BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu pembanguna rumah di daerah pulau enggano tersebut.

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA DATA. Sipil Politeknik Negeri Bandung, yang meliputi pengujian agregat, pengujian beton

II. TINJAUAN PUSTAKA. tambahan yang membentuk massa padat (SK SNI T ). Beton Normal adalah beton yang mempunyai berat isi kg/m 2

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

Berat Tertahan (gram)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

PENGGUNAAN PASIR WEOL SEBAGAI BAHAN CAMPURAN MORTAR DAN BETON STRUKTURAL

BAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat. Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTACT. iii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN. xii DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL. xvi DAFTAR GRAFIK I-1

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah

BAB III LANDASAN TEORI. A. Beton

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

TEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PECAHAN BATA PRESS SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON TERHADAP NILAI KUAT TEKAN

PENGARUH PENAMBAHAN TUMBUKAN LIMBAH BOTOL KACA SEBAGAI BAHAN SUBTITUSI AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BETON

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus, agregat kasar,

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bahan terpenting dalam pembuatan struktur bangunan modern, khususnya dalam

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERUBAHAN UKURAN BUTIRAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON OKSANDI ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir. Berat. Berat. Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGUJIAN KUAT TARIK LENTUR BETON DENGAN VARIASI KUAT TEKAN BETON

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton sebagai salah satu bahan konstruksi banyak dikembangkan dalam

3.4.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus Error! Bookmark not defined Kadar Lumpur dalam Agregat... Error!

BAB I PENDAHULUAN. Beton merupakan salah satu bahan material yang selalu hampir digunakan pada

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. (28 hari). Keuntungan menggunakan beton dalam struktur bangunan yaitu beton

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Menurut Irma Aswani Ahmad, dkk, (2009), dalam penelitiannya tentang Analisis Pengaruh Temperatur Terhadap Kuat Tekan Beton, Pemanasan yang dialami beton akibat terbakar akan mengakibatkan perubahan mendasar dari sifat-sifat beton. Atas dasar hal tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kuat tekan setelah terbakar dan model hubungan antara temperatur dan kuat tekan beton. Benda uji yang digunakan berbentuk kubus ukuran 15cm x 15cm x 15cm. Pemanasan dilakukan dalam oven pada temperatur 200 o C - 600 o C dengan interval kenaikan 50 o C. Menurut Ida Bagus Dharma Giri, dkk, (2008), dalam penelitian tentang Kuat Tekan Modulus Elastisitas Beton Dengan Penambahan Styrofoam (Styrocon) mengatakan bahwa penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai kuat tekan dan modulus elastisitas beton dengan penambahan butiran styrofoam serta hubungan antara kuat tekan dan modulus elastisitas beton dengan persentase penambahan butiran styrofoam. Butiran styrofoam ini digunakan dengan pertimbangan dapat menjadikan beton lebih ringan namun memiliki kekuatan yang cukup untuk memikul beban yang bekerja. Komposisi campuran yang digunakan adalah 1:2:3 (semen : pasir : batu pecah) dalam perbandingan berat dengan fas sebesar 0,50, dan ukuran agregat maksimum 25 mm. 4

Variasi persentase penambahan butiran styrofoam sebanyak 0%, 10%, 20%, 30%, 40% terhadap volume campuran. Butiran styrofoam yang dipakai memiliki diameter antara 3-10 mm dengan berat satuan 22,89 kg/m3. Untuk mengetahui nilai kuat tekan dan modulus elastisitas beton dengan penambahan butiran styrofoam, maka dibuat benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebanyak 7 buah untuk masing-masing persentase penambahan butiran styrofoam dimana 5 buah benda uji dilakukan pembacaan perpendekan untuk mendapatkan nilai modulus elastisitasnya. Pengujian dilakukan pada umur benda uji 28 hari. Menurut Surya Sebayang, (2010), pada penelitian tentang Pengaruh Abu Terbang Sebagai Pengganti Sejumlah Semen Pada Beton Alir Mutu Tinggi mengatakan bahwa Beton mutu tinggi pada penelitian ini menggunakan abu terbang yang berasal dari Suralaya Banten sebagai bahan pengganti sejumlah semen. Pengujian yang dilakukan meliputi kelecakan adukan beton, kuat tekan beton, waktu pengikatan beton, dan modulus elastisitas beton.perancangan campuran beton menggunakan metode ACI 211-4R-1993. Semen yang dipakaiadalah semen portland type V, agregat halus alami berasal dari Lampung Tengah, agregat kasarmerupakan batu pecah andesit berasal dari Lampung Selatan dengan diameter maksimum 20mm. Adukan beton terdiri dari 5 variasi, yaitu kadar abu terbang 0 %, 5%, 10%, 15%, 20%,dan 25%.Dari hasil penelitian diperoleh, semakin besar kadar abu terbang pada adukan beton 5

