BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sely Nurlaely Purnama Sari, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODEL PENULISAN TEKS BERPERSPEKTIF ADIL GENDER BERDASARKAN ANALISIS WACANA KRITIS DALAM BUKU TEMATIK TERPADU 2013 SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB 5 SIMPULAN & SARAN

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk

PENERAPAN DIMENSI GSI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (120 )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi.

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memerlukan bahasa untuk dapat berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kreativitas siswa. Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aset bangsa, karena pendidikan mencirikan pembangunan karakter bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. (1994:10) Sastra juga sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa setelah menyimak,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

INSTRUMEN 1 PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN BIDANG KETERAMPILAN (KERAJINAN) SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. segi kepribadian, pengetahuan, kemampuan maupun tanggung jawabnya. dalam yaitu dari diri manusia itu sendiri.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurikulum 2013 terdapat pada Kompetensi Inti (KI) 4 yaitu Mencoba,

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Standard Kualifikasi Akademik dan Kompetensi, guru sebagai pendidik

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB 3 MOTODE DAN TEKNIK PENELITIAN

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya.

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

KEHIDUPAN PEREMPUAN PEDAGANG PADA MALAM HARI DI PASAR TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF GENDER (STUDI KASUS DI PASAR LEGI KOTA SURAKARTA) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin

I. PENDAHULUAN. Warna lokal adalah kelokalitasan yang menggambarkan ciri khas dari suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Usulan Penelitian B. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Basuki Priatno, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak sering diidentikkan dengan dunia bermain, sebuah dunia

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) hari ini telah menjadi standar baku bagi seorang perempuan dan laki-laki untuk menyetarakan diri dalam pembangunan tanpa adanya pengecualian. Melalui ilmu pengetahuan dan teknologi perempuan dan laki-laki dapat merepresentasikan wawasannya ke dalam berbagai bidang kehidupan, misalnya: merepresentasikan wawasan mengenai alam semesta; merepresentasikan wawasan mengenai norma, adat, dan budaya antar manusia; merepresentasikan wawasan mengenai cara merawat dan menjaga kesehatan tubuh,; merepresentasikan wawasan lainnya yang dirasa bermanfaat untuk pribadinya, maupun untuk orang lain tanpa harus memunculkan perbedaan antara perempuan dan laki-laki itu sendiri. Kondisi faktual tersebut berkait erat dengan hasil kesepakatan negara Indonesia sebagai salah satu anggota UNESCO yang telah menandatangani Kesepakatan Dakar mengenai Kebijakan Pendidikan Untuk Semua atau PUS (Education For All), yang juga telah merumuskan beberapa hal penting mengenai kesetaraan gender untuk pendidikan dasar dan menengah menjelang tahun 2005 dan mencapai persamaan pendidikan menjelang tahun 2015 dengan suatu fokus jaminan bagi perempuan atas akses penuh dan prestasi yang sama dalam pendidikan dasar yang berkualitas baik (Profil Gender Bidang Pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, 2012: 1). Pendidikan adil gender merupakan konsep pencerdasan yang bersifat abstrak, sehingga tidak banyak orang yang menyadari bahwa pencerdasan yang bersifat abstrak itulah yang akan berperan penting dalam pembentukan karakter peserta didik, yang notabenenya adalah bakal generasi bangsa di masa yang akan datang. Oleh karena itu, pendidikan adil gender sangat memungkinkan untuk disosialisasikan melalui buku teks. Melalui buku teks bahasa Indonesia SD para peserta didik akan 1

