BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap konsumen atau pembeli. menggunakan berbagai cara dan salah satu caranya adalah berbuat curang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pencurian kendaraan bermotor semakin marak terjadi di lingkungan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

PENDAHULUAN. perubahan dalam masyarakat Indonesia yang kemudian dikenal sebagai krisis

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

Lex Privatum Vol. V/No. 6/Ags/2017

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah tindak pidana atau strafbaar feit diterjemahkan oleh pakar hukum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peraturan perundangan undangan yang berlaku dan pelakunya dapat dikenai

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN (STUDI KASUS PADA PENGADILAN NEGERI DI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan di dalam masyarakat berkembang seiring dengan. tidak akan dapat hilang dengan sendirinya, sebaliknya kasus pidana semakin

Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

BAB III PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT HUKUM POSITIF. Menyimpang itu sendiri menurut Robert M.Z. Lawang penyimpangan perilaku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-

II. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

PELAKSANAAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENIPUAN JUAL BELI TANAH YANG DITANGANI OLEH POLRESTA SURAKARTA

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA TINDAK PIDANA PENGGELAPAN SECARA BERLANJUT (Studi Kasus No. 55/Pid.B/2010/PN. Palu)

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

I. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban pidana ( criminal liability) atau ( straafbaarheid),

HAKIKAT DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN TINDAK PIDANA RINGAN 1 Oleh: Alvian Solar 2

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan Pengertian Tindak Pidana Pencurian

KAJIAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENIPUAN YANG DILAKUKAN PEREMPUAN (STUDI DI POLRESTA SURAKARTA) JURNAL

TINJAUAN HUKUM PIDANA MENGENAI TINDAK PIDANA PENIPUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Undang Undang Dasar

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana. Belanda yaitu strafbaar feit yang terdiri dari tiga kata, yakni straf

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN

JURNAL ILMIAH. Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Manusia selalu ingin bergaul bersama manusia lainnya dalam. tersebut manusia dikenal sebagai makhluk sosial.

Lex Crimen Vol. III/No. 2/April/2014

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. umumnya maksud tersebut dapat dicapai dengan menentukan beberapa elemen,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

PENGGUNAAN KEKERASAN SECARA BERSAMA DALAM PASAL 170 DAN PASAL 358 KUHP 1 Oleh : Soterio E. M. Maudoma 2

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

Lex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun (selanjutnya disebut UUD 1945) menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan berkembang di masyarakat, sedangkan pelaku kejahatan dan

II.TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian tentang Tindak Pidana atau Strafbaar Feit. Pembentuk Undang-undang telah menggunakan kata Strafbaar Feit untuk

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan-peraturan hukum yang telah ada di masyarakat wajib

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, sesuai Pasal 1 ayat (3)

UNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

TINJAUAN YURIDIS PEMBUKTIAN TURUT SERTA DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Kasus Putusan No. 51/Pid.B/2009 /PN.PL) MOH. HARYONO / D

Lex Crimen Vol. V/No. 1/Jan/2016. Pangemanan, SH, MH; M.G. Nainggolan, SH, MH, DEA. 2. Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM,

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan kepada setiap anggota masyarakat yang terkait dengan. penipuan, dan lain sebagainya yang ditengah masyarakat dipandang

TINDAK PIDANA PENIPUAN MENGGUNAKAN BILYET GIRO (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Gresik Putusan No: 246/Pid.B/2014/PN.Gsk)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penegakan hukum di Indonesia, pembinaan dan pengarahan, perlu

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB I PENDAHULUAN. Primary needs, Pengalaman-pengalaman tersebut menghasilkan nilai-nilai

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN. 1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

PERBEDAAN WANPRESTASI DENGAN PENIPUAN DALAM PERJANJIAN HUTANG PIUTANG

Lex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017

BAB III TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN. A. Pengertian Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerukan manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jauh sebelum dikenalnya uang sebagai alat pembayaran, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 ditegaskan bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dan

