BIOETANOL DARI LIGNOSELULOSA: POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH PADAT DARI INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini meningkat. Pada tahun

PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia semakin tahun

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kebutuhan bahan bakarnya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bahan bakar. Sumber energi ini tidak dapat diperbarui sehingga

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi pisang nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

I. PENDAHULUAN. industri minyak bumi serta sebagai senyawa intermediet pada pembuatan bahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Energi minyak bumi telah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi manusia saat

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

I. PENDAHULUAN. yang tidak dapat diperbaharui) disebabkan oleh pertambahan penduduk dan

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

I. PENDAHULUAN. Saat ini persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia semakin

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI DURIAN MELALUI HIDROLISIS. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh : Fifi Rahmi Zulkifli

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25]

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Proyeksi tahunan konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia

I. PENDAHULUAN. menurun. Penurunan produksi BBM ini akibat bahan bakunya yaitu minyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Noor Azizah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh :

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

BAB I PENDAHULUAN. Advisory (FAR), mengungkapkan bahwa Indonesia adalah penyumbang

BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT SINGKONG MELALUI PROSES HIDROLISIS SDAN FERMENTASI DENGAN N SACCHAROMYCES CEREVISIAE

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. alternatif penanganan limbah secara efektif karena dapat mengurangi pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak (BBM) dan gas yang semakin meningkat serta

PEMANFAATAN BUAH MENGKUDU (Morinda citrofilia. L) UNTUK PEMBUATAN BIOETANOLSECARA HIDROLISIS ASAM

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di berbagai negara di belahan dunia saat ini

I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang dan Masalah. Kebutuhan energi makin lama makin meningkat. Peningkatan kebutuhan

BAB I. PENDAHULUAN. bahan bakar fosil. Kebutuhan energi nasional ditopang minyak bumi sekitar 51,66%,

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri semakin berkurang, bahkan di

BAB I PENDAHULUAN. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, terutama di jaman modern dengan mobilitas manusia yang sangat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

BAB I PENDAHULUAN. Ethanol banyak dipergunakan dalam berbagai aspek kehidupan, baik industri

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BUAH SALAK DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM. Besarnya ketergantungan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi semakin meningkat dengan peningkatan jumlah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat seiring dengan terus meningkatnya pertumbuhan

Evolusi Teknologi Produksi Bioetanol

BAB I PENDAHULUAN. maka kebutuhan energi juga mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak

NURUL FATIMAH A

I. PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan suatu bentuk energi alternatif, karena dapat. mengurangi ketergantungan terhadap Bahan Bakar Minyak dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Ketersediaan sumber bahan bakar fosil yang terus menipis mendorong para

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. minyak bumi pun menurun. Krisis energi pun terjadi pada saat ini, untuk

I. PENDAHULUAN. energi karena cadangan energi fosil yang terus menurun. Mengantisipasi masalah

Delignifikasi Bagas Tebu dari PT. Madubaru Yogyakarta dengan Perlakuan Basa

PEMANFAATAN SINGKONG PAHIT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL SECARA FERMENTASI MENGGUNAKAN Saccharomyces Cerevisiae

PEMANFATAAN AMPAS TAHU MENJADI BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN HIDROLISA H 2 SO 4

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sudah tidak layak jual atau busuk (Sudradjat, 2006).

PENGARUH KONSENTRASI RAGI DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP KADAR ETANOL DAN KADAR GLUKOSA HASIL FERMENTASI KULIT BUAH NANAS (Ananas comosus)

PEMANFAATAN SAMPAH SAYURAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL.

BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Teknologi Pengolahan. Bioetanol

Analisa Penggunaan Bahan Bakar Bioethanol Dari Batang Padi Sebagai Campuran Pada Bensin

TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari

BIOENERGI. Bioenergi : energi yang diperoleh dari biomasa (mahluk hidup) Biofuel : bahan bakar yang berbahan baku dari tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau

PEMBUATAN BIOETANOL DARI KULIT NANAS

I. PENDAHULUAN. itu, diperlukan upaya peningkatan produksi etanol secara besar-besaran

BAB I PENDAHULUAN. Sementara produksi energi khususnya bahan bakar minyak yang berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. grade industri dengan kadar alkohol %, netral dengan kadar alkohol 96-99,5

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kartika Mayasai, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 KONVERSI LIGNOSELULOSA TANDAN PISANG MENJADI 5-HIDROKSIMETIL-2-FURFURAL (HMF) : OPTIMASI KOMPOSISI

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI GAPLEK SINGKONG KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU BERBEDA SKRIPSI

PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT SINGKONG MELALUI PROSES HIDROLISA ASAM DAN ENZIMATIS

I. PENDAHULUAN. Persediaan bahan bakar fosil yang bersifat unrenewable saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ervi Afifah, 2014 Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan istilah yang tidak asing lagi saat ini. Istilah bioetanol

