PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.984/AJ. 401/DRJD/2005 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2435 / AJ.409 / DRJD / 2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.276/AJ-401/DRJD/10 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas.

Penempatan marka jalan

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 18 TAHUN 1994 T E N T A N G

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 31 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 SERI E NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBATASAN ANGKUTAN BARANG PADA RUAS JALAN PROVINSI RUAS JALAN SAKETI-MALINGPING-SIMPANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR: SK 3229/AJ 401/DRJD/2006 TENTANG TATA CARA PENOMORAN RUTE JALAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 3 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT,

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 04 TAHUN 2003 TENTANG PERLENGKAPAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK

Persyaratan Teknis jalan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG KELAS JALAN DAN PENGAMANAN PERLENGKAPAN JALAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas)

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS). Pasal 1

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan dan

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS, RAMBU LALU LINTAS DAN MARKA JALAN

NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBATASAN JAM OPERASIONAL KENDARAAN ANGKUTAN TANAH DAN PASIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

b. bahwa dalam rangka kebutuhan transportasi dan penanggulangan muatan lebihdi pulau Jawa, diperlukan penetapan kelas jalan;

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM. 62 TAHUN 2011 PENGATURAN WAKTU OPERASI KENOARAAN ANGKUTAN BARANG 01 JALAN TOL OALAM KOTA 01 OKI JAKARTA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN. NOMOR : 60 Tahun 2006 TENTANG

2018, No Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 881) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan U

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN KELAS JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

2017, No Bermotor dan Penutupan Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor Pada Masa Angkutan Lebaran; Mengingat : 1. Undang-Undang Republik

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

PENGENALAN RAMBU-RAMBU DAN MARKA LALU LINTAS BAGI SISWA SMK DALAM RANGKA MEMBENTUK PERILAKU TERTIB BERLALU LINTAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2006

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : 1453/HK.402/DRJD/2005

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 49 TAHUN 2014 TENTANG ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 13

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG JALAN TOL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

機車標誌 標線 號誌是非題 印尼文 第 1 頁 / 共 15 頁 題號答案題目圖示題目. 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu. 002 O Persimpangan jalan. 003 X Permukaan jalan yang menonjol

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PEKANBARU 1

Buku Panduan Lalu Lintas (APIL) ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS (APIL)

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOM0R 25 TAHUN 2000 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN

Pengertian Lalu Lintas


TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

BAB III LANDASAN TEORI

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 18 TAHUN 2018 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS SELAMA MASA PEMBANGUNAN

4. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu Lintas, Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

BENTUK, WARNA DAN UKURAN SURAT PERSETUJUAN PENGANGKUTAN ALAT BERAT DAN PENGANGKUTAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

Transkripsi:

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH DAN/ATAU LARANGAN PADA RUAS JALAN TOL LINGKAR LUAR JAKARTA (JORR) I E1 SEKSI 3 RUAS JATIWARNA - JATIASIH DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Menimbang : a. bahwa dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 61 Tahun 1993 tentang Rambu lalu lintas, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun 1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan, telah diatur penetapan kebijakan lalu lintas yang bersifat perintah dan/atau larangan pada setiap ruas jalan dan/atau persimpangan untuk jalan Nasional dan jalan tol dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat; b. bahwa dengan dioperasikannya ruas jalan Tol JORR I E1 Seksi 3 Ruas Jatiwarna Jatiasih, perlu ditetapkan pengaturan lalu lintas yang bersifat perintah dan/atau larangan yang dinyatakan dengan rambu rambu lalu lintas, marka jalan dan/atau alat pemberi isyarat lalu lintas; c. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan huruf b, perlu diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat tentang Pengaturan Lalu Lintas yang Bersifat Perintah dan/atau Larangan Pada Ruas Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR) I E1 Seksi 3 Ruas Jatiwarna Jatiasih.

Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembar Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembar Negara Nomor 3480); 2. Undang Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembar Negara Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembar Negara Nomor 4444); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembar Negara Tahun 1993 Nomor 60, Tambahan Lembar Negara Nomor 3529); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4489); 5. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia; 6. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan; 7. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 61 Tahun 1993 tentang Rambu Rambu Lalu Lintas di Jalan; 8. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun 1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas di Jalan; 9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 43 Tahun 2005 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan; 10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan; 11. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.116/AJ.404/DRJD/1997 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Perlengkapan Jalan.

Memperhatikan : Surat Keputusan Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Nomor : 02/KPTS/BPJT/2006 tentang Pembentukan Tim Evaluasi Laik Fungsi Pengoperasian Jalan Akses Langsung (Sodetan) Pada Simpang Susun Cibubur Menuju Jalan Tol Jagorawi Arah Ke Bogor dan Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta I (JORR) E1 Seksi 3 Ruas Jatiwarna Jatiasih. MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH DAN/ATAU LARANGAN PADA RUAS JALAN TOL LINGKAR LUAR JAKARTA (JORR) I E1 SEKSI 3 RUAS JATIWARNA - JATIASIH Pasal 1 Untuk keperluan keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan pada jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR) I E1 Seksi 3 Ruas Jatiwarna Jatiasih, ditetapkan pengaturan lalu lintas yang bersifat perintah dan/atau larangan berupa : a. gerakan lalu lintas kendaraan bermotor (penggunaan jalur/lajur, berhenti, mendahului, berpindah lajur, parkir dalam keadaan darurat); b. perilaku pengemudi di jalan; c. kewajiban penggunaan sabuk keselamatan; d. batas kecepatan maksimum kendaraan bermotor 100 km/jam dan/atau minimum 80 km/jam (antar kota), pada lokasi tertentu dapat diatur kecepatan maksimum 80 km/jam dan/atau minimum 60 km/jam (dalam kota); e. ukuran kendaraan berserta muatannya lebar maksimum 2500 milimeter dan tinggi maksimum 4200 milimeter; f. muatan sumbu terberat (MST) maksimum yang diizinkan 10 Ton; g. larangan bagi pejalan kaki memasuki jalan tol; h. larangan penggunaan jalan tol selain untuk kendaraaan bermotor roda empat atau lebih; i. larangan menaikkan dan / atau menurunkan penumpang; j. larangan penggunaan jalan selain untuk kegiatan lalu lintas; k. larangan menarik kendaraan bermotor, kecuali dengan kendaraan derek;

l. larangan penggunaan kendaraan angkutan barang untuk mengangkut penumpang; m. pengaturan lalu lintas dalam keadaan darurat. Pasal 2 Pengaturan yang bersifat perintah dan/atau larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dinyatakan dengan rambu perintah, rambu larangan, marka jalan dan alat pemberi isyarat lalu lintas (APIIL). Pasal 3 (1) Rambu perintah dan rambu larangan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 harus sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 61 Tahun 1993 tentang Rambu Rambu Lalu Lintas di Jalan. (2) Rambu perintah dan/atau larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dipasang di lokasi sebagaimana tercantum dalam lampiran I Peraturan ini. Pasal 4 (1) Marka jalan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 harus sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan. (3) Jenis jenis marka jalan yang ditempatkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sesuai lampiran II Peraturan ini. Pasal 5 (1) Alat pemberi isyarat lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 62 Tahun 1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas di Jalan (2) Alat- alat pemberi isyarat lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditempatkan pada persimpangan akses jalan tol dengan arteri sesuai Lampiran III Peraturan ini.

