5. Pengujian Hipotesis Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z...

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. cenderung monoton sehingga kurang menarik perhatian siswa.

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena melalui pendidikanlah manusia dapat berdaya guna dan. mengembangkan ilmu pengetahuan menjadi teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu

OPTIMALISASI PENERAPAN BRAIN GYM UNTUK MEMINIMALKAN PHOBIA SISWA DALAM BELAJAR MATEMATIKA (PTK Pembelajaran di Kelas IV SD Negeri Kaliancar Selogiri)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang pendidikan nasional. Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai dan dipahami oleh guru, yaitu kemampuan menggunakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra secara sungguh-sungguh. Salah satu karya sastra adalah puisi.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa (Indonesia) merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan perbaikan di sana sini, mulai dari kurikulum, sarana dan

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa komunikasi atau speech acts dipergunakan secara sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. Sebaik apapun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan salah satu bagian dari empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pencapaian yang saling berhubungan. penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk

I. PENDAHULUAN. Bahasa tersebut digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara siswa dengan guru dan

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menulis. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia memegang peranan yang sangat penting di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. lain. Pada masyarakat modern dikenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu. menulis dan membaca merupakan komunikasi tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan sifat sosial yang dimilikinya tentu mereka akan saling berinteraksi. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi lulusan (SKL) pada kriteria kualifikasi sikap, kemampuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. keempat keterampilan tersebut memegang

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi terhadap

I. PENDAHULUAN. nasionalisme, menumbuh kembangkan kecintaan kepada Bahasa Indonesia

2016 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia, siswa diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. lulus tidaknya seorang siswa. Oleh sebab itu mutu pelajaran Bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. diri yang kuat untuk menepati apa yang telah direncanakan itu.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa merupakan keterampilan yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Perkembangan tersebut pada satu sisi berdampak positif, tetapi di sisi

BAB I PENDAHULUAN. kompetensinya yaitu mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui. kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia pendidikan di negara kita semakin mendapat tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Nurjannah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. selalu diupayakan pemerintah dengan berbagai cara, seperti penataan guru-guru,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia bermanfaat untuk mencapai keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya penguasaan yang menggunakan bahasa lisan, sementara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. minatnya serta dapat menerapkan keterampilan berbahasa Indonesia secara tepat,

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang membutuhkan latihan berkelanjutan. Sependapat dengan yang dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mengajarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperoleh begitu saja, akan tetapi memerlukan tahap-tahap pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 pada pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu sendiri, yakni untuk membudayakan manusia. Menurut Dhiu (2012:25-27)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BILDERGESCHICHTE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya dunia pendidikan, pengajaran Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi siswa dalam bidang-bidang tertentu. Penguasaan keterampilan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan

Transkripsi:

11 5. Pengujian Hipotesis. 66 6. Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors... 69 7. Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z... 70 8. Daftar NiIai Persentil Untuk Distribusi t... 71 9. Daftar Nilal Persentil Untuk Distribusi F... 72 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan orang banyak. Bahasa juga merupakan media berpikir, oleh karena itu bahasa memegang peranan penting bagi manusia terutama dalam

12 kehidupan sehari-hari. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kegiatan belajar menyimak dan berbicara merupakan upaya penguasaan dan kemampuan menggunakan bahasa lisan. Sementara kegiatan menulis dan membaca merupakan upaya penguasaan dan kemampuan menggunakan bahasa tulis. Terampil menulis berarti terampil berkomunikasi secara tertulis. Berkomunikasi secara tertulis maksudnya dapat menuangkan ide, pikiran, perasaan, dan gagasan ke dalam bentuk tulisan. Mampu menulis pantun merupakan salah satu kompetensi yang harus dicapai siswa pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas VII. http://agepelesson.blogspot./index.php/sastraindonesia/article/view/com/2 008/02 menjelaskan bahwa rendahnya kemampuan menulis siswa bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, siswa kurang antusias dalam pembelajaran. Kedua, siswa masih kurang bisa berkonsentrasi terhadap bahan pembelajaran. Ketiga, model pembelajaran yang digunakan terkesan monoton dan tidak efektif. Hal tersebut sejalan dengan hasil pengamatan peneliti pada saat melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi guru dalam meluruskan fenomena tersebut. Salah satu solusi yang dapat digunakan dalam meluruskan fenomena 1 tersebut adalah menemukan jenis model pembelajaran yang tepat untuk menyinergiskan antara kemampuan menulis pantun. Dalam kegiatan belajar mengajar peran guru tidak hanya memindahkan atau mentransfer ilmu kepada siswanya tetapi sebagai fasilitator yang