2 terbiasa bertatap muka dengan wacana. Hal tersebut sangat bermanfaat bagi peserta didik untuk menumbuhkan sikap membaca kritis dalam memahami suatu permasalahan, sehingga keberadaan buku teks bahasa Indonesia dapat dipandang sebagai bahan ajar yang dapat mendukung pemahaman terhadap mata pelajaran lainnya. Melalui buku teks bahasa Indonesia, peserta didik diajarkan mengenai caracara yang baik dalam menyiasati kehidupan, misalnya: cara menyimpulkan solusi untuk suatu kondisi; cara melatih emosi agar tidak melakukan hal yang tidak terpuji; cara menghargai diri sendiri dan orang lain; cara bekerja sama yang baik; cara berpola pikir yang positif untuk mencapai cita-cita yang hendak dicapai, dll. Buku teks bahasa Indonesia SD adalah bahan ajar yang memberikan berbagai informasi. Informasi tersebut mengenai kehidupan dari segi pendidikan, kesehatan, berkomunikasi, berkreativitas, bermasyarakat, hingga berekspresi dalam sastra dikonstruksikan dengan norma-norma dan budaya yang disepakati dalam masyarakat. Buku teks bahasa Indonesia SD juga menyosialisasikan informasi intelektual dan keterampilan untuk menghadapi peluang maupun tantangan. Namun, informasi intelektual tersebut dinilai masih memunculkan nilai bias gender mengenai peran dan atau sifat antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai ranah kehidupan, misalnya: deskripsi pengutamaan gender perempuan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, deskripsi pengutamaan gender laki-laki untuk melakukan pekerjaan yang dianggap sulit dan beresiko, deskripsi pelabelan negatif terhadap sifat perempuan yang dianggap rajin, atau deskripsi pelabelan negatif terhadap sifat laki-laki yang dianggap malas. Secara tidak disadari, hal tersebut sesungguhnya dapat memicu nilai rasa yang kurang apresiatif dari peserta didik. Jadi, berlandaskan paradigma tersebut keberadaan buku teks, khusunya buku teks bahasa Indonesia, kini menjadi hal yang menakutkan dalam penanaman karakter yang adil dan sehat gender kepada peserta didik, karena selalu ada yang diperdebatkan mengenai mengapa perempuan dan atau mengapa laki-laki.

3 Pengalaman pribadi peneliti ketika menggunakan buku teks bahasa Indonesia SD di masa lalu pun, secara tidak disadari turut membentuk pemahaman mengenai konsep adil gender yang tidak sejalan dan dinamis dengan situasi kehidupan yang sesungguhnya. Permasalahan yang dinilai tidak sejalan dan dinamis tersebut adalah adanya pengucilan gender (seclusion) dan pengutamaan gender (exclusion) terhadap wacana-wacana berperspektif gender dalam buku teks bahasa Indonesia SD. Salah satu contoh permasalahan yang dinilai tidak sejalan dan dinamis tersebut adalah pendikotomian peran dan fungsi antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai bidang. Fakta literer yang pernah ditemukan peneliti antara lain: deskripsi ibu yang bekerja di rumah, deskripsi ayah yang bekerja di kantor. Selain itu, muncul juga wacana yang memberikan pelabelan negatif (stereotipe) terhadap sifat antara perempuan dan laki-laki, yang sesungguhnya tidak ada hubungannya dengan fungsi gender antara perempuan dan laki-laki itu sendiri. Di dalam buku teks, seringnya, perempuan dideskripsikan pengarang sebagai sosok yang tidak mandiri dan selalu bergantung kepada makhluk sosial lainnya yaitu laki-laki, sehingga terdeskrispikan bahwa pekerjaan yang pantas dan wajar untuk perempuan adalah pekerjaan yang lembut. Sedangkan, laki-laki dideskripsikan pengarang sebagai sosok yang kuat atau mandiri, sehingga terdeskrispikan bahwa pekerjaan yang cocok dan pantas untuk lakilaki adalah pekerjaan yang beresiko. Pada akhirnya, setelah mengalami pengalaman menarik tersebut peneliti merasakan adanya dampak negatif terhadap pola pikirnya, karena selalu berpandangan bahwa peran perempuan dan laki-laki adalah berbeda dan laki-laki lebih penting peranannya dalam berbagai bidang. Merujuk kepada hal tersebut, nampaknya penggunaan buku teks bahasa Indonesia seolah dianggap sudah berada pada zona aman atau dianggap sudah tidak ada hal yang harus dinilai lagi oleh kita sebagai penggunanya. Padahal, buku teks bahasa Indonesia merupakan sarana pembelajaran yang dapat membincangkan, menyosialisasikan, serta merepresentasikan pendidikan yang adil gender.

