BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. karena daerah Bekasi berbatasan langsung dengan Ibu Kota Jakarta (Betawi) dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian daerah merupakan suatu perwujudan kebudayaan yang memiliki nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan, dikomunikasikan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di

BAB I PENDAHULUAN Amalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Widyasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widdy Kusdinasary, 2013

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Karinding merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional atau

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. cara hidup sehari-hari masyarakat. Kesenian tradisional biasanya bersumber pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Rudat adalah salah satu kesenian tradisional yang berkembang di Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. serta menjadi milik masyarakat itu sendiri yang dikenal dan dikagumi oleh

2016 PELESTARIAN TARI TRADISIONAL DI SANGGAR SUNDA RANCAGE KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk ungkapan kehidupan atau pernyataan diri masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara untuk mencapai suatu tujuan yang

III. METODE PENELITIAN. teknik serta alat tertentu. (Winarno Surakhmad, 1982; 121).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman kesenian tradidisional adalah salah satu potensi budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

23. URUSAN KEBUDAYAAN

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Innez Miany Putri, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam. meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai keanekaragaman seperti yang terdapat di daerah lain di Indonesia. Kesenian tersebut di antaranya seni pencak silat, debus, patingtung, rudat, dan terebang gede. Salah satu kesenian tradisional di Banten yang sangat menonjol dan memiliki nilai historis ialah kesenian Pencak Silat. Ada banyak aliran silat yang berkembang di Banten, antara lain silat bandrong, terumbu, cimande, dan betsi. Seni budaya persilatan Banten pada umumnya berasal dari pondok-pondok pesantren yang tumbuh dan berkembang di Banten, figur kyai pengasuh pondok pesantren biasanya menjadi guru silat (Tim Penyusun Subdin Kebudayaan, 2007:10). Kesenian tradisional yang terdapat di Kota Cilegon tidak terlepas dari perkembangan agama Islam yang ada di Banten. Sejak masa Kesultanan Banten, kesenian tradisional mengalami perkembangan yang sangat pesat dan tidak bisa dilepaskan dari syiar agama Islam yang dilakukan oleh para ulama dan tokoh agama. Hal serupa diungkapkan Sutjianingsih (1997: 153) bahwa: Dalam masa kesultanan Banten, pengaruh Islam cukup kuat, sehingga berpengaruh dalam perkembangan kesenian tradisional. Kesenian tradisional sebagai peninggalan nenek moyang, disisipkan ajaran-ajaran Islam, hal ini karena merupakan salah satu sarana yang cukup potensial dalam menyebarkan agama Islam.

2 Kesenian Pencak Silat Bandrong termasuk salah satu kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Kota Cilegon. Pencak Silat Bandrong merupakan seni tradisional warisan leluhur Banten yang pada masa Kesultanan Hasanuddin mempunyai peranan penting bagi masyarakat Banten dalam mempertahankan wilayahnya. Pencak Silat Bandrong digunakan sebagai alat pertahanan diri dalam melakukan perlawanan terhadap musuh yang berasal dari luar maupun dari daerah Banten sendiri. Cerita kepahlawanan dan kesatriaan Pencak Silat Bandrong terangkat dengan peristiwa Geger Cilegon 1888 sehingga Pesilat Bandrong identik dengan pejuang dan kebanggaan tersebut masih tertanam pada Pesilat Bandrong hingga sekarang (Tim Penyusun Subdin Kebudayaan, 2007: 15). Kesenian Pencak Silat Bandrong yang terdapat pada Masyarakat Cilegon tidak hanya berfungsi sebagai ekspresi seni, melainkan juga aktualisasi dari religiusitas masyarakat baik terhadap Tuhan maupun para leluhur Banten melalui gerakan-gerakan silat yang sangat identik dengan sifat pejuang. Secara umum pertunjukan kesenian Pencak Silat Bandrong dapat digunakan sebagai media untuk mengungkapkan rasa syukur atas suatu peristiwa penting seperti pernikahan, khitanan, dan lain sebagainya. Sekitar tahun 1980-an kesenian Pencak Silat Bandrong mengalami perkembangan yang cukup pesat. Kesenian Pencak Silat Bandrong sering ditampilkan pada acara-acara seremonial ataupun eventevent tertentu yang bertujuan untuk menghibur penonton dan memeriahkan suasana, seperti pada acara pernikahan, khitanan, penyambutan tamu-tamu besar, ataupun acara peringatan proklamasi kemerdekaan.

