BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang berkualitas untuk menghadapi era global.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi Awal

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti penyelidikan, penyusunan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi, administrasi perkantoran, pemasaran, tata boga, tata kecantikan dan tata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masayarakat dan organisasi dalam lingkungan pendidikan. Terdapat banyak

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai. Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan sekolah Dasar. Disusun Oleh : Disusun :

BAB I PENDAHULUAN. luas, kreatif, terampil dan berkepribadian baik. oleh masyarakat yang ditujukan kepada lembaga pendidikan, baik secara langsung

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 2, Tahun 2012 Nuansa Ayu Febrina & Isroah Halaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk. kehidupan Bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis untuk mewujudkan. sumber daya manusia dalam menghadapi perkembangan dan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang dialami langsung oleh siswa. Nana Sudjana. (2008:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. berproses secara efektif dan efisien tanpa adanya model pembelajaran. Namun

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga materi yang disampaikan oleh guru kurang diserap oleh siswa.

I. PENDAHULUAN. (2012:5) guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Sudariyanti, Yustina, Nursal Phone:

Ai Rosliyani 1, Nurdinah Hanifah 2, Riana Irawati 3

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Pendidikan Dasar (SD dan SLP) dan Pendidikan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses penyampaian pelajaran dibutuhkan pendekatan-pendekatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. pasal 25 ayat 1 menyatakan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

`BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru tidak hanya mentransfer ilmu kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 4 menjelaskan bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. adalah program pendidikan berdasarkan nilai-nilai pancasila sebagai wahana

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendidikan seseorang dapat meningkatkan potensi yang ada pada dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Akan tetapi banyak persoalan-persoalan yang sering muncul dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan tidak terlepas dari peranan tenaga pendidik, peserta

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, yang mana praktik-praktik pembelajaran di lapangan cenderung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Drajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, pemerintah maupun pihak yang berhubungan langsung dalam proses

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan akan menunjang kehidupan yang lebih baik di masa depan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan, kepribadian, moral, pembentukan watak untuk. jenjang pendidikan yang selanjutnya.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar guru memiliki peranan penting dan strategis dalam membimbing peserta didik, sehingga guru sering dikatakan sebagai ujung tombang pendidikan. Dalam melaksanakan tugasnya seorang guru tidak hanya menguasai bahan ajar dan memiliki kemampuan teknik edukatif, tetapi harus memiliki kepribadian dan integritas pribadi yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi peserta didik, keluarga maupun masyarakat. Dengan demikian kedudukan guru semakin bermakna dalam mempersiapkan sumber daya yang berkualitas untuk menghadapi era global. Guru di sekolah harus mampu memahami bahwa karakteristik potensi siswa yang belajar di dalam kelas berbeda-beda. Perbedaan karakteristik siswa mengharuskan kadar pemberian pengetahuan dan pemahaman disesuaikan berdasarkan tinggkatan siswa. Guru harus lebih kreatif mengelola kelas dengan menciptakan suasana belajar yang hidup, bervariasi, mengundang rasa ingin tahu dan mengoptimalkan daya pikir siswa dengan menguasai dan menerapkan model, metode, teknik, pendekatan dan strategi pembelajaran didalam kelas. Gurulah yang akan menjadi aktor penentu keberhasilan siswa dalam menerima pembelajaran yang diberikan. Pembelajaran yang sering diterapkan di sekolah-sekolah adalah pembelajaran konvensional. Guru adalah sumber informasi utama bagi siswa. Guru merupakan subjek aktif yang tugasnya memberikan informasi dan ilmu 1