4 Selama ini, permasalahan mengenai peran dan fungsi perempuan yang seolaholah dikesampingkan dan peran laki-laki yang selalu diutamakan menjadi sandungan besar bagi pemerintah, pihak yang memiliki wewenang, dan atau orangorang yang memiliki kesadaran untuk menyosialisasikan konsep pendidikan yang adil dan sehat gender terkendala. Sesungguhnya, hal tersebut telah bertentangan dengan salah satu landasan penyusunan buku teks bahasa Indonesia, yaitu landasan keilmuan bahasa dan sastra yang melahirkan prinsip kebertautan (kontekstual), karena tidak memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik ihwal fakta berbahasa (rekaman peristiwa berbahasa) atau peristiwa aktual untuk memenuhi kebutuhan berbahasanya, baik di dalam maupun di luar kelas, serta di kehidupan bermasyarakat nantinya. Kini, masyarakat telah bersepakat untuk tidak berpikir konservatif lagi terhadap pembagian peran antara perempuan dan laki-laki. Oleh karena itu, buku teks bahasa Indonesia sebagai salah satu sarana pencerdasan bagi peserta didik, seyogianya harus dapat merekam situasi aktual yang dapat bersinergi dengan kehidupan peserta didik di masa yang akan datang, termasuk menyosilaisasikan konsep adil gender. Jadi, buku teks bahasa Indonesia SD khususnya, haruslah disusun secara seksama untuk mendapatkan apresiasi yang positif dari peserta didik. Fakta literer dan hasil pengamatan awal mengenai permasalahan bias gender di atas menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan gender dalam bentuk yang lain, yaitu melakukan pengamatan terhadap penanaman pola pikir mengenai konsep adil gender kepada peserta didik, yang diterjemahkan pengarang melalui wacana-wacana berperspektif gender dalam buku tematik terpadu 2013 SD. Penelitian ini dapat dikatakan berbeda dengan penelitian terdahulu, karena penelitian ini lebih berfokus terhadap permasalahan informasi, yaitu menerjemahkan gagasan-gagasan yang bersifat abstrak. Nantinya, peneliti akan menganalisis bagaimana profil bahan ajar dan bagaimana profil wacana berperspektif gender dalam buku tematik terpadu kurikulum 2013 SD. Kemudian, hasil analisisnya akan

5 dijadikan bahan pertimbangan peneliti untuk mengembangkan Model Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender. 1.2 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dalam penelitian ini meliputi hal-hal berikut. (1) Profil bahan ajar yang akan dianalisis antara lain: representasi (a) aspek materi (b) aspek penyajian materi; (c) aspek keterbacaan, dan (d) aspek nilai/karakter tehadap wacana-wacana berperspektif gender dalam buku tematik terpadu 2013 SD. (2) Profil wacana yang akan dianalisis adalah wacana-wacana yang merepresentasikan konsep perspektif gender yang dapat berupa: perspektif familialisme, perspektif patriarki, perspektif ibuisme, perspektif bapak-ibuisme, dan perspektif umum dalam buku tematik terpadu 2013 SD. (3) Model Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender akan direpresentasikan peneliti ke dalam beberapa bentuk satuan bahasa yang berbeda (secara verbal/ language exist) berupa: wacana, kalimat, klausa, frasa, atau kata dengan memperhatikan kelengkapan struktural bahasa, yang diintegrasikan dengan Subtema Pembelajaran, Kompetensi Dasar (KD), dan Indikator Pembelajaran dalam buku tematik terpadu 2013 SD. 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan diteliti lebih mendalam adalah sebagai berikut. (1) Bagaimana profil bahan ajar dalam buku tematik terpadu 2013 SD? (2) Bagaimana profil wacana berperspektif gender dalam buku tematik terpadu 2013 SD? (3) Bagaimana rancangan model penulisan teks berperspektif adil gender tingkat SD berdasarkan hasil analisis profil bahan ajar dan profil wacana berperspektif gender dalam buku tematik terpadu 2013 SD?

