BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan Negara. Perekembangan ilmu teknologi menglobal begitu cepat menuntut untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Bertolak pada masalah tesebut, yang diutamakan adalah menyiapkan penerus bangsa yang mampu bersaing di era globalisasi. Untuk mencetak lulusan yang mampu bersaing dan memiliki etos kerja yang dapat diandalkan, membutuhkan tenaga pendidikan yang profesional dalam pendidikan. Pendidikan sebenarnya tidak hanya ditempuh di sekolah formal melainkan pula melalui pendidikan-pendidikan non-formal. Hal yang dimaksud dengan pendidikan Non-formal tersebut dimana pendidikan yang berlangsung di lingkungan keluarga bahkan di masyarakat luas. Menurut Fudyartanta, (2010:11-12) dalam bukunya yang berjudul Membangun Kepribadian dan Watak Bangsa Indonesia yang Harmonis dan Integral (Pengantar ke Wawasan Pendidikan Nasional Indonesia yang Komprehensif menyebutkan bahwa: UU No.20 Tahun 2003 Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), yang berbunyi Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1
2 Pendidik/guru merupakan ahli yang profesional dalam mendidik, sehingga pendidikan yang berlangsung di sekolah-sekolah sudahlah diseting dengan mantap, dari segi akademik maupun non akademik. Untuk itu dalam proses belajar mengajar guru menyeting perangkat pembelajar dengan baik sehingga pengalaman belajar siswa meningkat kearah yang positif. Kegagalan dalam pencapaian ketuntasan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar seringkali terjadi, hal tersebut dapat dikatakan ketidak sesuaian dalam penggunaan model pembelajaran, media pembelajaran dan miskonsepsi terhadap penyampaian materi ajar. Menurut Helen Parkhurst dalam Sardiman, (2011:96), menegaskan bahwa ruang kelas harus diubah/diatur sedemikian rupa menjadi laboratorium pendidikan yang mendorong anak didik bekerja sendiri. Untuk menghindari penyimpangan terhadap tujuan pembelajaran, guru yang profesional sangat dituntut kejelian dalam menyeting perangkat dan suasana belajar, misalnya menerapkan suasana pembelajaran kooperatif di kelas. Paintz dalam Suprijono (2013:54), mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang lebih luas meliputi semua kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Implementasi pembelajaran kooperatif akan terjadi interaksi sosial yang terpimpin dan diarahkan dalam belajar. Terjadinya iteraksi dalam belajar akan terasa lebih bermakna dan menyenangkan karena adanya rasa saling ketergantungan dan saling mem-bantu antara satu dan lainnya. Interaksi sosial yang baik antara guru dengan peserta didik dan antar sesama peserta didik akan menumbuhkan motivasi yang baik pula dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar kooperatif yang bersifat heterogen dapat menumbuhkan kerjasama yang baik tanpa memandang adanya perbedaan akademis, gender maupun etnis. Dalam pembelajaran kooperatif juga siswa memiliki peluang yang sama untuk mengemukakan pendapat dan bebas untuk mengekpresikan dirinnya di dalam kelompok belajarnya. Pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar yang terorganisasi dan terkontrol di kelas maupun di luar kelas.
3 Terjadinya proses belajar dengan menemukan sendiri siswa akan termotivasi dalam mengikuti kegiatan yang akan disajikan dan apabila tidak adanya motivasi maka pembelajaran tidak akan bermakna dan sangat berpengaruh pada hasil dari kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan tentunya bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang akan diharapkan dan mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapka. Pada sebuah instansi pendidikan tidak semua hasil dari pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan. Terjadinya kesalahan tersebut tidak hanya terdapat pada siswa yang kurang bisa bahkan tidak bisa dalam belajar, melainkan pula terjadi pada guru itu sendiri. Keterpaduan antara materi ajar, model pembelajaran bahkan media pembelajaran sangat berpengaruh pada motivasi hingga hasil belajar siswa. Sekolah Dasar Negeri Salatiga 02 adalah salah satu Sekolah Dasar yang terdapat di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Letak sekolah ini sangat strategis, karena terletak ditengah-tengah pusat kota. Sekolah ini memiliki enam rombel dengan frekuensi rata-rata lebih dari 40 siswa setiap rombel. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada guru kelas V Sekolah Dasar Negeri Salatiga 02, bahwa dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam masih terdapat siswa yang belum tuntas, mengalami kesulitan dalam belajar dan kurangnya motivasi belajar. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung seringkali dijumpai siswa yang asyik mengobrol dengan teman sebangku dan saling mengganggu. Penggunaan model pembelajaran masih menerapkan model-model yang sifatnya konvensional yaitu dengan ceramah, tanya jawab, dan kerja kelompok yang masih kurang terstruktur. Pengukuran motivasi belajar sebelum dilakukan tindakan dengan menggunakan angket. Hasil analisis data angket berdasarkan skor perolehan responden yaitu siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Salatiga 02, sebanyak 1 siswa (2.5%) motivasi belajarnya pada kategori kurang, sebanyak 15 siswa (37.5%) kategori cukup, dan sebanyak 24 siswa (60%) kategori baik.
