BAB I PENDAHULUAN. Hemodialisis (HD) Adalah pengobatan dengan alat yaitu Dialyzer, tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yaitu penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan berakhir dengan kematian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ginjal buatan, dari zat-zat yang konsentrasinya berlebihan di dalam tubuh. Zatzat

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease


BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. serius di dunia yang insidensinya meningkat setiap tahun. Walaupun penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel. Ginjal berfungsi sebagai. kerusakan pada sistem endokrin akan menyebabkan terganggunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) dan hanya menggantikan

Proses Peritoneal dialisis dan CAPD. Dahlia Lara Sikumalay Putri Ramadhani Tria Wulandari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BERAT BADAN PASIEN DIALISIS

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selain itu, ginjal juga berfungsi mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit

transplantasi adalah pasien dan hanya ada 920 pasien yang menerima transplantasi (NHSBT, 2014). Hemodialisis merupakan metode perawatan umum

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ginjal dengan cepat sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. (penting untuk mengatur kalsium) serta eritropoitein menimbulkan keadaan yang

BAB III METODE PENELITIAN. dalam waktu yang bersamaan (Sastroasmoro, 2008). Penelitian ini dilakukan di Unit Hemodialisis RSUD Dr.

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1. Disusun oleh : ELYOS MEGA PUTRA J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Kesehatan N0.36 Tahun 2009 menjelaskan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN (IDWG) PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK (PGK) YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. atau fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan dengan atau tanpa disertai

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam jangka waktu yang lama (Noer, Soemyarso, 2006). Menurut (Brunner

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal stadium akhir (gagal ginjal kronik tahap 5) dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hemodialisis (HD) Adalah pengobatan dengan alat yaitu Dialyzer, tujuan utama yaitu menyaring dan membuang sisa produk metabolisme toksik yang seharusnya ditangani oleh ginjal dan di buang atau di saring oleh ginjal (Rahman, 2013). Markum (2006) juga menjelaskan tujuan Hemodialisis yaitu untuk menurunkan kadar ureum, kreatinin dan zat toksik yang lainnya dalam darah, dan sampai saat ini, hemodialisis masih menjadi alternatif untuk pasien penderita gagal ginjal karena dari segi biaya lebih murah dibandingkan dengan dialis peritoneal. Terapi pengganti ginjal di Indonesia di mulai pada tahun 1972 di Jakarta (RSPUPN Dr. Cipto Mangunkusumo/FKUI), di Bandung tahun 1976 (RSUP Hasan Sadikin/FK UNPAD). Pasien gagal ginjal kronik harus menjalani terapi hemodialisis sepanjang hidupnya. Proses hemodialisis dapat dilakukan 2 hingga 3 kali dalam seminggu dalam 3 hingga 5 jam setiap kali hemodialisis untuk dapat mempertahankan kadar urea, kreatinin, asam urat dan fosfat dalam kadar normal walaupun masih terlihat kelainan klinis berupa gangguan metabolisme akibat toksis uremik (Smeltzer, et al, 2008). Sekitar 2.622.000 di dunia, orang telah menjalani pengobatan End Stage Renal Disease (ESRD), pada akhir tahun 2010 sebanyak 2.029.000 orang (77%) 1

2 diantaranya menjalani pengobatan dialisis dan 593.000 orang (23%) menjalani transplantasi ginjal. Kasus gagal ginjal di Indonesia, setiap tahunnya masih terbilang tinggi karena masih banyak masyarakat Indonesia tidak menjaga pola makan dan kesehatan tubuhnya. Survey yang dilakukan Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) pada tahun 2009, prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia sekitar 12,5 % berarti sekitar 18 juta orang dewasa di Indonesia menderita penyakit gagal ginjal kronik (Neliya, 2012). Tahun 2011 di Indonesia terdapat 15.353 pasien yang baru menjalani Hemodialisis (HD) dan pada tahun 2012 terjadi peningkatan pasien yang menjalani HD sebanyak 4.268 orang sehingga secara keseluruhan terdapat 19.621 pasien yang baru menjalani HD. Sampai akhir tahun 2012 terdapat 244 unit Hemodialisis di Indonesia (Indonesia Repositing Renal, 2013). Penderita gagal ginjal yang menjalani HD regular tahun 2016 meningkat sekitar empat kali lipat dalam 5 tahun terakhir. Saat ini diperkirakan gagal ginjal terminal di Indonesia yang membutuhkan cuci darah atau dialisis mencapai 150.000 orang, namun penderita yang sudah mendapatkan terapi dialisis baru sekitar 100.000 orang. (Pernefri dalam Kemenkes Indonesi 2016). Menurut Dinkes pemerintahan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2004 kasus fungsi ginjal di Jawa Tengah dilaporkan sebanyak 170 kasus (Dalam Nurchayati, 2010). Saat ini di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto dilengkapi dengan 24 mesin hemodialisis, jumlah