Pasal 6 (1) Pemasangan rambu lalu lintas, penempatan marka jalan dan penempatan alat pemberi isyarat lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, pasal 4 dan pasal 5 harus memenuhi spesifikasi teknis yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat; (2) Rambu lalu lintas yang dipasang, marka jalan dan alat pemberi isyarat lalu lintas yang ditempatkan di Jalan Tol sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memiliki spesifikasi teknis yang lebih tinggi dari jalan arteri non-tol. Pasal 7 (1) Untuk keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan tol, pengaturan lalu lintas yang bersifat perintah dan/atau larangan sebagaimana dimaksud Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5 harus dilengkapi dengan rambu peringatan dan rambu petunjuk serta fasilitas pengendali dan pengaman pemakai jalan. (2) Pemasangan iklan dan sejenisnya di jalan tol dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu fungsi rambu lalu lintas dan marka jalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 8 (1) Pemasangan Rambu lalu lintas, penempatan marka jalan dan penempatan alat pemberi isyarat lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5 harus diselesaikan paling lama 60 (enam puluh) hari sejak tanggal ditetapkan Peraturan ini. (2) Rambu lalu lintas dan marka jalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai kekuatan hukum setelah 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pemasangan dan penempatan. (3) Tanggal pemasangan dan penempatan sebagaimana dimaksud ayat (2) harus diumumkan kepada pemakai jalan oleh PT. (Persero) Jasa Marga.

(4) Jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) digunakan untuk memberikan informasi kepada pemakai jalan. (5) Pemberian informasi sebagaimana dimaksud ayat (4) dilakukan melalui media cetak, media elektronika, media lain atau petugas di jalan tol. Pasal 9 Pelanggaran terhadap ketentuan perintah dan/atau larangan yang dinyatakan dengan rambu lalu lintas, marka jalan dan alat pemberi isyarat lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5, dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku. Pasal 10 (1) Pemasangan rambu rambu lalu lintas, penempatan marka jalan dan penempatan alat pemberi isyarat lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5, dapat ditinjau kembali, apabila : a. adanya perubahan pengaturan manajemen lalu lintas; b. adanya perubahan geometrik jalan; c. adanya penambahan lajur lalu lintas. (2) PT. (Persero) Jasa Marga wajib melaporkan setiap perubahan sebagaimana dimaksud ayat (1) kepada Direktur Jenderal Perhubungan Darat.

Pasal 11 Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Jalan melakukan pembinaan dan pengawasan teknis terhadap pelaksanaan Peraturan ini. Pasal 12 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 7 Agustus 2006 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Ttd Ir. ISKANDAR ABUBAKAR, MSc. NIP. 120 092 889 Salinan Peraturan ini disampaikan kepada Yth. : 1. Menteri Perhubungan; 2. Menteri Pekerjaan Umum; 3. Menteri Hukum dan HAM; 4. Menteri Komunikasi dan Informasi; 5. Jaksa Agung Republik Indonesia; 6. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; 7. Gubernur Propinsi DKI Jakarta; 8. Gubernur Propinsi Jawa Barat.

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : HK.205/1/1/DRJD/2006 Tanggal : 7 Agustus 2006 DAFTAR LOKASI RAMBU LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH DAN/ATAU LARANGAN PADA JALAN TOL LINGKAR LUAR JAKARTA RUAS E1 SEKSI 3 (HANKAM RAYA -JATIASIH) ARAH HANKAM RAYA - JATIASIH Tabel Rambu Posisi No. Lokasi (Sta) Perintah/Larangan IIA IIB Kiri Tengah Kanan 1 2 3 4 5 6 7 8 ARAH MASUK GERBANG TOL JATIWARNA 1 1 37+540 3q v Larangan masuk bagi sepeda dan becak. 2 37+540 3n v 3 37+550 3b v 4 37+550 3c v tidak bermotor. bermotor roda tiga. bermotor roda dua. 5 37+560 3r v Larangan masuk bagi pejalan kaki. 6 37+560 8f v 7 37+580 3a 3b 8 37+600 12 v 9 37+620 12 v 10 37+640 12 v 11 37+650 1e v 12 37+650 8b v 13 37+650 8c v RUAS HANKAM RAYA - JATIASIH 14 37+500 12 v 15 37+520 4a v v muatan sumbu lebih dari 10 ton. Perintah lajur atau bagian jalan yang wajib dilewati sesuai dengan arah anak panah. DILARANG MENARIK KENDARAAN DI JALAN TOL DILARANG MEMBAWA PENUMPANG PADA KENDARAAN BAK TERBUKA DILARANG MENAIKKAN/MENURUNKAN PENUMPANG DI DAERAH GERBANG TOL Dilarang berjalan terus, wajib berhenti dan meneruskan perjalanan setelah transaksi di gerbang tol. lebar lebih dari 2,9 m. DILARANG MELALUI BAHU JALAN KECUALI

