Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

dokumen-dokumen yang mirip
PERLINDUNGAN HUKUM KARYAWAN PERIHAL PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PADA PERUSAHAAN HOTEL LEGIAN BEACH RESORT & SPA DI KABUPATEN BADUNG

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

PERSELISIHAN HAK ATAS UPAH PEKERJA TERKAIT UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA (UMK) Oleh :

ABSTRACT. * Tulisan ini bukan merupakan ringkasan skripsi **

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PENAHANAN UPAH KEPADA PEKERJA YANG TIDAK DISIPLIN

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) PADA PT. TRICON BANGUN SARANA DI JAKARTA UTARA

Oleh : Ayu Diah Listyawati Khesary Ida Bagus Putu Sutama. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Oleh Anak Agung Lita Cintya Dewi I Made Dedy Priyanto Ida Bagus Putu Sutama. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL ANTARA PEKERJA DAN PENGUSAHA

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK NORMATIF KARYAWAN AKIBAT PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PADA PERUSAHAAN PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. pertentangan tersebut menimbulkan perebutan hak, pembelaan atau perlawanan

KESEPAKATAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MELALUI PERJANJIAN BERSAMA DITINJAU DARI ASPEK HUKUM KETENAGAKERJAAN

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 170 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN KERJA DI PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN OUTSOURCING JIKA PERUSAHAAN TIDAK MEMBERIKAN TUNJUNGAN HARI RAYA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003

BAB I PENDAHULUAN. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. Pekerjaan

Anda Stakeholders? Yuk, Pelajari Seluk- Beluk Penyelesaian Sengketa di Pengadilan Hubungan Industrial

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KEPADA PEKERJA YANG SAKIT

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. * Dosen Pembimbing I ** Dosen Pembimbing II *** Penulis. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pekerja, perusahaan tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia merupakan proses dari kelangsungan hidup yang. uang yang digunakan untuk memenuhi tuntutan hidup mereka akan

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA AKIBATPEKERJA MELAKUKAN PELANGGARAN PERJANJIAN KERJA DI KOPERASI SAMUAN AMERTHA DENPASAR

Kata Kunci: Penerapan, Jaminan Sosial, BPJS Ketenagakerjaan, Pekerja, Perusahaan.

PENEGAKAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN MELALUI PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Yati Nurhayati ABSTRAK

JOSHUA ( ) Kata kunci : perjanjian jasa layanan pendidikan, perlindungan konsumen. Universitas Kristen Maranatha

The Presenting MSDM PemutusanHub ungan Kerja (PHK)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA PENGADILAN NEGERI DENPASAR NOMOR: 01/PDT.SUS-PHI/2015/PN.DPS

PPHI H. Perburuhan by DR. Agusmidah, SH, M.Hum

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KARENA MEMPUNYAI IKATAN PERKAWINAN DALAM PERUSAHAAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA HARIAN LEPAS DITINJAU DARI PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI INDONESIA

TUNJANGAN HARI RAYA KEAGAMAAN (THR) BAGI PEKERJA YANG DI PHK OLEH PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan industrial menurut Undang Undang Ketenagakerjaan No. 13

BAB I PENDAHULUAN. selalu berkebutuhan dan selalu memiliki keinginan untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman dewasa ini, Indonesia mengalami berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang sering muncul dalam hubungan kerja adalah

BAB II PERLINDUNGAN HAK-HAK PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DARI PERUSAHAAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan-Mar/2014

Oleh: Marhendi, SH., MH. Dosen Fakultas Hukum Untag Cirebon

Implementasi UU 13/2003 terhadap Pemutusan Hubungan Kerja Disebabkan Perusahaan Dinyatakan Pailit

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kesejahteraan masyarakat sangat penting bagi dalam suatu Negara. Salah

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA BERKAITAN DENGAN ADANYA NON COMPETITION CLAUSE DALAM SEBUAH PERJANJIAN KERJA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

SUSUNAN KEANGGOTAAN DAN TUGAS LKS BIPARTIT TERKAIT PENYELESAIAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

Makalah Ketenagakerjaan Sengketa Hubungan Industrial (Hukum Perikatan) BAB I PENDAHULUAN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 61/PUU.D-VIII/2010 Tentang Perlindungan dan Penghargaan Terhadap Hak-Hak Buruh

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA SETELAH TERJADINYA PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA SECARA SEPIHAK PADA HOTEL FOUR SEASONS RESORT BALI DI SAYAN

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website :