3 Bentuk apresiasi seni pertunjukan kesenian Pencak Silat Bandrong secara konsisten sangat dibina dan diperhatikan keberlangsungannya oleh beberapa kalangan seperti seniman atau pekerja seni, instansi setempat sebagai pemegang kebijakan, dan masyarakat sebagai pendukung kesenian. Para seniman Pencak Silat Bandrong mendirikan berbagai padepokan yang khusus membina dan mengajarkan Pencak Silat Bandrong sehingga hampir di setiap Kecamatan Cilegon telah mempunyai organisasi kesenian tradisional Pencak Silat Bandrong. Kesenian Pencak Silat Bandrong diperkenalkan kepada masyarakat serta dipentaskan di luar wilayah Cilegon. Kenyataan ini terbukti pada acara pergelaran kesenian di Taman Mini Indonesia Indah, festival pencak silat di mancanegara, serta acara-acara besar nasional dan pariwisata penting yang diselenggarakan oleh instansi pemerintahan Kota Cilegon dan daerah sekitarnya. Kesenian tradisional Pencak Silat Bandrong sebagai warisan budaya dari para leluhur Banten akan tetap ada dan terjaga kelestariannya apabila mendapat dukungan dari masyarakatnya. Selama masyarakat masih memegang nilai-nilai tradisi yang terkandung di dalam Pencak Silat Bandrong maka seni tradisional tersebut akan tetap bertahan. Kesenian Pencak Silat Bandrong dapat dijadikan jatidiri Kota Cilegon karena mempunyai daya tarik yang tinggi dan bisa juga berfungsi sebagai media pendidikan tanpa menghilangkan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan M. Purna dan Sigit (1996:59):

4 Dalam silat sebenarnya belajar memahami tentang berbagai nilai-nilai sosial budaya setempat, seperti nilai-nilai tentang kesetiakawanan, kesabaran, pandangan hidup yang semuanya dapat membentuk manusia yang tangguh dan mampu melindungi yang lemah serta dapat menuntun masyarakat sekitar ke dalam kedamaian. Dalam kenyataannya kesenian Pencak Silat Bandrong ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya dan nilai-nilai tradisi yang terdapat pada kesenian Pencak Silat Bandrong menjadi semakin pudar. Hal ini merupakan salah satu dampak dari adanya arus globalisasi atau perkembangan zaman yang semakin maju. Kemajuan teknologi yang semakin canggih melalui media informasi, baik cetak maupun elektronik telah membawa dampak yang sangat luas dalam berbagai segi kehidupan, tanpa kecuali dalam bidang seni pun tidak luput dari perkembangan teknologi. Munculnya berbagai bentuk hiburan modern seperti bioskop, majalah, vcd, organ tunggal, dan band telah menggeser keberadaan kesenian Pencak Silat Bandrong di Kota Cilegon. Ditambah lagi media informasi seperti televisi juga jarang menayangkan acara mengenai profil seni tradisi. Hal ini yang membuat pertunjukan dan penggiat seni tradisi Pencak Silat Bandrong semakin lama menjadi semakin berkurang jumlahnya. Dengan semakin majunya teknologi komunikasi dan informasi memungkinkan masyarakat bisa menikmati berbagai alternatif hiburan yang ditayangkan televisi dan mengubah minat masyarakat terhadap seni tradisional. O.A. Yoety dalam bukunya yang berjudul Melestarikan Seni Budaya Lokal yang Nyaris Punah menegaskan bahwa:

5 Dalam bidang kesenian terjadi permasalahan yang menyangkut selera masyarakat. Sebagian besar masyarakat seleranya mulai beralih pada seni modern karena kesenian-kesenian tradisional yang ada masih dirasakan terdapat kekurangan-kekurangan dibandingkan dengan kesenian modern yang mulai melanda masuk desa (1985:10). Kesenian Pencak Silat Bandrong mulai ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya, terutama oleh generasi muda. Kesenian tradisional dijauhi karena dianggap tidak sesuai dengan aspirasi generasi muda. Anggapan generasi muda itu merupakan sesuatu yang bersifat prasangka, karena sudah menyatakan tidak setuju terhadap kesenian tradisional (Yoeti, 1985: 56). Semakin banyaknya berbagai gejala yang menyangkut perubahan generasi muda, menyebabkan kesenian tradisional Pencak Silat Bandrong yang dahulu merupakan kebanggaan masyarakat menjadi semakin pudar. Apabila hal ini terus dibiarkan maka kesenian Pencak Silat sebagai salah satu warisan budaya bangsa akan mengalami kepunahan. Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut melalui penelitian dengan judul skripsi Perkembangan Kesenian Pencak Silat Bandrong di Kota Cilegon Banten Tahun 1980-2002. Penelitian ini ditujukan guna mengetahui lebih jauh mengenai perkembangan kesenian Pencak Silat Bandrong di Kota Cilegon serta bagaimana peran masyarakat dan pemerintah dalam upaya pelestarian kesenian Pencak Silat Bandrong sehingga kesenian ini masih bertahan sampai sekarang dalam keadaan zaman yang terus berubah.

6 Ketertarikan penulis untuk mengkaji permasalahan di atas adalah sebagai berikut. Pertama, penulis melihat kesenian Pencak Silat Bandrong telah mengalami pasang surut, terutama berbagai generasi telah berupaya terus menerus untuk menghidupkan kesenian Pencak Silat Bandrong agar tetap eksis. Alasan ketertarikan penulis pada masalah tersebut karena kesenian Pencak Silat Bandrong yang sekarang masih hidup dan berkembang masih belum begitu dikenal oleh masyarakat Cilegon umumnya. Di samping memiliki nilai-nilai sakral yang berkaitan dengan tatanan budaya yang tinggi nilainya yang mana keberadaan dan perkembangannya kurang mendapat perhatian dari pihak-pihak terkait. Kedua, penulis ingin mengkaji bagaimana upaya masyarakat setempat atau pihak terkait terutama para seniman dalam mengembangkan seni tradisional yang dimilikinya. Ketiga, penulisan sejarah lokal mengenai seni Pencak Silat Bandrong sebagai usaha pelestarian terhadap potensi budaya lokal agar nama Banten bisa dikenal dimata dunia tidak dengan hal-hal yang negatif melainkan mempunyai nilai historisnya. Rentang waktu yang penulis ambil dalam penelitian ini adalah antara tahun 1980 sampai 2002, karena kesenian Pencak Silat Bandrong mengalami perkembangan yang cukup pesat pada tahun 1980 dengan sering ditampilkannya kesenian Pencak Silat Bandrong dalam berbagai acara. Pada tahun 1980 sampai 1996 ini kesenian Pencak Silat Bandrong mengalami puncak kejayaannya dan banyak seniman Pencak Silat Bandrong tercipta di berbagai daerah di Kota Cilegon, namun pada awal tahun 1997 keberadaan kesenian Pencak Silat Bandrong mulai mengalami penurunan yang diakibatkan oleh arus globalisasi.