6 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain: (1) mengetahui profil bahan ajar dalam buku tematik terpadu 2013 SD, (2) mengetahui profil wacana berperspektif gender dalam buku tematik terpadu 2013 SD, (3) membuat rancangan model penulisan teks berperspektif adil gender untuk tingkat SD berdasarkan hasil analisis profil bahan ajar dan profil wacana berperspektif gender dalam buku tematik terpadu 2013 SD. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan peneliti dapat dijelaskan sebagai berikut. (1) Bagi perancang buku teks, khususnya tingkat SD, Model Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender dapat dijadikan panduan untuk merancang buku teks yang memperhatikan, mempertimbangkan, dan merepresentasikan konsep adil gender yang terdiri dari: (a) aspek pengetahuan, yaitu peristiwa, konsep aturan, prinsip, informasi, dan hal-hal lainnya yang dapat dipelajari dan berhubungan dengan masalah gender, (b) aspek pemahaman, yaitu pandangan yang dapat menumbuhkan pemahaman pembaca terhadap masalah gender, (c) aspek kepekaan/kesadaran, yaitu kritikan atau gugatan terhadap ideologi gender yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, dan juga menjadi sarana untuk turut menyosialisasikan kebijakan pemerintah mengenai Pendidikan Untuk Semua atau PUS (Education For All) mengenai usaha menghapuskan disparitas gender pada pendidikan dasar dan menengah menjelang tahun 2005 dan untuk mencapai persamaan pendidikan menjelang tahun 2015 dengan suatu fokus jaminan bagi perempuan atas akses penuh dan prestasi yang sama dalam pendidikan dasar yang berkualitas baik kepada masyarakat. (2) Bagi para pendidik, Model Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender dapat dijadikan sarana pendidikan atau pencerdasan untuk menanamkan pola pikir yang positif kepada peserta didik, yaitu pola pikir yang menjunjung tinggi nilai

7 adil gender dalam memandang peran antara perempuan dan laki-laki. Hal tersebut berfungsi agar peserta didik dapat sama-sama berperan aktif dalam pembangunan. (3) Bagi para peserta didik, Model Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender dapat dijadikan sarana untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan berbahasa dan bersastranya, atau kemampuan di bidang lainnya, yang memperhatikan, mempertimbangkan, dan merepresentasikan konsep perspektif adil gender. 1.6 Anggapan Dasar Penelitian Merujuk kepada penelitian Darma yang berjudul Cerpen Mbok Nah 60 Tahun Karya Lea Pamungkas yang Berperspektif Ideologi Gender, yang menganggap bahwa cerpen yang merupakan narasi yang fiktif (tidak benar-benar terjadi), tetapi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja dapat dianalisis dengan menggunakan analisis wacana kritis untuk menghasilkan temuan mengenai adanya jenis ideologi yang sedang terjadi di masyarakat (2010: 57-91). Contohnya, praktik perspektif gender patriarki, familialisme, ayah-ibuisme, ibuisme, dan umum, yang dapat memunculkan nilai ketidakadilan gender yang dapat berupa subordinasi, marjinalisasi, diskriminasi, dan represi. Representasi perspektif gender dalam cerpen harus sejalan dengan karakteristik masyarakat. Membuktikan hal tersebut, Darma menghasilkan asumsi bahwa kriteria cerpen yang berperspektif gender adalah cerpen yang merepresentasikan aspek pengetahuan; aspek pemahaman; aspek kepekaan dan aspek kesadaran. Aspek pengetahuan, yaitu peristiwa, konsep aturan, prinsip, informasi, dan hal-hal lainnya, yang dapat dipelajari dan berhubungan dengan masalah gender. Aspek pemahamaan, yaitu pandangan yang dapat menumbuhkan pemahaman pembaca terhadap masalah gender. Aspek kepekaan atau kesadaran, yaitu kritikan atau gugatan terhadap ideologi gender yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.

