BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Akuntansi Sektor Publik Organisasi sektor publik saat ini tengah menghadapi tekanan untuk lebih efisien, memperhitungkan biaya ekonomi dan biaya sosial, serta dampak negatif atas aktivitas yang dilakukan. Berbagai tuntutan tersebut menyebabkan akuntansi dapat dengan cepat diterima dan diakui sebagai ilmu yang dibutuhkan untuk mengelola urusan-urusan publik (Mardiasmo, 2002:1). Akuntansi sektor publik merupakan mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat dari lembagalembaga tinggi negara dan departemen-departemen dibawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM, dan yayasan-yayasan sosial, maupun proyekproyek kerjasama sektor publik dan swasta (Bastian, 2009:6) 2.1.2 Pengertian Kinerja dalam Sektor Publik Kinerja (perfomance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi organisasi yang tertuang dalam strategic planing suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan 12
yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target tertentu yang hendak dicapai (Mahsun dkk, 2007:157). 2.1.3 Pengukuran Kinerja dalam Sektor Publik Pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan); hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan (Robertson, 2002) dalam Mahsun dkk (2007:157). Sementara menurut Loham (2003) dalam Mahsun dkk (2007:157) menyatakan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaiaan pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategis organisasi. Larry D Stout (1993) dalam Bastian (2006:275) menyatakan bahwa pengukuran/penilaian kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi (mission accomplishment) melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa, ataupun suatu proses. Menurut James B. Whittaker (1993) dalam Bastian (2006:275) pengukuran/penilaian kinerja adalah suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. 13
2.1.4 Pelaporan Keuangan Pemerintah Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 menyatakan bahwa pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan: 1) Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan pengguna sumber daya keuangan. 2) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah. 3) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi. 4) Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya. 5) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh aktifitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya. 6) Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. 7) Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya. Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai pendapatan, belanja, transfer, dana cadangan, pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas dana, dan arus kas suatu entitas pelaporan. 14
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang berisi informasi keuangan. Informasi keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, baik pihak internal maupun pihak eksternal (Mahsun, dkk, :157) Sedangkan menurut Peraturan Pemerintahan Nomor 71 Tahun 2010, laporan keuangan merupakan laporan terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Laporan keuangan pemerintah daerah terdiri atas: 1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. 2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 3) Neraca Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. 4) Laporan Operasional (LO) Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah 15
pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan. 5) Laporan Arus Kas (LAK) Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasional, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan transaksi nonanggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu. 6) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 7) Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. 2.1.5 Kualitas Informasi Akuntansi Informasi merupakan salah satu komponen pokok yang menjadi tulang punggung dari suatu organisasi. Hal ini tidak terbatas hanya pada organisasi bisnis saja, melainkan juga pada organisasi, politik maupun pemerintah. Informasi yang 16
memadai sangat diperlukan untuk mendukung jalannya roda organisasi tersebut (Ompusunggu, 2002) Menurut Peraturan Pemerintahan Nomor 71 Tahun 2010, keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki yaitu: 1) Relevan Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini dan memprediksi masa depan serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Informasi relevan yang dimaksud memiliki kriteria sebagai berikut. (1) Memiliki manfaat umpan batik (feedback value) Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan alat mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu. (2) Memiliki manfaat prediktif (predictive value) Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini. (3) Tepat waktu Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan. 17
(4) Lengkap Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah. 2) Andal Informasi Dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik sebagai berikut. (1) Penyajian Jujur Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. (2) Dapat Diverifikasi (verifiability) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh. 18
(3) Netralitas Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu. 3) Dapat dibandingkan Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan. 4) Dapat dipahami. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud. 19
