BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta orang mengalami gagal ginjal. Data dari The United State Renal Data System

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN RESILIENSI PADA PASIEN GAGAL GINJAL YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang


BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. dan cukup lanjut. Penyakit gagal ginjal kronis mengakibatkan laju filtrasi

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN. darah dalam tubuh dengan mengekskresikan solute dan air secara. saja tetapi juga di negara berkembang. Di Amerika Serikat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Kesehatan N0.36 Tahun 2009 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of

BAB 1 PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. yaitu penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan berakhir dengan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. konsentrasi elektrolit pada cairan ekstra sel (Tawoto & Watonah, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam jangka waktu yang lama (Noer, Soemyarso, 2006). Menurut (Brunner

BAB I PENDAHULUAN. menganggu mekanisme biologis dalam tub uh. Salah satu bentuk kerusakan ginjal

Kata kunci : Dukungan Sosial Keluarga, Hemodialisis, Penyakit Ginjal Kronis

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi

transplantasi adalah pasien dan hanya ada 920 pasien yang menerima transplantasi (NHSBT, 2014). Hemodialisis merupakan metode perawatan umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran penyakit di

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh Ginjal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sehat, baik fisik-bio-psiko-sosio-spiritual. Karena dengan kondisi sehat

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. pasien penyakit gagal ginjal kronik di Amerika Serikat adalah orang.

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menghargai perasaan pasien yaitu dengan mencurahkan segala perhatian yang

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 150 ribu orang dan yang membutuhkan terapi pengganti ada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

BAB I PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini bila

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

BAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam prosesnya terjadi penyaringan dan penyerapan zat zat yang berfungsi bagi

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estimasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), secara global lebih dari 500 juta orang mengalami gagal ginjal. Data dari The United State Renal Data System (USRDS) tahun 2009 gagal ginjal sering ditemukan dengan prevelensi sekitar 10-13 %. Di Amerika Serikat jumlahnya mecapai 25 juta orang, sedangkan di Indonesia diperkirakan 12,5% atau sekitar 18 juta orang (Annisa, 2016). Berdasarkan data dari Indonesia Renal Registry (IRR) yang merupakan suatu program dari Perkumpulan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), jumlah pasien gagal ginjal di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2007 pasien baru gagal ginjal di Indonesia mencapai angka 4.977 pasien, di tahun 2008 meningkat menjadi 5.392 pasien, tahun 2009 meningkat menjadi 8.193 pasien, tahun 2010 meningkat menjadi 9.649 pasien, 2011 terjadi peningkatan hampir 2x lipat yakni 15.353 pasien, tahun 2012 meningkat lagi menjadi 19.621. Di tahun 2013 terjadi sedikit penurunan menjadi 15.128 pasien, tetapi di tahun 2014 jumlahnya kembali meningkat menjadi 17.193 pasien. Dari angka tersebut, Jawa Tengah menduduki posisi ketiga pada tahun 2014 dengan jumlah pasien baru sebanyak 2.192 dan pasien aktif sebanyak 1.171. Data dari Indonesia Renal Registry (IRR) juga menyebutkan bahwa terdapat 3.907 pasien baru yang memiliki ketahanan hidup sampai tahun 2014. Dengan karakteristik jenis kelamin perempuan sebanyak 1.728 atau 44,23% dan laki-laki 1

2 sebanyak 2.179 atau 55,77%, sedangkan untuk usia yakni sebanyak 1.875 berusia < 50 tahun dan 2.032 pasien berusia 50 tahun. Gagal ginjal merupakan suatu penyakit kronis dikarenakan adanya penurunan fungsi ginjal secara perlahan dan progresif. Fungsi ginjal sendiri sangatlah kompleks, dimana fungsi utama ginjal adalah sebagai pembersih darah dari racun-racun hasil metabolisme tubuh dengan cara filtrasi dan mengeluarkannya melalui urin. Menurut dokter spesialis penyakit dalam yang juga ketua umum PB PERNEFRI (Perkumpulan Nefrologi Indonesia), dr. Dharmeizar mengatakan bahwa apabila sudah gagal ginjal sudah masuk tahap 1 hal itu akan terus melaju hingga tahap 5, karena memang gagal ginjal tidak bisa disembuhkan akan tetapi bisa diperlambat perjalanannya (Dewi, 2016). Dewi (2016) mengatakan bahwa terapi yang bisa dilakukan untuk memperlambat kerusakan ginjal adalah dengan hemodialysis atau cuci darah melalui mesin dan juga ada dengan cara cuci darah melalui perut atau peritoneal dialysis. Namun di Indonesia lebih banyak digunakan terapi cuci darah melalui mesin atau hemodialysis. Menurut Brunner dan Suddath (dalam Supriyadi dkk, 2011) Hemodialisa (HD) adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh pasien dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialiser. Frekuensi tindakan HD bervariasi tergantung pada prosentase fungsi ginjal yang tersisa, rata-rata penderita menjalani 2 sampai 3 kali dalam seminggu dengan lama pelaksanaan hemodialisa paling sedikit antara 3 4 jam setiap kali tindakan HD.