I. PENDAHULUAN. dan undang-undang yang berlaku. Meskipun menganut sistem hukum positif,

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Banyak orang, terutama orang awam tidak paham apa arti Penipuan yang sesungguhnya, yang diatur oleh Kitab Undang-undang Hukum Pidana, khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih pada cidera janji dengan Penipuan yang dimaksudkan dalam Pasal 378 Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Penipuan dalam arti cidera janji sangatlah berbeda dengan Penipuan dalam arti yang sebenarnya sesuai dengan yang tertulis dalam Pasal 378 KUHPidana, Perbedaan tersebut sangat jelas baik dari kwalifikasi, pengelompokan, sanksi-sanksi hukum serta akibat hukumnya. Ada sebagian orang yang tidak memahami apa itu Penipuan menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana, mereka mencampur adukkan antara Penipuan dengan Penggelapan, bahkan ada pula yang mengatakan Penipuan sebagai perbuatan penggelapan atau sebaliknya, karena menurut para ahli dan praktisi hukum antara Penipuan (Pasal 378 KUHPidana) dan Penggelapan (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis. Penipuan yang dalam bahasa Belanda nya Bedrog sangatlah berbeda dengan Penggelapan yang dalam bahasa Belanda nya adalah Verduistering. Demikian pula bunyi pasal yang mengaturnya sangatlah berbeda, dan lebih lengkapnya akan penulis uraikan sebagai berikut : 1

Pasal 378 KUHPidana : Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan dirinya sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan mempergunakan sebuah nama palsu atau suatu sifat palsu, dengan mempergunakan tipu muslihat maupun dengan mempergunakan susunan kata-kata bohong, menggerakkan seseorang untuk menyerahkan sesuatu benda, untuk mengadakan perjanjian hutang ataupun untuk meniadakan piutang, karena salah telah melakukan penipuan, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun. Pasal 372 KUHPidana : Barangsiapa dengan sengaja menguasai secara melawan hukum, sesuatu benda yang seluruhnya atau sebahagian adalah kepunyaan orang lain, yang berada padanya bukan karena kejahatan, karena salah telah melakukan penggelapan, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun atau dengan hukuman denda setinggi-tingginya sembilan ratus rupiah. Dari kedua pasal tersebut diatas, Penipuan (Pasal 378 KUHP) adalah sangat berbeda dengan Penggelapan (Pasal 372 KUHPidana), baik unsurunsur obyektif maupun unsur-unsur subyektifnya. Oleh karena itu agar perbedaan antara Pasal 378 KUHP dengan Pasal 372 KUHP menjadi jelas, maka perlu diadakan penelitian yang menguraikan penerapan penerapan dari Pasal 378 KUHP dan Pasal 372 KUHP terhadap 2

putusan putusan Pengadilan Negeri Salatiga atas kasus Penipuan dan Penggelapan. Sesuai dengan topik diatas, penulis akan meneliti penerapan perbedaan Putusan Hakim Pengadilan Negeri Salatiga terhadap putusan kasus Penipuan Pasal 378 Kitab Undang - undang Hukum Pidana, dengan putusan kasus Penggelapan Pasal 372 Kitab Undang undang Hukum Pidana dengan judul : Analisis Pasal 378 dan Pasal 372 Kitab Undang undang Hukum Pidana dalam Putusan Pengadilan (Studi kasus terhadap Putusan No. 55/Pid.B/2012/PN.SAL dan Putusan No. 133/Pid.B/2012/PN.SAL) B. LATAR BELAKANG MASALAH Pada era yang modern sekarang ini, semakin banyak kebutuhan setiap individu manusia, meliputi sandang, pangan, papan dan kebutuhan lainnya. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia banyak melakukan kegiatan dan komunikasi yang berhubungan dengan orang lain yang memiliki banyak karakter pada setiap individunya. Dilihat dari segi positif sangatlah baik bahwa setiap orang banyak berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lainnya sehingga terjadi hubungan sosial yang baik dan luas, namun dari segi negatifnya amat disayangkan bahwa kebutuhan kebutuhan setiap individu ini sering dicari dengan cara yang bertentangan dengan hukum yang menjadi tindak kejahatan. 3