No. Lokasi (Sta) Tabel Rambu Posisi IIA IIB Kiri Tengah Kanan Perintah/Larangan 1 2 3 4 5 6 7 8 16 37+550 12 v DILARANG MENDAHULUI DARI SEBELAH KIRI 17 37+640 5c v Larangan berbalik arah dengan Papan Tambahan: KECUALI PETUGAS 18 37+814 8c v 19 37+850 4a v 20 37+985 4a v 21 38+120 9 5a v Larangan kecepatan kendaraan lebih dari 80 km/jam dan perintah kecepatan minimum yang diwajibkan 60 km/jam. 22 38+200 12 v DILARANG MELALUI BAHU JALAN KECUALI 23 38+250 4a v 24 38+300 12 v DILARANG MENDAHULUI DARI SEBELAH KIRI 25 38+352 8c v 26 38+650 4a v 27 38+760 8c v 28 39+050 8c v 29 39+365 5c v Larangan berbalik arah dengan Papan Tambahan: KECUALI PETUGAS 30 39+500 8c v 31 39+850 4a v 32 40+450 4a v 33 40+460 8c v 34 40+686 8c v

No. Lokasi (Sta) Tabel Rambu Posisi IIA IIB Kiri Tengah Kanan Perintah/Larangan 1 2 3 4 5 6 7 8 35 40+995 3a Perintah lajur atau bagian jalan yang wajib v 3b dilewati sesuai dengan arah anak panah. 36 41+200 8c v 37 41+475 8c v 38 41+600 4a v 39 41+665 9 5a v Larangan kecepatan kendaraan lebih dari 80 km/jam dan perintah kecepatan minimum yang diwajibkan 60 km/jam. ARAH KELUAR GERBANG TOL JATIASIH 3 40 0+650B 1e v 41 0+650B 8b v 42 0+650B 8c v 43 0+700B 4a v 44 0+725B 6 v 45 0+880B 9 v 46 0+900B 2b v Larangan masuk. Dilarang berjalan terus, wajib berhenti dan meneruskan perjalanan setelah transaksi di gerbang tol. lebar lebih dari 2,9 m. Larangan mendahului kendaraan lain yang berjalan di depan. Larangan kecepatan kendaraan lebih dari 40 km/jam. ARAH MASUK GERBANG TOL JATIASIH 1 47 0+010C 2b 3a v bermotor maupun tidak bermotor dan perintah lajur atau bagian jalan yang wajib dilewati sesuai dengan arah anak panah. 48 0+022C 3q v Larangan masuk bagi sepeda dan becak. 49 0+022C 3n v 50 0+027C 3b v 51 0+027C 3c v tidak bermotor. bermotor roda tiga. bermotor roda dua. 52 0+032C 3r v Larangan masuk bagi pejalan kaki.

No. Lokasi (Sta) Tabel Rambu Posisi IIA IIB Kiri Tengah Kanan Perintah/Larangan 1 2 3 4 5 6 7 8 53 0+032C 8f v muatan sumbu lebih dari 10 ton. 54 0+047C 12 v DILARANG MENARIK KENDARAAN DI JALAN TOL 55 0+052C 12 v DILARANG MEMBAWA PENUMPANG PADA KENDARAAN BAK TERBUKA 56 0+150C 5c v Larangan berbalik arah. 57 0+150C 6 v 58 0+840C 12 v 59 0+850C 1e v 60 0+850C 8b v 61 0+850C 8c v Larangan mendahului kendaraan lain yang berjalan di depan. DILARANG MENAIKKAN/ MENURUNKAN PENUMPANG DI DAERAH GERBANG TOL Dilarang berjalan terus, wajib berhenti dan meneruskan perjalanan setelah transaksi di gerbang tol. lebar lebih dari 2,9 m.