3 pasien yang menjalani terapi HD totalnya adalah 150 pasien rutin. Pelayanan mencakup penduduk Jawa Tengah bagian barat dengan jumlah prosedur hingga diatas 14.500 tindakan pertahun. Berdasarkan identifikasi data langsung yang melakukan cuci darah 2 kali seminggu totalnya dalah 100 pasien dengan 69 pasien terpasang AV shunt dan akses femoral 32 orang (Rekam medis Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo). Terapi HD mempunyai banyak manfaat untuk memungkinkan kehidupan yang dijalani pasien, meskipun hemodialisis aman dan bermanfaat bagi pasien namun bukan tanpa efek samping. Berbagai permasalahan dan komplikasi yang sering terjadi pada saat pasien yang menjalani Hemodialisis. Komplikasi intradialisis tersebut seperti Hipotensi, Hipertensi, kram otot, pusing, sesak nafas, mual muntah, demam, dan nyeri dada akan terjadi sejak hemodialisis di mulai sampai diakhiri, mulai jam pertama sampai jam terakhir, Shahgholin, et al (2008). Studi pendahuluan yang dilakukan pada jalannya hemodialisis yang berlangsung pada periode kedua sekitar jam 14.00 diruang hemodialisis Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto kami menemui pasien dan mewawancarai pasien, hasil wawancara mengeluh 2 orang mengalami pusing, 2 orang mual dan 3 orang merasakan sedikit pusing dan 1 mengalami kram ditangan, dilain kesempatan kami juga mendapat informasi dari perawat ruangan tentang beberapa pasien yang mengalami komplikasi intradialisis. Perawat ruangan mengatakan komplikasi intradialisis yang sering terjadi pada

4 pasien yang menjalani terapi hemodialisis antara lain pusing, mual, kram otot, demam, hipertensi, dan hipotensi. Menurut perawat ruangan pasien yang biasa mengalami komplikasi intradialisis adalah pasien yang baru menjalani terapi kurang dari satu tahun karena tubuh pasien belum terbiasa penuh dengan terapi tersebut. Perawat ruangan saat mengobservasi pasien yang menjalani hemodialisis hanya menggunakan pengukuran tekanan darah (Tensimeter) dan Termometer. Komplikasi intradialisis merupakan kondisi abnormal yang terjadi selama menjalani terapi Hemodialisis, Komplikasi Hemodialisis dapat diklasifikasikan sebagai berikut, komplikasi kardiaovaskuler; Hipotensi, Hipertensi, Aritmia, Pericardial effusion dan sakit dada. Komplikasi Neurologis; Sindrom disquilibrum, accident serebrovaskular, perubahan kesadaran dan sakit kepala. Komplikasi yang terkait dengan penggunaan terapi antikoagulan; Heparin terkait trombositopenia, perdarahan diathesis, kelainan elektrolit dan yang lainnya yaitu mual muntah dan gatal. (Gulsum dan Sukru, 2011). Kejadian komplikasi intradialisis saat ini berkisar antara 2% sampai 70%. Penelitian yang di lakukan oleh Armiyati (2009) tentang Komplikasi intradialisis yang dialami pasien CKD saat menjalani Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dengan melibatkan lima puluh pasien diunit hemodialisis RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan 96% pasien mengalami komplikasi intradialisis berupa Hipertensi (70% pasien), Sakit kepala (40%), Hipotensi (26%), Kram otot (18%), Aritmia (12%), Mual dan

5 muntah (10%), Sesak nafas (10%) serta Demam dan menggigil (2%). Nyeri dada, sindrom disequilibrium, hemolisis dan emboli udara tidak dialami pasien. Frekuensi Hipertensi Intradialisis adalah 55% dari keseluruhan prosedur Hemodialisis yang diamati dan paling banyak dialami pasien pada jam ke empat. Frekuensi Hipotensi intadialisis adalah 12% dari keseluruhan prosedur Hemodialisis yang diamati, dan paling banyak dialami pada jam pertama. Ratarata tekanan darah mengalami penurunan pada jam pertama dan mengalami peningkatan pada jam ke empat. Sesak nafas saat hemodialisis dialami pasien dengan frekuensi 4% dari keseluruhan Hemodialisis. Ada beberapa faktor yang di prediksi menjadi penyebab terjadinya komplikasi intradialisis, penurunan curah jantung menjadi penyebab terjadinya hipotensi intradialisis (Barkan, et al, 2006), faktor idiopatik dan kontraksi akut yang dituju volume ekstra seluler juga berkontribusi terhadap kejadian kram otot selama HD, Lebih lanjut Parkkari et al. (2001) penyebab kram adalah otot yang terlalu lelah, kurangnya pemanasan serta peregangan, adanya gangguan sirkulasi darah yang menuju ke otot sehingga menimbulkan kejang, selanjutnya pusing pada saat HD yang di sebebkan oleh beberapa hal yaitu lamanya waktu proses HD, banyaknya ureum yang dikeluarkan dan besarnya ultrafiltrasi (Holey, et al, 2007). Demam juga termasuk salah satu dari komplikasi intradialisis, demam saat HD diduga berhubungan dengan jenis dialisat yang digunakan dan reaksi hiperstensifitas (Holley, et al, 2007), selanjutnya (Daugirdas, et al, 2007)

6 menyampaikan hemotokrit dan perubahan volume darah karena penarikan cairan adalah penyebab nyeri dada pada saat HD. Dilain waktu, penelitian yang dilakukan oleh Landry, et al, (2006) yaitu peningkatan resistensi vaskuler dapat dipicu oleh kelebihan cairan pradialisis, akibatnya curah jantung meningkat, lalu menyebabkan peningkatan tekanan darah selama HD. Observasi terhadap pasien yang melakukan terapi Hemodialisis sangat penting, agar bisa memonitor dan mengurangi kejadian komplikasi Intradialisis. Ada beberapa alat yang digunakan untuk mengobservasi kejadian komplikasi intradialisis salah satunya tensi, Heat Reat, termometer dan lainnya, hasil penelitian (Vincent, Lawrence dan Daniel, 2015) tentang prediksi terjadinya Hipotensi intradialisis menggunakan Variasi saturasi Oksigen dan Heart Rate dengan hasil 68 pasien HD dengan End Stage Renal Disease (ESRD). Variasi dari SaO2 dan Heart Rate yang ditemukan terkait dengan hipotensi intradialisis, dan bisa menentukan pra-terjadinya komplikasi hipotensi intradialisis dalam waktu 30 menit pertama. Kesimpulannya ada hubungan antara memonitoring kejadian Komplikasi Hipotensi Intradialisis dengan menggunakan Pulse oksimetri dan Heart Rate. Saturasi oksigen (SpO2) merupakan persentase hemoglobin yang berikatan dengan oksigen dalam Arteri, Saturasi oksigen normal adalah antara 95 100 %. Sebagian besar Hemoglobin terdeoksigenasi, maksudnya adalah proses pendistribusian darah beroksigen dari arteri ke jaringan tubuh (Hidayat, 2007).

7 Tarwoto (2006) mengatakan Pulse oksimetri adalah metode pemantauan non invasif secara kontinu terhadap saturasi oksigen hemoglobin (SpO2). Pulse Oksimetri oksigen merupakan salah satu cara efektif untuk memantau pasien terhadap perubahan saturasi oksigen yang kecil dan mendadak. Penelitian tentang Komplikasi Intradialisis sangat perlu di lakukan, mengingat prevalensinya cukup besar presentasenya. Berdasarkan literatur diproleh beberapa komplikasi yang berhubungan terhadap nilai saturasi oksigen yaitu; hipotensi, kram otot, pusing, demam, nyeri dada dan hipertensi, melalui pemantauan non invasive salah satunya menggunakan tensimeter untuk mengukur tekanan darah dan pulse oksimeter untuk mengukur Saturasi oksigen dapat memprediksi terjadinya hiptensi intradialisis dengan menggunakan Variasi saturasi oksigen dan Heart Rate (Vincent, Lawrence dan Daniel, 2015) Penelitian sebelumnya lebih spesifik terhadap kejadian hipotensi intradialisis, sedangkan penelitian ini akan melihat komplikasi secara umum yang diprediksi ada hubungan terhadap nilai saturasi oksigen, penelitian tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubugan kejadian komplikasi intradialisis dengan nilai saturasi oksigen (SpO2). Berdasarkan uraian diatas dan urgensi permasalahan peneliti tertarik untuk melakukan apakah ada hubugan kejadian komplikasi intradialisis dengan nilai saturasi oksigen (SpO2). pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

8 B. RUMUSAN MASALAH Hemodialisis merupakan terapi paling umum untuk penderita penyakit ginjal, dari banyaknya manfaat hemodialisis yang terbukti bukan tanpa resiko atau efek samping, komplikasi intradialisis dapat terjadi saat menjalani hemodialisis seperti hipotensi, kram, pusing, nyeri dada, demam, dan hipertensi. Berdasarkan latar belakang dan kejadian yang muncul, maka apakah ada hubugan kejadian komplikasi intradialisis terhadap nilai saturasi oksigen (SpO2) pada pasien yang menjalani hemodialisis. C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Tujuan umum ini adalah untuk mengidentifikasi hubugan kejadian komplikasi intradialisis dengan nilai saturasi oksigen (SpO2) pada pasien yang menjalani hemodialisis. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik pasien yang mengalami Komplikasi intradialisis. b. Mengidentifikasi nilai Saturasi oksigen pada pasien yang menjalani hemodialisis. c. Mengidentifikasi komplikasi intradialisis pada pasien yang menjalani hemodialisis. d. Mengidentifikasi hubugan kejadian komplikasi intradialisis dengan nilai saturasi oksigen (SpO2)..

