BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

waktu tinggal sediaan dalam lambung dan memiliki densitas yang lebih kecil dari cairan lambung sehingga obat tetap mengapung di dalam lambung tanpa

(AIS) dan golongan antiinflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

Effervescent system digunakan pada penelitian ini. Pada sistem ini formula tablet mengandung komponen polimer dengan kemampuan mengembang seperti

dapat digunakan pada krisis hipertensi seperti kaptopril (Author, 2007). Kaptopril mempunyai waktu paruh biologis satu sampai tiga jam dengan dosis

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

BAB II SISTEM MENGAPUNG (FLOATING SYSTEM)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Aspirin mencegah sintesis tromboksan A 2 (TXA 2 ) di dalam trombosit dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

anti-inflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak. Obat golongan ini mempunyai efek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

zat alc.if dari tablet dapat diatur mtuk tujuan tertentu (Banker &

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Teknik likuisolid merupakan suatu teknik formulasi dengan obat yang tidak terlarut air dilarutkan dalam pelarut non volatile dan menjadi obat dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Granul merupakan sediaan multiunit berbentuk agglomerat dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

bioavailabilitasnya meningkat hingga mencapai F relsl = 63 ± 22 %

menyebabkan timbulnya faktor lupa meminum obat yang akhirnya dapat menyebabkan kegagalan dalam efektivitas pengobatan. Permasalahan ini dapat diatasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki beberapa masalah fisiologis, termasuk waktu retensi lambung yang

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

SKRIPSI SANASHTRIA PRATIWI K Oleh :

SKRIPSI. Oleh: HADI CAHYO K

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penghantaran obat tinggal di lambung sangat menguntungkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

enzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi

Pemberian obat secara bukal adalah pemberian obat dengan cara meletakkan obat diantara gusi dengan membran mukosa pipi. Pemberian sediaan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem peyampaian obat konvensional tidak dapat mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tinggal obat dalam saluran cerna merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

periode waktu yang terkendali, selain itu sediaan juga harus dapat diangkat dengan mudah setiap saat selama masa pengobatan (Patel et al., 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis dan manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

OPTIMASI FORMULA TABLET FLOATING METFORMIN HIDROKLORIDA MENGGUNAKAN POLIMER HPMC K4M

OPTIMASIKOMBINASI MATRIKSHIDROKSIPROPIL METILSELULOSA DAN NATRIUM ALGINAT UNTUK FORMULA TABLET KAPTOPRIL LEPAS LAMBAT SISTEM FLOATING SKRIPSI

PENGGUNAAN METIL SELULOSA SEBAGAI MATRIKS TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL HCL: STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

FORMULASI TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL HCl DENGAN MATRIKS METOLOSE 90SH : STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sumber pemenuhan kebutuhan tubuh untuk melakukan metabolisme hingga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN LEPAS LAMBAT TABLET KAPTOPRIL DENGAN MATRIKS HIDROKSI PROPIL METIL SELULOSA DAN AVICEL PH 102 SEBAGAI FILLER SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

tanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Gambar. Daftar Lampiran. Intisari... BAB I. PENDAHULUAN..1. A. Latar Belakang.1. B. Perumusan Masalah.

SKRIPSI UMI SALAMAH K Oleh :

SKRIPSI. Oleh Windy Neri Lestari NIM

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

BAB I PENDAHULUAN. mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Depkes RI,