8 Dalam cerpen Mbok Nah 60 Tahun ini, tokoh Mbok Nah direpresentasikan sebagai objek penceritaan. Tokoh Mbok Nah sebagai perempuan posisinya dijadikan bahan penceritaan dan tidak berpeluang untuk menampilkan identitas dirinya sendiri. Hal tersebut terlihat dari cara Lea Pamungkas sebagai pengarang mengungkapkan jenis-jenis ideologi gender dan konsep ketidakadilan gender yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Mengungkap perspektif patriarki di dalam cerpen, tokoh Mbok Nah dideskripsikan pengarang sebagai sosok perempuan yang berwatak tulus, lembut, sabar, telaten, tidak pernah berprasangka buruk terhadap orang lain. Merujuk kepada perspektif gender, penggambaran sifat di atas adalah sifat-sifat sosok perempuan yang keberadaannya dibentuk dan disepakati oleh masyarakat patriarki. Mengungkap perspektif familialisme di dalam cerpen, tokoh Mbok Nah yang dideskripsikan berumur lebih tua 20 tahun dari suaminya dideskripsikan pengarang sebagai sosok perempuan yang selalu melayani dan berusaha membahagiakan suaminya. Tokoh Mbok Nah selalu menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya, kemudian ia harus menjajakan jamu dagangannya. Sedangkan, suaminya berleha-leha dalam bekerja. Dari deskripsi tersebut, dapat disimpulkan bahwa tokoh Mbok Nah merupakan sososk perempuan ideal dalam masyarakat familialisme yang memiliki peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah. Mengungkap perspektif ibuisme di dalam cerpen, tokoh Mbok Nah dideskripsikan pengarang mengetahui suaminya main serong dengan penghuni kosan baru di sebelah kamarnya. Walaupun, ia menyadari suaminya berselingkuh, ia tidak menyalahkan suaminya dan tetap melayani suaminya, karena ia sadar paras dirinya sekarang sudah terlihat semakin tua. Mengungkap perspektif umum di dalam cerpen, tokoh Mbok Nah dideskripsikan pengarang untuk berusaha menyembunyikan rasa sakitnya ketika para tetangga, khususnya para pelanggan jamunya bertanya ihwal perselingkuhan Marno (suami Mbok Nah) dengan Meri yang merupakan trans sosial. Tokoh Mbok Nah bertindak demikian, karena ia tidak ingin menimbulkan konflik di masyarakat. Sikap ini mencerminkan sosok perempuan ideal yang tumbuh dan berkembang di kultur masyarakat berperspektif umum, yaitu kultur yang meyakini bahwa perempuan

9 adalah sosok yang pasif, introvert, serta dapat menjalankan tugas sebagai perempuan ideal dengan cara bekerja di raah domestik dan di ranah publik. Merujuk kepada penjabaran di atas, anggapan dasar dari penelitian yang berjudul Pengembangan Model Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender Berdasarkan Analisis Wacana Kritis dalam Buku Tematik Terapdu 2013 Sekolah Dasar adalah sepaham dengan kajian Darma, yang menganggap bahwa representasi perspektif gender dalam sebuah cerita (dapat berupa teks) harus sejalan dengan karakteristik masyarakatnya. Peneliti juga sepaham dengan asumsi Darma yang mengatakan bahwa sebuah wacana tidak hanya dilihat dari struktur teks semata, melainkan harus dihubungkan dengan konteks yang berada di luar teks, sehingga dapat dimengerti makna yang ingin disampaikan penulis kepada pembacanya, dengan cara memperhatikan, mempertimbangkan, serta merepresentasikan aspek pengetahuan; aspek pemahaman; aspek kepekaan; aspek kesadaran. 1.7 Metode dan Teknik Penelitian Gambaran awal mengenai metode dan teknik penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, dapat dijabarkan sebagai berikut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D). Penelitian yang menggabungkan dua metode ini, yaitu penelitian dasar (Qualitative Research) dan penelitian terapan (Quantitative Research) digunakan untuk menerjemahkan permasalahan-permasalahan yang bersifat kompleks dengan cara merancang sebuah produk. Alasan peneliti menggunakan metode penelitian ini adalah untuk menerjemahkan hal-hal yang bersifat abstrak, yaitu mengenai pemberian informasi atau gagasan dalam wacana-wacana berperspektif gender yang masih dirasakan nilai bias gendernya oleh peserta didik. Oleh karena itu, dengan menerapkan langkahlangkah metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D), peneliti akan merancang sebuah produk sebagai pemecahan masalahnya. Produk tersebut adalah Model Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender. Produk