maka kelecakan beton semakin bertambah. Penggunaan abu terbang ternyata dapat mengurangi bleeding dan segregasi pada adukan beton Penggunaan abu terbang pada adukan beton secara umum memperlambat waktu pengikatan awal dan pengikatan akhir beton. Kontribusi kuat tekan beton abu terbang lebih lambat daripada beton tanpa abu terbang dibawah umur 28 hari.kuat tekan maksimum beton abu terbang pada pada umur 56 hari diperoleh pada kadar abuterbang 20 % sebagai bahan pengganti sejumlah semen. Menurut El-Gammal. A., A. K. Abdel-Gawad,Y. El-Sherbini, and A. Shalaby, dalam penelitiannya yaitu Compressive Strength of Concrete Utilizing Waste Tire Rubber. Penelitian ini merupakan pembuatan beton dengan campuran Karet ban bekas daur ulang merupakan bahan yang menjanjikan di industri konstruksi karena bobotnya yang ringan, elastisitasnya,penyerapan energi, suara dan sifat isolasi panas. Dalam tulisan ini kerapatan dan kekuatan tekan beton menggunakan karet ban pembuang telah diteliti. Karet ban bekas daur ulang telah digunakan dalam penelitian ini untuk menggantikan agregat halus dan kasar dengan menggunakan persentase yang berbeda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa walaupun terdapat penurunan yang signifikan pada kekuatan tekan beton dengan menggunakan karet ban bekas dari pada beton normal, beton dengan menggunakan karet ban bekas menunjukkan kegagalan plastik ulet dan bukan kegagalan getas. 6

B. Beton Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Dalam pengertian umum beton berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat semen bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun perbandingan pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang khas, perlu dipilih bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat. (widarto,2012). 1. Fungsi Beton Beton banyak digunakan dalam konstruksi bangunan sperti untuk pondasi, balok, kolom, dan juga plat lantai. Namun selain digunakan pada konstruksi bangunan, beton juga digunakan pada konstruksi lainnya seperti jalan, jembatan maupun bantalan rel yang terbuat dari beton. 2. Jenis Beton Menurut material pembuatnya, beton dapat di bedakan menjadi 6 jenis yaitu : a) Beton Mortar Bahan baku pembuatan beton mortar terdiri atas mortar, pasir, dan air. Ada tiga ragam mortar yang sering digunakan antara lain 7

semen, kapur, dan lumpur. Beton mortar semen yang dipasangi anyaman tulangan baja di dalamnya dikenal sebagai ferro cement. Beton ini memiliki kekuatan tarik dan daktilitas yang baik. b) Beton Ringan Sesuai namanya, beton ringan dibuat dengan memakai agregat yang berbobot ringan. Beberapa orang juga kerap menambahkan zat aditif yang bisa membentuk gelembung-gelembung udara di dalam beton. Semakin banyak jumlah gelembung udara yang tersimpan pada beton, maka pori-porinya pun akan semakin bertambah sehingga ukurannya juga bakal kian membesar. Hasilnya, bobot beton tersebut lebih ringan daripada beton lain yang memiliki ukuran sama persis. Beton ringan biasanya diaplikasikan pada dinding non-struktur. c) Beton Non-Pasir Proses pembuatan beton non-pasir sama sekali tidak menggunakan pasir, melainkan hanya kerikil, semen, dan air. Hal ini menyebabkan terbentuknya rongga udara di celah-celah kerikil sehingga total berat jenisnya pun lebih rendah. Karena tidak memakai pasir, kebutuhan semen pada beton ini juga lebih sedikit. Penggunaan beton non-pasir misalnya pada struktur ringan, kolom dan dinding sederhana, bata beton, serta buis beton. 8

d) Beton Hampa Disebut hampa karena dalam pembuatannya dilakukan penyedotan air pengencer adukan beton memakai vacuum khusus. Akibatnya beton pun hanya mengandung air yang telah bereaksi dengan semen saja sehingga memiliki kekuatan yang sangat tinggi. Tak heran, beton hampa banyak sekali dimanfaatkan dalam pendirian bangunan-bangunan pencakar langit. e) Beton Bertulang Beton bertulang tercipta dari perpaduan adukan beton dan tulangan baja. Perlu diketahui, beton mempunyai sifat kuat terhadap gaya tekan, tetapi lemah dengan gaya tarik. Oleh karena itu, tulangan baja sengaja ditanamkan ke dalamnya agar kekuatan beton tersebut terhadap gaya tarik meningkat. Beton bertulang biasanya dipasang pada struktur bentang lebar seperti pelat lantai, kolom bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya. f) Beton Pra-Tegang Pada dasarnya, pembuatan beton pra-tegang mirip sekali dengan beton bertulang. Perbedaan tipis hanyalah terletak pada tulangan baja yang bakal dimasukkan ke beton harus ditegangkan terlebih dahulu. Tujuannya supaya beton tidak mengalami keretakan walaupun menahan beban lenturan yang besar. Penerapan beton pra-tegang juga banyak dilakukan untuk menyangga struktur bangunan bentang lebar. 9