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Pembuatan tablet floating sebelumnya telah dilakukan, misalnya pada penelitian mengenai optimasi formula tablet floating propanolol hidroklorida dengan HPMC E6LV dan Natrium CMC sebagai matriks dengan model Simplex Lattice Design (SLD). Penelitian tersebut menggunakan propanolol hidroklorida sebagai zat aktif dan kombinasi matriks berupa HPMC E6LV dan Natrium CMC dengan range konsentrasi optimum dari kombinasi matriks yang didapat yaitu antara 0-60%. Konsentrasi matriks 0-60% tersebut dapat menghasilkan tablet floating dengan durasi floating yang melebihi target yaitu lebih dari 6 jam (7 jam 8 menit), selain itu pada konsentrasi optimum tersebut dapat menghasilkan sifat fisik tablet, karakteristik floating, dan profil disolusi yang baik (Rosmawati, 2016). Pada penelitian tersebut menjelaskan bahwa semakin besar konsentrasi HPMC E6LV yang digunakan maka dapat meningkatkan kekerasan tablet yang dihasilkan, hal ini dikarenakan HPMC E6LV yang berfungsi sebagai matriks mampu memberikan daya ikat dengan partikel yang tinggi sehingga konsistensi tablet yang dihasilkan akan lebih kuat. Meningkatnya nilai kekerasan tablet maka nilai kerapuhan tablet yang dihasilkan semakin baik. Selain itu, semakin besar konsentrasi HPMC E6LV yang digunakan maka waktu hancurnya akan semakin lama karena HPMC dapat menahan lebih kuat pelepasan obat (Rosmawati, 2016). Konsentrasi HPMC E6LV yang digunakan semakin besar maka floating lag time yang dihasilkan semakin lama, karena kekuatan gel polimer yang terbentuk akan semakin meningkat. Namun konsentrasi HPMC yang semakin besar dapat memperlama durasi floating tablet, karena daya ikat HPMC yang baik sehingga dapat mengendalikan pelepasan obat dan profil disolusi yang dihasilkan lebih lama (Rosmawati, 2016). Penelitian lain mengenai HPMC yang digunakan sejumlah 16,7% dapat 4

memberikan floating lag time yang baik dan durasi floating mencapai 6 jam, pelepasan obat pada jam pertama mencapai 28%, dan pelepasan obat pada jam keenam mencapai 84% (Alkarib et al, 2015). Perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan yaitu dimana konsentrasi matriks HPMC E6LV yang digunakan antara 20-60% dan menggunakan glibenklamid sebagai zat aktifnya. B. Tinjauan Pustaka A. Sistem Floating Sistem floating memiliki kepadatan kurang dari isi lambung sehingga tetap mengapung di dalam perut untuk jangka waktu yang lama tanpa mempengaruhi isi lambung (Chhetri dan Thapa, 2014). Tujuan obat di formulasikan ke dalam sistem floating yaitu agar obat tetap mengapung di dalam perut dan dilepaskan perlahan-lahan pada kecepatan tingkat yang diinginkan dari sistem. Setelah pelepasan obat, sistem residual dikosongkan dari perut. Sehingga dapat meningkatkan konsentrasi obat di dalam plasma (Firoz et al, 2012). Obat-obatan dengan bioavailabilitas yang rendah dan waktu paruh eliminasi yang pendek, seperti glibenklamid dapat ditingkatkan bioavailabilitasnya dengan memformulasikan ke dalam sistem floating (Sheth dan Mistry, 2011). Sistem floating memberikan banyak keuntungan dalam pemberiaan obat (Meenakshi, 2014) yaitu : a. Sediaan floating dapat tetap berada di dalam perut selama beberapa jam dan oleh karena itu dapat memperpanjang waktu retensi lambung berbagai obat. b. Memberikan keuntungan bagi obat yang memiliki target aksi lokal di perut misalnya: Antasida c. Bioavailabilitas dapat meningkat d. Menurunkan fluktuasi konsentrasi obat didalam plasma. Konsentrasi obat plasma yang diinginkan dipertahankan dengan pelepasan obat secara terus-menerus 5