2.1.6 Kapasitas Sumber Daya Manusia Menurut Wirawan (2009:1) Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan sumber daya yang digunakan untuk menyinergikan sumber daya lainnya agar tujuan organisasi dapat terwujud. Tanpa SDM, sumber daya lainnya menganggur (idle) dan kurang bermanfaat dalam mencapai tujuan organisasi. Istilah SDM mencangkup semua yang terdapat dalam diri manusia antara lain terdiri atas dimensi-dimensi berikut. 1) Fisik manusia Keadaan fisik manusia meliputi tinggi-rendah atau berat-ringannya manusia, sehat-sakitnya fisik manusia, cantik-tampan atau tidaknya, serta kuatlemahnya fisik manusia. Kemampuan fisik digunakan untuk menggerakan, mengerjakan, atau menyelesaikan sesuatu. 2) Psikis manusia Keadaan praktis atau kejiwaan manusia antara lain meliputi sehat atau sakitnya jiwa manusia, motivasi, semangat dan etos kerja, kreativitas, inovasi, dan profesionalisme manusia. 3) Sifat dan karakteristik manusia Karakteristik manusia terdiri atas kecerdasan (kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial), energi atau daya untuk melakukan sesuatu, bakat, dan kemampuan untuk berkembang. 4) Pengetahuan dan keterampilan manusia Pengetahuan manusia meliputi tinggi-rendahnya pendidikan, pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang dimiliki manusia. 20
5) Pengalaman manusia Pengalaman manusia meliputi pengalaman yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pekerjaan. Winidyaningrum (2010) menyatakan bahwa kinerja sumber daya manusia adalah kemampuan seseorang atau individu, suatu organisasi (kelembagaan) atau suatu sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi atau kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Kapasitasnya harus dilihat sebagai kemampuan untuk mencapai kinerja, untuk menghasilkan keluaran-keluaran (output) dan hasil-hasil (outcomes). Pada umumnya seseorang memiliki kemauan tanpa kemampuan, atau kemampuan tanpa kemauan, atau bahkan tidak dua-duanya. Untuk tipe yang terakhir, bisa menyebabkan organisasi runtuh atau bangkrut, karena penyangganya (manusia sebagai pelaku organisasi) tidak mampu, tidak mau bekerja keras dengan sistem yang sehat, tidak berkoordinasi dengan orang lain, dan sebagainya (Kushandajani, 2008). Hassan (2010) mengatakan munculnya e-bisnis dan revolusi internet, kemajuan teknologi yang cepat, dan globalisasi menyebabkan sumber daya manusia hampir selalu menjadi permasalahan dalam tantangan ini. Oleh karena itu, program sumber daya manusia dan kebijakan harus menunjukkan bagaimana organisasi telah diarahkan sehingga mampu memenuhi tantangan. Organisasi yang sukses menunjukkan bahwa mereka telah mampu merancang sistem sumber daya manusia yang efektif. 21
2.1.7 Teknologi Informasi Teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara teknologi komputer dan telekomunikasi dengan teknologi lainnya seperti perangkat keras, perangkat lunak, database, teknologi jaringan, dan peralatan telekomunikasi lainnya. Selanjutnya, teknologi informasi dipakai dalam sistem informasi organisasi untuk menyediakan informasi bagi para pemakai dalam rangka pengambilan keputusan (Maharsi, 2000) Arad, Hamed dan Hoda Arad (2009) menyatakan Teknologi Informasi (TI) adalah istilah umum yang menggambarkan setiap teknologi yang membantu menghasilkan, memanipulasi, menyimpan, berkomunikasi, dan/atau menyebarkan informasi. Ketika berbicara tentang Teknologi Informasi (TI) secara keseluruhan, sering kali dikaitkan dengan penggunaan komputer dan informasi terkait. Supriyanto (2005:5) mengatakan bahwa sebenarnya istilah Teknologi Informasi (TI) atau Information Technologi (IT) yang popular saat ini adalah bagaian dari mata rantai panjang dari perkembangan istilah dalam dunia Sistem Informasi (SI) atau Information System (IS). Teknologi Informasi memang lebih mudah dipahami sebagai pengolahan informais yang berbasis pada teknologi computer yang saat ini teknologinya terus berkembang sehubungan perkembangan teknologi lain yang dapat dikoneksikan dengan computer itu sendiri. Jogiyanto (2009:18) mengatakan sistem teknologi informasi memberikan lima peran utama dalam organisasi, yaitu meningkatkan efisiensi, efektivitas, komunikasi, kolaborasi dan kompetitif. 22
2.1.8 Sistem Pengendalian Intern Arfianti (2011) mengatakan bahwa pengendalian intern dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem teknologi informasi yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan tertentu. Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi, serta berperan penting dalam pencegahan dan pendeteksian penggelapan (fraud). Pengendalian internal adalah suatu proses berulang untuk menemukan masalah, memecahkan masalah, menemukan masalah baru, dan memecahkan masalah baru tersebut (Wang, 2010). Menurut Curtis et all (2000) pengendalian internal dapat didefiniikan sebagai proses yang dipengaruhi oleh dewan entitas direksi, manajemen, dan personil lainnya, dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam kategori efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan dan memenuhi hukum dan peraturan. Elbannan (2009) mengatakan pengendalian intern merupakan bagian untuk memastikan keuangan tersebut dapat diandalkan dalam pelaporan. Pengendalian yang rendah akan membuat lebih rendah kualitas laporan keuangan perusahaan yang menimbulkan informasi risiko, premi risiko, dan menimbulkan biaya modal. Berdasarkan PP No. 60 tahun 2008, tujuan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap 23
peraturan perundang-undangan. Unsur-unsur sistem pengendalian intern pemerintahan terdiri dari: 1) Lingkungan pengendalian Pimpinan instansi pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan sistem pengendalian intern dalam lingkungan kerjanya. 2) Penilaian risiko Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan penilaian risiko yang terdiri dari identifikasi risiko dan analisis risiko. Dalam rangka penilaian risiko, pimpinan instansi pemerintah menetapkan tujuan instansi pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan. 3) Kegiatan pengendalian Pimpinan instansi pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi instansi pemerintah yang bersangkutan. 4) Informasi dan komunikasi Pimpinan instansi pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. 5) Pemantauan pengendalian intern. Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan pemantauan Sistem Pengendalian Intern. Pemantauan Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan review lainnya. 24
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Sebagai acuan dalam penelitian ini adalah penelitian sebelumnya, antara lain: 1) Penelitian sebelumnya oleh Susanta (2007) dengan judul Pengaruh Kesesuaian Tugas Teknologi dan Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Kualitas Informasi Akuntansi (Studi Kasus pada Perusahaan Asuransi Milik Negara di Denpasar). Variabel yang diteliti adalah kualitas informasi akuntansi sebagai variabel terikat dan kesesuaian tugas teknologi serta pemanfaatan teknologi informasi sebagai variabel bebas. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda, uji instrumen yaitu uji validitas dan uji reliabilitas serta menggunakan uji asumsi klasik diantaranya yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas. Hasil penelitian Susanta menunjukan bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap kualitas informasi akuntansi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Susanta adalah menggunakan pemanfaatan teknologi informasi sebagai salah satu variabel bebas dan kualitas informasi akuntansi sebagai variabel terikat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Susanta adalah penelitian Susanta menggunakan dua variabel bebas yaitu kesesuaian tugas teknologi dan pemanfaatan teknologi informasi sedangkan penelitian ini menggunakan tiga variabel bebas yaitu kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi. Selain itu Susanta melakukan penelitian yang berlokasi di perusahaan asuransi 25
milik Negara di Denpasar, sedangkan penelitian ini berlokasi di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Gianyar. 2) Penelitian sebelumnya oleh Parwani (2008) dengan judul Pengaruh Kemampuan Manajemen pada Kualitas Informasi Akuntansi Lembaga Perkreditan Desa di Kota Denpasar. Variabel yang diteliti adalah kualitas informasi akuntansi sebagai variabel terikat dan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sebagai variabel bebas. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji instrumen yaitu uji validitas dan uji reliabilitas serta menggunakan uji asumsi klasik diantaranya yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas. Hasil penelitian Parwani menunjukan bahwa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian berpengaruh signifikan terhadap kualitas informasi akuntansi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Purwani adalah menggunakan kualitas informasi akuntansi sebagai variabel terikat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Purwani adalah penelitian Purwani menggunakan empat variabel bebas yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sedangkan penelitian ini menggunakan tiga variabel bebas yaitu kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi. Selain itu lokasi penelitian Purwani berlokasi pada LPD di kota Denpasar, sedangkan penelitian ini berlokasi di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Gianyar. 3) Wiryani (2009) dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pengembangan Kualitas Sistem Informasi Akuntansi pada LPD di 26
Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung. Variabel yang diteliti adalah kualitas informasi akuntansi sebagai variabel terikat dan partisipasi pemakai, pelatihan pemakai, pengalaman pemakai, komunikasi pemakai-pengembang, pengaruh pemakai, konflik pemakai serta dukungan manajemen puncak sebagai variabel bebas. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda, uji instrumen yaitu uji validitas dan uji reliabilitas serta menggunakan uji asumsi klasik diantaranya yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas. Hasil penelitian Wiryani menunjukan bahwa partisipasi pemakai, pelatihan pemakai, pengalaman pemakai, komunikasi pemakai-pengembang, pengaruh pemakai, konflik pemakai serta dukungan manajemen puncak berpengaruh positif terhadap kualitas informasi akuntansi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Wiryani adalah menggunakan kualitas informasi akuntansi sebagai variabel terikat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Wiryani adalah penelitian Wiryani menggunakan tujuh variabel bebas yaitu partisipasi pemakai, pelatihan pemakai, pengalaman pemakai, komunikasi pemakai-pengembang, pengaruh pemakai, konflik pemakai serta dukungan manajemen puncak sedangkan penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel bebas yaitu kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi. Selain itu lokasi penelitian Wiryani terletak pada LPD di Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung, sedangkan penelitian ini berlokasi di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Gianyar. 27
2.3 Rumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pokok permasalahan penelitian yang akan diuji kebenarannya. Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kajian teori yang relevan ataupun hasil penelitian sebelumnya maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut. 1) Pengaruh kapasitas sumber daya manusia terhadap kualitas informasi akuntansi pada pelaporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Gianyar. Fontanella (2010) mengatakan kapasitas SDM merupakan salah satu elemen kunci dalam penyediaan dan pemanfaatan laporan keuangan pemerintah. Di Indonesia, kesiapan SDM pemerintah menuju tata kelola keuangan Negara yang akuntabel dan transparan masih menjadi dilemma. Berdasarkan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002, tentang pedoman tentang pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah serta tatacara penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, pelaksanaan tata usaha keuangan daerah dan penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan Keputusan Menteri dibutuhkan dukungan dari teknologi dan sumber daya manusia yang memiliki latar belakang pendidikan khususnya dalam bidang akuntansi yang memadai. Adanya sumber daya manusia yang berkualitas, maka akan mempermudah dalam pelaksanaan fungsi akuntansi yang ada sehingga informasi akuntansi sebagai produk dari sistem akuntansi bisa berkualitas. Namun, masih banyak pemahaman pegawai terhadap tugas dan fungsinya sehingga terjadi hambatan 28
di dalam pengolahan data yang berdampak pada keterlambatan penyelesaian tugas, salah satunya dalam penyajian laporan keuangan. Keterlambatan ini juga dapat menyebabkan Informasi yang dihasilkan menjadi kurang atau tidak memiliki kualitas, sebagaimana masih banyak ditemui dalam pelaporan keuangan pemerintah dalam hal ini laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Gianyar. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis 1 penelitian ini adalah sebagai berikut. H1: Kapasitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap kualitas informasi akuntansi. 2) Pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap kualitas informasi akuntansi pada pelaporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Gianyar. Perkembangan pemanfaatan teknologi informasi kini telah dimanfaatkan oleh organisasi sektor publik, termasuk oleh pemerintahan. Dalam Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah dijelaskan bahwa untuk menindaklanjuti terselenggaranya proses pembangunan yang sejalan dengan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance), Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan mengelola keuangan daerah, dan menyalurkan Informasi Keuangan Daerah kepada pelayanan publik. Dengan demikian Pemerintah Daerah perlu mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dalam hal membangun jaringan sistem informasi manajemen dan 29
proses kerja yang memungkinkan pemerintahan bekerja secara terpadu dengan menyederhanakan akses antar unit kerja. Pemanfaatan teknologi informasi juga akan membanu dalam mengurangi kesalahan-kesalah salah satunya dalam hal pengelolaan keuangan dan membantu mempercepat dalam pengolahan data. Dengan demikian pemanfaatan teknologi informasi mesti akan sangat membantu mempercepat proses pengolahan data transaksi dan penyajian laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Gianyar. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis 2 penelitian ini adalah sebagai berikut. H2: Pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap kualitas informasi akuntansi. 3) Pengaruh pengendalian intern akuntansi terhadap kualitas informasi akuntansi pada pelaporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Gianyar. Menurut Jokipii (2010) Pengendalian internal mempengaruhi banyak proses dalam suatu organisasi dan langkah-langkah kinerja tradisional yang handal, yang dapat diklaim untuk mengukur kinerja karena sistem pengendalian internal tidak dapat diidentifikasi dalam literatur. Menurut Rittenberg (2007) mempertahankan pengendalian internal yang efektif tidaklah statis. Organisasi harus memperhtikan pengendalian yang akan berubah-ubah dari waktu ke waktu sebagai risiko dan perubahan proses. Dengan demikian setiap organisasi harus memiliki proses untuk memperbarui pengendalian secara optimal. Dalam kenyataannya masih banyak laporan keuangan belum memenuhi kualitas informasi yang baik. Hal tersebut dapat 30
dilihat dari penyimpangan-penyimpangan dan kebocoran yang masih ditemukan dalam laporan keuangan akibat pengendalian yang kurang efektif. Bila dikaitkan dengan pemerintahan, pengendalian internal ini sangat perlu diperhatikan mengingat banyak kasus mengenai belum andalnya laporan keuangan pemerintah dalam hal ini laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Gianyar karena pengendalian internalnya yang masih lemah. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis 3 penelitian ini adalah sebagai berikut. H3: Pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif terhadap kualitas informasi akuntansi 31