Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

dokumen-dokumen yang mirip
O Pembingbing. 1. Ida Bagus Putra Atmadja 2. Ida Ayu Sukihana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana. Abstract

BAB II PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN GARANSI. Setiap ada perjanjian pemberian garansi/ jaminan pasti ada perjanjian yang

PENYELESAIAN SECARA HUKUM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERBANKAN APABILA PIHAK DEBITUR MENINGGAL DUNIA

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

ANALISIS PERJANJIAN KREDIT DENGAN OBJEK JAMINAN BERUPA SURAT KEPUTUSAN PENSIUN JANDA/DUDA PADA BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

KEWENANGAN PELAKSANAAN EKSEKUSI OLEH KREDITUR TERHADAP JAMINAN FIDUSIA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ini jasa perbankan melalui kredit sangat membantu. jarang mengandung risiko yang sangat tinggi, karena itu bank dalam memberikannya

ABSTRAK Pemberlakuan Klausula Buy Back Guarantee

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Sebagai Jaminan Kredit Di Bank Tika Andarasni Parwitasari 6)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

AKIBAT HUKUM KREDIT TANPA JAMINAN BAGI PIHAK DEBITUR

BAB I PENDAHULUAN. permodalan bagi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menarik dana dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

IMPLEMENTASI KREDIT TANPA AGUNAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI PADA PT BANK OVERSEAS CHINEESE BANKING CORPORATION (OCBC) NISP TBK CABANG DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

KEWAJIBAN PEMBUATAN AKTA PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN(APHT) SEGERA SETELAH DITETAPKAN SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT)

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

KEDUDUKAN SURAT PENGANGKATAN PEGAWAI SWASTA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM JAMINAN DALAM PEYALURAN KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR TERHADAP KREDIT MACET DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

Oleh I Wayan Gede Pradnyana Widiantara I Nengah Suantra Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara hukum. Hal ini tertera pada Undang-Undang Dasar 1945

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

kemungkinan pihak debitor tidak dapat melunasi utang-utangnya sehingga ada

PELAKSANAAN PENANGGUNGAN ( BORGTOCHT ) DALAM PERJANJIAN KREDIT. ( Studi Kasus di PD. BPR BANK PASAR Kabupaten Boyolali )

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia.

KEDUDUKAN HAK RETENSI BENDA GADAI OLEH PT. PEGADAIAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

AKIBAT HUKUM BAGI DEBITUR YANG TELAH MENANDATANGANI PERJANJIAN STANDAR KREDIT PADA BPR TATA ANJUNG SARI DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

POLA PENYELESAIAN CESSIE DALAM KEGIATAN PERBANKAN PADA BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) CABANG UBUD

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA AKIBAT DEBITUR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT ULATIDANA RAHAYU DI KABUPATEN GIANYAR

ASPEK HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI. Oleh A.A Putu Krisna Putra I Ketut Mertha Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. satu perolehan dana yang dapat digunakan masyarakat adalah mengajukan

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERUBAHAN BANK GARANSI DALAM SUATU PENJAMINAN. A. Prosedur Perubahan/Amendment Bank Garansi Terhadap Perubahan Nilai

PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM-MEMINJAM DENGAN JAMINAN BENDA TIDAK BERGERAK PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) SRINADI DI KABUPATEN KLUNGKUNG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. KEWENANGAN PIHAK KETIGA SEBAGAI PENJAMIN DALAM PERJANJIAN KREDIT 1 Oleh : Sarah D. L.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk menjadikan Indonesia harus dapat meningkatkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. penyaluran kredit pada segmen corporate dan commercial kepada debitur yang

ASPEK HUKUM PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN OBLIGASI NEGARA RITEL

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DI BPR KARYA SARI SEDANA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN PADA KREDIT DI BANK MANDIRI CABANG SANUR

JAMINAN PERSONAL (PERSONAL GUARANTEE) SEBAGAI JAMINAN POKOK DALAM KREDIT KORPORASI DAN PRAKTEKNYA DALAM KEGIATAN PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