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) SEBAGAI AKIBAT PELANGGARAN PERJANJIAN KERJA DI BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) CABANG GIANYAR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pengamatan dan analisis mengenai Sistem Pemutusan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peran adalah suatu sistem kaidah-kaidah yang berisikan patokan-patokan perilaku, pada

MOGOK KERJA YANG MENGAKIBATKAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MASSAL PADA HOTEL PATRA JASA BALI

PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PERAN MEDIATOR HUBUNGAN INDUSTRIAL DISNAKERTRANS KOTA SERANG DALAM PENYELESAIAN KASUS-KASUS PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut dengan Serikat Pekerja (yang selanjutnya akan ditulis SP). Pada dasarnya SP

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara, karena semakin banyak pekerja yang sejahtera maka serta merta

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. membuat manusia mampu menjalani kehidupannya. Contoh kecil yaitu manusia tidak bisa

Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013. Artikel skripsi. Dosen Pembimbing Skripsi: Soeharno,SH,MH, Constance Kalangi,SH,MH, Marthen Lambonan,SH,MH 2

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan sebagai badan yang dibentuk untuk melakukan upaya

PEMBATALAN PUTUSAN PENGADILAN NIAGA OLEH MAHKAMAH AGUNG DALAM HAL TERJADI KESALAHAN PENERAPAN HUKUM PEMBUKTIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyelesaian Sengketa (APS) atau Alternative Dispute Resolution (ADR). 3 Salah satu

Penulisan Hukum (Skripsi)

ABSTRAK. Dewi Karina Crietie Alvin ( )

Lex Administratum, Vol. II/No.1/Jan Mar/2014

BAB 1 PENDAHULUAN. himpun menyebutkan bahwa jumlah pekerja perempuan di sebagian besar daerah

ANALISIS TERHADAP STATUS HUKUM DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA OUTSOURCING DALAM UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

ABSTRAK KAJIAN YURIDIS ATAS DOKTRIN CAVEAT VENDITOR

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBATALAN STATUS TERSANGKA DALAM PUTUSAN PRAPERADILAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT ATAS HAK MENDAPATKAN PEKERJAAN DIKAITKAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KETENAGAKERJAAN

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pekerjaan. Pada dasarnya, memiliki pekerjaan merupakan hak yang

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) JENIS-JENIS PHK

KEDUDUKAN SURAT PENGANGKATAN PEGAWAI SWASTA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM JAMINAN DALAM PEYALURAN KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA

KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan kualitas yang baik dari karyawan dalam melaksanakan tugasnya,

III. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial Pancasila. Dasar Hukum Aturan lama. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. membuat masyarakat berlomba lomba untuk mendapatkan kehidupan yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA

Oleh: Putu Ayu Yulia Handari S. Suatra Putrawan Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hubungan Industrial adalah kegiatan yang mendukung terciptanya

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 69/PUU-XI/2013 Pemberian Hak-Hak Pekerja Disaat Terjadi Pengakhiran Hubungan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. menyambung hidupnya.untuk bisa mendapatkan biaya tersebut setiap orang

PERLINDUNGAN TERHADAP INVESTOR ASING APABILA TERJADI SENGKETA DI INDONESIA DITINJAU DARI UNDANG UNDANG PENANAMAN MODAL ASING. Oleh

KEDUDUKAN NOTARIS SEBAGAI MEDIATOR MENURUT UNDANG- UNDANG JABATAN NOTARIS

Transkripsi:

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Perlindungan Hukum terhadap Pekerja yang Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Sepihak Dihubungkan dengan Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan JO Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Studi Kasus Putusan Nomor 251 K/Pdt.Sus-PHI/2016) Legal Protection of Workers Helping The Legal Relationship Disclaimers (PHK) Sepihak is Connected with Law Number 13 Year 2003 about Employment JO Law Number 2 of 2004 Concerning The Discussion Of Industrial Relationship (Case Study of Decision Number 251 K / Pdt.Sus-PHI / 2016) 1 Hana Mariana, 2 Deddy Effendi 1,2 Prodi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116 Email: 1 hanamariana325@gmail.com Abstract. Termination of employment unilaterally conducted by the company to workers for no apparent reason which resulted in workers felt disadvantaged because the termination of employment is not in accordance with Law Number 13 Year 2003 on Manpower. Examples of cases of Termination of Employment unilaterally conducted by PT.Bank CIMB NIAGA against JOSEPH ROY DJAJA SUKANDHY who is a worker who served for 24 years 6 months. Workers experiencing unilateral termination of employment should obtain the rights that have been regulated in accordance with applicable law. The method used is Juridical Normative, Research Specification is Analytical Descriptive, Research Stage using Library Research by examining Decision Number 251 K / Pdt.Sus-PHI / 2016, Data Collection with Primary Law Material consists of several rules and Secondary Law Material consists of some text In the form of books, as well as Tertiary Law Material in the form of legal dictionaries and articles from the internet, Last Data Analysis Techniques with Qualitative Analysis. The conclusion of the unlawful review of Decision Number 251 K / Pdt.Sus-PHI / 2016 by the Company / Employer to Workers is in conformity with Article 156 of Law 13 of 2003 on Manpower. The Company has granted the rights to the workers that the employee should have received, but since the worker still has a loan obligation to the Company, the rights received by the Worker are used to pay the employee loan which is the duty of the Worker. Keywords: Employment Relations, Termination of Employment, Workers Normative Rights. Abstrak. Pemutusan Hubungan Kerja secara sepihak yang dilakukan oleh perusahaan kepada pekerja tanpa alasan yang jelas yang mengakibatkan pekerja merasa dirugikan lantaran pemutusan hubungan kerja tersebut tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Contoh kasus Pemutusan Hubungan Kerja secara sepihak yang dilakukan oleh PT.Bank CIMB NIAGA terhadap JOSEPH ROY DJAJA SUKANDHY yang merupakan pekerja yang mengabdi selama 24 tahun 6 bulan. Pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja secara sepihak harus mendapatkan hak-hak yang telah diatur sesuai undang-undang yang berlaku. Metode yang digunakan yaitu Yuridis Normatif, Spesifikasi Penelitian bersifat Deskriptif Analitis, Tahap Penelitian menggunakan Penelitian Kepustakaan dengan mengkaji Putusan Nomor 251 K/Pdt.Sus-PHI/2016, Pengumpulan Data dengan Bahan Hukum Primer terdiri beberapa peraturan dan Bahan Hukum Sekunder terdiri dari beberapa teks berupa buku, serta Bahan Hukum Tersier berupa kamus hukum dan artikel-artikel dari internet, Terakhir Teknik Analisis Data dengan Analisis Kualitatif. Kesimpulan dari kajian Putusan Nomor 251 K/Pdt.Sus-PHI/2016 Pemutusan Hubungan Kerja secara sepihak yang dilakukan oleh Perusahaan/Pengusaha kepada Pekerja telah sesuai dengan Pasal 156 Undang-Undang 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Perusahaan telah memberikan hak-hak kepada pekerja yang memang seharusnya diterima oleh pekerja, namun karena pekerja masih memiliki kewajiban pinjaman kepada Perusahaan maka hak-hak yang diterima Pekerja tersebut digunakan untuk membayar pinjaman karyawan yang menjadi kewajiban Pekerja. Kata Kunci: Hubungan Kerja, Pemutusan Hubungan Kerja, Hak Normatif Pekerja. 489

490 Hana Mariana, et al. A. Pendahuluan Besarnya jumlah penduduk Indonesia menjadi tantangan bagi pemerintah selaku penguasa untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduknya. Ketenagakerjaan menjadi salah satu permasalahan yang masih sulit untuk dapat dituntaskan oleh pemerintah. Hal demikian tercermin pada tingginya angka pengangguran di Indonesia dan masalah lain yang ditimbulkan dari bidang ketenagakerjaan diantaranya upah minimum dan perlindungan hukum atas hak pekerja yang dapat menjadi konflik antara pekerja, pengusaha dan pemerintah. Perlindungan hukum terhadap pekerja merupakan bentuk pemenuhan hak dasar yang melekat bagi setiap warga negara Indonesia dan dilindungi oleh Konstitusi yaitu dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (2) yaitu Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. 1 Dalam dunia ketenagakerjaan berbagai konflik antara Pengusaha dan Pekerja selalu saja terjadi, selain masalah besaran upah, dan masalah-masalah terkait lainnya. Konflik Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dapat dihindari jika Pengusaha dan Pekerja tidak melakukan pelanggaran terhadap Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Perjanjian Kerja yang menjadi dasar Pengusaha dan Pekerja dalam menjalankan Hubungan Industrial guna melindungi hak dan kewajiban kedua belah pihak. Contoh nyata dari adanya pemutusan hubungan kerja yang timbul karena adanya hak-hak yang tidak dipenuhi oleh pihak pengusaha kepada pekerja salah satunya adalah pada gugatan yang masuk ke Mahkamah Agung, dalam kasus pemutusan hubungan kerja antara Pengusaha PT. BANK CIMB NIAGA yang berkedudukan di jalan Gatot Subroto, dengan pekerja Joseph Roy Djaja Sukandhy bertempat tinggal di jalan Batununggal Mulia II Rt 03 Rw 05. PT. BANK CIMB NIAGA, melakukan pemutusan hubungan kerja kepada Joseph Roy Djaja Sukandhy tanpa alasan yang jelas. Pekerja tersebut selama bekerja menjalankan pekerjaannya dengan baik, penuh rasa tanggung jawab, menaati peraturan yang berlaku serta tidak pernah melakukan pelanggaran apapun terhadap aturan yang berlaku pada perusahaan tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana penilaian hakim terhadap pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam Putusan Nomor 251 K/Pdt.Sus-PHI/2016 dihubungkan dengan Undang- Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan? Bagaimana prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial dalam Putusan Nomor 251 K/Pdt.Sus- PHI/2016 dihubungkan dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial?. Selanjutnya tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut Untuk mengetahui penilaian hakim terhadap pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam Putusan Nomor 251 K/Pdt.Sus-PHI/2016 dihubungkan dengan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Untuk mengetahui prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial dalam Putusan Nomor 251 K/Pdt.Sus-PHI/2016 dihubungkan dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. B. Landasan Teori Perlindungan hukum terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hakhak dasar pekerja atau buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja atau buruh dan 1 Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, Hlm.1 Volume 3, No.2, Tahun 2017

Perlindungan Hukum terhadap Pekerja yang Mengalami 491 keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha. 2 Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menyebutkan bahwa: Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirmya hak dan kewajiban antara pekerja dan pengusaha. Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja dengan alasan : pekerja telah melakukan kesalahan berat; pekerja yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri; pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja dalam hal terjadinya perubahan status,penggabungan, peleburan, atau perubahan kepemilikan perusahaan dan pekerja tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja; pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja karena perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan mengalami kerugian secara terus menerus; pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja karena perusahaan pailit; pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja karena memasuki usia pensiun; dan apabila pekerja yang mangkir selama 5 hari kerja atau lebih tanpa keterangan secara tertulis oleh pengusaha. 3 Prosedur untuk menyelesaikan perselisihan secara umum terbagi dua: Tahap pertama, penyelesaian dilakukan dengan musyawarah dan berunding bersama antara pekerja dan pengusaha yang terlibat, baik diperantarai pihak ketiga yang bersifat netral maupun tidak (non litigasi) apabila tahap pertama ini tidak mampu menyelesaikan perselisihan, maka barulah dibenarkan menggunakan,tahap Kedua, yaitu pengadilan dengan menggunakan hukum acara sebagaimana ditentukan Undang-Undang. Undang-undang ini sesungguhnya memberi makna yang dalam atas proses penyelesaian perselisihan dibidang ketenagakerjaan dengan mengedepankan aspek nonlitigasi sebagai mekanisme yang harus dijalankan lenih dahulu, dan sedapat mungkin menjauhkan dari mekanisme pengadilan formal (litigasi). 4 M. Yahya Harahap 5 menulis bahwa proses litigasi dianggap tidak efektif dan efisien. Terutama di zaman sekarang yang ditandai dengan beberapa gejala, yaitu business in global village, free market, dan free competitions, bahkan lebih jauh banyak kritik yang dilontarkan terhadap badan peradilan. Kritik umum yang dilontarkan terhadap badan peradilan (proses litigasi) antara lain sebagai berikut: 6 1. Penyelesaian sengketa terlambat 2. Biaya mahal 3. Putusan pengadilan tidak menyelesaikan masalah, hal ini dikarenakan putusan tidak bersifat pemecahan masalah, menempatkan para pihak pada dua sisi yang bersebrangan, pada akhirnya pihak yang kalah akan merasa dendam dan benci, sehingga jelas ini bukanlah untuk menyelesaikan masalah. 4. Kemampuan hakim bersifat jeneralis, hal ini dikaitkan dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta semakin pesatnya perkembangan perekonomian dunia, ada kalanya seorang hakim tidak memiliki latar belakang pengetahuan yang 2 Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus, Kencana, Jakarta, 2011, Hlm.278. 3 Lihat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 4 Agusmidah, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Dinamika dan Kajian Teori, Ghalia Indonesia,Bogor,2010,Hlm. 168. 5 M.Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian Sengketa, PT.Citra Aditya,Bandung,1997, Hlm.144, 151. 6 Ibid, Hlm. 154-158. Ilmu Hukum, Gelombang 2, Tahun Akademik 2016-2017