Kejahatan sendiri merupakan gejala sosial, dimana semakin tingginya kegiatan sosial maka tingkat kejahatan sering kali akan bertambah. Faktor penyebab terjadinya kejahatan antara lain terletak pada manusia. Manusia dalam perilakunya dipengaruhi beberapa faktor, sebagai makhluk sosial manusia dipengaruhi oleh lingkungan atau kondisi masyarakatnya. Sebagai makhluk psikologik perilaku manusia dipengaruhi oleh cipta, rasa dan karsanya.. Dengan demikian menjadi tidak mudah mengetahui perilaku manusia karena faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku manusia beraneka ragam. Tidak mudahnya menilai atau memahami perilaku dari setiap individu inilah yang kadang kala menyebabkan terjadinya tindak kejahatan. Di dalam penjelasan Undang Undang Dasar (UUD) 1945 dinyatakan, bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machstaat). Dengan demikian, maka terhadap setiap permasalahan yang berkaitan dengan hukum, harus pula diselesaikan dengan atau melaui jalur hukum, termasuk penyelesaian masalah di bidang hukum pidana. Hukum pidana (strafrecht) merupakan bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang dirumuskan untuk mengadakan dasar dan aturan untuk: 4

1. menentukan perbuatan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang serta disertai sanksi atau ancaman, yang disertai pidana tertentu bagi barangsiapa melanggar larangan itu. 2. menentukan kapan dan dalam hal hal apa saja kepada mereka yang telah melanggar larangan larangan itu dan dapat dikenai atau dijatuhi pidana sebagaimana telah diancamkan. 3. menentukan dengan cara bagaimana penjatuhan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang tersangka telah melanggar larangan itu. 1 Pelanggaran terhadap aturan aturan maupun larangan larangan sebagaimana terkandung pada hukum pidana itu, dalam istilah sehari hari dikenal dengan sebutan tindak pidana. Di Indonesia, segala bentuk tindak pidana secara umum diatur dalam satu kitab yang disebut Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP) atau Wetboek van Strafrecht. Tindak pidana penipuan dan penggelapan adalah jenis tindak pidana disamping tindak pidana umum lainnya (contoh: penganiayaan, pembunuhan, pencurian, perkosaan, dan lain lain) yang diatur dalam KUHP. Dalam kehidupan masyarakat sehari hari, wujud tindak pidana penipuan dan penggelapan dapat ditemui dimana saja, dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja, serta dapat menimpa siapa saja. 1 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1987. 5

Karena itu, wajar saja apabila jenis pelanggaran hukum ini seringkali mendapat perhatian serius baik oleh pemerintah, aparat penegak hukum, kalangan akademisi maupun masyarakat luas pada umumnya. Terlebih jika memperhatikan maraknya praktek praktek penipuan dan penggelapan yang terjadi di Indonesia dewasa ini, dimana keberadaannya begitu sangat meresahkan masyarakat, karena tingkat kejahatannya cenderung sulit ditekan dan bahkan dirasakan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penipuan berasal dari kata tipu yang berarti perbuatan atau perkataan yang tidak jujur atau bohong, palsu dan sebagainya dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali atau mencari keuntungan. Sedangkan penggelapan menurut C.B. van Haeringen seorang guru besar pada Rijks Universiteit di Utrecht diistilahkan sebagai geheel donker maken atau uitstraling van licht beletten yang dapat diartikan membuat segalanya menjadi gelap atau menghalangi memancarnya sinar namun jika melihat istilah tersebut, maka sangatlah sulit dipahami secara langsung, sehingga menurut P.A.F. Lamintang dan C. Djisman Samosir pengertian penggelapan adalah penyalah gunaan hak atau penyalah gunaan kepercayaan. 2 Tindakan penipuan ataupun penggelapan merupakan suatu tindakan yang merugikan orang lain sehingga termasuk kedalam tindakan yang dapat dikenakan hukuman pidana dan diatur dalam Pasal 378 dan Pasal 372 Kitab Undang undang Hukum Pidana. 2 P.A.F. Lamintang, Delik-Delik Khusus, Penerbit Tarsito, Bandung, 1981, h. 175. 6