10 tersebut diharapkan dapat menjadi sarana atau panduan untuk meyosialisasikan nilai adil gender kepada kepada peserta didik dalam memandang fungsi perempuan dan laki-laki. Selaras dengan tujuan penelitian yag telah dirumuskan, penggunaan metode penelitian ini bertujuan untuk: (a) mengetahui profil bahan ajar dalam buku tematik terpadu 2013 SD, (b) mengetahui profil wacana berperspektif gender dalam buku tematik terpadu 2013 SD, (c) membuat model penulisan teks berperspektif adil gender untuk tingkat SD berdasarkan hasil analisis terhadap profil wacana dan profil bahan ajar dalam buku tematik terapdu 2013 SD. Untuk merepresentasikan tujuan tersebut, peneliti harus melaksanakan langkah-langkah yang ada dalam penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Langkah-langkah dalam penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) akan membantu peneliti untuk mendesain produk, memvalidasi produk, dan atau mengujicobakan produk yang dihasilkan. Carry & Lou (1978) menjelaskan langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam penelitian dan pengembangan antara lain: (a) Analisis kebutuhan/ analisis pemecahan masalah (Analysis), (b) Membuat model awal/ membuat produk awal (Design), (c) Mengembangkan produk (Development or Production), (d) Implementasi pengembangan produk (Implementation or Delivery), (e) Membuat penilaian (Evaluation). Langkah-langkah tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut. (a) Analisis Kebutuhan (Analysis) Peneliti melakukan analisis kebutuhan masalah dalam beberapa tahap. Tahap pertama, peneliti mendatangi SDN ASMI Bandung, sebagai salah satu SD yang ditunjuk pemerintah sebagai SD yang telah menerapkan sistem kurikulum 2013 (piloting). SDN ASMI ditentukan sebagai lokasi penelitian agar peneliti dapat bertanya kepada guru sebagai narasumber mengenai hal-hal yang berkaitan dengan fokus penelitian antara lain: bertanya mengenai buku teks yang digunakan peserta didik; bertanya mengenai pandangan guru terhadap wacana berperspektif gender dalam buku teks bahasa Indonesia SD; bertanya mengenai

11 pandangan guru jika konsep perspektif adil gender disosialisasikan dalam buku teks SD. Tahap kedua, setelah peneliti mengetahui buku teks yang digunakan peserta didik, peneliti melakukan analisis terhadap profil bahan ajar mengenai aspek materi; aspek penyajian materi; aspek keterbacaan; aspek nilai/karkter dalam buku tematik terpadu 2013 SD. Tahap ketiga, peneliti menguraikan jenis perspektif gender yang ada di dalam buku teks yang dapat berupa: perspektif patriarki, perspektif familialisme, perspektif ibuisme, perspektif ayah-ibuisme, dan perspektif umum, sebagai data profil wacana berperspektif gender dalam buku tematik terpadu 2013 SD. (b) Membuat Model Awal Produk (Design) Pada langkah kedua, peneliti melakukan analisis pemecahan masalah dengan membuat model awal produk yang dikembangkan dari hasil analisis kebutuhan masalah terhadap profil bahan ajar dan profil wacana berperspektif gender dalam buku tematik terpadu 2013 SD. Catatan-catatan mengenai analisis kebutuhan masalah dan analisis pemecahan masalah tersebut akan direpresentasikan peneliti ke dalam bentuk Kisi-Kisi Intrumen Model Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender. (c) Pengembangan Produk (Development Product) Produk yang akan dikembangkan adalah Model Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender. Oleh karena itu, pada tahap ini tugas peneliti adalah membuat fiksasi komponen-komponen model yang sesuai dengan penilaian perspektif adil gender dan penilaian buku teks. Komponen produk tersebut antara lain: (a) representasi konsep perspektif adil gender pada KD mata pelajaran, (b) rancangan penulisan teks berperspektif adil gender dalam bentuk teks tulis berupa wacana, kalimat, klausa, frasa, atau kata yang memperhatikan kelengkapan struktural bahasa. (d) Ujicoba produk/implementasi Produk (Implementation or Delivery) Pada tahap ini, peneliti tidak mengujicobakan produk secara praktis kepada calon pengguna produk, tetapi hanya meminta pandangan ahli (judgment expert)