BAB I PENDAHULUAN. beracun dan berbahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. kendaraan bermotor dan konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak revolusi industri pada tahun 1800-an, strategi efisiensi biaya

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN TONGKOL JAGUNG SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL DENGAN PROSES HIROLISIS H 2 SO 4 DAN FERMENTASI SACCHAROMYCES CEREVICEAE

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

KUALITAS BIOETANOL LIMBAH PADAT BASAH TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA. Skripsi

Peralatan dan Metoda

TUGAS MIKROBIOLOGI BIOETANOL

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PEMBUATAN BIOETANOL DARI RUMPUT GAJAH

Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA NIP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBUATAN BIOETANOL DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) DENGAN METODE HIDROLISIS ASAM DAN FERMENTASI

ANALISIS KADAR GLUKOSA PADA BIOMASSA BONGGOL PISANG MELALUI PAPARAN RADIASI MATAHARI, GELOMBANG MIKRO, DAN HIDROLISIS ASAM

Transkripsi:

BIOETANOL DARI LIGNOSELULOSA: POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH PADAT DARI INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT Maya Sarah 1), Erni Misran 1), Siti Syamsiah 2), Ria Millati 3) 1) Teknik Kimia USU 2) Teknik Kimia UGM 3) Teknologi Hasil Pertanian UGM Email : mayasharid@yahoo.com Abstrak Salah satu upaya mereduksi sumber polusi udara adalah melalui substitusi jenis bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang bersifat terbarukan seperti bioetanol. Bioetanol merupakan alkohol yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan [selain anggur] yang apabila dicampur dengan bensin dapat meningkatkan bilangan oktan dan menyempurnakan pembakaran dalam kendaraan bermotor. Bioetanol dapat diproduksi dari biomassa lignoselulosa seperti Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKS) yang terdapat dalam jumlah yang berlimpah di Indonesia. TKS dihidrolisis dengan menggunakan H 2 SO 4 0,5 % dengan perbandingan 1: 6 (b/v). Hidrolisis dilakukan dalam 2 tahap yaitu 10 menit pada suhu 160 o C dan 5 menit pada suhu 190 o C. Filtrat dari tiap-tiap tahap hidrolisis dianalisa kadar gula reduksinya dan difermentasi dengan menggunakan biakan murni S. cerevisiae. Fermentasi berlangsung pada suhu kamar selama 24, 48 dan 72 jam dan dilakukan pengamatan terhadap etanol yang terproduksi, glukosa yang tereduksi dan pertumbuhan biomassa. Penentuan glukosa tereduksi dan etanol terproduksi dilakukan menggunakan enzimatic kit. Perolehan etanol terbanyak diperoleh dari fermentasi hidrolisat I menggunakan kapang S. cerevisiae ATCC. Secara umum etanol meningkat seiring dengan peningkatan waktu fermentasi, tetapi bila dikaitkan dengan aktivitas pertumbuhan sel, maka fermentasi cukup dilakukan selama 48 jam saja. Fermentasi setelah 48 jam akan menghasilkan etanol dari gulagula lain selain glukosa. Kata kunci : Bietanol, fermentasi, hidrolisis, lignoselulosa, tandan kosong kelapa sawit 1. Pendahuluan Pemanasan global sebagian besar diakibatkan oleh penggunaan bahan bakar fosil dalam bidang transportasi dan industri khususnya di perkotaan yang menimbulkan polusi udara akibat emisi gas CO ke atmosfer. Salah satu upaya mereduksi sumber polusi udara tersebut adalah melalui substitusi jenis bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan bermotor. Bioetanol dan biodiesel adalah bahan bakar alternatif pengganti bensin dan solar yang bersifat terbarukan. Bioetanol merupakan alkohol yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan [selain anggur] yang apabila dicampur dengan bensin dapat meningkatkan bilangan oktan dan menyempurnakan pembakaran dalam kendaraan bermotor. Jenis alkohol yang dikategorikan sebagai bioetanol adalah etil alkohol atau etanol. Etanol merupakan cairan yang bersifat mudah menguap, dapat dibakar, tidak berwarna dan dapat ditandai dari aromanya yang sangat khas. Etanol terdiri dari rantai C pendek dengan 1 gugus hidroksil pada ujungnya (Luz Silveira, et al., 2009). Dewasa ini bioetanol banyak diproduksi dari tanaman pangan seperti jagung, tebu, gandum dan ubi kayu. Brazil dan Amerika Serikat merupakan dua negara penghasil etanol terbesar didunia (70% total produksi dunia) dan 90% daripadanya digunakan sebagai bahan bakar. Sejauh ini Brazil yang menggunakan bioetanol dari tanaman tebu telah berhasil mereduksi 90% gas CO, sementara Amerika Serikat dengan bioetanol dari jagung mereduksi gas CO sebesar 30% (Luz Silveira, et al., 2009). Meskipun demikian pemanfaatan tanaman pangan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol dikhawatirkan dapat mengganggu pasokan pangan dimasa yang akan datang,