13 mengembangkan kegiatan belajar agar siswa secara efektif dan efisien serta mengena pada tujuan yang diharapan. Kalangan pendidik sangat menyadari bahwa kreativitas berpikir anak-anak Indonesia masih memprihatinkan (Mangunwijaya, 1998; Drost, 1998). Kondisi anak-anak Indonesia yang demikian tentu tidak bisa dilepaskan dari sistem pendidikan/pembelajaran yang kini dilakukan pada berbagai jenjang pendidikan. Rendahnya hasil belajar anak-anak Indonesia di bidang ilmu pengetahuan ditengarai berhubungan dengan proses pembelajaran ilmu pengetahuan yang belum memberi peluang anak untuk dapat mengembangkan konsepsinya tentang ilmu pengetahuan secara benar, yaitu mengkontruksi. Menurut Gardner (1991) para siswa sekolah menengah sering mengalami kesulitan memahami konsep-konsep ilmu pengetahuan. Kondisi pembelajaran yang demikian juga terjadi pada proses pembelajaran di berbagai jenjang pendidikan. Dilihat dari sisi guru, dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru merasa sulit mengintegrasikan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang inovatif, karena merasa kekurangan pengetahuan tentang masalah tersebut. Akibatnya guru sampai saat ini masih menggunakan pendekatan mengajar tradisional, yang belum mampu menumbuhkan kreativitas dan kebiasaan berpikir produktif, yang merupakan dimensi paling utama dari demensi belajar. Demikian pula penggunaan cara-cara mengajar yang lama, akan cenderung mematikan kreativitas siswa. Banyak jenis model pembelajaran yang biasa digunakan dalam menulis pantun. Salah satu model pembelajaran yang sering digunakan sekarang ini adalah

14 model pembelajaraan kooperatif dengan berbagai tipe. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang sering digunakan oleh guru dalam menerangkan materi pelajaran adalah model pembelajaran Inkuiri. Metode inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analisis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Namun kenyataannya, model pembelajaran tersebut kurang menunjukkan hasil yang maksimal dalam pencapaian hasil belajar menulis pantun, karena kurang dapat menciptakan suasana kelas menjadi hidup. Untuk itulah guru sangat dituntut menciptakan suasana kelas menjadi hidup sehingga siswa tertarik dan tidak bosan. Salah satu model pembelajaran yang dianggap dapat menjadi tawaran dalam merangsang siswa menulis pantun adalah model pembelajaran Brain Gym (senam otak). Dalam mengulas mengenai model pembelajaran Brain Gym (seman otak) sangat baik dilakukakn pada awal proses pembelajaran, terlebih lagi bila diiringi dengan lagu atau musik yang bersifat riang dan gembira. Brain Gym juga bisa dilakukan untuk menyegarkan fisik dan pikiran murid setelah menjalani proses pembelajaran yang membutuhkan konsentrasi tinggi yang mengakibatkan kelemahan pada otak. Brian Gym (senam otak) Adalah serangkaian gerakan sedarhana yang menyenangkan dan digunakan oleh para murid untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan keseluruhan otak.

15 Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Efektifitas Model Pembelajaran Brian Gym (Senam Otak) Terhadap Kemampuan Menulis Pantun oleh Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Porsea Tahun Pembelajaran 2009/2010. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut di bawah ini. a. Pengajaran menulis pantun masih menggunakan model pembelajaran yang kurang inovatif. b. Kemampuan siswa dalam menulis pantun masih sangat rendah. c. Apakah model pembelajaran Brain Gym (senam otak) lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran Inkuiri dalam kemapuan menulis pantun? C. Pembatasan Masalah Melihat luasnya cakupan masalah-masalah yang teridentifikasi maka penulis memberikan batasan terhadap masalah yang akan dikaji. Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini di batasi pada : Efektivitas model pembelajaran

16 Brain Gym (senam otak) Terhadap Kemampuan Menulis Pantun Oleh Siswa kelas VII SMP Negeri 2 Porsea Tahun pembelajaran 2009/2010. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka penulis membuat fokus masalah agar kajian lebih terperinci dengan jelas. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kemampuan menulis pantun siswa kelas VII SMP Negeri 2 Porsea tahun pembelajaran 2009/2010 yang menggunakan model pembelajaran Brain Gym (senam otak)? 2. Bagaimana kemampuan menulis pantun siswa kelas VII SMP Negeri 2 Porsea Tahun pembelajaran 2009/2010 yang menggunakan model Inkuiri? 3. Apakah model pembelajaran Brain Gym (senam otak) lebih efektif dibandingkan dengan model inkuiri dalam meningkatkan kemampuan menulis pantun siswa kelas VII SMP Negeri 2 Porsea tahun pembelajaran 2009/2010? E. Tujuan Penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan terdapat di bawah

17 1. menggambarkan kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 2 Porsea dalam kemampuan menulis pantun dengan menggunakan model pembelajaran Brain Gym (senam otak). 2. menggambarkan kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 2 Porsea dalam kemampuan menulis pantun dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri. 3. Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Brain Gym (senam otak) dengan model pembelajaran Inkuiri dalam kemampuan menulis pantun siswa kelas VII SMP Negeri 2 Porsea F. Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Sebagai bahan informasi bagi sekolah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis pantun. 2. Sebagai bahan informasi bagi guru untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Brain Gym (senam otak) terhadap kemampuan menulis pantun. 3. Sebagai bahan masukan bagi teman-teman yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap materi ini. BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN