BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan lembaga perantara yang menjembatani sektor yang kelebihan dana (surplus) dengan sektor yang kekurangan dana (minus). Dalam hal ini bank menerima simpanan dana dari pihak ketiga dan menyalurkannya dalam bentuk pinjaman/kredit. Sebagian besar pendapatan bank berasal dari kegiatan penyaluran kredit (dalam bentuk hasil bunga), untuk itu pengelolaan portofolio kredit sangat dibutuhkan terutama untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia, Oktober 2007; kredit investasi dan kredit modal kerja yang merupakan produk dari kredit wholesale dan middle, cenderung mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun (data tahun 2004 s/d 2006) namun jika dilihat per sektor ekonomi peningkatan kredit lebih besar di sektor konsumtif atau kredit retail. Kredit konsumtif berkembang pesat namun demikian ekspansi yang terlalu cepat di sektor ini sangat tidak stabil bagi makro ekonomi pada umumnya dan bagi perbankan pada khususnya. Pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh sektor konsumsi pada titik tertentu akan mengalami stagnasi jika daya beli masyarakat merosot. Pertumbuhan ekonomi karena dukungan kredit sektor konsumsi memiliki dampak pengganda (multiplier effect) yang relatif terbatas, kredit ini dapat menimbulkan penurunan untuk pembiayaan konsumsi riil dari debitur, artinya bahwa kemampuan debitur untuk menopang biaya hidupnya menjadi semakin menurun.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut di atas, seharusnya perbankan melakukan ekspansi di sektor kredit investasi atau modal kerja agar berdampak langsung terhadap peningkatan skala ekonomi dan skala bisnis. Pemberian kredit investasi dan kredit modal kerja menjadi hal yang lebih utama untuk didorong sesegera mungkin sehingga mampu menggerakkan mesin pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan. Berdasarkan laporan publikasi Bank Indonesia, selama semester dua tahun 2004, hampir seluruh bank papan atas seperti Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Mandiri, Bank Central Asia (BCA), dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengalami perbaikan dalam pengelolaan portofolio kreditnya. Hal itu terlihat dari semakin mengecilnya Non Performing Loan (NPL), namun secara serentak keadaan itu berbalik karena pada semester satu tahun 2005 kondisi NPL sangat memprihatinkan. Rata-rata bank mengalami pertumbuhan NPL 84,2% hanya dalam waktu enam bulan. Ekspansi kredit tahun 2005 tidak memberikan kontribusi dalam perolehan laba bank, sebaliknya perbankan harus mengurangi labanya untuk penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP). Sepanjang kondisi ekonomi bisnis riil belum menunjukkan perbaikan yang signifikan maka kebijakan untuk menaikkan suku bunga kredit untuk memperbaiki laba menurun, akan berdampak kepada kemungkinan meningkatnya NPL yang selanjutnya akan semakin memperburuk kinerja perbankan. Dalam melaksanakan fungsi intermediasi, masing-masing bank menerapkan model tersendiri untuk menilai kelayakan bisnis debiturnya dan berbeda dalam menilai aspek resiko sebagai pengejawentahan dari risk management. Perbedaan
pandangan ini menjadi faktor dominan dalam penilaian kualitas kredit namun memiliki tujuan yang sama yaitu untuk meminimalisasi resiko atas persetujuan kredit dan kredit NPL di kemudian hari. Demikian juga halnya dengan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., yang memiliki peran sebagai financial intermediary dan memiliki komitmen utama untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat namun tetap menerapkan risk management secara lebih pruden, agar tetap memiliki kualitas kredit yang baik. Untuk itu PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. dituntut semakin jeli menentukan target market kreditnya untuk memperkecil resiko kredit dari penurunan kualitas kredit dengan harapan dapat terhindar dari kredit NPL. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah portofolio kredit (kredit retail, middle, dan wholesale) akan berpengaruh terhadap Non Performing Loan (NPL) pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan secara parsial maupun simultan. 1.3. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh portofolio kredit (kredit retail, middle, dan wholesale) terhadap Non Performing Loan (NPL) pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan baik secara parsial maupun simultan.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi akademisi sebagai bahan kajian ilmiah dan menambah referensi bagi dunia ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manajemen keuangan khususnya dalam menganalisis pengaruh portofolio kredit terhadap profitabilitas perbankan. 2. Bagi perusahaan, yaitu: a) Sebagai bahan masukan bagi manajemen PT. Bank Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. dalam mengambil keputusan, khususnya yang berkaitan langsung dengan portofolio kredit. b) Untuk mengetahui pengaruh portofolio kredit terhadap profitabilitas perusahaan. 3. Selain itu peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan berarti bagi penelitian-penelitian selanjutnya demi mengembangkan ilmu pengetahuan baik secara umum maupun khusus terhadap ilmu pengetahuan yang dijadikan dasar penelitian ini. 1.5. Kerangka Pemikiran Portofolio adalah investasi (paling sedikit dua aset) di mana investor akan memilihnya, Margaretha (2007). Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian keuntungan. Dengan demikian portofolio kredit bank meliputi kumpulan jenis-jenis (atas dasar berbagai kategori) kredit yang disalurkan oleh Bank. Bank sebagai organisasi bisnis telah menjadi alat dan sarana penunjang likuiditas usaha, sebagai konsekuensinya bank dituntut untuk menjadi organisasi bisnis yang proper dan prudent di dalam penyaluran dananya dalam bentuk kredit. Hal ini telah disadari benar oleh masyarakat sebab fungsi usaha bank selain sebagai financial intermediary, juga merupakan agent of development yakni memiliki kewajiban untuk menunjang upaya pemerataan pembangunan nasional. Dengan demikian fungsi usaha bank sebagai source of funds dan lending function harus seimbang demi terciptanya proper banking. Kredit bank menurut kualitas pada hakikatnya didasarkan atas resiko kemungkinan menurut bank terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah dalam memenuhi kewajiban-kewajiban untuk membayar bunga, mengangsur serta melunasi pinjamannya kepada bank. Jadi unsur utama dalam menentukan kualitas tersebut adalah waktu pembayaran bunga, pembayaran angsuran dan pelunasan pokok pinjaman. Penurunan kualitas kredit dikategorikan kedalam kredit Non Performing Loan (NPL) yakni berada pada posisi kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful), dan kategori macet (loss), Rivai (2006). Kenyataan menunjukkan bahwa kredit bermasalah merupakan bagian dari loan portofolio dari sebuah bank, namun pemberian kredit yang sukses adalah bank
yang mampu mengelola kredit bermasalah (problem loan) pada suatu tingkat yang wajar dan tidak menimbulkan kerugian pada bank. Kredit bermasalah menggambarkan situasi di mana persetujuan pengembalian kredit mengalami resiko kegagalan, bahkan menunjukkan kepada bank akan memperoleh rugi yang potensial. Oleh karena itu pendekatan praktis bagi bank dalam pengelolaan kredit bermasalah didasarkan kepada premise bahwa lebih dini penentuan potesial problem loan akan lebih banyak peluang atau alternatif koreksi atau prospek pencegahan kerugian bank. Untuk mencapai ini, bank harus mampu untuk: 1. Menentukan kredit bermasalah itu sendiri dengan melakukan identifikasi sebabsebab dari kredit bermasalah serta menemukannya. 2. Merumuskan strategi dan evaluasi berbagai pilihan yang ada dan melakukan pendekatan/pembicaraan dengan nasabah. 3. Mengidentifikasi dan memanipulasi biaya-biaya problem loan dan memperkecil tanggung jawab, kemudian lakukan atau implementasikan problem loan strategy, Rivai (2006).
Secara lengkap, kerangka pemikiran yang diajukan dalam penelitian ini disajikan pada gambar berikut: WHOSALE MIDDLE NPL RETAIL Gambar 1.1. Kerangka Konsep 1.6. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Portofolio kredit yang dinyatakan dalam bentuk wholesale, middle, dan retail berpengaruh terhadap Non Performing Loan (NPL) pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan baik secara parsial maupun simultan.