BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan cara yang inovatif dan kreatif dalam mengelola kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam upaya pembentukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Untuk itu guru harus menata kegiatan. sesuai dengan situasi dilingkungan siswa itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. paradigma yang lama atau cara-cara berpikir tradisional. Dalam dunia pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas biasanya masih berfokus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. hanya mendengarkan, mencatat kemudian menghapal materi pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Swasta Eria Medan peneliti mengamati bahwa proses pembelajaran di dalam kelas

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya yang profesional adalah aspek yang saling berkaitan. dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. berpikirnya dan akibatnya hasil belajar siswa menjadi rendah.

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan belajar mengajar yang terjadi, guru selalu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan dirinya dengan pengetahuan, keterampilan dan keahlian guru.

BAB I PENDAHULUAN. bermutu adalah pelaksanaan proses pembelajaran oleh guru yang prosesional yang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan banyak cara untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. proses terjadinya perubahan prilaku sebagai dari pengalaman. kreatif, sehingga mampu memacu semangat belajar para siswa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. dalam berusaha melestarikan dan mewariskan nilai-nilai hidup. Kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemerintah, diantaranya dengan melakukan perbaikan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari kualitas proses

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan sejalan dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik. dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. Harapan Stabat masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini diberlakukan mempunyai tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

`BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru tidak hanya mentransfer ilmu kepada

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengajar sehingga siswa tersebut tidak merasa bosan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran merupakan pola dan urutan kegiatan guru dan siswa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dapat tercermin dari hasil prestasi belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. diharuskan memiliki profesionalisme yang tinggi dalam proses belajar- mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, beberapa di. ini dapat dilihat dari rendahnya hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu aset yang dapat mendukung serta menunjang

BAB I PENDAHULUAN. materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Dari hasil belajar, guru dapat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan yang terdiri dari pesert didik, digunakan guru dalam proses belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membantu siswa supaya bisa belajar secara baik. yang baik dan merupakan unsur yang penting di dalam keseluruhan sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era industrialisasi, perkembangan zaman semakin maju dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan metode pembelajaran yang kurang. Djamarah (2013:3) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. dari seluruh rakyat Indonesia, baik dari pemerhati pendidikan, birokrasi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dunia berkembang sangat pesatnya, sesuatu yang semula tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sarana utama dalam pembentukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu bagian yang tidak dapat lepas dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar siswa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam kegiatan belajar mengajar sehingga harus memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. dapat berperan dalam pembangunan disegala bidang. Peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikanlah peserta dapat memiliki kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membenahi dan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB 1. pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari kualitas guru dalam mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Guru berperan penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswanya.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal maupun pendidikan informal. jawab seperti pendidikan keluarga dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu usaha untuk sadar mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang masih bersifat teacher-centered karena tidak memerlukan alat

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran guru yang sesungguhnya adalah membuat siswa mau dan tahu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan. kurikulum yakni dari CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), KBK (Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (RPP), pengelolaan kelas maupun hasil belajar siswa di kelas. Hal ini lah yang