12 terhadap Kisi-kisi Instrumen Penilaian Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender mengenai kesesuaian teorinya untuk kelak diujicobakan. Penilaian terhadap Kisi-kisi Instrumen Penilaian Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender dilakukan oleh beberapa ahli untuk mengeneralisasikan apakah rancangan Kisikisi Instrumen Penilaian Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender sesuai dengan kebutuhan penelitian. Beberapa ahli yang ditunjuk untuk melakukan penilaian (judgment expert) antara lain: ahli gender, praktisi SD, yaitu guru kelas 1 dan kelas 4. (e) Pengamatan (Evaluation) Hal yang dilakukan peneliti adalah mengamati instrumen penilaian atau evaluasi. Evaluasi dapat berupa masukan-masukan mengenai kelayakan teori terhadap kebutuhan penelitian oleh ahli. Pada saat melaksanakan prosedur penelitian R&D ini, peneliti tidak harus melaksanakan seluruh prosedur penelitian dalam waktu yang bersamaan. Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan uji coba produk kepada pengguna produk, karena permasalahan mengenai pembuaatan model akhir dan tahap mengujicobakakan produk kepada peserta didik untuk dinilai keefektifannya akan ditindaklanjuti peneliti pada jenjang penelitian berikutnya. Teknik penelitian yang dilakukan peneliti antara lain: teknik wawancara dan teknik dokumentasi. Teknik wawancara dilaksanakan pada saat peneliti melaksanakan prosedur analsis kebutuhan di lapangan (Analysis). Peneliti melakukan wawancara tidak berstruktur menggunakan Instrumen Kisi-kisi Pedoman Wawancara Tidak Berstruktur dan Pedoman Wawancara Tidak Berstruktur. Kisi-kisi Wawancara Tidak Bersruktur berisi langkah-langkah peneliti dalam mengembangkan pertanyaan dan atau pernyataan mengenai fokus penelitian. Sedangkan, Pedoman Wawancara Tidak berstruktur berisi rincian mengenai pertanyaan dan atau pernyataan yang akan ditanyakan peneliti kepada narasumber. Rincian pertanyaan dan atau pernyataan yang ada dalam Pedoman Wawancara Tidak Berstruktur masih dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan penelitian di lapangan. Setelah melakukan wawancara, peneliti mengkonfirmasi informasi dari narasumber dengan melakukan teknik dokumentasi

13 menggunakan instrumen pedoman analisis dan kartu data analisis untuk menganalisis buku tematik terpadu 2013 SD Kelas 1 dan Kelas 4. Pedoman analisis berisi langkahlangkah peneliti dalam menggambarkan alur kerja analisis profil bahan ajar dan profil wacana berdasarkan perspektif gender dalam buku tematik terpadu 2013 SD. Sedangkan, Kartu Data Analisis berisi rekaman analisis peneliti terhadap profil bahan ajar dan profil wacana berperspektif gender dalam buku tematik terpadu 2013 SD. 1.8 Definisi Operasional Definisi operasional atau pendeskripsian istilah yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah sebagi berikut. (1) Analisis wacana yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis wacana yang menggunakan pendekatan kritis, yaitu analfisis yang mempertimbangkan representasi berbagai posisi dari berbagai faktor sosial. Fokus analisis peneliti adalah menganalisis wacana-wacana berperspektif gender dalam buku tematik 2013 SD. Wacana-wacana berperspektif gender adalah wacana-wacana yang merepresentasikan perspektif gender yang tumbuh dan berkembang di masyarakat yang dapat beupa: (a) perspektif patriarki, (b) perspektif familialisme, (c) perspektif ibuisme, (d) perspektif ayah-ibuisme, dan (e) perspektif umum. Perspektif patriarki adalah perspektif yang menganggap bahwa laki-laki dapat melakukan segala pekerjaan, terutama di ranah publik, serta menganggap bahwa pekerjaan yang dapat dilakukannya itu dukungan dari kondisi fisik atau kondisi psikologisnya yang kuat. Perspektif familialisme adalah perspektif yang menganggap bahwa perempuan adalah sosok yang pantas dan wajar untuk mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan rumah tangga. Perspektif ibuisme adalah perspektif yang menganggap bahwa perempuan dapat berperan aktif di ranah publik sebagai bentuk pengorbanan terhadap keluarga, tetapi tidak melupakan perannya di ranah domestik. Perspektif ibuisme meyakini bahwa memberikan apresiasi terhadap tokoh ibuisme bukanlah hal yang harus dilakukan. Perspektif ayah-ibuisme merupakan pandangan yang menganggap