oleh sebab itu pemanfaatan bahan-bahan terbarukan non pangan sebagai sumber energi perlu digalakkan. Hal tersebut sejalan dengan sasaran kebijakan energi nasional yang berupaya meningkatkan peranan energi terbarukan seperti biomassa menjadi lebih dari 5% konsumsi energi nasional pada tahun 2025 seperti yang tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No 5 Tahun 2006. Menurut Balat et.al (2008) dalam Soccol dkk (2009), bahan baku bioetanol dapat diklasifikasikan atas tiga kelompok yaitu: (i) bahan yang mengandung sukrosa seperti bit dan tebu, (ii) bahan yang mengandung pati seperti gandum dan jagung, dan (iii) biomassa lignoselulosa seperti kayu dan rumput. Berdasarkan ketiga kategori sumber bahan baku tersebut, pemanfaatan lignoselulasa dari sumber non kayu merupakan pilihan terbaik karena bukan merupakan tanaman pangan dan tidak merusak kelestarian hutan. Lebih jauh, sumber lignoselulosa dapat juga bersumber dari limbah padat kegiatan pertanian, perkebunan dan industri pengolahan hasil pertanian dan perkebunan. Salah satu sumber lignosellulosa yang terdapat dalam jumlah yang berlimpah dan murah harganya di Indonesia adalah limbah padat dari perkebunan dan pabrik kelapa sawit dimana Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar dunia dengan total produksi sebesar 16,7 juta ton pada tahun 2007 (Fedepalma Website, 2009). Limbah padat dari perkebunan kelapa sawit terdiri dari cangkang, batang pohon dan pelepah daun, sedangkan dari industri minyak kelapa sawit adalah tandan kosong kelapa sawit (TKS) dan serat. Berdasarkan kandungan selulosanya, maka TKS merupakan salah satu bahan baku pembuatan bioetanol yang sangat potensial karena mengandung selulosa terbanyak. Menurut Darnoko (Darnoko, 1993 dalam Haryati dkk, 2003), TKS mengandung 45,95% selulosa, 22,84% hemiselulosa, 16,49% lignin, 1,23% abu, 0,53% nitrogen, dan 2,41% minyak. Pembuatan bioetanol dari lignoselulusa pada umumnya dilakukan dalam tahapan pretreatment bahan baku, hidrolisis dan delignifikasi, fermentasi dan distilasi (Cardona dan Sánchez, 2007). Proses hidrolisis dapat dilakukan menggunakan asam encer (Taherzadeh dkk, 2001 dan Sues dkk, 2005) seperti asam sulfat, sedangkan proses fermentasi umumnya dilakukan menggunakan ragi roti (Saccharomyces cerevisiae). Kapang ini memiliki beberapa keunggulan karena memiliki karakteristik pertumbuhan yang sangat baik pada medium berkonsentrasi gula tinggi dan menghasilkan perolehan etanol yang tinggi (Ria Millati dkk, 2005). Meskipun demikian beberapa strain lain telah dilaporkan dapat juga digunakan dalam fermentasi hasil hidrolisis bahan lignoselulosa seperti Rhizopus, Rhizomucor, dan Mucor (Ria Millati dkk, 2005). 2. Bahan dan Metode Bahan : 1. TKS 2. Saccharomyces cerevisiae (ATTC dan isolat Bekonang) 3. Bahan kimia (H 2 SO 4 0,5%, NaOH, Glukosa monohidrat, K. Na tartrate, DNS, yeast ekstrak, MgSO 4.7H 2 O, fehling A, fehling B, etanol, KCO 3 ) Gambar 1. Bahan baku: Tandan buah segar; Tandan kosong Metode : TKS dihidrolisis dengan menggunakan H 2 SO 4 0,5 % dengan perbandingan 1: 6 (b/v). Hidrolisis dilakukan dalam 2 tahap yaitu 10 menit pada suhu 160 o C dan 5 menit pada suhu 190 o C.