4 Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Kategori Pra Siklus Frekuensi Persen Kurang 1 2.5% Cukup 15 37.5% Baik 24 60% Sangat baik 0 0% Total 40 100% Selanjutnya berdasarkan data yang diperoleh dari hasil ulangan harian mata pelajaran IPA Semester II Tahun Ajaran 2015/2016, di Kelas V dengan jumlah 40 siswa, terdiri dari laki-laki 17 dan 23 perempuan. Kegiatan ulangan harian dilakukan setelah pokok bahasan atau sub pokok bahasan materi telah selesai diajarkan kepada siswa. Dari hasil ulangan harian yang dilaksanakan ditemui 14 (35%) siswa belum tuntas, dan hanya 26 (65%) siswa yang sudah memenuhi nilai KKM kelas 75. Perolehan nilai tertinggi adalah 90 sebanyak 1 siswa dan nilai terendah 65 sebanyak 6 siswa, nilai rata-rata kelas 76.38. Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Kelas V SD Salatiga 02 Semester II Tahun Ajaran 2015/2016 Nilai Ketuntasan (75) Frekuensi Persentase Keterangan 75 26 65% Tuntas < 75 14 35% Belum tuntas Jumlah 40 100%
5 1.2.Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, terdapat beberapa masalah dalam pembelajaran IPA, diantaranya adalah: 1) Penggunaan model pembelajaran yang berlangsung masih bersifat konvensional, mengakibatkan siswa merasa jenuh dan kurang semangat dalam mengikuti pelajaran. 2) Pengukuran hasil persentasi motivasi belajar pada kategori baik belum mencapai 80%, dan masih dijumpai siswa yang tidak tuntas mencapai KKM 75. Untuk mengatasi permasalah yang terjadi pada siswa kelas V SD Negeri Salatiga 02, penulis berkeinginan untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Seperti yang dipaparkan Sharan,dkk (1994) dalam Al-Tabany, (2014:128-129), bahwa langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation meliputi enam fase yaitu, memilih topik, perencanaan kooperatif, implementasi, analisis dan sintesis, persentasi hasil final dan evaluasi. Hal yang dilakukan peneliti adalah melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Bagi Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Salatiga 02 Semester II Tahun 2015/2016. 1.3.Rumusan Masalah Dari paparan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan : 1. Apakah dengan menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation terjadi peningkatan pada motivasi belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Salatiga 02 Semester II Tahun 2015/2016? 2. Apakah dengan menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation terjadi peningkatan pada hasil belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Salatiga 02 Semester II Tahun 2015/2016?
6 1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk peningkatkan motivasi belajar melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation bagi Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Salatiga 02 Semester II Tahun pelajaran 2015/2016 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah. 2. Untuk peningkatkan hasil belajar IPA melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation bagi Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Salatiga 02 Semester II Tahun pelajaran 2015/2016 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan baik secara teoritis maupun secara praktis sebagaimana dipaparkan berikut ini : 1. Manfaat Teoritis. Manfaat teoritis pada penelitian ini adalah sebagai bahan kajian dari teori yang telah ada dan dapat menambah pengetahuan baru tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. 2. Manfaat Praktis. a. Bagi Siswa 1. Dapat terlibat secara aktif dalam kegiatan proses belajar mengajar. 2. Dapat menemukan sendiri suatu konsep atau hal baru melalui kegiatan penelitian dan pengamatan dalam kegiatan proses belajar mengajar. 3. Dapat menumbuhkan sikap solidaritas dan tanggung jawab yang tinggi, saling menghargai antar sesama.
7 b. Bagi Guru 1. Dapat memilih model pembelajaran yang cocok dengan karakteristik materi dan kondisi siswa agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif. 2. Agar dapat mengembangkan lagi model-model pembelajaran lain untuk mendukung keberhasilan proses pembelajaran. c. Bagi Sekolah Dasar Negeri Salatiga 02 Sebagai masukkan bagi sekolah agar dapat mengarahkan, memotivasi, dan mendukung para guru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran yang tepat. d. Bagi Peneliti 1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. 2. Memberi masukkan bagi peneliti dalam mempersiapkan diri sebagai calon pendidik untuk menggunakan dan menggembangkan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dalam pembelajaran.