7 Kesenian Pencak Silat Bandrong sudah jarang ditemui dalam acara-acara hajatan baik di pesta pernikahan maupun di acara khitanan. Penelitian ini penulis batasi hingga tahun 2002 dimana para seniman membentuk suatu Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Pencak Silat Bandrong sebagai upaya untuk mengangkat dan melestarikan budaya leluhur Banten melalui reorganisasi dan pemberdayaan kader-kader Pencak Silat Bandrong. Dengan data-data tersebut peneliti bertujuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. 1.2 RUMUSAN MASALAH Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa permasalahan yang menjadi kajian utama dalam penulisan skripsi ini. Adapun permasalahan pokok yang dikaji dalam penulisan skripsi ini yaitu Bagaimana kesenian Pencak Silat Bandrong di Kota Cilegon dapat bertahan di tengah arus globalisasi dan modernisasi?. Agar permasalahan yang dikaji menjadi lebih jelas, peneliti akan memberikan batasan masalah tersebut ke dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana latar belakang munculnya kesenian Pencak Silat Bandrong di Kota Cilegon? 2. Bagaimana kondisi kesenian Pencak Silat Bandrong di Kota Cilegon tahun 1980-2002? 3. Bagaimana peranan teknologi dalam perkembangan kesenian Pencak Silat Bandrong di Kota Cilegon?

8 4. Bagaimana peranan dari seniman dan pemerintah daerah dalam upaya pelestarian kesenian Pencak Silat Bandrong di Kota Cilegon? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan atau penelitian ini mencakup dua aspek, yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum bermaksud untuk memperoleh informasi dan pelajaran yang berharga dari peristiwa sejarah di masa lampau agar menjadi pijakan dalam melangkah di masa depan. Adapun tujuan khusus dari penulisan ini adalah untuk mengetahui alasan mengapa kesenian Pencak Silat Bandrong yang merupakan kesenian khas daerah Cilegon dapat bertahan di tengah arus globalisasi dan modernisasi. Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini, antara lain: 1. Mendeskripsikan mengenai latar belakang lahirnya kesenian Pencak Silat Bandrong di Kota Cilegon secara historis. 2. Mendeskripsikan perkembangan kesenian Pencak Silat Bandrong di Kota Cilegon dari tahun 1980-2002, ditinjau dari segi geografis, demografi penduduk, kondisi sosial-budaya masyarakat, serta kondisi kesenian Pencak Silat Bandrong dari tahun 1980-2002. 3. Menjelaskan peranan teknologi terhadap perkembangan kesenian Pencak Silat Bandrong di Kota Cilegon. 4. Menjelaskan upaya untuk mengembangkan dan mempertahankan kesenian Pencak Silat Bandrong tahun 1980-2002 baik dari peran seniman, pemerintah daerah, dan masyarakat.

9 1.4 MANFAAT PENELITIAN Secara umum diharapkan dengan adanya penelitian ini kesenian Pencak Silat Bandrong yang berada di Kota Cilegon dapat dikenal oleh masyarakat pada umumnya sebagai salah satu potensi budaya lokal yang dimiliki oleh masyarakat yang berada di Cilegon. Selain itu juga sebagai upaya untuk mengangkat dan melestarikan budaya leluhur Banten yang perkembangannya mengalami penurunan akibat adanya perkembangan zaman yang semakin maju. Secara khusus manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi penulis Hasil penelitian (skripsi) ini dapat menambah wawasan tentang keberadaan kesenian tradisional yang perlu dilestarikan, khususnya kesenian Pencak Silat Bandrong di Kota Cilegon. Salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang pada Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia. 2. Bagi para seniman dan masyarakat setempat Pencak Silat Bandrong sebagai bahan dalam mempertahankan seni tradisional dan untuk acuan dalam mengembangkan nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian Pencak Silat Bandrong. Penelitian ini diharapkan dapat memiliki nilai guna dan menjadi motivasi bagi masyarakat dalam upaya melestarikan kesenian Pencak Silat Bandrong agar bertahan dan berkembang sesuai dengan kebudayaan masyarakat.

10 3. Bidang Pendidikan Dalam bidang pendidikan, bahwa hasil penelitian (skripsi) ini dapat dijadikan sebagai salah satu materi muatan lokal di sekolah-sekolah baik di tingkat SD, SMP, SMA, bahkan Perguruan Tinggi. 4. Para pembaca Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan informasi mengenai kesenian daerah, khususnya kesenian Pencak Silat Bandrong yang berkembang di Kota Cilegon. 5. Pemerintah daerah Diharapkan penelitian ini dapat membantu pemerintah setempat dalam menginventarisasikan potensi budaya yang ada di wilayahnya dalam upaya menjaga, mempertahankan, dan melestarikannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah dengan cara memfasilitasi dan sering mengadakan pertunjukan kesenian Pencak Silat Bandrong sehingga para seniman Pencak Silat Bandrong termotivasi untuk ikut berpartisipasi dalam suatu pertunjukan tersebut. 1.5 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN a. Metode Penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode historis. Metode historis menurut Gottschalk (1986: 32) adalah suatu proses pengkajian, penjelasan, dan penganalisaan secara kritis terhadap rekaman serta peninggalan masa lampau. Metode historis dalam prosesnya mencakup empat hal, yaitu:

11 1. Heuristik Peristiwa yang dialami oleh manusia pada masa lampau ada yang meninggalkan jejak-jejak peninggalan bukti yang menyangkut kehidupan manusia. Semuanya itu dijadikan objek yang diteliti, dikaji dan disimpulkan oleh sejarawan. Objek tersebut diteliti melalui tahap heuristik (Ismaun, 2005: 25). Tahap heuristik merupakan langkah awal dari metode historis dengan melakukan pencarian terhadap sumber-sumber yang relevan baik sumber primer maupun sumber sekunder yang dapat dipergunakan dalam menjawab pertanyaan penelitian. Sumber-sumber yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumendokumen baik yang diterbitkan maupun tidak, film dokumenter, dan sumber tertulis lainnya. Selain sumber tertulis, digunakan pula sumber lisan dengan teknik wawancara yang dianggap dapat memberikan informasi terhadap permasalahan yang dikaji. 2. Kritik Pada tahap ini, penulis mencoba untuk menilai dan mengkritisi sumbersumber yang terkumpul. Fungsi dari proses ini adalah untuk mengetahui apakah sumber-sumber yang dipergunakan itu relevan atau tidak dengan permasalahan yang dikaji oleh penulis. Kritik sejarah atau kritik sumber adalah metode untuk menilai sumber yang dibutuhkan untuk mengadakan penulisan sejarah. Penilaian sejarah memiliki dua aspek, yaitu aspek eksternal dan aspek internal. Aspek eksternal yaitu cara pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah yang digunakan, baik sumber lisan maupun sumber tertulis dan kritik internal yakni cara pengujian yang dilakukan terhadap isi dari sumber tersebut.

12 3. Interpretasi Pada tahap ini, fakta-fakta yang diperoleh dirangkai dan dihubungkan menjadi satu kesatuan yang selaras, peristiwa yang satu dimasukan ke dalam konteks peristiwa lain yang melingkupinya. Interpretasi merupakan tahap untuk menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh dengan cara mengolah fakta yang telah dikritisi dengan merujuk beberapa referensi yang mendukung pada kajian penulis. Pada tahap ini penulis memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta yang telah diperoleh selama melakukan penelitian. 4. Historiografi Historiografi atau penulisan sejarah, yaitu proses penyusunan hasil penelitian yang telah diperoleh sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dari metode penelitian sejarah. Setelah sumbersumber ditemukan, dianalisis, ditafsirkan, kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan yang ilmiah sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia (Ismaun, 1992: 125-131). b. Teknik Penelitian Adapun teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam kepentingannya untuk mengkaji dan menganalisis permasalahan yang dikaji adalah dengan: 1. Studi Kepustakaan. Sebagai langkah awal penulis mengumpulkan sumbersumber yang sesuai dengan fokus kajian penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber atau literatur. Setelah itu penulis menganalisis setiap sumber yang diperoleh dengan membandingkan antara sumber satu dengan sumber