Kata Kunci: Banker s Clause, Perasuransian, Kredit

PERMOHONAN EKSEKUSI KEPADA PENGADILAN NEGERI BERKAITAN DENGAN PERJANJIAN FIDUSIA TERHADAP JAMINAN YANG DIGELAPKAN

Transkripsi:

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Perjanjian Kredit dengan Jaminan Pihak Ketiga dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Juncto Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Pedata Agreement Loans with Guarantees of Third Parties Connected by Law No. 10 of 1998 Concerning Banking Juncto Book III of the Book of the Law Pedata 1 Faisal Hamzah 1 Prodi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116 email: 1 Faisalhamzah999@gmail.com Abstract. Banks as financial institutions in addition to carrying out the functions briefing (mobilize) funds from the public in the form of deposits, banks are also functioning as an institution rarely credit.not in business as a credit institution bank asked for a collateral for loans that have been be given.guarantee It could be collateral material or individuals. This study aims to determine the terms of a credit agreement with a third party guarantee, as well as legal protection that can be given to the creditors. This research was conducted using the method of juridical normative research specifications were used in this research is descriptive analysis that describes the study of law against the non-fulfillment of the promise associated with the legislation in force and legal theories that support and analyze the obstacles often arise in practice conducted by studying documents and interviews. Based on the survey results revealed that the provision of credit agreement with a third party guarantee in the Civil Code refers to the provisions of Article 1820 to Article 1850.Apart than that there are several articles related to the production of this underwriting agreement such as Article 1131 to Article 1134, followed by Article 1313, Section 1320, Section 1329, Section 1338 Book of civil law legislation.law protection for creditors in the credit agreement with a third party guarantee is very small, because it is tied only the ability of a third party that the third party if the debtor defaults will pay off the debt of the debtor, and here there are no objects owned by third parties are bound by the lender, so the lender trouble to ask for the fulfillment of the achievements of the debtor by a third party. Keywords: Credit Agreement, Bank. Abstrak. Bank sebagai lembaga keuangan disamping menjalankan fungsi pengarahan (memobilisasi) dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan,bank juga menjalankan fungsi sebagai lembaga kredit.tidak jarang dalam usahanya sebagai lembaga kredit bank meminta suatu jaminan atas pinjaman kredit yang telah diberikan.jaminan tersebut dapat berupa jaminan kebendaan ataupun perorangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketentuan tentang perjanjian kredit dengan jaminan pihak ketiga,serta perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada pihak kreditor. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode yuridis normatif dengan spesifikasi penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis yang menggambarkan kajian hukum terhadap tidak dipenuhinya janji dihubungkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan teori-teori hukum yang mendukung serta menganalisis kendala yang sering muncul dalam praktik yang dilakukan dengan melakukan studi dokumen dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Ketentuan perjanjian kredit dengan jaminan pihak ketiga dalam KUHPerdata mengacu pada ketentuan Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850.Selain daripada itu terdapat beberapa pasal yang terkait dengan pembuatan perjanjian penanggungan ini seperti Pasal 1131 sampai dengan Pasal 1134,diikuti dengan Pasal 1313,Pasal 1320,Pasal 1329,Pasal 1338 KUHPerdata.Perlindungan hukum bagi kreditur dalam perjanjian kredit dengan jaminan pihak ketiga sangat kecil sekali,karena yang diikat hanya kesanggupan dari pihak ketiga yang menyatakan apabila debitur wanprestasi pihak ketiga akan melunasi hutang debitur,dan disini tidak ada benda milik pihak ketiga yang diikat oleh kreditur,sehingga kreditur kesulitan untuk meminta pemenuhan prestasi debitur oleh pihak ketiga. Kata Kunci: Perjanjian Kredit, Perbankan. 366

