein, serta tidak mudah mengalami degradasi secara biologis dan tidak beracun (Bima,2006).

Gambar 5. Serbuk Chitosan Sumber : Foto Langsung Chitosan bersifat nontoksik sehingga tidak langsung membunuh rayap (slow action).namun chitosan akan mengganggu kinerja protozoa dalam sistem pencernaan rayap yang menyebabkan rayap tidak bisa memperoleh sumber makanan yang dihasilkan protozoa, akibatnya secara perlahan akan membunuh rayap (Prasetiyo dan Yusuf,2005). Berdasarkan pada sifatnya, chitosan dicoba untuk mengendalikan serangan rayap dengan cara kitosan diaplikasikan ke kayu yang merupakan bahan yang serang rayap melalui pelaburan,penyemprotan, maupun perendaman dengan berbagai tingkat konsentrasi. Hasil penelitian membuktikan kitosan mampu meningkatkan derajat proteksi kayu seiring dengan semakin tingginya konsentrasi chitosan.ini terlihat semakin meningkatnya tingkat mortalitas rayap yang mengkonsumsi kayu tersebut dibandingkan dengan kayu yang tidak diaplikasikan kitosan (Prasetiyo,2006).