HUBUNGAN PERAN PERAWAT PELAKSANA TERHADAP PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN TAHUN 2014 (*) Juliati. Email: Juliati_80 @ yahoo.co.id ABSTRACT: The role is a set of behavior expected by others against someone suitable position in a system. Nosocomial infections are infections that occur in hospitals for infectious microorganisms that infections patients through the provision of health services. This type of research is descriptive cross-sectional correlation with the approach that is intended to reflect the role of the nurse contacts the nosocomial infection control at the Pertamina Hospital Pangkalan Brandan. The total study sample are 36 people. The analysis of variables chi square between knowledge and anemia have a meaningful relationship that is marked by the values of p < 0.05 (p = 0.000) to Ha accepted ie no relationship between the role of nurses to nosocomial infection control. Expected to all health workers especially nurses working at the hospital had received training on how to control nosocomial infections in hospitals. Keywords : Nosocomial Infection ABSTRAK Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap sesorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit karena mikroorganisme patogen yang menginfeksi pasien melalui pemberian pelayanan kesehatan Jenis penelitian ini ialah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengambarkan hubungan peran perawat terhadap pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Pertamina Pangkalan Brandan. Jumlah sampel penelitian sebanyak 36 orang. Hasil analisis chi square antara variabel pengetahuan dan anemia mempunyai hubungan yang bermakna yang ditandai dengan nilai p < 0,05 (p = 0,000) sehingga Ha diterima yakni ada hubungan antara peran perawat dengan pengendalian infeksi nosokomial. Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya semua perawat yang bekerja di rumah sakit pernah mendapatkan pelatihan mengenai cara-cara pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit. Kata Kunci : Infeksi Nosokomial 1
PENDAHULUAN Latar belakang Infeksi nosokomial sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan secara menyeluruh yang dapat meningkatkan morbiditas, mortalitas, hari rawat penderita yang lama, dan beban biaya menjadi semakin besar. Hal tersebut merupakan bukti bahwa manajemen mutu pelayanan medis di rumah sakit perlu dioptimalkan. Faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit adalah faktor keperawatan (Darmadi, 2008). Di dunia terdapat 10% dari 1,4 juta pasien rawat inap mengalami infeksi nosokomial tiap tahun. Di Amerika Serikat ada 20.000 kematian setiap tahun akibat infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial terus meningkat sampai mencapai lebih 40% di Asia, Amerika Latin, dan Afrika (Dimyati, 2011). Tujuan Penelitian Tujuan Umum Mengetahui hubungan peran perawat pelaksana terhadap pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui bagaimana peran perawat di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan. b. Untuk mengetahui bagaimana pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan. c. Untuk mengetahui bagaimana hubungan peran perawat pelaksana terhadap pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan. Manfaat Penelitian Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perawat dalam meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit terutama dalam hal penerapan pengendalian infeksi nosokomial. Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menambah wawasan pengembangan ilmu keperawatan bagi instansi pendidikan mengenai peran perawat pelaksana dalam praktik pengendalian infeksi nosokomial yang lebih baik lagi. 2
Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber tambahan bagi peneliti selanjutnya tentang masalah yang berkaitan dengan peran perawat pelaksana dalam penerapan pengendalian infeksi nosokomial. METODE PENELITIAN Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional cross-sectional. Deskriptif korelasional cross-sectional adalah desain yang digunakan untuk menentukan hubungan dua variabel yang mempunyai skala ordinal atau tata jenjang yang memungkinkan objek yang diteliti untuk diberi rangking atau jenjang (Arikunto, 2006). Jenis penelitian ini menekankan pada waktu pengukuran variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali yang dinilai secara stimultan pada waktu yang sama (Nursalam, 2003). Desain penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran perawat terhadap pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Pertamina Pangkalan Brandan. Populasi adalah keseluruhan subyek yang akan diteliti (Arikunto, 2006). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Pertamina Pangkalan Brandan. Total dari populasi dalam penelitian ini sebanyak 36 orang perawat. Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian (Nursalam, 2003). Teknik pengambilan sampel dilakukan secara total sampling, yaitu seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian yang berjumlah 36 orang Validitas dan reliabilitas merupakan persyaratan pokok riset yang baik dan merupakan karakteristik yang diperlukan untuk teknik pengukuran yang baik (Stevens, et all, 2006). Uji validitas instrumen penelitian yakni kuesioner mengenai peran perawat dan pengendalian infeksi nosokomial menggunakan pendapat dan persetujuan dari dosen keperawatan di STIKes Putra Abadi Langkat. Menurut Riduwan (2006), untuk menguji validitas dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts). Pendapat orang yang ahli diminta pendapatnya mengenai instrumen yang telah disusun. Setelah kuesioner dinyatakan valid, instrumen dilakukan uji reliabilitas dengan cara diujikan ke salah satu rumah sakit swasta, yakni Rumah Sakit Umum Insani Stabat, dengan jumlah perawat yang dijadikan sampel reliabilitas sebanyak 30 orang perawat. Kemudian, hasil jawaban dari kuesioner tersebut diolah dengan menggunakan program SPPS v.16 3
menggunakan uji cronbach alpha dan didapatkan nilai reliabel pada istrumen peran perawat sebesar 0,704 dan nilai reliabel pada instrumen pengendalian infeksi nosokomial sebesar 0,709 dengan nilai reliabel per item terlampir pada hasil output SPSS. Bila dilakukan uji realiabilitas diperoleh nilai cronbach s alpha > 0,70 maka insrumen dinyatakan reliabel (Polit & Hungler, 2009). HASIL Berdasarkan hasil diatas, dapat dilihat bahwa kategori peran perawat pelaksana mayoritas dengan kategori baik yakni sebanyak 27 responden (75%) dan minoritas dengan kategori kurang dengan jumlah responden 9 orang (25%). Berdasarkan hasil yang diperoleh diatas, dapat dilihat bahwa kategori pengendalian infeksi nosokomial oleh perawat pelaksana mayoritas tinggi yakni sebanyak 24 responden (66,7%) dan minoritas rendah yakni sebanyak 12 responden (33,3%) Pada analisa bivariat menggunakan uji Chi Square untuk melihat hubungan dan tingkat masing-masing variabel yaitu variabel bebas dianalisis dengan variabel terikat. Hasil analisis antara variabel peran perawat dan pengendalian infeksi nosokomial mempunyai hubungan yang bermakna yang ditandai dengan nilai p < 0,05 (p =.000) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. yakni ada hubungan antara peran perawat pelaksana dengan pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan. Pembahasan Peran Perawat Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa kategori peran perawat mayoritas dengan kategori baik yakni sebanyak 27 responden (75%) dan minoritas dengan kategori kurang dengan jumlah responden 9 orang (25%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suhartanto (2009) di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang yang menunjukkan bahwa mayoritas peran perawat berada pada rentang cukup baik dalam pengendalian infeksi nosokomial yaitu sebesar 41,3%. Potter dan Perry (2005) menyatakan bahwa perawat memiliki peran dalam pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial. Peran perawat tersebut dapat dilihat dalam pelaksanaan praktik asuhan keperawatan yang dilakukan (WH0, 2002). Asuhan keperawatan yang kurang bermutu akan mengakibatkan terjadinya infeksi nosokomial yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh yang dapat menyebabkan hari rawat lebih 4
lama dan beban biaya menjadi lebih besar bahkan dapat menyebabkan kematian (Darmadi, 2008). Peneliti mempunyai asumsi apabila seluruh perawat diberikan pelatihan infeksi nosokomial tentunya besar kemungkinannya kinerja perawat dalam pengendalian infeksi nosokomial akan menjadi sangat bagus dan tentunya angka kejadian infeksi nosokomial lebih rendah. Dan hal ini akan menaikkan citra pelayanan rumah sakit dikarenakan mutu standart pelayanan salah satunya indikatornya adalah tinggi rendahnya angka infeksi nosokomial, semakin rendah angka infeksi nosokomial semakin efektif dan efisien pelayanan, hari rawat inap semakin pendek, tentunya biaya juga dapat ditekan. Pengendalian Infeksi Nosokomial Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa kategori pengendalian infeksi nosokomial oleh perawat pelaksana mayoritas tinggi yakni sebanyak 24 responden (66,7%) dan minoritas rendah yakni sebanyak 12 responden (33,3%). Fungsi pengendalian sangat penting dilakukan karena dapat memberi gambaran kualitas pelayanan rumah sakit khususnya pelayanan keperawatan. Kegiatan pengendalian merupakan suatu proses pemberian berbagai sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam mencapai tujuan organisasi. Tujuan dari pengendalian keperawatan adalah pemenuhan dan peningkatan kepuasan pelayanan pada pasien dan keluarganya. Pengendalian difokuskan pada kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan untuk melakukan tugasnya (Nursalam, 2009). Fungsi pengendalian dalam pengendalian infeksi nosokomial adalah perilaku kepatuhan perawat. Perilaku kepatuhan merupakan sifat sementara karena perilaku ini akan bertahan bila ada pengawasan. Jika pengawasan hilang atau mengendur maka akan timbul perilaku ketidakpatuhan (Sarwono, 1997). Pernyataan ini erat kaitannya dengan fungsi pengendalian kepala ruangan yang bertindak sebagai pengawas dalam setiap kegiatan. Menurut Fayol dalam Swansburg (2000) bahwa pengendalian merupakan kegiatan pemeriksaan yang memantau segala sesuatu yang telah direncanakan dan yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan serta prinsip-prinsip yang ditentukan yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi. Pengendalian infeksi nosokomial merupakan suatu kendali mutu dalam pelayanan keperawatan yang mengacu pada aktivitas yang digunakan untuk mengevaluasi, memantau, atau mengatur 5