492 Hana Mariana, et al. dibutuhkan dalam perkara yang diajukan. Karenanya, persoalan kualitas hakim menjadi persoalan penting. 5. Pandangan dan pendapat yang mengurangi citra peradilan. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pasal 53 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan bahwa dalam memeriksa dan memutuskan perkara, Hakim bertanggung jawab atas penerapannya dan putusan yang dibuatnya. Penetapan dan putusan tersebut harus memuat pertimbangan Hakim yang didasarkan pada alasan dan dasar hukum yang tepat dan benar. Berdasarkan ketentuan Pasal 161 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu: (1) Dalam hal pekerja/buruh melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja,peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama, pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja, setelah kepada pekerja/buruh yang bersangkutan diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara berturutturut. (2) Surat peringatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) masing-masing berlaku untuk paling lama 6 (enam) bulan, kecuali ditetapkan lain dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. (3) Pekerja/buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memperoleh uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4). Ketentuan dari pasal 161 ayat (2) bahwa pekerja sebelum mengalami pemutusan hubungan kerja haruslah diberikan surat peringatan terlebih dahulu yang berlaku dalam jangka waktu 6 (enam) bulan. Berdasarkan ketentuan Pasal 161 ayat (3) pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja berhak mendapatkan uang pesangon sesuai dengan lamanya masa kerja. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 136 ayat (2) yang menyatakan bahwa dalam hal penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak tercapai, maka pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja menyelesaikan perselisihan hubungan industrial melalui prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang diatur undang-undang. Dalam hal ini baik penggugat maupun tergugat telah melakukan penyelesaian perselisihan di luar pengadilan melalui upaya penyelesaian bipartit yang hanya melibatkan langsung pihak yang bersengketa/berselisih. Bahwa hasil dari perundingan bipartit yang telah dilakukan oleh tergugat maupun penggugat telah tergugat cantumkan dalam Berita Acara Pertemuan Bipartit, atau dengan kata lain dibuat risalah Bipartit tersebut oleh pihak tergugat. D. Kesimpulan Pertimbangan Hakim dalam menyelesaikan pemutusan hubungan kerja antara Pengusaha dan pekerja/buruh sebagai berikut, antara pemohon Kasasi dengan Termohon Kasasi telah dibuat dan ditandatanganinya Perjanjian Bersama tanggal 13 April 2015 sehingga menyebabkan semua kewajiban tergugat telah dipenuhi. Terhadap Perjanjian Bersama a quo tidak ada alat bukti yang dapat membatalkan karena telah memenuhi ketentuan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 jo Pasal 1320 Volume 3, No.2, Tahun 2017

Perlindungan Hukum terhadap Pekerja yang Mengalami 493 KUHPerdata.Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 perjanjian bersama mengikat serta wajib dilaksanakan oleh para pihak. Upaya penyelesaian yang dapat ditempuh oleh pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja secara sepihak dapat diselesaikan dalam dua jalur, yaitu penyelesaian perselisihan hubungan industrial di luar pengadilan dan penyelesaian perselisihan hubungan industrial di pengadilan. E. Saran 1. Untuk mengurangi masalah perselisihan yang terjadi antara pekerja dengan pengusaha, apabila pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh perusahaan karena alasan apapun, sebaiknya perusahaan lebih bersikap terbuka terhadap karyawannya. Artinya perusahaan harus dapat membina hubungan kerja yang harmonis, serasi dan terbuka agar terciptanya suasana kerja yang baik, sehingga apabila PHK dilakukan dalam bentuk apapun karyawan dapat menerimanya. 2. Sebaiknya pemutusan hubungan kerja yang dilakukan berdasarkan dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dimana hak dan kewajiban masing-masing pihak tertera didalamnya, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Daftar Pustaka Buku: Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009. Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus, Kencana, Jakarta, 2011. Agusmidah, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Dinamika dan Kajian Teori, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010. M.Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian Sengketa, PT.Citra Aditya, Bandung, 1997. Peraturan Perundang-Undang: Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Ilmu Hukum, Gelombang 2, Tahun Akademik 2016-2017