2 pengetahuan, sedangkan siswa hanya pasif karena tugas mereka hanya menampung apa saja yang diberikan guru ke dalam pikirannya. Akibatnya, komunikasi hanya berlangsung satu arah saja yaitu hanya dari guru ke siswa (Yuli Kwartolo, 2007: 70). Dalam proses belajar mengajar metode ceramah cenderung sering digunakan sebagai metode utama. Guru menganggap metode tersebut merupakan metode yang ampuh sehingga biasanya guru sudah merasa mengajar apabila sudah melakukan ceramah (Wina Sanjaya, 2008: 97). Pada akhirnya pembelajaran yang ada menjadi cenderung monoton, kaku, dan tidak ada kegairahan dan pembelajaran seperti inilah yang disebut dengan pembelajaran berorientasi pada guru (teacher centered). Adanya perubahan paradigma dalam proses pembelajaran dimana kegiatan belajar mengajar tidak berpusat pada guru lagi melainkan berpusat pada siswa diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat lebih aktif dalam membangun pengetahuan, sikap, dan perilakunya (Tina Afiatin, 2011: 1). Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip pembelajaran yaitu prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman. Prinsip ini (prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman) berhubungan dengan prinsip aktivitas, bahwa setiap individu harus terlibat secara langsung untuk mengalaminya (tim pengembang MKDP, 2011: 185). Selain itu, prinsip belajar adalah berbuat (Learning by Doing) juga sangat relevan, karena prinsip ini mempunyai makna bahwa belajar bukan hanya sekedar mendengarkan, mencatat sambil duduk di bangku, akan tetapi belajar adalah proses beraktivitas (Wina Sanjaya, 2008:30). Akuntansi merupakan mata pelajaran produktif (peminatan) pada Sekolah Menengah Kejuruan Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen (Permendikbud Nomor 70:2013). Akuntansi

3 adalah suatu pelajaran yang tersusun secara beraturan, logis dan berjenjang. Dengan demikian, pelajaran Akuntansi tersusun sedemikian rupa sehingga pemahaman terdahulu menjadi dasar pemahaman selanjutnya. Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan (Syaiful Sagala, 2010:62). Model dirancang untuk mewakili kenyataan sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah kenyataan dari dunia sebenarnya. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelompok maupun tutorial (Agus Suprijono, 2011:46). Penerapan model pembelajaran yang bervariasi sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena dengan menerapkan model pembelajaran. Pusat pembelajaran bukan lagi terletak pada guru melainkan pembelajaran pada siswa. Siswa bukan lagi sebagai objek dalam pembelajaran namun sebagai subjek pembelajaran. Menurut Joyce dan Weil dalam Syaiful Sagala (2012:176) model pembelajaran adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, buku-buku kerja, program multimedia, dan bantuan belajar melalui program komputer. Ada 4 (empat) rumpun model pembelajaran yang dikemukakan oleh Joyce dan Weil yaitu: (1) model pengolahan informasi (the information processing models); (2) model personal (personal models); (3) model interaksi sosial (social models); dan (4) model sistem perilaku (behavioral systems).

4 Pembelajaran kooperatif merupakan rumpun model pembelajaran sosial yang dibangun berdasarkan konsep konstruktivisme. Sikap konstruktivis adalah bahwa pengetahuan tidak sekedar ditransmisikan oleh guru atau orang tua, tetapi mau tidak mau harus dibangun dan dimunculkan sendiri oleh siswa agar mereka dapat merespons informasi dalam lingkungan pendidikan. (Joyce, dkk, 2011:14). Model Cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil di mana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar (Bern dan Erickson, 2001:5). Melalui model pembelajaran kooperatif siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan dengan temannya (Slavin:1995). Hal ini diperkuat dari hasil penelitian Cooper (dalam Supriatna, 2001:31). Pembelajaran kooperatif telah mampu meningkatkan daya tarik interpersonal diantara siswa yang semula memiliki prasangka kurang baik, dengan pengalaman tersebut telah meningkatkan interaksi kelompok (etnik dan status sosial) baik dalam pengajaran di kelas maupun dalam hubungan sosial di luar kelas. Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif yaitu (1) Model STAD (Student Teams Achievement Division); (2) Model JIGSAW; (3) Investigasi Kelompok (Group Investigation); (4) Model Membuat Pasangan (Make a Match); (5) Model TGT (Teams Games Tournamens); dan (6) Model Struktural (Rusman, 2012:213). Berdasarkan hasil observasi awal pada hari Rabu, 16 Oktober 2013 di kelas X AK 1 SMK Negeri 1 Kutacane tampak bahwa selama pelaksanaan pembelajaran Akuntansi, intensitas penggunaan model pembelajaran yang