DAFTAR LOKASI RAMBU LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH DAN/ATAU LARANGAN PADA JALAN TOL LINGKAR LUAR JAKARTA RUAS E1 SEKSI 3 (HANKAM RAYA -JATIASIH) ARAH JATIASIH - HANKAM RAYA Tabel Rambu Posisi No. Lokasi (Sta) Perintah/Larangan IIA IIB Kiri Tengah Kanan 1 2 3 4 5 6 7 8 ARAH MASUK GERBANG TOL JATIASIH 2 1 0+040F 2b 3a v bermotor maupun tidak bermotor dan perintah lajur atau bagian jalan yang wajib dilewati sesuai dengan arah anak panah. 2 0+070F 3q v Larangan masuk bagi sepeda dan becak. 3 0+070F 3n v tidak bermotor. 4 0+075F 3b v bermotor roda tiga. 5 0+075F 3c v bermotor roda dua. 6 0+080F 3r v Larangan masuk bagi pejalan kaki. 7 0+080F 8f v 8 0+095F 12 v 9 0+100F 12 v 10 0+159F 8c v 11 0+300F 12 v 12 0+300F 1e v 13 0+300F 8b v 14 0+300F 8c v RUAS JATIASIH - HANKAM RAYA 15 41+475 8c v 16 41+435 3a 3b v muatan sumbu lebih dari 10 ton. DILARANG MENARIK KENDARAAN DI JALAN TOL DILARANG MEMBAWA PENUMPANG PADA KENDARAAN BAK TERBUKA DILARANG MENAIKKAN/MENURUNKAN PENUMPANG DI DAERAH GERBANG TOL Dilarang berjalan terus, wajib berhenti dan meneruskan perjalanan setelah transaksi di gerbang tol. lebar lebih dari 2,9 m. Perintah lajur atau bagian jalan yang wajib dilewati sesuai dengan arah anak panah.

No. Lokasi (Sta) Tabel Rambu Posisi IIA IIB Kiri Tengah Kanan Perintah/Larangan 1 2 3 4 5 6 7 8 17 41+200 8c v 18 40+800 4a v 19 40+750 9 5a v Larangan kecepatan kendaraan lebih dari 80 km/jam dan perintah kecepatan minimum yang diwajibkan 60 km/jam. 20 40+686 8c v 21 40+580 12 v DILARANG MENDAHULUI DARI SEBELAH KIRI 22 40+500 4a v 23 40+460 8c v 24 40+425 12 v DILARANG MELALUI BAHU JALAN KECUALI 25 40+400 4a v 26 40+250 4a v 27 39+500 8c v 28 39+470 12 v DILARANG MENDAHULUI DARI SEBELAH KIRI 29 39+385 5c v Larangan berbalik arah dengan Papan Tambahan: KECUALI PETUGAS 30 39+050 8c v 31 38+810 8c v 32 38+352 8c v 33 37+890 3a Perintah lajur atau bagian jalan yang wajib v 3b dilewati sesuai dengan arah anak panah. 34 37+814 8c v 35 37+660 5c v Larangan berbalik arah dengan Papan Tambahan: KECUALI PETUGAS

Tabel Rambu Posisi No. Lokasi (Sta) Perintah/Larangan IIA IIB Kiri Tengah Kanan 1 2 3 4 5 6 7 8 ARAH KELUAR GERBANG TOL JATIWARNA 3 36 37+689 1e v 37 37+690 8b v 38 37+690 8c v 39 37+590 2b v 40 37+520 9 v Dilarang berjalan terus, wajib berhenti dan meneruskan perjalanan setelah transaksi di gerbang tol. lebar lebih dari 2,9 m. bermotor maupun tidak bermotor. Larangan kecepatan kendaraan lebih dari 40 km/jam.

