Bab 5 Ringkasan Penulisan skripsi ini menunjukkan persamaan dan perbedaan pandangan negara Jepang dan negara kita mengenai masalah persahabatan, percintaan dan pernikahan yang dilihat dari sudut peribahasa. Tema ini sangat menarik untuk menjadikannya sebagai bahan penulisan skripsi ini, karena setiap negara di dunia ini terdapat peribahasa yang berbeda-beda dan setiap manusia di dunia ini juga tidak bisa terlepas dari masalah persahabatan, percintaan dan pernikahan. Dalam latar belakang di bab satu penulis memaparkan alasannya untuk membahas penulisan skripsi ini yang isinya berupakan penjelasan mengenai definisi makna dari peribahasa itu sendiri serta memberikan penjelasan singkat mengenai hubungan manusia yang tidak dapat terlepas dari masalah cinta, benci, dendam, ikatan, budi, giri dan kepentingan. Di samping itu penulis juga memberikan arahan mengenai hubungan peribahasan dengan pandangan persahabatan, percintaan dan pernikahan. Metode yang dilakukan oleh penulis adalah metode kepustakaan yaitu, penelitian yang mengambil data-data yang diperoleh dari 2 buku, yakni untuk peribahasa Jepang penulis memakai hasil buku yang ditulis oleh Kaneko (1983) yang berjumlah 1585 buah peribahasa dan untuk peribahasa Indoensia penulis memakai buku yang ditulis oleh Hidayat (2004) sebagai sumber data utama untuk analisis perbandingan. Di samping itu 55
penulis juga memakai sumber data sekunder yang berasal dari buku-buku koleksi perpustakaan Universitas Hiroshima, koleksi pribadi dosen, teman-teman dan penulis sendiri. Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan teknik penulisan sebagai berikut: 1. Pertama-tama penulis mencari tahu makna yang tergantung dalam peribahasa, dan hubungan antara peribahasa dengan bidang persahabatan, percintaan dan pernikahan. 2. Penulis mencari peribahasa-peribahasa yang terdapat dalam sumber data utama yang berhubungan dengan permasalahan persahabatan, percintaan dan pernikahan sebagai data utama untuk analisis perbandingan. Dan kemudian penulis mengadakan analisis terhadap masing-masing peribahasa yang dipilih untuk menemukan persamaan dan perbedaan yang dibagikan dalam pembahasan yang lebih spesifik. 3. Kemudian penulis mengadakan analisis juga perbandingan terhadap kakulasi jumlah peribahasa yang dipilih. 4. Terakhir dari hasil persamaan dan perbedaan dalam pembahasan yang spesifik serta kakulasi jumlah peribahasa yang digunakan, penulis mengadakan analisis untuk mengetahui persamaan dan perbedaan pola pemikiran, sejarah, adat istiadat, kebiasaan bangsa Jepang dan bangsa Indonesia. 56
Permasalahan yang dibahas oleh penulis adalah bahwa orang Jepang lebih mengutamakan persahabatan daripada orang Indonesia karena budaya kelompoknya yang terkenal, dan pola pemikiran orang Jepang mengenai cinta, pernikahan mirip dengan pola pemikiran orang Indonesia. Untuk ruang lingkup penelitian ini penulis memakai hasil buku yang ditulis oleh Kaneko (1983) yang berjumlah 1585 buah peribahasa dan untuk peribahasa Indoensia penulis memakai buku yang ditulis oleh Hidayat (2004) sebagai dasar data untuk analisis perbandingan. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan pola pemikiran orang Jepang dan orang Indonesia mengenai persahabatan, percintaan dan pernikahan yang dilihat dari peribahasa, serta untuk mengetahui bidang mana yang lebih diutamakan oleh kedua negara tersebut di dalam persahabatan, percintaan dan pernikahan. Dan manfaat penelitian ini adalah untuk memperdalam pengenalan kita mengenai pola pemikiran orang Jepang, serta memperdalam juga pengenalan kita mengenai jati diri negara kita sendiri. Dalam bab dua penulis memberikan teori teori yang membahas definisi makna Peribahasa menurut orang Jepang dan orang Indonesia. Dan dari teori teori definisi makna Peribahasa kedua bangsa tersebut didapati persamaan bahwa: 57
1. Peribahasa merupakan hasil karya masyarakat yang berupa nasehat, peringatan yang didapati berdasarkan suatu pengalaman atau pengetahuan. 2. Peribahasa merupakan kalimat atau ungkapan yang ringkas dan padat yang diberitakan dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi yang lain. 3. Isi dari peribahasa suatu negara tidak bisa melepaskan hubungannya dengan sejarah, budaya, dan tingkah laku masyarakat negara tersebut. Selain itu di bab 2 juga memberikan teori teori mengenai hubungan antara peribahasa dengan pandangan persahabatan, percintaan dan pernikahan. Pada bab 3 penulis mengambil peribahasa peribahasa yang diperoleh dari sumber data utama dan mengklasifikasikan peribahasa peribahasa tersebut dalam sub topik sesuai hubungannya dalam masalah persahabatan, percintaan maupun pernikahan. Dan dalam bab 3 ini juga penulis mengadakan analisis terhadap peribahasa peribahasa dalam tiap-tiap sub topik untuk menemukan persamaan dan perbedaan pola pemikiran yang tergantung dalam peribahasa masing-masing negara. Pada bab 4 penulis memberikan kesimpulan mengenai persamaan dan perbedaan pola pemikiran yang tergantung dalam peribahasa masing-masing negara berdasarkan hasil analisis bab 3. Selain itu dalam bab 4 ini penulis juga mengkakulasikan jumlah peribahasa masing-masing mengenai masalah persahabatan, percintaan dan pernikahan dan mengadakan perbandingan. Dan dari hasil perbandingan ini didapati bahwa orang 58
Jepang lebih mementingkan percintaan dan pernikahan dari pada orang Indonesia, sebaliknya orang Indonesia lebih mengutamakan rasa persahabatan dari pada orang Jepang. Selain itu dalam bab 4 ini penulis juga memberikan penjelasan terhadapan hasil perbandingan tersebut sebagai akibat peristiwa sejarah dan pengaruh agama dan kebudayaan. Pada bagian terakhir bab 4 ini penulis juga memberikan beberapa komentar tentang topic skripsi ini yakni, bahwa penulis menjunjung tinggi peribahasa yang merupakan hasil karya yang diperoleh sebuah bangsa berdasarkan pengalamanpengalaman yang diperoleh, sejarah, letak geografis, proses produksi, kebudayaan serta pola pemikiran bangsa tersebut. Dengan mempelajari peribahasa suatu negara kita akan lebih mudah memperoleh gambaran jati diri dan karakteristik bangsa tersebut. Dan dengan penulisan skripsi ini penulis berharap kita lebih serius dalam mempelajari hasil karya pengetahuan dan budaya nenek moyong. Karena penulis merasa apa yang disebut dengan jati diri bangsa Indonesia saat ini tidaklah jelas. Selain itu apabila kita mengabaikan peribahasa itu berarti kita mengabaikan ajaran dan didikan, karena di dalam peribahasa mengandung banyak ajaran dan didikan yang sulit kita pelajari dalam kehidupan maupun buku-buku lain. 59