Perjanjian Kredit dengan Jaminan Pihak Ketiga... 367 A. Pendahuluan Bank sebagai lembaga keuangan disamping menjalankan fungsi pengarahan (memobilisasi) dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, bank juga menjalankan fungsi sebagai lembaga kredit sebagaimana dinyatakan dalam ketentuan Pasal 6 huruf b dan huruf m Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No 10 Tahun 1998 yang selanjutnya akan disebut dengan Undang-Undang Perbankan, 1 yakni usaha bank umum meliputi memberikan kredit dan menyediakan pembiayaan lain berdasarkan prinsip syariah serta sesuai dengan ketentuanyang ditetapkan Bank Indonesia. Begitu besarnya resiko yang akan ditanggung oleh bank sebagai akibat dari penyaluran kredit, bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat, diantaranya: 2 1. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit tanpa surat perjanjian tertulis; 2. Bank tidak diperkenankan memberikan kepada usaha yang sejak semula telah diperhitungkan kurang sehat dan akan membawa kerugian; 3. Bank tidak diperkenankan memberi kredit untuk pembelian saham, dan modal kerja dalam rangka kegiatan jual beli usaha, atau 4. Memberikan kredit melampaui batas maksimum pemberian kredit. Biarpun bank telah menerapkan asas perkreditan yang sehat, namun resiko kegagalan debitur tidak memenuhi kewajiban atau prestasi dapat saja terjadi. Oleh karena itu, dengan kekhawatiran debitur tidak dapat memenuhi prestasi, bank ada kalanya meminta jaminan pihak ketiga (jaminan perorangan) yaitu penanggungan atau broghtoct. Dalam jaminan perorangan atau borgtocht ini jaminan yang diberikan oleh debitur bukan berupa benda melainkan berupa pernyataan pihak ketiga (penjamin/guarantor) yang tak mempunyai kepentingan apa-apa baik terhadap debitur maupun terhadap kreditur, bahwa debitur dapat dipercaya akan melaksanakan kewajiban yang diperjanjikan; dengan syarat bahwa apabila debitur tidak melaksanakan kewajibannya maka pihak ketiga itu bersedia untuk melaksanakan kewajiban debitur tersebut. 3 Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu Bagaimana Ketentuan Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Pihak Ketiga Dihubungkan Dengan Undang-Undang N0. 10 Tahun 1998 Tentang Perbangkan Juncto Buku III KUHPerdata? dan Bagaimana Perlindungan Hukum Bagi Kreditur Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Pihak Ketiga Dihubungkan Dengan Undang-Undang N0. 10 Tahun 1998 Tentang Perbangkan Juncto Buku III KUHPerdata? B. Landasan Teori Jaminan atau agunan merupakan tindakan preventif untuk mengamankan utang debitur yang telah diberikan oleh kreditur yaitu dengan cara menjaminkan kekayaan debitur jika terjadi hal-hal yang menyebabkan debitur tidak dapat memenuhi kewajiban untuk membayar kembali atau dengan adanya kesanggupan pihak ketiga ix. Hal 392. 3 Ibid 1 Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Jakarta: Gramedia Pusaka Utama, 2008, hlm 2 Muhammad Djumharan, Hukum Perbankan Di Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, Ilmu Hukum, Gelombang 1, Tahun Akademik 2016-2017