3 Suhud (dalam Supriyadi dkk, 2011) mengatakan bahwa proses terapi HD yang berlangsung lama dengan kurun waktu yang lama dapat mempengaruhi keadaan psikologis pasien. Beberapa gangguan psikologis akan dialami, seperti gangguan proses berpikir dan gangguan dalam berhubungan sosial. Kondisi psikologis yang demikian akan menyebabkan menurunnya kualitas hidup pasien gagal ginjal yang menjalai terapi HD. Bare dan Smeltzer (dalam Mukaromah dkk, 2012) mengatakan bahwa pasien gagal ginjal harus menjalani dialisis sepanjang hidupnya atau sampai mendapat ginjal baru melalui proses pencangkokan. Mukaromah, Muliani, dan Vitniawati (2012) menambahkan bahwa dengan keadaan yang demikian dapat menimbulkan perasaan tertekan, ditambah lagi dengan stresor-stresor yang dialami pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa diantaranya adalah proses hemodialisa yang lama, beban ekonomi, komplikasi dari hemodialisa, ketergantungan pada mesin, aturan untuk diet ketat menjaga pola makan dan minumnya, mobilitas yang terbatas, dan stresor-stresor lainnya. Proses terapi yang begitu panjang dan bahkan membutuhkan waktu selama hidupnya, membutuhkan adanya resiliensi dalam diri pasien untuk dapat melewati itu. Setyowati, Hartati, dan Sawitri (2010) mengatakan bahwa resiliensi adalah kemampuan individu dalam mengatasi tantangan hidup serta mempertahankan kesehatan dan energi yang baik sehingga dapat melanjutkan hidup secara sehat. Resiliensi merupakan faktor yang berperan penting agar individu dapat bertahan mengatasi masalah sehingga dapat mempertahankan kesehatannya.

4 Kemunculan resiliensi pada pasien gagal ginjal yang menjalani proses hemodilisa memerlukan adanya dukungan sosial, seperti yang dikatakan Taylor (dalam Rachmawati, 2004) dukungan sosial merupakan variabel lingkungan yang berhubungan positif dengan kesehatan. Azahra (2013) menjelaskan bahwa individu yang yang mendapat dukungan sosial akan merasa dirinya diperhatikan, dicintai, dan dihargai sehingga dapat menjadi kekuatan bagi dirinya yang dapat menolong secara psikologis maupun secara fisik dalam menghadapi permasalahannya. Sarafino (dalam Saputri & Indrawati, 2011) mengatakan bahwa ada banyak efek dari dukungan sosial karena dukungan sosial secara positif dapat memulihkan kondisi fisik dan psikis seseorang, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dukungan sosial dapat diperoleh dari orang-orang disekitar dan keluarga merupakan orang terdekat yang mampu memberikan dukungan sosial tersebut. Taylor (dalam Saputri & Indrawati, 2011) juga mengatakan bahwa dukungan sosial akan lebih berarti bagi seseorang apabila diberikan oleh orangorang yang memiliki hubungan signifikan dengan individu yang bersangkutan, seperti orang tua, pasangan (suami atau istri), anak, dan anggota kerabat keluarga lainnya. Arzila (2006) mengatakan bahwa dampak positif dari dukungan keluarga adalah dapat meningkatkan penyesuaian diri seseorang terhadap kejadiankejadian dalam kehidupan. Dukungan yang tepat dapat membantu pasien dalam menghadapi stres, demikian pula sebaliknya dukungan yang tidak tepat

5 dapatmenimbulkan stres yang baru dan akan terakumulasi sehingga memperburuk keadaan. Pasien gagal ginjal yang menjalani proses terapi hemodialisa seharusnya mendapatkan dukungan dari keluarganya sehingga mereka dapat melalui proses terapi dan dapat mengatasi stres yang ditimbulkan akibat proses terapi yang membutuhkan waktu lama selama hidupnya. Akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasien mendapatkan dukungan keluarga dengan baik sehingga stres yang dihadapinya semakin terakumulasi dan memperburuk keadaan pasien. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di Klinik Hemodialisa PMI Kota Surakarta selama ± 6 bulan dari bulan november 2015 sampai bulan mei 2016. Dari observasi selama ± 6 bulan tersebut ada 2 pasien yang peneliti observasi kurang mendapat dukungan dari keluarga, dukungan dalam hal ini seperti mengantar dan menunggu pasien selama proses terapi, memperlakukan pasien dengan baik, serta merawat pasien dengan sabar. Kurangnya dukungan yang diberikan oleh keluarga menimbulkan stres pada pasien dan hal tersebut memperburuk kondisi pasien hingga akhirnya meninggal dunia. Peneliti mempertimbangkan kondisi pasien hemodialisa yang tidak memungkinkan untuk mejawab pernyataan kuisioner terbuka karena alat cuci darah terpasang ditangan sehingga tidak bisa menulis, maka dari itu untuk pengambilan data awal peneliti mengambil 10 pasien untuk di interview denganpertanyaan terbuka. Interview dilakukan kepada 10 pasien hemodialisa di Klinik Hemodialisa PMI Kota Surakarta tanggal 24 sampai 25 oktober 2016,

6 dari hasil interview didapatkan hasil bahwa semua subjek mengatakan keluarga selalu memberikan dukungan baik dalam bentuk motivasi dan semangat secara verbal serta dukungan informasi seperti menjaga pola makan dan minum serta selalu mengingatkan untuk melakukan terapi hemodialisa. Semua subjek juga mengatakan bahwa ada perbedaan ketika awal cuci darah dengan sekarang, yang dulu saat cuci darah selalu ngedrop sekarang sudah biasa saja dan tidak merasakan apa-apa. 5 dari 10 subjek mengatakan bahwa selama ini selalu ditemani oleh keluarga (anak/istri/suami) selamaterapi hemodialisa, sedangkan 5 lainnya hanya ditemani diawal saja saat kondisi belum stabil tetapi sekarang karena kondisi sudah stabil subjek hanya minta diantar jemput saja. 6 dari 10 subjek sudah melakukan terapi hemodialisa lebih dari 1 tahun, sedangkan 4 lainnya melakukan terapi hemodialisa baru sekitar 4-11 bulan. 7 dari 10 subjek mengatakan hanya melakukan terapi hemodialisa saja karena takut mencoba pengobatan lain dan hanya mengikuti instruksi dokter, sedangkan 3 lainnya mencoba pengobatan lain karena menurut mereka tidak ada salahnya mencoba dan berusaha untuk dapat sembuh dan berharap bisa lepas dari cuci darah. Nasehat dan kasih sayang dari anggota keluarga dapat memberikan persepsi yang positif pada individu untuk mencapai segala sesuatu dalam meraih impian yang dimilikinya, sehingga mereka yakin dan optimis terhadap harapannya. Selain itu diharapkan pasien dapat menjadikan keluarganya sebagai tempat bercerita, tempat bertanya, dan tempat mengeluarkan keluhan, denganbegitu pasien akan dapat meningkatkan kemampuan dalam menghadapi stres dan mempercepat penyesuaian diri. Sehingga dukungan keluarga yang

7 diberikan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa (Pratiwi, 2013). Berdasarkan pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga pasien dapat mempengaruhi resiliensi pada pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa. Rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan resiliensi pada pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodilisa? B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan resiliensi pada pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa. 2. Untuk mengetahui tingkat dukungan sosial keluarga dan tingkat resiliensi pada pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa. 3. Untuk mengetahui sumbangan efektifitas dukungan sosial keluarga terhadap resiliensi pada pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa. C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat bagi : 1. Manfaat Teoritis Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah kajian tentang dukungan sosial keluarga dan resiliensi yang penting dalam menjalaniproses terapi untuk penyembuhan penyakit, juga dapat memberikan manfaat teoritis untuk psikologi sosial dan psikologi klinis.

8 2. Manfaat Praktis a. Subjek penelitian Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada subjek, dalam hal ini adalah pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa mengenai kaitan antara dukungan sosial keluarga yang diterimanya dengan resiliensi dalam dirinya untuk menghadapi penyakitnya, sehingga mereka dapat menjalani proses terapi secara lebih positif dan dapat membantu proses penyembuhan. b. Masyarakat (Keluarga) Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada keluarga agar dapat membantu pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa agar tetap semangat menjalani proses terapinya, sehingga dapat membantu proses penyembuhan dan dapat kembali menjalani aktifitasnya dalam masyarakat. c. Peneliti lain Bagi peneliti yang lain, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan resiliensi pada pasien gagal ginjal yang menjalani proses hemodialisa sehingga dapat menambah wawasan mereka dalam ilmu psikologi sosial dan psikologi klinis. Juga dapat memberikan gambaran kepada peneliti lain untuk dapat mengembangkan penelitian ini dengan menambahkan variabel-variabel lain terkait resiliensi.