13 yang lain, sehingga diperolehlah data-data yang penulis anggap otentik, kemudian data-data tersebut penulis paparkan dalam bentuk karangan naratif yaitu skripsi. 2. Wawancara, yaitu suatu alat pengumpul data yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan, persepsi, keinginan, dan lain-lain dari individu atau responden melalui pertanyaan yang diberikan secara langsung kepada responden. Teknik wawancara ini erat dengan hubungannya dengan penggunaan lisan. 3. Studi Dokumentasi, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam rekaman, baik gambar, suara, tulisan atau lain-lain. Studi dokumentasi ini mempunyai kelebihan, yaitu apabila terdapat kekeliruan, sumber datanya masih tetap dan belum berubah. Hal tersebut menjadikan penulis lebih yakin dalam melakukan penelitian karena didukung dengan adanya bukti fisik dari studi dokumentasi tersebut. 1.6 SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika dari penulisan skripsi yang berjudul Perkembangan Kesenian Pencak Silat Bandrong di Kota Cilegon Tahun 1980-2002 ialah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini dikemukakan mengenai latar belakang masalah yang menjadi alasan peneliti sehingga tertarik untuk melakukan penelitian yang ditujukan sebagai bahan penelitian, rumusan masalah yang diuraikan dalam beberapa pertanyaan yang menjadi permasalahan dalam penelitian, pembatasan

14 masalah untuk memfokuskan kajian penelitian sesuai dengan permasalahan utama, tujuan dan manfaat dari penelitian yang dilakukan serta sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi. Bab II Tinjauan Kepustakaan. Dalam bab ini akan dijabarkan mengenai sumber-sumber kepustakaan yang digunakan dan mendukung terhadap permasalahan yang sedang dikaji oleh penulis yaitu mengenai seni tradisional di Kota Cilegon. Kajian pustaka ini merupakan kerangka dasar berpikir bagi penulis untuk dapat memahami temuantemuan yang diperoleh di lapangan, sehingga diharapkan dapat mempermudah dalam melakukan analisis terhadap permasalahan yang dikaji. Bab III Metodologi Penelitian. Dalam bab ini mengkaji tentang langkah-langkah yang dipergunakan dalam penulisan berupa metode penulisan dan teknik penelitian yang menjadi titik tolak penulis dalam mencari sumber-sumber serta data-data, pengolahan data, dan cara penulisan. Dalam bab ini juga, penulis berusaha memaparkan metode yang digunakan untuk merampungkan rumusan penelitian, metode penelitian ini harus mampu menjelaskan langkah-langkah serta tahapan-tahapan apa saja yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan. Semua prosedur serta tahapantahapan penelitian mulai dari persiapan hingga penelitian berakhir harus diuraikan secara rinci dalam bab ini. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penulis dalam memberikan arahan dalam pemecahan masalah yang dikaji.

15 Bab IV Pelestarian Nilai-Nilai Budaya Lokal Dalam Kesenian Pencak Silat Bandrong di Kota Cilegon. Bab ini merupakan bab hasil penelitian dan pembahasan yang berisi mengenai keterangan-keterangan dari data-data temuan di lapangan. Data-data temuan yang telah diperoleh penulis paparkan secara deskriptif untuk memperjelas maksud yang terkandung dalam data-data temuan tersebut. Penulis berusaha mencoba mengkritisi data-data temuan di lapangan dan membandingkannya dengan bahan atau sumber yang mendukung pada permasalahan yang penulis teliti. Selain itu juga, dalam bab ini dipaparkan mengenai pandangan penulis terhadap permasalahan yang menjadi titik fokus dalam penelitian yang penulis lakukan. Bab V Kesimpulan. Dalam bab terakhir ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan yang merupakan analisis penulis terhadap permasalahan yang telah diajukan sebelumnya secara keseluruhan, tentunya setelah penulis menganalisis semua fakta yang didapat dan didukung oleh berbagai sumber literatur yang telah penulis baca serta pengkajian pada bab sebelumnya.