368 Faisal Hamzah, et al. untuk memenuhi prestasi debitur. 4 Fungsi jaminan secara yuridis adalah sarana pelindung bagi keamanan kreditur yaitu kepastian akan pelunasan utang debitur atau pelaksanan suatu prestasi oleh debitur atau oleh penjamin. KUHPerdata telah memberikan sarana perlindungan bagi kreditur, seperti yang tercantum pada Pasal 1131 dan pasal 1132 KUHPerdata. Pasal 1131 KUHPerdata, berbunyi: segala kebendaan si berutang baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan. Pasal 1132 KUHPerdata, berbunyi: kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya; pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besarr kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila di antara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan. Dalam sistem hukum positif di Indonesia penanggungan hutang, diatur dalam Bab XVII Pasal 1820-1850 (termasuk Pasal 1316) KUH Perdata. Menurut Subekti, jaminan perorangan adalah suatu perjanjian antara seorang berpiutang dengan orang ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si berutang. 5 Pasal 1820 KUHPerdata berbunyi: penanggungan ialah suatu persetujuan di mana pihak ketiga demi kepentingan kreditur mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan debitur, bila debitur itu tidak memenui perikatannya. Seorang penanggung tidak dapat memberikan tanggungan yang melebihi syarat-syarat yang lebih berat daripada perikatan debitur. 6 Seorang penanggung mempunyai hak istimewa yaitu berupa tidak diwajibkannya penanggung untuk membayar kepada kreditur dalam hal debitur lalai membayar hutangnya kecuali setelah semua harta benda milik debitur disita lebih dahulu dan dijual untuk melunasi utangnya. C. Hasil Penelitian Berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, terdapat beberapa hal yang harus dan wajib diperhatikan oleh bank sebelum memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah : 1. Watak (character), watak atau karakter atau kepribadian calon debitur merupakan unsure terpenting dalam pertimbangan pemberian kredit. Watak adalah reputasi baik dari calon debitur, yaitu mereka selalu menepati janjinya dan berupaya untuk menepati janji, debitur harus mau dan mempu dalam mengembalikan kredit. 2. Kemampuan calon debitur (capacity), kemampuan calon debitur dalam mengelola usahanya harus diketahui oleh pihak bank, kemampuan ini akan memberikan kejelasan dalam analisis sejauh mana pendapatan pengusaha dari waktu ke waktu. Data dalam penelitian biasanya melalui pembukuan serta 4 Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain Yang Melekat pada Tanah Dalam Konsepsi penerapan Asas Pemisahan Horizontal, Jakarta: Citra Aditya Bakti, 1996, hlm 201. 5 Subekti, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti 1989, hlm 12-13. 6 Ibid Volume 3, No.1, Tahun 2017

Perjanjian Kredit dengan Jaminan Pihak Ketiga... 369 catatan pada calon debitur, juga dari instansi lain dan sebagainya. 3. Modal (capital), calon debitur harus mempunyai modal terlebih dahulu untuk memperoleh kredit. Jumlah dan stuktur calon debitur harus dapat diteliti untuk mengetahui tingkat rasio dan solvabilitasnya. 4. Agunan (colletreal), jaminan biasanya diartikan dengan harta benda milik debitur atau juga kesanggupan pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban calon debitur. 5. prospek usaha dari nasabah debitur (condition of economy), yaitu kondisi atau situasi yang memberikan dampak positif kepada usaha calon debitur atau sebagaimana disebutkan dalam penjelasan Pasal 8 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yaitu prospek usaha calon debitur. Melalui penilaian dengan menggunakan the five C s dapat terlihat bahwa kepercayaan bank terhadap calon debitur tersebut terlebih dahulu diteliti dari segala aspek. Pada prinsipnya ketentuan dalam perjanjian penanggungan (borghtoch) ini adalah penjamin (brog) ialah sebagai cadangan artinya penjamin baru membayar hutang debitur jika debitur tidak memiliki kemampuan lagi atau debitur sama sekali tidak mempunyai harta benda yang dapat disita. Bilamana pendapatan lelang sita atas harta benda debitur tidak mencukupi untuk melunasi utangnya, barulah tiba gilirannya untuk menyita harta benda penjamin. Hak istimewa yang dimiliki seorang penjamin ini tercantum dalam Pasal 1831 KUHPerdata. Hak istimewa tersebut dipertegas pada Pasal 1834 KUHPerdata yaitu pihak penjamin dapat menuntut supaya harta benda debitur lebih dahulu disita dan dilelang, dan membayar lebih dahulu biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penyitaan serta pelalangan tersebut.kenyataannya pihak pemberi jaminan perorangan tanpa mereka pahami, di dalam klausula Perjanjian Penanggungan (borgtocht) diwajibkan untuk melepaskan semua hak istimewanya termasuk hak istimewanya untuk menuntut dilakukannya lelang sita lebih dahulu atas harta benda debitur jika terjadi kredit macet. Hal ini dapat terjadi karena secara psikologis apabila debitur membutuhkan dana atau modal maka mau tidak mau akan tunduk pada syarat yang telah ditentukan oleh kreditur agar bisa secara cepat mendapatkan uang atau modal sehingga posisi bank selaku kreditur selalu lebih tinggi atau kuat apabila dibandingkan dengan posisi debitur. Dasar hukum dari pelaksanaan perjanjian penanggungan (borgtoch) di Bank BNI tertuang dalam KUHPerdata Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850 yang terbagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu: 1. Bagian pertama tentang sifat penanggungan yaitu Pasal 1820, Penanggungan diatur dalam Pasal 1820 KUHPerdata, menentukan: Penanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan si berutang manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya. 2. Bagian kedua tentang akibat-akibat penanggungan antara si berpihutang dan si penjamin yaitu Pasal 1831, menentukan: Penanggung tidak wajib membayar kepada kreditur kecuali debitur lalai membayar utangnya, dalam hal itu pun barang kepunyaan debitur harus disita dan dijual terlebih dahulu untuk melunasi utangnya. Selanjutnya Pasal 1832, menentukan: 3. Bagian ketiga tentang akibat-akibat penanggungan antara si berhutang dengan si penjamin yaitu dalam Pasal 1839, menentukan: Ilmu Hukum, Gelombang 1, Tahun Akademik 2016-2017

