BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I. perkembangan, yaitu fase remaja. Remaja (Adolescence) di artikan sebagai masa

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA SMA Z SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. alat-alat reproduksi tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka tinggali sekarang ini contohnya dari segi sosial, budaya, ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA (Studi literatur dari hasil-hasil penelitian kuantitatif)

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam suku dan sebagian besar suku yang menghuni kabupaten Merangin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan tersebut menjungjung tinggi moralitas berdasarkan norma-norma

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses kehidupannya manusia melewati tahap-tahap perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

DAFTAR BAGAN. Bagan 1: Kerangka Berfikir..61. hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia remaja merupakan dunia yang penuh dengan perubahan. Berbagai aktivitas menjadi bagian dari penjelasan usianya yang terus bertambah, tentu saja karena remaja yang sedang mengalami masa pubertas yang mempunyai dorongan atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan mulai timbul rasa ketertarikan dengan lawan jenis. Para remaja seharusnya lebih menjaga diri dari pergaulan bebas dan para orang tua juga harus memantau perilaku anak setiap harinya. Pada saat ini seks bebas adalah salah satu masalah yang melanda remaja di Indonesia. Hal ini terjadi karena pergaulan bebas, pengaruh media, keadaan lingkungan masyarakat, tidak berpegang teguh pada agama dan kurangnya perhatian orang tua. Remaja mudah terpengaruh dan mengikuti hawa nafsu karena tidak di bentengi oleh iman yang kuat. Remaja di Indonesia telah terbukti mulai melakukan hubungan seks pada usia muda. Hasil penelitian Yayasan Kesuma Buana (Ahmad, 2012) menunjukkan bahwa sebayak 10.3% dari 3.594 remaja di 12 kota besar di Indonesia telah melakukan hubungan seks bebas,berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 % remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks bebas. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2010 mengeluarkan hasil riset bahwa, 52 % remaja Medan sudah 1

2 melakukan seks bebas yang berdampak kepada terjangkitnya penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS), (Andriani, 2012). Ini artinya setiap tahunnya fenomena seks bebas atau perilaku seks pranikah yang dilakukan remaja terus mengalami peningkatan bahkan menambah korban penularan PMS (penyakit menular seks). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Darmasih pada tahun 2009 tentang hubungan antara pemahaman tingkat agama dengan perilaku seks pranikah pada remaja SMA di Surakarta menunjukkan bahwa remaja yang pemahaman tingkat agamanya baik dengan perilaku seks pranikah yang baik sebanyak 42 orang (36,8%) lebih tinggi daripada perilaku seks pranikah yang sedang yaitu 26 orang (22,8%), dan yang buruk yaitu 8 orang (7,0%). Sedangkan remaja yang pemahaman tingkat agamanya tidak baik dengan perilaku seks pranikah yang baik yaitu 8 orang (7,0%) lebih rendah dibandingkan dengan perilaku seks pranikah yang buruk yaitu 10 orang (8,8%), dan yang sedang yaitu 20 orang (17,5%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kartika dan Khamidah pada tahun 2013 tentang hubungan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seks pranikah pada siswa kelas XI di SMA N colomadu menunjukkan bahwa ada sekitar 53% perempuan berumur 15-19 tahun melakukan hubungan seksual sedangkan jumlah laki-laki dua kali lipat dari jumlah perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2012) menyatakan bahwa pelajar di SMA umum dan SMA berbasis Agama sama-sama memiliki sikap yang mengarah pada kecenderungan tidak mendukung terhadap seks pranikah. Namun 89,9% pelajar di SMA umum memiliki sikap yang sangat tidak mendukung dan tidak

3 mendukung terhadap seks pranikah. Sedangkan pada SMA berbasis Agama, hanya 77,8% pelajar yang memiliki sikap sangat tidak mendukung dan tidak mendukung terhadap seks pranikah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khairunnisa pada tahun 2013 tentang hubungan religiusitas dan kontrol diri dengan perilaku seksual pranikah remaja di MAN 1 samarinda menunjukkan bahwa ada sekitar 44% perilaku seksual pranikah di kalangan remaja meningkat dan banyak memiliki dampak negatif pada perkembangan psikologis remaja. Sebelum penelitian, peneliti melakukan wawancara kepada salah satu guru SMA Muhammadiyah 3 Surakarta pada hari Rabu, 4 Januari 2017. Beliau mengatakan bahwa terjadi seks bebas, banyak siswa yang berpacaran bahkan hingga terjadi hamil di luar nikah. Pada tahun 2016 ada salah satu siswi yang melakukan seks bebas hingga hamil di luar nikah, dengan kejadian tersebut siswi tersebut dikeluarkan dari sekolah. Peneliti melakukan observasi untuk melihat interaksi antar siswa di sekolah tersebut. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan bahwa tidak ada batasan yang terlihat antara siswa yang berbeda jenis kelamin. Siswa laki-laki bebas melakukan kontak fisik dengan siswa perempuan seperti berpegangan tangan dan duduk berhimpitan. Perilaku seks bebas yang melanda remaja sering sekali menimbulkan kecemasan para orang tua, pendidik, pemerintah, para ulama dan lain-lain. Untuk itu, perlu dilakukan penanganan sedini mungkin untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti aborsi. Aborsi adalah dampak paling berbahaya dari seks bebas, yang dari tahun ke tahun semakin banyak dilakukan remaja di Indonesia. Sesuai dengan masa remaja yang mempunyai rentangan usia 11-24 tahun,

4 masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa. Selain mengalami perubahan fisik terdapat pula perubahan psikologis yang hampir universal, seperti: meningginya emosi, minat, peran, pola perilaku, nilai-nilai yang dianut, dan bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan (Hurlock, 1999). Perubahan fisik yang cepat dan aktivitas hormon seksual kemudian menimbulkan perubahan-perubahan psikis maupun sosial. Dengan perkembangan kognisi dan emosi-emosi yang menyertai perkembangan fisik seksual, secara psikologis remaja mulai merasakan individualitasnya, menyadari perbedaannya dari jenis kelamin yang lain, merasakan keterpisahan-keterasingan dari dunia kanak-kanak yang baru saja dilaluinya, namun juga masih asing dengan dunianya. Dalam kondisi ini mereka mulai mempertanyakan identitasnya. Tanjung, dkk (dalam Janitra, 2012) menjelaskan bahwa pertumbuhan organ seksual pada remaja akan menumbuhkan suatu naluri seks yang akan mendorong seseorang untuk memanifestasikan ke dalam perilaku seksual. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan hubungan seks (Sarwono, 2010). Manusia dilarang oleh Tuhan mendekati zina (Seks Bebas), mendekati zina saja dilarang apalagi untuk melakukan zina. Larangan tersebut sudah dijelaskan di dalam Al Qur an surat Al-Isro ayat 32, yang artinya dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (Q.S. Al-Isra : 32).

5 Zina merupakan satu dosa yang amat besar dan sangat dimurkai oleh Tuhan. Kita sebagai generasi penerus bangsa harusnya bukan merusak diri dengan melakukan hal-hal yang dapat merugikan dan merusak diri. Kalangan remaja harus lebih meningkatkan akhlak dan moralnya dengan memperbanyak belajar ilmu agama. Salah satu solusi untuk mengatasi pergaulan bebas dengan mengajarkan Islam secara totalitas kepada para remaja kita, karena di dalam Al-Qur an dan Sunnah sudah ada seluruh aturan hidup dan kehidupan kita sebagai manusia, aturan pergaulan, juga termasuk pendidikan seks kepada anak dan orang tua, dan banyak aturan lainnya. Menurut Hurlock (1980) periode remaja memang disebut sebagai periode keraguan religiusitas. Menurut Wagner (dalam Hurlock, 1980) para remaja ingin mempelajari agama berdasarkan pengertian intelektual dan tidak ingin menerima begitu saja. Mereka meragukan agama bukan karena ingin menjadi agnostik atau ateis, melainkan karena mereka ingin menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna. Mereka ingin mandiri dan bebas menentukan keputusan-keputusan mereka sendiri. Akan tetapi, tidak semua remaja memiliki emosi yang kurang stabil karena pengetahuan tentang agama dapat mengendalikan emosi remaja dalam berperilaku. Seperti yang dikatakan oleh Jalaluddin (2002) bahwa tingkat religiusitas pada diri remaja akan berpengaruh terhadap perilakunya. Banyak faktor yang menyebabkan anak remaja melakukan perilaku seksual. Menurut Kartono (2005) yaitu belum adanya regulasi atau pengaturan terhadap penyelenggaraan hubungan seks dengan peraturan tertentu dan perubahan sosial perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan, dan komunikasi menyebabkan

6 perubahan sosial yang demikian cepat pada hampir semua kebudayaan manusia.. Selain faktor tersebut terdapat faktor-faktor lain menurut Pratiwi (2004) yaitu biologis, pengaruh orang tua, pengaruh teman sebaya, akademik, pemahaman kehidupan sosial, pengalaman seks, faktor kepribadian seseorang dan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi. Menurut Pratiwi (2004) salah satu penyebab anak remaja melakukan perilaku seksual yaitu pengalaman dan nilai-nilai keagamaan. Remaja yang memiliki penghayatan yang kuat mengenai nilai nilai keagamaan, integritas yang baik juga cenderung mampu menampilkan perilaku seksual selaras dengan nilai yang diyakininya serta mencari kepuasan dari perilaku yang produktif. Maksudnya bahwa remaja yang taat dalam beragama (religiusitas) akan dapat mengendalikan perilakunya, cenderung akan berperilaku sesuai dengan aturan agama tidak akan melakukan seks bebas. Semakin tinggi penghayatan agamanya (religiusitas) maka maka semakin rendah perilaku seks bebasnya namun sebaliknya jika penghayatan agamanya rendah maka semakin tinggi perilaku seks bebasnya. Artinya jika seseorang tingkat penghayatan agamanya (religiusitas) tinggi maka kemungkinan kecil seseorang akan melakukan perilaku seks bebas namun jika tingkat penghayatan agamanya (religiusitas) rendah maka kemungkinan besar seseorang akan melakukan seks bebas. Banyaknya fenomena siswa SMA yang melakukan seks bebas, hamil di luar nikah dan banyak yang terkena penyakit menular seksual menjadi dasar dilakukannya penelitian ini. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan antara

7 religiusitas dengan perilaku seks bebas pada siswa SMA Muhammadiyah 3 Surakarta? B. Tujuan Penulisan Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui : 1. Hubungan antara religiusitas dengan perilaku seks bebas pada siswa SMA Muhammadiyah 3 Surakarta. 2. Tingkat religiusitas pada siswa SMA Muhammadiyah 3 Surakarta. 3. Tingkat perilaku seks bebas pada siswa SMA Muhammadiyah 3 Surakarta. 4. Seberapa besar pengaruh (sumbangan efektif) religiusitas terhadap perilaku seks bebas pada siswa SMA Muhammadiyah 3 Surakarta. C. Manfaat Penulisan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Institusi pendidikan Memberikan sumbangan pemikiran ilmiah dalam pengembangan di bidang psikologi khususnya psikologi sosial. 2. Peneliti selanjutnya Dapat digunakan sebagai wacana dan bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian mengenai Hubungan antara religiusitas dengan perilaku seks bebas pada siswa SMA. 3. Sekolah tempat penelitian Sebagai bahan pertimbangan dalam mengontrol perilaku pada siswa SMA agar tidak melakukan seks bebas.