Filtrat dari tiap-tiap tahap hidrolisis dianalisa kadar gula reduksinya dan difermentasi dengan menggunakan biakan murni S. cerevisiae. Fermentasi berlangsung pada suhu kamar selama 24, 48 dan 72 jam dan dilakukan pengamatan terhadap etanol yang terproduksi, glukosa yang tereduksi dan pertumbuhan biomassa. Penentuan glukosa tereduksi dan etanol terproduksi dilakukan menggunakan enzimatic kit. 3. Hasil dan Pembahasan Fermentasi hidrolisat yang diperoleh dari hidrolisis TKS tahap 1 dan tahap 2 selama 24, 48 dan 72 jam menghasilkan etanol seperti yang disajikan pada gambar 2 berikut. Fermentasi hidrolisat I secara umum menunjukkan bahwa fermentasi dengan kapang S. cerevisiae ATCC menghasilkan etanol lebih tinggi dibandingkan dengan isolat bekonang. Perolehan etanol terus meningkat seiring dengan peningkatan waktu fermentasi. Sementara itu perolehan etanol dari fermentasi hidrolisat II menggunakan kapang S. cerevisiae ATCC dan isolat Bekonang relatif sama kecuali pada fermentasi selama 72 jam dimana perolehan etanol dari fermentasi dengan S. cerevisiae ATCC 73% lebih tinggi daripada isolat Bekonang. Gambar 2. Etanol terproduksi dari: Hidrolisat I; Hidrolisat II Berdasarkan hasil analisa kadar glukosa sisa diketahui bahwa jumlah glukosa dari hidrolisat I yang difermentasi menggunakan S. cerevisiae ATCC menurun seiring dengan bertambahnya waktu fermentasi seperti yang disajikan pada gambar 3.a. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian glukosa di fermentasi oleh kapang untuk menghasilkan etanol. Sementara itu glukosa sisa dari fermentasi hidrolisat II dengan S. cerevisiae ATCC dan isolat Bekonang relatif tidak berubah. Bila dikaitkan dengan jumlah etanol yang dihasilkan pada waktu fermentasi selama 72 jam, maka etanol yang terbentuk diperkirakan berasal dari fermentasi gula-gulaan lain

Gambar 3. Glukosa tereduksi dari: Hidrolisat I; Hidrolisat II Pembentukan produk etanol oleh kapang S. cerevisiae berlangsung bersamaan dengan pertumbuhan sel. Berdasarkan hasil eksperimen diketahui bahwa secara umum kedua jenis kapang (S. cerevisiae ATCC dan isolat Bekonang) menunjukkan profil pertumbuhan yang sama, dimana pertumbuhan sel tertinggi diperoleh setelah fermentasi berlangsung selama 48 jam seperti yang disajikan pada gambar 4. Gambar 4. Pertumbuhan sel dari: S. cerevisiae ATCC; Isolat Bekonang Bila dikaitkan dengan perolehan etanol dari fermentasi hidrolisat I dan II menggunakan isolat Bekonang, maka rendahnya perolehan etanol kemungkinan diakibatkan oleh keberadaan gula-gula lain yang bersifat inhibitor terhadap isolat Bekonang sehingga pembentukan produk terhambat seperti yang disajikan pada gambar 4.b dimana kurva pertumbuhan pada Run 2 lebih rendah dibandingkan dengan yang lain. 4. Kesimpulan Perolehan etanol terbanyak diperoleh dari fermentasi hidrolisat I menggunakan kapang S. cerevisiae ATCC. Secara umum etanol meningkat seiring dengan peningkatan waktu fermentasi, tetapi bila dikaitkan dengan aktivitas pertumbuhan sel, maka fermentasi cukup dilakukan selama 48 jam saja. Fermentasi setelah 48 jam akan menghasilkan etanol dari gula-gula lain selain glukosa.

5. Ucapan Terima Kasih Penghargaan dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kami sampaikan kepada DIKTI yang telah mendanai penelitian ini melalui Hibah Pekerti. Daftar Pustaka Cordona, C.A and Sánchez, ó.j. Fuel Ethanol Production: Process Design Trends and Integration Opportunities. Jurnal Bioresource Technology (2007), 98:2415-2457 Fedepalma Website. http://www.fedepalma.org/palmas_en.stm diakses pada tanggal 22 Januari 2009 Haryati dan Elisabeth (Eds.). Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit dan Produk Turunannya. 2003, Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit Indonesia. Peraturan Presiden Republik Indonesia No 5 (2006) tentang Kebijakan Energi Nasional Luz Silveira, J., et al. The Benefits of Ethanol Use for Hydrogen Production in Urban Transportation. Jurnal Renewable and Sustainable Energy Reviews (2009),13:2525-2534 Ria Millati, Edebo, L., dan Taherzadeh, M.J. Performance of Rhizopus, Rhizomucor, and Mucor in Ethanol Production from Glucose, Xylose, and Wood Hydrolyzates. Jurnal Enzyme and Microbial Technology (2005), 36:294-300 Soccol, C.R., et al. Bioethanol from lignocelluloses: Status and Perspectives in Brazil. Jurnal Bioresour. Technol. (2009),doi:10.1016/j.biortech.2009.11.067 Taherzadeh, M.J., Ria Millati dan Niklasson, C. Continuous Cultivation of Dilute-Acid Hydrolysates to Ethanol by Immobilized Saccharomyces cerevisiae. Jurnal Applied Biochemistry and Biotechnology (2001), 95:45-57