370 Faisal Hamzah, et al. Penanggung yang telah membayar dapat menuntut apa yang telah dibayarnya itu dari debitur utama, tanpa memperhatikan apakah penanggungan itu diadakan dengan atau tanpa sepengetahuan debitur utama itu. Penuntutan kembali ini dapat dilakukan baik mengenai uang pokok maupun mengenai bunga serta biaya-biaya. Mengenai biaya-biaya tersebut, penanggung hanya dapat menuntutnya kembali sekedar dalam waktu yang dianggap patut ia telah menyampaikan pemberitahuan kepada debitur utama tentang tuntutan-tuntutan yang ditujukan kepadanya. Penanggung juga berhak menuntut penggantian biaya, kerugian dan bunga bila alasan untuk itu memang ada. D. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Penulis, menyimpulkan bahwa: 1. Ketentuan perjanjian kredit dengan jaminan pihak ketiga dalam KUHPerdata mengacu pada ketentuan Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850. Selain dari pada itu terdapat beberapa pasal yang terkait dengan pembuatan perjanjian penanggungan ini seperti Pasal 1131 sampai dengan Pasal 1134, diikuti dengan Pasal 1313, Pasal 1320, Pasal 1329, Pasal 1338 KUHPerdata. 2. Perlindungan hukum bagi kreditur dalam perjanjian kredit dengan jaminan pihak ketiga sangat kecil sekali, karena yang diikat hanya kesanggupan dari pihak ke tiga yang menyatakan apabila debitur wanprestasi pihak ketiga akan melunasi hutang debitur, dan disini tidak ada benda milik pihak ketiga yang diikat oleh kreditur, sehingga kreditur kesulitan untuk meminta pemenuhan prestasi debitur oleh pihak ketiga Daftar Pustaka Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain Yang Melekat pada Tanah Dalam Konsepsi penerapan Asas Pemisahan Horizontal, Jakarta: Citra Aditya Bakti, 1996 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. 2000. Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Jakarta: Gramedia Pusaka Utama, 2008. Rony Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Ghalia Indonesia. Subekti, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti 1989. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Peraturan Direksi Bank Indonesia Nomor Nomor 27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995. Volume 3, No.1, Tahun 2017