layanan yang diberikan untuk konsumen dengan menggunakan standar yang merupakan nilai dasar yang telah ditentukan sebelumnya atau tingkat keunggulan yang berisi suatu model untuk diikuti dan dipraktikkan sehingga memandu perawat secara individual dalam melakukan asuhan yang aman dan efektif (Marquis, 2010). WHO (2002) menyatakan bahwa salah satu peran perawat dalam pengendalian infeksi nosokomial adalah pemantauan teknik aseptik. Teknik aseptik harus diterapkan pada semua prosedur asuhan keperawatan yang melibatkan membran mukosa, darah, dan cairan tubuh (CDC, 2002). Teknik aseptik yang paling utama yang harus dilakukan perawat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial adalah mencuci tangan (Larson, 2005). Mencuci tangan tetap dilakukan walaupun sudah memakai sarung tangan atau alat pelindung lainnya (Depkes, 1998). Berkaitan dengan tindakan mencuci tangan pada item kuesioner peneliti menunjukkan bahwa masih ada perawat yang jarang mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan sebesar 11,1%. Hal tersebut kemungkinan dapat disebabkan karena ketersediaan fasilitas mencuci tangan. Ketersediaan fasilitas mencuci tangan mempengaruhi dilakukan atau tidak tindakan mencuci tangan dengan baik dan benar (WHO, 2002). Disamping ketersediaan fasilitas, beban kerja, tenaga perawat juga mempengaruhi praktek mencuci tangan (Darmadi, 2008). Penelitian di RSUD DR. T. Mansyur tersebut sejalan dengan penelitian Antoniak (2004) yang berjudul Handwashing Compliance: A Teriary Canadian-accredited Hospital in The Middle East Promotes a Multidisciplinary Approach to Address The Challenges of Handwashing Compliance menunjukkan bahwa praktek mencuci tangan mempunyai beberapa kendala yaitu kurangnya waktu, sabun dan tissue atau handuk yang tidak tersedia, beban kerja yang berat, kurangnya tenaga perawat dan iritasi produk sabun pencuci tangan. Hubungan Peran Perawat Pelaksana terhadap Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Pertaminan Pangkalan Brandan Pada analisa bivariat menggunakan uji Chi Square untuk melihat hubungan dan tingkat masing-masing variabel yaitu variabel bebas dianalisis dengan variabel terikat. Hasil analisis antara variabel peran perawat dan pengendalian infeksi nosokomial mempunyai hubungan yang bermakna yang ditandai dengan nilai p < 0,05 (p = 0,000) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yakni ada hubungan antara peran 6
perawat pelaksana dengan pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan, yang berarti dapat dinyatakan ada hubungan yang bermakna antara peran perawat dengan kinerja SDM dalam pengendalian infeksi nosokomial. Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Handono, dkk (2007) didapatkan hasil yang mendukung dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni berdasarkan analisis hubungan antara faktor pelatihan/ pemahaman perawat dengan kinerja SDM perawat dalam pengendalian inos (infeksi nosokomial) menunjukkan adanya korelasi yang meskipun hanya lemah/rendah yaitu R= 0,223 namun nilai signifikansi yang dihasilkan cukup bermakna yaitu P= 0,045 yang berarti dapat dinyatakan ada hubungan yang bermakna antara pelatihan/pemahaman perawat dengan kinerja SDM dalam pengendalian Inos. Meskipun kontribusi angka yang disumbangkan hanya rendah, namun pihak manajemen tidak bisa memandang rendah bahkan harus tanggap dan menggali permasalahan lebih dalam lagi. Mengingat hasil diatas bahwa SDM yang telah diberikan pelatihan infeksi nosokomial dan dianggap memahami tentang infeksi nosokomial ternyata kinerjanya lebih baik dari pada karyawan yang tidak/belum pernah diberikan pelatihan infeksi nosokomial. Keterampilan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dapat dilihat dari tindakan perawat dalam menerapkan Standar Operasional Prosedur yang telah ditentukan di Rumah Sakit (Depkes, 2001). Asuhan keperawatan yang sesuai dengan Standar Operasional Prosedur dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial (Potter & Perry, 2005). Pada penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. T. Mansyur Tanjung Balai diketahui bahwa ada beberapa tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur terbukti dari hasil penelitian yang menunjukkan peran perawat dalam pengendalian infeksi nosokomial dalam rentang baik sebesar 37,7%. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari jawaban responden mengenai pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Pertamina Pangkalan Brandan, mayoritas pengendalian yang paling tinggi dilakukan oleh perawat yakni pada item kuesioner pengendalian infeksi nosokomial nomor tujuh yakni sebanyak 32 orang perawat (88,9%) menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker, ataupun gown di saat melakukan tindakan khusus dan pada item kuesioner nomor sepuluh yakni menghindari penularan yang 7