9 D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Peneliti a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hubugan kejadian komplikasi intradialisis dengan nilai saturasi oksigen (SpO2) yang menjalani Hemodialisis. b. Bagi responden hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan responden mengenai kejadian komplikasi intradialisis. 2. Bagi ilmu pengetahuan a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai dasar dalam penelitian selanjutnya. 3. Instusi keperawatan / Rumah sakit a. Dapat intensif melakukan pemantauan dan monitor SpO2 untuk mencegah terjadinya komplikasi intradialisis. b. Dapat memberikan tambahan bagi teori yang sudah ada tentang sebab terjadinya komplikasi intradialisis, dan sekaligus menjadi masukan bagi penelitian lebih lanjut tentang aspek-aspek lain yang berhubungan dengan komplikasi intradialisis.

10 E. PENELITIAN TERKAIT 1. Yuni Armiyati (2009) Hipotensi dan Hipertensi Intradialisis pada pasien Chronic Kidney Diseas (CKD) Saat menjalani hemodialisis Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Dengan hasil penelitian ini menunjukan 70% pasien mengalami hipertensi intradialisis, 26% mengalami hipotensi intradilisis. Frekwensi hipertensi intradialisis adalah 55% dari keseluruhan prosedur hemodialisis yang diamati dan paling banyak dialami pasien pada jam ke empat. Frekwensi hipotensi intadialisis adalah 12% dari keseluruhan prosedur hemodialisis yang diamati, dan paling banyak dialami pada jam pertama. Ratarata tekanan darah mengalami penurunan pada jam pertama dan mengalami peningkatan pada jam ke empat. 2. Yuni Permatasari Istanti (2013) Faktor-Faktor yang Berkontribusi terhadap Interdialytic Weight Gains pada Pasien Chronic Kidney Diseases yang menjalani Hemodialisis, jenis penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Responden adalah 48 pasien dari 79 pasien yang menjalani hemodialisis (HD). Pengambilan data dengan menggunakan kuesioner. Analisis dengan regresi linear sederhana menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara masukan cairan dengan IDWG (r = 0,541, p-value = 0,000), dan tidak ada hubungan yang signifikan antara umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, rasa haus, dukungan keluarga dan sosial, self efficacy serta stres dengan IDWG.

11 Disimpulkan bahwa masukan cairan merupakan faktor yang berkontribusi secara signifikan terhadap IDWG. 3. Handayani, Ismonah dan Hendrajaya (2013), Analis Faktor yang mempengaruhi Hipotensi Intradialisis pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisis, hasil penelitian menunjukan bahwaa sebanyak 23 (46%) pasien mengalami hipotensi intradialisis. Sebagian besar responden berada pada umur 56-65 tahun sebanyak 24 pasien (48%). Sebagian besar besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 34 pasien (68%). Sebagian besar tidak menggunakan obat antihipertensi sebelum Hemodialisis sebanyak 33 pasien (66%). Sebagian besar ultrafiltrasi (UFR) >13 ml/kg/jam sebanyak 23 (46%). Kesimpulan: Ada pengaruh usia dengan hipotensi intradialisis (p = 0,009). Ada pengaruh UFR dengan Hipotensi Intradialisis (p = 0,043). 4. Prabhakar, et al (2011), Dengan judul Spectrum of Intradialytic Complications during Hemodialysis and Its Management: A Single-Center Experience. Selama masa penelitian, total 2325 pasien gagal ginjal 790 gagal ginjal akut (ARF) dan 1535 gagal ginjal kronis (CRF) pasien menjalani konvensional HD. Pada pasien ARF, komplikasi intradialytic umum yang terjadi hipotensi (30,4%), mual dan muntah (26,4%), demam dan menggigil (19,2%) dan sakit kepala (15,6%). Sedangkan di kelompok CRF, komplikasi umum adalah hipotensi (26,1%), mual dan muntah (14,2%), demam dan menggigil (14,4%), dada rasa sakit dan nyeri punggung (13,0%), hipertensi (10,4%) dan sakit kepala (10,4%). Intra-

12 cerebral hemorrhage dan migrasi kateter dicatat dalam tiga pasien masingmasing. Dua pasien dari intra serebral perdarahan meninggal selama penyakit. Dalam ketiga kasus migrasi kateter rusak, bagian copot kateter telah dihapus oleh venotomy dan tidak ada konsekuensi bencana terjadi.