14 bahwa ibu dan atau ayah dapat sama-sama berperan untuk mencapai kekuasaan. Perspektif umum adalah perspektif yang menganggap bahwa perempuan dan atau laki-laki dapat berperan di ranah domestik (di rumah dengan segala peraturannya) dan atau di ranah publik (di luar rumah dengan segala peraturannya), baik sebagai ayah, ibu, anak perempuan, atau anak laki-laki, yang ketika melakukan aktivitas antar individunya tidak saling menuntut pembagian peran untuk melakukan hal yang sama. Hal yang dianalisis dari wacana-wacana berperspektif gender itu antara lain: (a) medan wacana, (b) pelibat wacana yang terdiri dari subjek pencerita dan objek pencerita, dan (c) sarana wacana. Medan wacana menunjuk pada hal yang sedang terjadi atau tindakan sosial yang sedang terjadi dalam masyarakat. Pelibat wacana menunjuk pada tokoh-tokoh pencerita yang dideskripsikan penulis. Dalam prosedur ini, peneliti menganalisis bagaimana kedudukan pelibat wacana ketika direpresentasikan dalam wacana sebagai subjek pencerita atau objek pencerita. Subjek pencerita adalah tokoh pencerita, baik tokoh perempuan dan atau laki-laki/sifat tokoh pencerita yang mengembangkan bahan penceritaan. Objek pencerita adalah tokoh pencerita, baik tokoh perempuan dan atau laki-laki/sifat tokoh pencerita yang dijadikan bahan penceritaan. Sarana wacana menunjuk pada media yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan makna wacana kepada pembaca. Sarana wacana dapat berupa: representasi perspektif tertentu, norma tertentu, tradisi tertentu, nasihat tertentu, doktrin tertentu, sosialisasi tertentu, atau pelabelan tertentu terhadap peran dan sifat antara perempuan dan laki-laki, dll. (2) Model Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender adalah adalah model penulisan teks yang memperhatikan dan merepresentasikan nilai kesetaraan atau keharmonisan antara perempuan dan atau laki-laki dalam berbagai ranah kehidupan, dengan cara menempatkan peran dan fungsi antara perempuan dan laki-laki sebagaimana mestinya, tanpa harus menimbulkan kerugian satu sama lain. Model Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender adalah model penulisan teks yang dirancang berdasarkan hasil analisis peneliti terhadap profil bahan ajar

15 dan profil wacana berperspektif gender dalam buku tematik terpadu 2013 SD. Model Penulisan Teks Berperspektif Adil Gender direpresentasikan peneliti ke dalam beberapa bentuk satuan bahasa yang berbeda (secara verbal/ language exist) berupa: wacana, kalimat, klausa, frasa, atau kata dengan cara memperhatikan kelengkapan struktural bahasa dengan mengintegrasikan Subtema Pembelajaran, Kompetensi Dasar (KD), dan Indikator Pembelajaran yang memperhatikan aspek materi, aspek penyajian materi, aspek keterbacaan, dan aspek nilai/karakter, berdasarkan teori perspektif adil gender dan teori penyusunan buku teks. Pada aspek materi, peneliti merepresentasikan prinsip kebermaknaan. Kriterianya antara lain: (a) materi disusun berdasarkan konsep adil gender mengenai peran dan sifat antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai bidang kehidupan yang dapat diterapkan dalam kegiatan berbahasa dan atau bersastra peserta didik, (b) materi disusun berdasarkan konsep perspektif adil gender berdasarkan kritikan/kesadaran masyarakat terhadap permasalahan gender. Pada aspek penyajian materi, peneliti memperhatikan prinsip keterpaduan. Kriterianya adalah materi disajikan sesuai dengan pemetaan Subtema Pembelajaran, Kompetensi Dasar, dan Indikator Pembelajaran. Pada aspek keterbacaan, peneliti memilih makna kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana yang berkait dengan masalah gender yang maknanya tidak menyulitkan peserta didik. Pada aspek nilai atau karakter peneliti merepresentasikan nilai karakter adil gender yang berkait erat dengan materi pelajaran.