berasal dari cairan tubuh pasien ke pasien lainnya. Pengendalian infeksi nosokomial yang paling rendah yang dilaksanakan oleh perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Pertamina Pangkalan Brandan yakni dalam hal tuntutan penggunaan pakaian dinas saat di lingkungan rumah sakit saja, seluruh perawat yang berjumlah 36 orang (100%) mengenakan pakaian dinas dari rumah mereka masing-masing dan pulang dengan mengenakan mengenakan pakaian dinas dari rumah mereka masing-masing dan pulang dengan mengenakan baju dinas yang telah dipakai seharian bekerja di rumah sakit. Artinya tidak ada perawat yang mengenakan pakaian dinas saat sampai di rumah sakit atau hanya di lingkungan rumah sakit saja. Menurut asusmsi peneliti, apabila seorang perawat mengetahui bahwa dari hal pemakaian baju dinas dapat menyebabkan infeksi nosokomial, maka angka kejadian infeksi nosokomial dapat ditekan. Perawat yang mengenakan baju dinas baik saat di dalam lingkungan pekerjaan ataupun diluar lingkungan pekerjaan tidak hanya menyebarkan kuman penyakit kepada pasien yang dirawat di rumah sakit saja, namun kuman-kuman penyakit yang menempel di baju perawat yang berasal dari rumah sakit dapat tertularkan kepada orang lain di luar lingkungan rumah sakit yang kemungkinan memiliki tubuh yang tidak sakit pada awalnya. Fenomena di rumah sakit mengenai masih adanya perawat yang tidak menerapkan upaya pengendalian infeksi nosokomial tersebut kemungkinan dapat disebabkan karena perawat tidak pernah mengikuti pelatihan tentang infeksi nosokomial sehingga keterampilan perawat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial tergolong masih belum baik. Ivancevich et al (2007) menyatakan bahwa latihan atau pelatihan dapat memperbaiki pengetahuan. Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk membentuk tindakan atau perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007). Sehingga dapat dikatakan bahwa pelatihan tentang infeksi nosokomial akan mempengaruhi pengetahuan dan tindakan perawat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial. Semakin sering mengikuti pelatihan maka pengetahuan dan keterampilan akan semakin meningkat. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Mayoritas responden mengkategorikan peran perawat dengan kategori baik yakni sebanyak 27 responden (75%). 8
2. Mayoritas kategori pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Pertamina Pangkalan Brandan tergolong tinggi, yakni sebanyak 12 responden (33,3%). 3. Terdapat hubungan antara peran perawat dengan pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan. Saran 1. Bagi Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti mengenai hubungan peran perawat terhadap pengendalian infeksi nosokomial, sehingga disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut. 2. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya semua perawat yang bekerja di rumah sakit pernah mendapatkan pelatihan mengenai cara-cara pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit. DAFTAR PUSTAKA Bady, dkk. (2007). Jurnal. Analisis Kinerja Perawat dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial di IRNA I RSUP DR.SARDJITO. Yogyakarta: Program Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Universitas Gadjah Mada Brooker, C. (2008). Ensiklopedia Keperawatan Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC Darmadi, (2008). Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta: Salemba Medika Dimyati, V. (2011). Infeksi RS Ancam Kematian Pasien. Diunduh pada tanggal 27 Februari 2014 dari www.jurnas.com Habeahan, D. K. L. (2014). Peran dan Fungsi Perawat Sukaramai Sibande Dan Tinada Kabupaten Pakpak Bharat. Diunduh pada tanggal 15 Februari 2014 dari http://repository.usu.ac.id/handle/1234 56789/39939 Habni, Y. (2009). Perilaku Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Rindu A, Rindu B, ICU, IGD, Rawat Jalan di RSUP H. Adam Malik Medan. Diunduh tanggal 28 Februari 2014 dari http://www.repository.usu.ac.id 9
Handiyani, H., Allenidekania, & Tris Eryando. (2004). Hubungan Peran dan Fungsi Manajemen KepalaRuangan dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program Pengendalian Infeksi Nosokomial, Volume 8, Hal: 54, Jakarta: FIK UI Hermawan, A. G. (2007). The Role of Cefepime: Empirical Treatment in Critical Illness. Diunduh pada tanggal 28 Februari 2014 dari http://www.dexamedia/publication_up load07064306550001180931345dexa Media/edisi/april-jun2007.pdf. Volume 20, Hal: 59-62 Hidayat, A, A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Huber, D. L. (2006). Leadership and Nursing Management Care. Phyladelphia: Saunders Elsevier 10