SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 04 TAHUN 2005 TENTANG PENGATURAN USAHA HOTEL DAN PONDOK WISATA DI KABUPATEN LAMONGAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKKAN PENGGUNAAN TANAH

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

L E M B A R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN HOTEL, PENGINAPAN ATAU WISMA DAN PONDOK WISATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 17 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI,

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Kotamadya daerah Tingkat II Yogyakarta)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

L E M B A R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 08 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN PERTOKOAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 09 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PENGINAPAN / PESANGGRAHAN / VILLA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERIJINAN DAN PEMAKAIAN FASILITAS PADA TAMAN REKREASI KOTA

PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI SEMEN BEKU TERNAK

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

P E R A T U R A N D A E R A H

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG NOMOR 7 TAHUN 1999 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 5 TAHUN 2015

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN

L E M B A R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN MEMBUKA DAN MEMANFAATKAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 28 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PENITIPAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 15 TAHUN 2005 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN USAHA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG. Tahun 2009 Nomor 4 Seri CA Nomor 13 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG

L E M B A R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 16 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN BIDANG INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DAN ANGKUTAN DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR : 04 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI IJIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

BUPATI MANGGARAI BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

Peraturan...

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2005

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IJIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH

5. Undang-Undang Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang - undangan (Lembaran

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 9 TAHUN : 1999 SERI : B NO : 3

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 1 Tanggal : 25 Juni 1999 Seri : B Nomor : 1

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN RPERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

Salinan NO : 1/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2000 NOMOR 46 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 43 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

PENYELENGGARAAN IZIN LOKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

BUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAUR,

Transkripsi:

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 04 TAHUN 2005 TENTANG PENGATURAN USAHA HOTEL DAN PONDOK WISATA DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN ROHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang: a. bahwa dengan ditetapkannya peraturan pemerintah nomor 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom dan tindak lanjut dari keputusan mentri dalam negeri nomor 130 67 tahun 2002 tentang pengakuan kewenangan kebupaten dan kota, maka sebagai upaya penerbitan terhadap uasah rumah makan dan jasa boga (catering) dikabupaten Lamongan, perlu adanya ketentuan tentang usaha Hotel dan pondok wisata. b. bahwa sehubungan dengan konsideran menimbang huruf a tersebut diatas, maka dipandang perlu untuk mengatur ketentuan tentang usaha Hotel dan pondok wisata di kabupaten Lamongan dengan menetapkan dengan peraturan daerah. Mengingat: 1. Undang Undang nomor 12 tahun 1950 tentang pembentukan daerah daerah kabupaten dilingkungan propinsi jawa timur (diundangkan dalam berita Negara tanggal 8 agustus 1950); 2. Undang undang nomor 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana (lembaran Negara tahun 1981 nomor 76, tambahan lembaran lembaran nomor 3209); 3. Undang undang nomor 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan (lembaran Negara tahun 1990 nomor 78, tambahan lembaran Negara nomor 3427);

4. undang undang nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolahan lingkungan hidup (Lembaran dalam tahun 1997 nomor 68, tambahan lembaran Negara nomor 3699); 5. undang undang nomor 34 tahun 2000 tentang perubahan atas undang undang nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah (Lembaran Negara tahun 2000 nomor 247 tambahan lembaran Negara tahun 4048); 6. undang undang nomor 10 tahun 2004 tentang pembentukan peraturan perundang undangan (Lembaran Negara tahun 2004 nomor 53, tambahan lembaran Negara nomor 4389); 7. undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah (lembaran Negara tahun 2004 nomor 125, tambahan lembaran Negara nomor 4437); 8. Undang undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah ( lembaran Negara tahun 2004 Nomor 126, tambahan lembaran negar Nomor 4438); 9. peraturan pemerintah nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah Otonom ( lembaran Negar tahun 2000 Nomor 54,tambahan lembaran Negara Nomor 3952); 10. Peraturan pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang retribusi Daerah ( lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, tambahan lembaran Negara Nomor 4139); 11. keputusan presiden Nomor 15 Tahun 1983 tentang kebijakan pengembangan kepariwisataan; 12. keputusan mentri Kebudayaan dan pariwisata Nomor : KM.3/HK.001/MKP.02/2002 tentang penggolongan kelas Hotel. Dengan Persetujuan Bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamongan Dan