Pengertian penipuan dan penggelapan di atas memberikan gambaran bahwa tindakan penipuan memiliki beberapa bentuk, baik berupa perkataan bohong atau berupa perbuatan yang dengan maksud untuk mencari keuntungan sendiri dari orang lain. Keuntungan yang dimaksud baik berupa keuntungan materiil maupun keuntungan yang sifatnya abstrak, misalnya menjatuhkan seseorang dari jabatannya. Sedangkan tindakan penggelapan memiliki maksud dimana pelaku tindak penggelapan menguasai suatu benda seolah olah ia adalah pemiliknya sedangkan hak kepemilikan benda tersebut adalah bukan miliknya. C. RUMUSAN MASALAH Apakah putusan No.55/Pid.B/2012/PN.SAL dan putusan No.133/Pid.B/2012/PN.SAL di Pengadilan Negeri Salatiga sudah sesuai menerapkan Pasal 378 dan Pasal 372 KUHP? D. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari suatu penelitian merupakan hal yang harus ada, karena akan sangat berkaitan dengan hasil akhir yang akan diberikan kepada pihak pihak yang berkepentingan. Tujuan Penelitian yang penulis sajikan ini adalah untuk mengetahui penerapan Pasal 378 dan Pasal 372 KUHP dalam putusan pengadilan terhadap putusan kasus penipuan No.55/Pid.B/2012/PN.SAL dan putusan kasus penggelapan No. 133/Pid.B/2012/PN.SAL 7

E. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini merupakan penelitian hukum, dan metode yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah jenis penelitian yuridis normatif. Yuridis normatif adalah metode penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau bahan sekunder belaka. 3 Penulis menggunakan metode yuridis normatif karena bahan penelitian yang akan digunakan adalah putusan yang sudah sudah berkekuatan hukum tetap. 2. Jenis Pendekatan Jenis pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan Kasus (Case Approach), bertujuan untuk mempelajari penerapan norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik hukum. 4 Terutama mengenai kasus-kasus yang telah diputus sebagaimana yang dapat dilihat dalam yurisprudensi terhadap perkara-perkara yang menjadi fokus penelitian. 3. Jenis data Ada dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder yang berupa: 3 Soejono soekanto et. al., Penelitian hukum normatif suatu tinjauan singkat, Penerbit Raja Grafindo Persada, jakarta, 2007, h. 13 4 Johny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing, Malang, 2006, hal 321. 8

a. Bahan Hukum primer, yaitu: 1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 2. Putusan No. 55/Pid.B/2012/PN.Sal. 3. Putusan No. 133/Pid.B/2012/PN.Sal. Penulis mengambil 2 Putusan Pengadilan tersebut dikarenakan dalam Putusan tersebut terdapat alasan dan pertimbangan Hakim untuk dijadikan analisa. b. Bahan Hukum sekunder, yaitu : 1. Literature Hukum Pidana. 2. Pendapat ahli hukum. 3. Doktrin-doktrin. 4. Ajaran-ajaran/asas-asas hukum. 4. Unit Amatan dan Unit Analisa a. Unit amatan dalam penelitian hukum ini adalah putusan pengadilan No. 55/Pid.B/ 2012/PN.Sal dan putusan pengadilan No. 133/Pid.B/2012/PN.Sal. b. Unit analisa dalam penelitian hukum ini adalah penerapan Pasal 378 dan Pasal 372 KUHP terhadap putusan di Pengadilan Negeri Salatiga dan pertimbangan hakim. 9