DAFTAR LOKASI RAMBU LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH DAN/ATAU LARANGAN PADA JALAN TOL LINGKAR LUAR JAKARTA RUAS E1 SEKSI 3 (HANKAM RAYA -JATIASIH) ARTERI DAN FRONTAGE ROAD Tabel Rambu Posisi No. Lokasi (Sta) Perintah/Larangan IIA IIB Kiri Tengah Kanan 1 2 3 4 5 6 7 8 FRONTAGE ROAD JL. HANKAM RAYA - JL. KECAPI 1 0+000 1f v 2 0+075 5b v 3 0+950 2b v 4 1+200 2b v Wajib mengikuti arah yang ditentukan pada bundaran. Larangan berbelok ke kanan bagi kendaraan bermotor maupun tidak bermotor untuk masuk jalan simpangan. bermotor maupun tidak bermotor. bermotor maupun tidak bermotor. 5 1+225 5c v 6 1+275 5b v ARTERI JL. KECAPI - JL. KODAU 7 0+025 0+110 ARTERI JL. KODAU - JL. KP. SAWAH 2b 3a v 8 0+170 2b 3a v 9 0+125 0+095 10 0+085 2b 3a v 11 0+075 2b v FRONTAGE ROAD JL. KECAPI- JL. HANKAM RAYA 12 0+950 5b v 1f v Larangan berbalik arah bagi semua kendaraan bermotor maupun tidak bermotor. Larangan berbelok ke kanan bagi kendaraan bermotor maupun tidak bermotor untuk masuk jalan simpangan. bermotor maupun tidak bermotor dan perintah lajur atau bagian jalan yang wajib dilewati sesuai dengan arah anak panah. bermotor maupun tidak bermotor dan perintah lajur atau bagian jalan yang wajib dilewati sesuai dengan arah anak panah. Wajib mengikuti arah yang ditentukan pada bundaran. bermotor maupun tidak bermotor dan perintah lajur atau bagian jalan yang wajib dilewati sesuai dengan arah anak panah. bermotor maupun tidak bermotor. Larangan berbelok ke kanan bagi kendaraan bermotor maupun tidak bermotor untuk masuk jalan simpangan.

No. Lokasi (Sta) Tabel Rambu Posisi IIA IIB Kiri Tengah Kanan Perintah/Larangan 1 2 3 4 5 6 7 8 13 0+175 2b v bermotor maupun tidak bermotor. 14 0+030 3a 3b 15 0+025 2b v 16 0+000 1f v v Perintah lajur atau bagian jalan yang wajib dilewati sesuai dengan arah anak panah. bermotor maupun tidak bermotor. Wajib mengikuti arah yang ditentukan pada bundaran. ARTERI JL. JATIASIH RAYA 17 0+000 2b 3a v 18 0+110 2b v 19 0+150 0+510 ARTERI JL. CIKUNIR 2b 3a v 20 0+000 2b v 21 0+030 2b 3a v ARTERI JL. JATILUHUR 22 0+020 2b 3a v 23 0+350 0+360 1f v bermotor maupun tidak bermotor dan perintah lajur atau bagian jalan yang wajib dilewati sesuai dengan arah anak panah. Perintah lajur atau bagian jalan yang wajib dilewati sesuai dengan arah anak panah. bermotor maupun tidak bermotor dan perintah lajur atau bagian jalan yang wajib dilewati sesuai dengan arah anak panah. Perintah lajur atau bagian jalan yang wajib dilewati sesuai dengan arah anak panah. bermotor maupun tidak bermotor dan perintah lajur atau bagian jalan yang wajib dilewati sesuai dengan arah anak panah. bermotor maupun tidak bermotor dan perintah lajur atau bagian jalan yang wajib dilewati sesuai dengan arah anak panah. Wajib mengikuti arah yang ditentukan pada bundaran. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Ttd Ir. ISKANDAR ABUBAKAR, MSc. NIP.120 092 889

Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : HK.205/1/1/DRJD/2006 Tanggal : 7 Agustus 2006 DAFTAR MARKA JALAN YANG BERSIFAT PERINTAH DAN/ATAU LARANGAN PADA JALAN TOL LINGKAR LUAR JAKARTA RUAS E1 SEKSI 3 (HANKAM RAYA -JATIASIH) No. Lokasi (Sta) Bentuk Marka Posisi Perintah/Larangan 1 2 3 4 5 1 Seluruh ruas jalan Marka membujur berupa garis utuh warna putih. Tepi kiri jalan di jalur utama, tepi kiri dan kanan jalan di jalur ramp, serta menjelang persimpangan sebagai pengganti garis putus-putus pemisah arah lajur. Larangan bagi kendaraan melintasi garis tersebut. 2 Seluruh ruas jalan 3 Seluruh ruas jalan 4 Sebelum pemisahan lajur (menuju off ramp) 5 Sebelum pemisahan lajur (menuju off 6 Daerah ) Gerbang Tol 7 Persimpangan sebidang 8 Persimpangan sebidang Marka membujur berupa garis utuh warna kuning. Marka membujur berupa garis putus-putus warna putih. Marka lambang berupa anak panah. Marka lambang berupa anak panah. Marka melintang/rumble stripe berupa garis utuh warna putih Marka melintang berupa garis utuh warna putih Marka membujur berupa garis putus-putus warna putih. Tepi kanan jalan di jalur utama dan di antara jalan dengan jalur 2 arah. Pemisah lajur. Lajur tengah dan kanan. Lajur kiri. Sebelum Gerbang Tol. Sebelum simpang kaki. Sebelum simpang bundaran. Larangan berhenti pada daerah tersebut. Perintah untuk mengarahkan lalu lintas. Perintah untuk lalu lintas yang akan berjalan lurus. Perintah untuk lalu lintas yang akan berjalan lurus atau Perintah b l k ki i untuk mengurangi kecepatan sebelum transaksi di Gerbang Tol Perintah untuk berhenti sebelum memasuki persimpangan. Dilarang memasuki daerah tersebut sampai mendapat kepastian selamat.

No. Lokasi (Sta) Bentuk Marka Posisi Perintah/Larangan 1 2 3 4 5 9 Persimpangan sebidang Zebra cross. Ujung kaki simpang. Perintah bagi pejalan kaki untuk menyeberang di daerah tersebut. 10 Pemisahan jalur utama dengan off ramp Chevron warna putih. Di ujung pulau lalu lintas pada arus memisah (diverging) dilengkapi dengan rambu perintah 3a dan 3b Tabel IIB. Dilarang melewati atau berhenti di atas marka chevron kecuali petugas dan dalam keadaan darurat. 11 Pertemuan jalur Chevron warna utama dengan on putih. ramp. Di ujung pulau lalu lintas pada arus bergabung (merging). Dilarang melewati atau berhenti di atas marka chevron kecuali petugas dan dalam keadaan darurat. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Ttd Ir. ISKANDAR ABUBAKAR, MSc. NIP.120 092 889

Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : HK.205/1/1/DRJD/2006 Tanggal : 7 Agustus 2006 DAFTAR LOKASI ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS PADA JALAN TOL LINGKAR LUAR JAKARTA RUAS E1 SEKSI 3 (HANKAM RAYA -JATIASIH) No. Ruas Jalan Lokasi (Km) Jenis Persimpangan 1 2 3 4 1 Simpang Tiga 0+000 C Jatiasih (dengan ke Cikunir pulau lalu lintas) ke Pekayon/ Gerbang Tol Jatiasih 2 ke Pd Gede dari/ke Gerbang Tol Jatiasih 3/1 2 Simpang Tiga Komsen 0+000 Akses Jatiluhur ke Pd Gede/ Gerbang Tol Jatiasih 1 ke Pekayon ke Cibubur/ Gerbang Tol Jatiasih 2 3 Pemisahan jalur lalu lintas (diverging) Arah Hankam-Jatiasih: 37+580 40+990 Arah Jatiasih-Hankam: 41+440 37+900 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Ttd Ir. ISKANDAR ABUBAKAR, MSc. NIP.120 092 889