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. kejuruan yang berada di Salatiga. Sekolah ini memiliki 33 orang guru dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aktif dan interaktif, karena guru berinteraksi langsung dengan siswa sebagai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu baik secara langsung maupun tidak langsung yang dipersiapkan untuk mendukung dan mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan serta kemajuan teknologi. Oleh karena itu pendidikan menjadi fokus kebijakan pemerintah untuk selalu memperbaiki kurikulum pendidikan sesuai dengan perkembangan zaman juga karena kesadaran manusia akan pendidikan terus meningkat. Mutu pendidikan yang baik pada hakikatnya adalah bagaimana proses belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas dapat berlangsung optimal. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis di SMK Krakatau Medan, proses pembelajaran kurang berlangsung dengan baik. Guru Akuntansi masih menggunakan metode konvensional, sehingga siswa cenderung pasif, tanya-jawab sedikit, dan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran kurang maksimal. Dari 28 siswa di UH 1 hanya 9 siswa (32,14 %) yang mampu mencapai KKM, pada UH 2 hanya 17 siswa (60,71%), pada UH 3 hanya 13 siswa (46,43%) dan pada UH 4 hanya 12 siswa (422,86%) yang mampu memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal dan selebihnya belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan yaitu 70. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan siswa yang digambarkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1. 1 Data Hasil Belajar Akuntansi Siswa Caturwulan Pertama Semester Genap Tahun Pembelajaran 2012/2013 No Tes KKM Siswa Yang Mencapai Nilai KKM Siswa Yang Tidak Mencapai Nilai KKM Jumlah % Jumlah % 1 UH 1 70 9 32,14 19 67,86 2 UH 2 70 17 60,71 11 39,29 3 UH 3 70 13 46,43 15 53,57 4 UH 4 70 12 42,86 16 57,14 Jumlah 51 182,14 61 217,86 Rata-rata 12,75 45,535 15,25 54,465 Sumber : Daftar Nilai Akuntansi Siswa Kelas X Akuntansi SMK Krakatau Medan Menurut Nana Sudjana (2010:2) dalam buku Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar salah satu faktor yang mendukung proses belajar mengajar supaya hasil belajar siswa meningkat adalah guru. Guru sebagai pelaksana pendidikan bertanggungjawab dalam peningkatan sumber daya manusia lewat pengajaran kepada peserta didik. Untuk itu penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil optimal. Tanpa strategi yang baik dan jelas, proses pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal, dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektif dan efisien, karena proses pembelajaran bukan lagi hanya usaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga usaha

menciptakan lingkungan yang membelajarkan peserta didik agar tujuan pembelajaran tercapai secara optimal. Melihat fenomena diatas, penulis mencoba melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas melalui siklus dengan empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dengan menerapkan suatu strategi pembelajaran yang menuntut siswa aktif dan bertanggungjawab dalam setiap pokok bahasan yang disampaikan oleh guru dan mempersyaratkan peserta didik untuk menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Dalam bukunya Zaini (2008: 8) yang berjudul strategi pembelajaran aktif menyatakan empat puluh empat cara belajar aktif yang hampir dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran salah satunya adalah strategi pembalajaran Practice Rehearsal Pairs (praktek berpasangan). Oleh karena itu penulis tertarik untuk menerapkan strategi pembelajaran Practice Rehearsal Pairs. Strategi Practice Rehearsal Pairs merupakan strategi yang mengajak siswa untuk belajar lebih aktif. Bekerjasama dengan teman belajarnya untuk mencari jalan keluar dari setiap soal serta memecahkan masalah. Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran ini, siswa akan dibentuk menjadi berpasangpasangan. Pasangan ini terdiri dari siswa yang memiliki nilai yang baik dalam setiap tes dan siswa yang memiliki nilai rendah dalam setiap tes yang diberikan. Selama pelajaran itu dimulai sampai akhir, tidak ada siswa yang bisa bertukar pasangan. Setelah itu guru menjelaskan materi pembelajaran dan memberikan contoh dari materi yang diajarkan. Setelah siswa dianggap sudah mulai mengerti

materi yang akan diajarkan oleh gurunya tersebut, kemudian guru memberikan dua buah soal yang berbeda yang menyangkut dari materi yang dijelaskan tadi dengan waktu yang ditentukan. Masing-masing pasagan harus mampu mengerjakan soal tersebut. Dari sinilah dituntut kerjasama antara setiap pasangan. Dan dengan adanya kerjasama yang baik antar siswa dapat meningkatkan hasil belajar yang baik juga. Disamping itu penulis juga menerapkan Mastery Learning Strategy ( strategi pembelajaran tuntas) supaya Proses Belajar Mengajar (PBM) lebih bervariasi. Mastery Learning Strategy dapat mendorong siswa lebih mudah dalam menguasai isi pembelajaran, meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah secara mandiri, meningkatkan kepercayaan diri siswa, dan dapat memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas, khususnya pada kelas-kelas yang kemampuan siswanya bervariasi. Strategi pembelajaran ini merupakan salah satu solusi terhadap tuntutan yang menghendaki adanya layanan pembelajaran yang dapat mengapresiasi perbedaan kemampuan siswa. Andini, Asyifa (2009) meneliti mengenai peningkatan hasil belajar Akuntansi dengan menggunakan strategi pembelajaran Practice Rehearls Pairs pada siswa kelas X-1 SMK Al-Wasliyah perdagangan tahun ajaran 2008/ 2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Dari hasil pembahasan dapat dinyatakan bahwa rata-rata hasil belajar siklus III lebih tinggi dari siklus I dan siklus II, baik dilihat dari aspek kognitif (81,15>71,1>64,9) maupun afektif (21,65>18,65>17,075).