Bupati Lamongan Memutuskan: Menetapkan: PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN TENTANG PENGATURAN USAHA HOTEL DAN PONDOK WISATA DI KABUPATEN LAMONGAN BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 Dalam peraturan daerah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Daerah,adalah pemerintah kabupaten lamongan; 2. Kepala Daerah,adalah bupati Lamongan; 3. Dinas, adalah dinas perhubungan dan pariwisata kabupaten Lamongan; 4. Kepala Dinas, adalah kepala Dinas perhubungan dan pariwisata kabupaten Lamongan; 5. Wisata, adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata; 6. Wisatawan, adalah orang yang melakukan kegiatan wisata; 7. Pariwisata, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusaha dan obyek daya tarik wisata serta Usahausaha yang terkait dalam bidang tersebut; 8. Kepariwisataan, adalah keseluruhan kegiatan pemerintah,dunia usaha dan masyarakat yang ditujukan untuk menata kebutuhan perjalanan dan persinggahan wisatawan; 9. Akomodasi, adalah suatu wahana untuk menyediakan jasa penginapan yang dapat dilengkapi dengan jasa lainnya; 10. Hotel, adalah suatu usaha yang menggunakan seluruh atau sebagian

dari suatu bangunan yang khusus disediakan bagi stiap orang untuk memperoleh jasa penginapan, makanan, dan minuman serta jasa lainnya bagi umum yang di kelola secara komersial; 11. Pondok wisata,adalah suatu usaha yang menggunakan sebagian atau seluruh rumah tinggal untuk penginapan bagi setiap orang dengan perhitungan pembayaran harian; 12. Cottage,adalah suatu bentuk usaha akomodasi terdiri dari unit unit bangunan terpisah seperti rumah tinggal dengan perhitungan pembayaran harian serta dapat menyediakan restorant/rumah makan yang terpisah; 13. Izin usaha hotel dan pondok wisata,adalah izin yang diberikan oleh kepala daerah kepada badan hokum atau perorangan untuk mengelola usaha hotel dan pondok wisata; 14. Retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi,adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa/pemberian izin usaha hotel dan pondok wisata yang khusus disediakan dan/atau diberi oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan; 15. Wajib retribusi,adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang undangan retribusi daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi daerah; 16. Masa retribusi,adalah jangka waktu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi; 17. Surat ketetapan retribusi adalah daerah yang selanjutnya disingkat SKRD,adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang; 18. Surat ketetapan retribusi daerah kurang bayar yang selanjutnya disingkat SKRDKB,adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang,jumlah kredit retribusi,jumlah kekurangan pembayaran pokok retribusi,besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar; 19. Surat ketetapan Retribusi Daerah kurang bayar tambahan yang selanjutnya disingkat SKRDKBT,adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan; 20. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya

disebut SKRDLB, adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang ; 21. Surat tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda ; 22. Suart Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut SPORD, adalah surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan obyek retribusi dari wajib sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut peraturan perundangundangan retribusi daerah; 23. Badan Hukum adalah suatu bentuk badan yang meliputi perseroan terbatas,perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun,persekutuan, kumpulan, firma, kongsi, koperasi, atau organisasi yang sejenisnya,lembaga,dana pensiun,bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya; BAB II BENTUK USAHA DAN PERMODALAN PASAL 2 (1) Usaha Hotel dan pondok wisata yang seluruh modalnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia, dapat berbentuk badan usaha atau usaha perorangan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. (2) Usaha hotel dan pondok wisata yang modalnya patungan antara warga Negara Indonesia dengan warga Negara asing, bentuk usahanya harus perseroan terbatas (PT). BAB III

PENGUSAHAAN Pasal 3 (1) Pengusahaan hotel dan pondok wisata meliputi penyediaan jasa pelayanan penginapan dan fasilitas lainnya sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. (2) Setiap pengusaha hotel dan pondok wisata didaerah harus memenuhi persyaratan dasar dan persyaratan teknis. Pasal 4 (1) Persyaratan dasar sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat (2) meliputi: a. Penyusuanan AMDAL/Dokument UKL UPL; b. Semua perizinan untuk operasioanal hotel yang meliputi izin mendirikan bangunan (IMB), Izin gangguan (HO),Izin usaha hotel dan pondok wisata; c. Kelaikan Teknis Instalasi atau peralatan yang dipergunakan hotel yang meliputi kelaikan lift,kelaikan listrik,kelaikan boiler,kelaikan alat pemadam kebakaran dan kelaikan peralatan lainnya; d. Sanitasi hygiene,yang meliputi pemeriksaan terhadap kualitas dan kuantitas air,serta pemeriksaan yang berkaitan dengan pengolahan makanan. (2)Persyaratan teklnis sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat (2) meliputi:

a. Fisik,yaitu suatu persyaratan yang lebih ditekankan pada keberadaan unsure fisik yang berpengaruh pada keamanan,penyamanan,kepuasan,hygiene serta jaminan hotel terhadap kesesuaian dan integrasi pegelolaan lingkungan. a. Pengelolaan,yaitu suatu kamampuan hotel dan pondok wisata dalam mengelola berfungsinya persyaratan fisik hotel dan pondok wisata untuk menjamin kualitas pelayan. b. Pelayanan, yaitu suatu kemampuan hotel dan pondok wisata unsure manusia dalam memberikan pelayanan yang mencangkup pengetahuan,prosedur (tata tertib),kecepatan dan ketetapan waktu serta sikap perilaku yang mencerminkan etika sopan santun budaya Indonesia. BAB IV PENGGOLONGAN HOTEL Pasal 5 (1) Usaha Hotel digolongkan dalam 2 (dua) Golongan yaitu: a. Golongan kelas Hotel Bintang b. Golongan kelas hotel melati (2) Golongan kelas Hotel bintang sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a,dibagi atas 5 (lima) kelas yaitu bintang 1(satu) sampai dengan bintang 5 (lima).

(3) Golongan kelas Hotel melati sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b,dibagi dalam 1 (satu) kealas yaitu kelas melati; (4) Pondok wiasata. Pasal 6 Penggolongan hotel sebagaimana dimaksud pada pasal 5 peratuaran daerah ini dilakukan oleh lembaga yang berwenang dengan berpedoman pada peraturan perundang undang yang berlaku. BAB V KETENTUAN PERIZINAN Psal 7 (1)Setiap Badan Hukum atau perorangan yang mengelola Hotel dan pondok wisata wajib memiliki izin Usaha hotel dan Pondok wisata dari Kepala Daerah. (2)Untuk memperoleh Izin usaha hotel dan pondok wisata sebagaimana dimaksud ayat (1) psal ini,badan Hukum atau perorangan harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala daerah. (3)tata cara, prosedur dan persyaratan pengajuan izin usaha sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) pasal ini, diatur lebih lanjut dengan keputusan kepala daerah.

Pasal 8 (1) izin usaha hotel dan pondok wisata sebagaimana dimaksud pada pasal 7 peraturan daerah ini berlaku selama usaha tersebut masih berjalan dengan ketentuan setiap 3(tiga) tahun wajib melakukan daftar ulang. (2) Izin usaha hotel dan pondok wisata sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dinyatakan dicabut dan tidak berlaku apabila: a. pemegang izin meninggal dunia b. atas permintaan pemegang izin c. melanggar ketentuan yang berlaku pada usaha hotel dan pondok wisata. BAB VI HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN Pasal 9 Pemegang izin berhak untuk menyelenggarakan usaha hotel dan pondok wisata sesuai dengan izin yang diberi kan oleh kepala daerah. Pasal 10 Pemegang izin usaha hotel dan pondok wisata dalam melakukan usahanya berkewajiban untuk: a.memberikan perlindungan kepada tamu hotel dan pondok wisata b.mengadakan tata buku perusahaan sesuai dengan peraturan undang

undang yang beraku c.mencegah kegiatan hotel dan pondok wisata dari kegiatan kegiatan yang menggagu keamanan dan ketertiban umum serta yang melanggar kesusilaan d.mentaati ketentuan ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku e.melakukan upaya secara terus menerus untuk meningkatkan mutu tenaga kerja f.memelihara hygiene dan sanitasi didalam hotel dan pondok wisata serta lingkungan pekarangan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku g.menetapkan persyaratan penghunian kamar,termasuk tarip kamar dan daftar harga makanan/minuman yang diletakkan ditempat yang mudah dilihat serta dibaca tamu h.mematuhi semua persyaratan teknis sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku i.menyediakan tempat ibada. Pasal 11 Pemegang izin usaha hotel dan pondok wisata dilarang untuk: a.memindahtangankan izin usaha kepada pihak ketiga,tanpa seizin kepala daerah b.menggunakan izin tidak sesuai dengan peruntukannya