g) Beton Pra-Cetak Beton yang dicetak di luar area pengerjaan proyek pembangunan disebut beton pra-cetak. Beton ini memang sengaja dibuat di tempat lain agar kualitasnya lebih baik. Selain itu, pemilihan beton tersebut juga kerap didasari pada sempitnya lokasi proyek dan tidak adanya tenaga yang tersedia. Beton pra-cetak biasanya diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pembangunan dan pengadaan material. h) Beton Massa Beton massa yaitu beton yang dibuat dalam jumlah yang cukup banyak. Penuangan beton ini juga sangat besar di atas kebutuhan rata-rata. Begitu pula dengan perbandingan antara volume dan luas permukaannya pun sangat tinggi. Pada umumnya, beton massa memiliki dimensi yang berukuran lebih dari 60 cm. Beton ini banyak diaplikasikan pada pembuatan pondasi besar, pilar bangunan, dan bendungan. i) Beton Siklop Beton siklop merupakan beton yang menggunakan agregat cukup besar sebagai bahan pengisi tambahannya. Ukuran penampang agregat tersebut berkisar antara 15-20 cm. Bahan ini lantas ditambahkan ke adukan beton normal sehingga dapat meningkatkan kekuatannya. Beton siklop seringkali dibangun pada bendungan, jembatan, dan bangunan air lainnya. 10

j) Beton Serat Secara prinsip, beton serat dibuat dengan menambahkan serat-serat tertentu ke dalam adukan beton. Contoh-contoh serat yang lumrah dipakai di antaranya asbestos, plastik, kawat baja, hingga tumbuhtumbuhan. Penambahan serat dimaksudkan untuk menaikkan daktailitas pada beton tersebut sehingga tidak mudah mengalami keretakan. 3. Material Pembuat Beton a) Agregat Kasar Menurut SNI - 03-2847 2002, agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil disintegrasi 'alami' dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5 mm sampai 40 mm. Agregat kasar adalah agregat yang tertahan saringan No. 4(spesifik asi dari AASHTO, American Association of State Highway and Transportation Officials, yang juga digunakan oleh Bina Marga). Syarat gradasi agregat kasar (kerikil) menurut British Standar (BS) disajikan pada Tabel 2.1 sebagai berikut : 11

Tabel 2.1 Gradasi Kerikil Menurut BS Lubang Ayakan (mm) Persen Berat Butir Yang Lewat Ayakan Besar Butir Maksimum 40 mm 20 mm 10 mm 40 95 100 100 100 20 30 70 95 100 100 12,5 - - 90 100 10 10 35 25 55 40 85 4,8 0-5 0-10 0-10 Sumber : SNI 03-2834-2000 b) Agregat Halus Menurut SNI - 03 2847 2002, agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil disintegrasi 'alami' batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm. British Standard (BS) memberikan syarat gradasi untuk pasir. Kekasaran pasir dibagi menjadi empat kelompok menurut gradasinya, yaitu pasir halus (zone 4), agak halus (zone 3), agak kasar (zone 2) dan kasar (zone 1) seperti pada Tabel berikut : Tabel 2.2 Gradasi Pasir Menurut BS Ayakan Presentase Lolos Ayakan (mm) Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 bawah Atas bawah atas bawah atas Bawah atas 10 100 100 100 100 100 100 100 100 4,5 90 100 90 100 90 100 95 100 2,4 60 95 75 100 85 100 95 100 1,2 30 70 55 90 75 100 90 100 0,6 15 34 35 59 60 79 80 100 0,3 5 20 8 30 12 40 15 50 0,15 0 10 0 10 0 10 0 15 Sumber : SK SNI-S04-1989-F 12

c) Semen Portland Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain. ( SNI 15-2049-2004 ) Campuran semen dan air disebut pata semen, dan jika pasta itu kemudian dicampur dengan pasir, itu akan menjadi mortar semen. (N.R. Ismail, N.Fuhaid : 2012). Fungsi semen portland adalah untuk merekatkan butir - butir agregat terjadi sesuatu masa yang kompak atau padat, semen kira kira mengisi 10% dari volume beton. (Triyono : 2010). d) Air Air merupakan bahan yang digunakan dalam campuran beton untuk memicu proses kimiawi semen sebagai bahan perekat dan melumasi agregat agar mudah dikerjakan. Syarat air yang dapat digunakan dalam proses pencampuran beton menurut SK SNI 03-2847-2002 adalah sebagai berikut : 1. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, 13

alkali, garam, bahan organik, atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan. 2. Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang didalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan. 3. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang sama dan hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum. Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis (Menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm) (ASTM C 109 ). 14