Selanjutnya dari hasil penelitian yang sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Purba (2011) dengan judul Penerapan Mastery Learning Strategy untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa XII IPS SMA Negeri 10 Medan Tahun Ajaran 2011/2012 menunjukkan bahwa dari hasil analisis diperoleh data pretes sebagai hasil belajar awal siswa dengan 16,67% yang tuntas dengan nilai rata-rata siswaa 64,52. Data postes siklus I dengan rata-rata nilai 68,27 dengan 41,67 siswa yang memenuhi ketuntasan. Sedangkan data postes siklus II dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa 78,77 dengan 88,89% siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Berarti ada peningkatan hasil belajar siswa dari postes siklus I ke postes siklus II sebesar 47,22%. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Kolaborasi Strategi Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs dengan Mastery Learning strategy Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Akuntansi di SMK Krakatau Medan T.P 2012/2013. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, ada beberapa masalah yang dapat penulis identifikasi, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Mengapa guru akuntansi di SMK Krakatau Medan masih menggunakan metode konvensional dalam proses pembelajaran?

2. Bagaimana meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa kelas X Akuntansi di SMK Krakatau Medan T. P 2012/2013? 3. Bagaimana meningkatkan aktivitas belajar akuntansi siswa kelas X Akuntansi di SMK Krakatau Medan T. P 2012/2013? 4. Apakah penerapan kolaborasi strategi pembelajaran Practise Rehearsal Pairs dengan Mastery Learning Strategy dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar akuntansi siswa kelas X Akuntansi di SMK Krakatau Medan T. P 2012/2013? 5. Adakah perbedaan peningkatan hasil belajar antar siklus pada penerapan kolaborasi strategi pembelajaran Practice Rehearsal Pairs dengan Mastery Learning Strategy di kelas X Akuntansi SMK Krakatau Medan? 1.3. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah penerapan kolaborasi strategi pembelajaran Practise Rehearsal Pairs dengan Mastery Learning Strategy dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas X Akuntansi di SMK Krakatau Medan T. P 2012/2013? 2. Apakah penerapan kolaborasi strategi pembelajaran Practise Rehearsal Pairs dengan Mastery Learning Strategy dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa kelas X Akuntansi di SMK Krakatau Medan T. P 2012/2013?

3. Apakah ada perbedaan peningkatan hasil belajar akuntansi antar siklus pada penerapan kolaborasi strategi pembelajaran Practise Rehearsal Pairs dengan Mastery Learning Strategy di kelas X Akuntansi SMK Krakatau Medan T. P 2012/2013? 1.4. Pemecahan Masalah Rendahnya kualitas pendidikan merupakan masalah yang pokok dihadapi saat ini. Masalah tersebut disebabkan oleh kurangnya kreativitas guru dalam mengelola suasana belajar mengajar dikelas. Ketidakaktifan dan rendahnya hasil belajar siswa merupakan masalah yang sering dihadapi guru dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk itu, guru perlu mengetahui permasalahan yang terjadi dan mencari solusi untuk mengatasinya. Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran. Salah satunya adalah dengan menerapkan kolaborasi strategi pembelajaran Practice Rehearsal Pairs dengan Mastery Learning Dtrategy. Kolaborasi ini dinilai tepat untuk digunakan karena sesuai dengan perkembangan kurikulum pendidikan saat ini yang menuntut siswa aktif dalam belajar dan menguasai secara tuntas semua pokok bahasan yang diajarkan oleh guru dengan mencapai nilai KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah. Selain itu, penggunaan kolaborasi kedua strategi ini sesuai dengan masalah yang harus dipecahkan yaitu kegiatan pembelajaran yang pasif dan hanya terfokus pada guru yang mengajar sebagai pusat ilmu tanpa mengetahui kebutuhan dan keinginan