c.mengusahakan dan/atau menyajikan/menjamu tamu hotel dengan minuman keras d.menerima tamu yang tidak memiliki identitas secara jelas BAB VII KETENTUAN RETRIBUSI Bagian Pertama Nama,Objek dan subjek Pasal 12 Dengan nama pengaturan usaha hotel dan pondok wisata dipungut retribusi atas izin usaha hotel sebagai pembayaran atas jasa pelayanan pemberian izin usaha hotel dan pondok wisata didaerah. Pasal 13 Obyek retribusi adalah setiap pemberian izin usaha hotel dan pondok wisata Pasal 14 Subyek retribusi adalah orang pribadi atau pondok wisata atau badan hokum yang mendapatkan izin usaha hotel dan pondok wisata dan mendapat hak untuk melakukan usaha hotel dan pondok wisata Bagian Kedua

Golongan retribusi Pasal 15 Retribusi izin usaha hotel dan pondok wisata, termasuk golongan retribusi perizinan tertentu. Bagian Ketiga Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 16 Cara mengukur tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan golongan jenis usaha dan volume usaha. Bagian Keempat Prinsip Penetapan Struktur dan Besarnya Retribusi Pasal 17 Prinsip penetapan retribusi izin usaha hotel dan pondok wisata adalaha pengganti sebagaian atau seluruh biaya administrasi, biaya pengendalian, pengawasan dan biaya pembinaan.

Pasal 18 Struktur besarnya retribusi adalah sebagai berikut: a. izin usaha hotel: 1). Hotel dengan tanda bintang: Untuk hotel berbintang 5, sebesar Rp. 500.000, ; Untuk Hotel berbintang 4, sebesar Rp. 400.000, ; Untuk hotel berbintang 3, sebesar Rp. 300.000, ; Untuk hotel berbintang 2, sebesar Rp. 250.000, ; Untuk hotel berbintang 1, sebesar Rp. 200.000, ; 2). Hotel dengan tanda melati, sebesar Rp. 150.000, ; 3). Pondok wisata, sebesar Rp. 150.000,. b. Balik nama, sebesar 75 % (tujuh puluh lima persen) dari besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada huruf a; c. Daftar ulang, sebesar 50% (lima puluh persen) dari besarnya tarif sebagaimana dimaksudkan pada huruf a; d. Untuk penggantian izin usaha yang hilang atau rusak, sebesar Rp. 25.000, (dua puluh lima ribu rupiah). Bagian Kelima

Wilayah Pemungutan Pasal 19 Retribusi yang terutang dipungut diwilayah daerah tempat perizinan dikeluarkan. Bagian Keenam Tata Cara Pemungutan Pasal 20 (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Tata cara pemungutan ditetapkan lebih lanjut dengan keputusan kepala daerah. (3) Retribusi dipungut dengan menggunakan surat ketetapan retribusi daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan. Bagian Ketujuh Tata Cara Pembayaran Pasal 21 (1) Pembayaran retribusi harus dilakukan secara tunai.

(2) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur oleh kepala daerah. Bagian Kedelapan Keberatan Pasal 22 (1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada kepala daerah atau pejabat yang ditujukan atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKB, dan SKRDLB. (2) Keberatan diajukan secara tertulis kepada kepala daerah dengan disertai alas an yang jelas. (3) Dalam hal wajib retribusi mengajukan keberatan atas ketatapan retrbusi, wajib retribusi harus dapat membuktikan ketidak benaran ketetapan retrubusi tersebut. (4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal diterbitkannya SKRD, SKRDKBT, dan SKRDLB, kecuali apabila wajib retribusi dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya. (5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) dan (3) pasal ini tidak dianggap surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan. (6) Pengejuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi

dan pelaksanaan penagihan retribusi. Pasal 23 (1) Kepala daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan. (2) Kepala daerah atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau mengurangi besarnya retribusi yang terutang. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini telah lewat dan kepala daerah tidak memberikan keputusan, keberatan yang diajukan dianggap dikabulkan. Bagian Kesembilan Sanksi Administrasi Pasal 24 Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

Bagian Kesepuluh Tata cara penagihan Pasal 25 (1) Retribusi yang terutang berdasarkan SKRD, SKRDKB, SKRDKBT, surat keputusan pembetulan surat keputusan keberatan, dan putusan banding yang tidak atau kurang bayar oleh wajib retribusi pada waktunya dapat ditagih dengan surat paksa. (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggalsurat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terurang. (3) Surat teguran, surat peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini, dikeluarkan oleh kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk. Bagian kesebelas Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Retribusi Pasal 26 (1) Kepala Daerah dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi. (2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) pasal ini diberikan dengan menperhatikan kemampuan wajib retribusi. (3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi akan diatur lebih lanjut oleh kepala Daerah. Bagian keduabelas Pengembalian Kelebihan Pembayaran Retribusi Pasal 27 (1) Atas kelebihan pembayaran rteribusi, wajb retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada kepala daerah. (2) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebiahan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, harus memberikan keputusan. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini telah dilampaui dan kepala daerah tidak memberikan keputusan, maka permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan. (4) Apabial wajib retribusi mempunyai hutang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu hutang retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, dilakukan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterbitkan SKRDLB. (6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan kepala daerah memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi. Pasal 28 (1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada kepala Daerah dan sekurang kurangnya menyebutkan : a. Nama dan alamat wajib retribusi; b. Masa retribusi ; c. Besarnya kelebihan pembayaran retribusi ; d. Alasan yang jelas. (2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui POS tercatat. (3) Bukti penerimaan oleh pejabat kepala Daerah atau bukti pengiriman POS tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Kepala Daerah.

Pasal 29 (1) Penagiahan retribusi, kadaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabial wajib retribusi melakukan toindak pidana dibidang retrribusi (2) Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini tertangguh apabila : a. Diterbitkan Surat Teguran dan surat Paksa atau ; b. Ada pengakuan utang dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung. Bagian keempatbelas Tata cara Penghapusan Piutang Retribusi Yang Kadaluwarsa Pasal 31 (1) Piutang retribusi yang tidak mungkin dapat ditagih lagi karena untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa dapat dihapus. (2) Kepala daerah menetapkan keputusan tentang penghapusan piutang retribusi daerah yang sudah kadaluwarsa sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini.

BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 32 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan ketentuan dalam pasal 2 ayat (1), pasal 7, pasal 8, pasal 10 dan pasal 11 peraturan Daerah ini, diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda palinng banyak Rp. 50.000.000, (lima puluh juat rupiah) ; (2) Tindak pidana sebagainama dimaksud pada ayat (1 pasal ini adalah pelanggaran. BAB IX KETENTUAN PENYIDIAKN Pasal 33 (1) Pejabat pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan pemerintah daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum acara pidana. (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterngan atau laporan berkenan dengan tiondak pidana disbanding retribusi Daerah

agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas ; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan hokum tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah ; c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan hokum sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah ; d. memeriksa buku buku, catatan catatan dan dokumen dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi derah ; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka melaksanakan tugas penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah; g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meniggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawah sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi Daerah; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan

tindak pidana dibidang retribusi daerah menurut hokum yang dapat dipertanggung jawabkan; (3) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undangundang Nomor 8 Tahun 1981tentang Hukum Acara Pidana. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 34 Hal hal yang belum diatur dalam peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur kemudian dengan keputusan kepala Daerah. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 35 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya,memerintahkan pengundangan peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam lembaran daerah Kabupaten Lamongan.

Ditetapkan di:lamongan Pada tnggal : 9 juni 2005 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMONGAN Pj. BUPATI LAMONGAN Ttd, Drs. ENA S. SOEMARNA, SH, CN Ttd, AGUS SYAMSUDDIN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2005 NOMOR 9/C Salinan sesuai dengan aslinya An. Pj. BUPATI LAMONGAN ASISTEN TATA PRAJA Ub. KEPALA BAGIAN HUKUM AGUS SUGIARTO, SH, MM Pembina NIP. 010 170 358

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG PENGATURAN USAHA HOTEL DAN PONDOK WISATA DI KABUPATEN LAMONGAN I. PENJELASAN UMUM Bahwa Hotel dan pondok wisata sebagai salah satu sarana penunjang merupakan unsur penting di dalam penyelenggaraan kepariwisataan, sehingga perlu selalu diusahakan dan ditingkatkan sesuai dengan perkembangan dewasa ini. Sehubungan dengan maksud tersebut dalam rangka meningkatkan pelayan dan pembinaan terhadap usaha hotel dan pondok wisata dipandang perlu untuk mengatur ketentuan tentang usaha hotel dan pondok wisata dengan nenetapkan dalam suatu peraturan daerah. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 : Pasal ini dimaksudkan sebagai penegasan isi terhadap beberapa istilah yang dipergunakan dalam peraturan daerah dengan maksud untuk menyamakan pengertian.

Pasal 2 s/d Pasal 35 : Cukup jelas