4. Beton Mutu Fc 27 Mpa Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat. Beton disusun dari agregat kasar dan agregat halus. (SNI-03-2847-2002) Tabel 2.3. Perkiraan kekuatan tekan (Mpa) beton dengan faktor air semen,dan agregat kasar yg biasa dipakai di indonesia Jenis Semen Semen Portland Tipe I Semen Tahan Sulfat Tipe II, IV Semen Portland Tipe III Jenis Agregat Kekuatan Tekan (Mpa) Kasar Umur (hari) Bentuk benda 3 7 28 29 uji Batu tak 17 23 33 40 Silinder dipecahkan Batu pecah 19 27 37 45 Batu tak 20 28 40 48 Kubus dipecahkan Batu pecah 25 32 45 54 Batu tak 21 28 38 44 Silinder dipecahkan Batu pecah 25 33 44 48 Batu tak 25 31 46 53 Kubus dipecahkan Batu pecah 30 40 53 60 (Sumber : SNI 03-2834 2000). 5. Uji Keausan Dengan Mesin Los Angeles Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan dengan mempergunakan mesin Abrasi Los Angles. Pengujian ini adalah untuk mengetahui angka keausan tersebut, yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan No.12 (1,7 mm) terhadap berat semula, dalam persen. Pengujian ini dapat digunakan untuk mengukur keausan 15

agregat kasar. Hasil pengujian bahan ini dapat digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan bahan perkerasan jalan atau kontruksi beton. ( Sumber : SK SNI M O2 1990 F SNI 03 2417 1991). Berdasarkan SK SNI M O2 1990 F SNI 03 2417 1991, keausan agregat tergolong sebagai berikut : a) Apabila nilai keausan yang diperoleh > 40%, maka agregat yang diuji tidak baik digunakan dalam bahan perkerasan jalan. b) Apabila nilai keausan agregat yang diperoleh < 40%, maka agregat yang diuji baik digunakan dalam bahan perkerasan jalan. Rumus untuk menentukan keausan agregat adalah : Keausan = A B x 100%... (2.1) A Dimana : A : Berat awal benda uji B : Berat akhir benda uji yang lolos saringan No.12 (1,7 mm). 6. Uji Gradasi (Analisis Saringan Agregat) Pemeriksaan gradasi agregat mengacu pada Standar Nasional Indonesia SNI 03-1968-1990 tentang analisis saringan agregat halus dan kasar. Pada pengujian ini digunakan saringan standar ASTM ( American society of testing and materials). 16

Tujuan dari uji ini adalah untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah persentase butiran baik agregat halus dan agregat kasar. (Sumber : SNI 03-1968-1990). 7. Uji Berat Jenis Prosedur pelaksanaan untuk pemeriksaan berat jenis agregat halus ini dilakukan berdasarkan SNI 1970:2008 tentang cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus. Pada pengujian ini akan diperoleh berat jenis curah, berat jenis kering permukaan dan berat jenis semu dan penyerapan. Persamaan yang digunakan adalah : a) Berat jenis curah =... (2.2) b) Berat jenis jenuh kering permukaan =.. (2.3) c) Berat jenis semu =... (2.4) d) Berat jenis curah =... (2.5) Di mana : BJ B BT BK = berat benda uji dalam keadaan kering permukaan = berat air + piknometer = berat air + sampel + piknometer = berat kering agregat halus (pasir) 17

8. Kuat Tekan Kuat tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan. Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian standar, menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban tekan bertingkat pada benda uji silinder beton (diameter 150 mm, tinggi 300 mm) sampai hancur. Untuk standar pengujian kuat tekan digunakan SNI 03-6805 2002 dan ASTM C 39/C 39M-04a. Untuk pengujian kuat tekan beton, benda uji berupa silinder beton berdiameter 15 cm dan tingginya 30 cm ditekan dengan beban P sampai runtuh. Karena ada beban tekan P, maka terjadi tegangan tekan pada beton (Fc) sebesar beban (P) dibagi dengan luas penampang beton (A), sehingga dirumuskan : Fc = P/A..... (2.6) dimana : Fc P = tegangan tekan beton, MPa = besar beban tekan, N A = luas penampang beton, mm 2 18