siswa. Kondisi ini akan menyebabkan materi pelajaran terasa semakin sulit dipahami. Dalam penerapan kolaborasi strategi ini diawali dengan membentuk siswa berpasang-pasangan yang disebut dengan Teman Belajar. Siswa juga akan dibagi peran yang satu sebagai demonstrator dan yang satu lagi sebagai pengamanat. Kemudian guru akan memberikan penjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas. Setelah itu siswa akan diberi soal pertama yang disebut dengan latihan terbimbing. Setiap pasangan akan mendapat dua soal yang berbeda. Jadi, setiap pasangan akan saling membantu untuk memahami pelajaran yang diberikan gurunya. Hal ini akan menjalin kekompakan setiap siswa. Setelah soal selesai dikerjakan guru akan memanggil salah satu dari pasangan maju kedepan untuk mendemonstrasikan hasil diskusi mereka sedangkan pasangannya mengamati. Kemudian pasangan tersebut bergantian peran. Setelah itu guru akan memberikan tugas/latihan mandiri untuk melihat kemampuan siswa. Apakah siswa sudah bisa menguasai materi pelajaran dengan baik atau tidak. Dari hasil latihan tersebut akan diperoleh hasil yang menentukan siswa dapat dilanjutkan ke materi selanjutnya atau masih perlu diberikan latihan remedial dan pengayaan. Bagi siswa yang sudah tuntas diperbolehkan belajar kemateri selanjutnya sedangkan bagi siswa yang belum tuntas akan dibimbing dengan memberi latihan kembali sampai siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mencapai KKM. Penerapan kolaborasi strategi pembelajaran Practice Rehearsal Pairs dengan Mastery Learning Strategy ini dinilai mampu meningkatkan aktivitas siswa di dalam kelas dengan latihan yang diberikan dan kesempatan yang lebih

untuk berlatih tentang materi pelajaran yang belum mereka pahami. Karena mereka juga dituntut untuk bertanggungjawab atas setiap soal yang diberikan oleh guru, mereka diberi kesempatan untuk mendemonstrasikan hasil yang mereka peroleh. Mereka akan lebih yakin mendemonstrasikan pendapatnya karena sebelumnya sudah ada kerja sama dengan pasangan belajarnya. Dari latihanlatihan tersebut guru dapat mengidentifikasi kebutuhan siswa dalam belajar sehingga guru dapat memberikan penjelasan tambahan untuk menambah pemahaman siswa. Hal ini dapat membantu siswa lebih memahami materi pelajaran dan hasil belajar akuntansi siswa juga dapat meningkat. Dari uraian diatas maka pemecahan masalah dalam penelitian tindakan ini adalah dengan menerapkan kolaborasi strategi pembelajaran Practice Rehearsal Pairs dengan Mastery Learning Strategy dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa kelas X Akuntansi SMK Krakatau Medan T. P 2012/2013. 1.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan pemecahan masalah diatas maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar akuntansi siswa kelas X Akuntansi SMK Krakatau Medan T. P 2012/2013 melalui penerapan kolaborasi strategi pembelajaran Practice Rehearsal Pair dengan Mastery Learning Strategy.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar akuntansi siswa kelas X Akuntansi SMK Krakatau Medan T. P 2012/2013 melalui penerapan kolaborasi strategi pembelajaran Practice Rehearsal Pair dengan Mastery Learning Strategy. 3. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar akuntansi siswa kelas X Akuntansi SMK Krakatau Medan antar siklus. 1.6. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menambah wawasan bagi penulis guna meningkatkan pengetahuan di bidang pendidikan secara teori maupun aplikasi mengenai penerapan kolaborasi strategi pembelajaran Practice Rehearsal Pair dengan Mastery Learning Strategy untuk meningkatkan hasil belajar akuntansi. 2. Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi sekolah terutama bagi guru bidang studi akuntansi agar dapat menerapkan kolaborasi strategi pembelajaran Practice Rehearsal Pair dengan Mastery Learning Strategy untuk meningkatkan hasil belajar akuntansi. 3. Sebagai bahan referensi dan masukan bagi akademik dan pihak lain dalam penelitian yang sejenis.