e. Sediaan floating menguntungkan bagi obat yang diserap melalui perut misalnya: Garam besi, Antasida. Penyerapan obat dapat meningkat, karena peningkatan GRT dan lebih banyak waktu yang dihabiskan dengan dosis di tempat penyerapannya. Persyaratan obat untuk dapat dibuat kedalam sistem floating (Meenakshi, 2014) yaitu : a. Tidak untuk obat yang dapat mengiritasi mukosa lambung. b. Tidak untuk obat yang tidak stabil di lingkungan asam lambung. c. Obat-obatan yang diserap secara signifikan melalui saluran cerna, yang menjalani metabolisme pass pertama yang signifikan. Gambar 2.1. Mechanism floating system (Firoz et al, 2012) Pendekatan sistem formulasi sediaan tablet floating dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu sistem effervescent dan sistem non effervescent. Sistem Effervescent terjadi karena adanya pelepasan gas CO2 yang didapat dari reaksi antara asam dan natrium bikarbonat dengan adanya H 2 O. Komponen asam yang umum digunakan dalam pembuatan effervescent adalah asam sitrat, asam malat, asam tartarat, dan asam adipicand fumarate. Komponen bikarbonat yang digunakan dalam pembuatan dalam pembuatan effervescent adalah natrium bikarbonat, kalium bikarbonat, natrium karbonat, dan kalium karbonat (Ahmed et al, 2014). Sistem effervescent dikenal juga dengan sistem yang menghasilkan gas. Sistem ini menggunakan matriks yang disiapkan dengan bantuan matriks polimer yang swellable seperti metilselulosa dan kitosan, dan penambahan senyawa effervescent 6

seperti natrium bikarbonat, asam tartarat, dan asam sitrat. Penggabungan matriks polimer swellable dan senyawa effervescent dalam tablet, ketika tablet tertelan dan kontak dengan cairan lambung yang bersifat asam maka akan timbul CO 2 yang dibebaskan dan akan terperangkap dalam hidrokoloid yang membengkak sehingga akan menimbulkan daya apung bagi tablet tersebut (Jondhale et al, 2015). Sedangkan sistem non effervescent hanya menggunakan bahan yang dapat membentuk gel, hidrokoloid selulosa (seperti hidroksipropil selulosa, hidroksipropil metil selulosa (HPMC), dan natrium karboksi metil selulosa), polisakarida, atau matriks polimer (seperti polikarbofil, poliakrilat, dan polystyrene) pada konsentrasi tinggi (20-75% b/b) ke dalam formulasi tablet atau kapsul. Setelah dilakukan pemberian sediaan dengan sistem ini secara per oral, selanjutnya setelah sediaan kontak dengan cairan lambung maka sediaan tersebut akan membengkak. Struktur yang mirip dengan gel yang membengkak ini bertindak sebagai reservoir dan memungkinkan terjadinya pelepasan obat yang berkelanjutan melalui massa gelatin tersebut (Jondhale et al, 2015). Sistem non effervescent dapat dilakukan dengan menggunakan sistem Hydrodinamically balanced system, microporous compartement, alginate beads, hollow microsphere/microballons, raft forming system (Firoz et al, 2012). Terdapat berbagai parameter yang perlu di evaluasi untuk formulasi sediaan floating, parameter tersebut dikategorikan ke dalam kelas yang berbeda yaitu (Firoz et al, 2012) : a. Parameter galenik : ukuran diameter, fleksibilitas, dan kepadatan matriks. b. Parameter kontrol : floating time, disolusi, berat jenis, keseragaman konten, kekerasan, dan kerapuhan. Perkembangan sediaan oral berupa sediaan dengan sistem floating telah banyak dilakukan, misalnya pada pembuatan tablet floating klaritomisin dengan sistem floating (Sheth dan Mistry, 2011), pembuatan tablet floating teofilin dengan matriks HPMC (Rashati dan 7

Rohmah, 2016), pembuatan tablet floating famotidine (Barhate et al, 2010), pembuatan tablet floating sustained release ranitidine hidroklorida (Kaza et al, 2009), dan pembuatan tablet floating propranolol hidroklorida dengan matriks HPMC E6LV dan Na CMC (Rosmawati, 2016). B. HPMC Hypromellose merupakan sinonin dari HPMC yang memiliki polimer selulosa dan karbohidrat alami dengan struktur dasar yang berulang berupa anhidroglukosa. HPMC memiliki rasio yang bervariasi pada gugus hydroxypropyl dan gugus methoxyl dimana kedua gugus tersebut yang akan menentukan kelarutan organic dan suhu pembentukan gel termal pada larutan (Phadtare et al, 2014). Gambar 2.2. Struktur HPMC (Phadtare et al, 2014) Matriks hidrofilik seperti HPMC E6LV dapat dimanfaatkan dalam pembuatan tablet floating. Prinsip pelepasan zat aktif obat dari polimer hidrofilik yaitu dengan hidrasi dan pembengkakan (swealling). Matriks hidrofilik akan membentuk gel pada awal pelepasan obat. Setelah lapisan gel terbentuk, matriks hidrifilik akan mengendalikan laju pelepasan obat (Phadtare et al, 2014). 8

Gambar 2.3 Rilis obat dengan matriks hidrofilik (Phadtare et al, 2014) Penelitian kali ini menggunakan HPMC E6LV sebagai matriks hidrofilik dengan konsentrasi 20-60%. Seperti pada penelitian sebelumnya mengenai pembuatan tablet floating propranolol dengan matriks HPMC E6LV dan Na CMC dengan konsentrasi matriks HPMC E6LV yang digunakan antara 0-60%, penggunaan HPMC konsentrasi tinggi dapat menyebabkan meningkatnya kekerasan tablet, sehingga tablet tidak mudah hancur dan rapuh (Rosmawati, 2016). Karakteristik HPMC sebagai gelling agent, yaitu : 1. HPMC memiliki rasio yang bervariasi pada gugus hydroxypropyl dan gugus methoxyl dimana kedua gugus tersebut yang akan menentukan kelarutan organic dan suhu pembentukan gel termal pada larutan (Phadtare et al, 2014). 2. Kelarutan yang khas dalam cairan lambung dan usus serta dalam pelarut organik dan air (Ulya, 2016). 3. Fleksibilitas, mengurangi resistensi, tidak berasa, dan tidak berbau (Ulya, 2016). Penelitian sebelumnya menggunakan HPMC E6LV sebagai matriks dalam pembuatan tablet floating propranolol dengan konsentrasi 0-60%, peneliti tersebut mengatakan bahwa penggunaan HPMC konsentrasi tinggi 9

dapat meningkatkan kekerasan tablet, sehingga tablet tidak mudah hancur dan rapuh (Rosmawati, 2016). Peningkatan konsentrasi HPMC dapat membentuk gel yang kuat sehingga dapat memperlambat pelepasan obat dan penggunaan HPMC sebagai matriks dapat meningkatkan floating duration time (Rashati dan Rohmah, 2016). Dalam penelitian mengenai formulasi tablet floating Diltiazem Hidroklorida, penggunaan HPMC K100M (Methocel K100M) yang dikombinasikan dengan HPMC E6LV (Methocel E6LV) dapat digunakan sebagai polimer dalam tablet floating untuk meningkatkan waktu tinggal sehingga dapat meningkatkan absorpsi obat di dalam perut atau saluran pencernaan bagian atas (Suresh et al, 2013). C. Glibenklamid Glibenklamid memiliki nama IUPAC 1-[4-[2-(5-Kloro-2- metoksibenzamido)etil]benzenasulfonil)-3-sikloheksilurea [10238-21-8] dan rumus molekul C23H28CIN3O5S serta berat molekul 494,0. Glibenclamide mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C23H28CIN3O5S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Glibenklamid merupakan serbuk hablur, berwarna putih atau hampir putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau. Kelarutan dari glibenklamid yaitu praktis tidak larut dalam air dan dalam eter, sukar larut dalam etanol dan dalam methanol, larut sebagian dalam kloroform (Depkes RI, 1995). Dipasaran glibenklamid dikenal dengan nama dagang glyburide (Patil et al, 2013). Gambar 2.4 Struktur glibenklamid (Depkes RI, 1995) 10

Profil farmakokinetika glibenklamid sustained release memiliki waktu paruh eliminasi yang pendek yaitu 5 jam sehingga memiliki pengulangan dosis 3 kali dalam sehari (Dash et al, 2012). Waktu paruh yang pendek dapat diatasi dengan memformulasikan glibenklamid ke dalam sistem floating (Sheth dan Mistry, 2011) untuk menjaga agar obat tetap mengapung di dalam perut sehingga zat aktif akan di lepaskan perlahan (Firoz et al, 2012). Pengembangan formulasi glibenklamid ke dalam bentuk sustained release telah dilakukan, misalnya pada penelitian mengenai formulasi dan evalauasi sediaan glibenklamid yang digabung dengan metformin hidroklorida dengan sistem immediate release dan sustained release (Udayakumar et al, 2013), formulasi dan evaluasi in vitro mikrosfer glibenklamid sustained release (Dash et al, 2012). Glibenklamid merupakan obat antidiabetes golongan sulfonilurea yang memiliki dosis sehari mencapai 5 mg sampai 20 mg. Apabila pemberian dihentikan, obat akan bersih dari serum setelah 36 jam. Glibenklamid menurunkan kadar glukosa darah pada diabetes mellitus tipe 2. Mekanisme aksi dari glibenklamid yaitu dengan menstimulasi sekresi insulin, meskipun secara kualitatif golongan sulfonilurea mempunyai efek farmakologi yang sama tetapi secara kuantitatif ada perbedaan (Ganiswarna, 1995). Glibenklamid yang dikonsumsi secara per oral akan diserap dengan cepat di saluran gastrointestinal dan diangkut kedalam darah sebagai kompleks terikat protein tinggi. Karena kelarutan glibenklamid rendah maka glibenklamid dikarakterisasi dengan absorpsi terbatas dan dimetabolisme dalam hati menjadi produk dengan aktifitas hipoglikemik rendah. Glibenklamid memiliki dosis awal 2,5 mg/hari dan dosis pemeliharaan antara 5 mg sampai 10 mg/hari. Obat ini diekskresikan dalam kotoran dan, sebagai metabolit, dalam urin (Elkarib, 2006). 11

C. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian dapat dilihat pada gambar 2.5 Glibenklamid memiliki waktu paruh eliminasi yang pendekk yaitu 5 jam (Dash et al, 2012), kelarutan dan bioavailabilitas yang rendah sehingga dapat menimbulkan masalah pada absorpsinya (Balaji dan Samatha, 2014), dan termasuk kedalam urutan kelas 2 menurut BSC. Frekuensi penggunaan glibenklamid yang berulang sebanyak 3 kali dalam sehari dapat menyebabkan ketidak patuhan pasien dalam terapi pengobatan (Taneja et al, 2014) Diformulasikan kedalam sediaan tablet dengan sistem floating (Sheth dan Mistry, 2011) dan dibuat sustained release untuk mengurangi terapi yang berulang (ratilal et al, 2011). Evaluasi sediaan Uji sifat fisik tablet meliputi keseragaman bobot, waktu hancur tablet (Depkes, 1995), kekerasan tablet, kerapuhan tablet (Sulaiman, 2007). Uji Karakteristik Floating meliputi durasi floating dan floating lag time (Chandra et al, 2013). Uji penetapan kadar meliputi: penentuan panjang gelombang, pembuatan larutan standar, pembuatan kurva baku, penetapan kadar. Uji Disolusi meliputi: Pembuatan cairan lambung ph 1,2, penentuan kurva baku, dan profil disolusi. Diperoleh Sifat fisik tablet yang baik Menurunkan FLT dan meningkatkan durasi floating Diperoleh kadar tablet floating glibenklamid yang baik dan dapat menentukan panjang gelombang maksimum Diperoleh % disolusi yang baik. Gambar Diperoleh 2.5 Formulasi Kerangka tablet floating konsep glibenklamid penelitian yang baik 12

D. Hipotesis glibenklamid. HPMC E6LV dapat digunakan sebagai matriks pada tablet floating 13