5 dilakukan guru adalah model pembelajaran konvensional, metode ceramah masih terlalu sering dilakukan oleh guru. Guru melakukan ceramah untuk memberikan materi pelajaran pada siswa, dan di sisi lain siswa duduk diam memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru tersebut. Selanjutnya, karena materi Akuntansi cenderung lebih banyak berhitung, maka guru pada saat mengajar sering menerapkan metode latihan dan penugasan sebagai variasi mengajar. Guru sering mengandalkan dua metode mengajar tersebut untuk digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran Akuntansi dan kurang memberikan variasi mengajar yang lain. Komunikasi yang terjalin selama pembelajaran cenderung satu arah saja, yaitu dari guru ke siswa. Pembelajaran Akuntansi yang ada menjadi monoton dan kurang bermakna bagi siswa sehingga mengakibatkan Aktivitas Belajar siswa menjadi kurang optimal. Dengan jumlah siswa 38 orang, siswa laki laki berjumlah 10 orang dan perempuan berjumlah 28 orang. Rata rata hasil belajar akuntansi hanya mencapai 47% sedangkan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) siswa harus mencapai 75, untuk tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari Akuntansi hanya 18 orang (47%) dari 38 siswa. Sedangkan yang belum berhasil sekitar 20 orang (53%). Hal ini berdasarkan hasil observasi awal yang menunjukkan bahwa pada saat guru menjelaskan materi siswa cenderung kurang memperhatikan, terutama siswa yang duduk di bagian belakang. Mereka asyik mengobrol ataupun menulis hal-hal yang tidak terkait dengan materi. Tidak ada siswa yang bertanya pada guru. Akan tetapi, apabila pada saat ditanya oleh guru siapa saja yang belum mengerti dan ingin bertanya, semua siswa hanya diam. Lalu pada saat mengerjakan soal latihan, siswa kebanyakan tidak mengerjakan

6 soal, siswa mengerjakan soal tetapi hanya mengandalkan dan mencontek hasil pekerjaan teman sebangkunya, dan mengharapkan jam pelajaran segera berakhir. Kemudian pada saat pembahasan soal latihan, hanya 4 orang siswa yang berani menuliskan jawabannya di papan tulis dari soal latihan yang telah dikerjakannya. Dan berdasarkan wawancara terhadap 4 (empat) orang guru bidang studi Akuntansi dengan menerapkan instrument pertanyaan (terlampir). Dari data tersebut, pada pertanyaan poin pertama dari 4 (empat) orang guru, 2 (dua) orang guru dapat menjawab pertanyaan dan 2 (dua) orang guru tidak dapat menjawab pertanyaan. Pada pertanyaan poin kedua dari 4 orang guru yang sama, tidak ada guru yang dapat menjawab pertanyaan tersebut. Pada pertanyaan poin ketiga, dari 4 (empat) orang guru yang sama, 1 (satu) orang guru dapat menjawab pertanyaan dan 3 (tiga) orang guru tidak dapat menjawab pertanyaan. Pada pertanyaan poin keempat, dari 4 (empat) orang guru yang sama, 1 (satu) orang guru dapat menjawab pertanyaan dan 3 (tiga) orang guru tidak dapat menjawab pertanyaan. Berdasarkan data awal penelitian tersebut, jelas mengindikasikan adanya permasalahan guru dalam menerapkan kegiatan pembelajaran Akuntansi yang harus segera dicarikan solusinya. Sebagai upaya pemecahan terhadap masalah yang timbul dalam proses pembelajaran Akuntansi di kelas X AK 1 SMK Negeri 1 Kutacane tersebut maka dilakukanlah Penelitian Tindakan atau disebut pula dengan istilah Action Research. Pendekatan yang dipilih dan digunakan dalam Penelitian Tindakan ini adalah melalui Supervisi Klinis karena Supervisi klinis adalah pembinaan performansi guru mengelola proses pembelajaran (Sullivan & Glanz, 2005 dalam

7 Prasojo. Dkk, 2011:113) yang bertujuan pengembangan profesional dan motivasi guru. Sejalan dengan itu, Nana Sudjana (2011:113) menyatakan bahwa supervisi klinis merupakan salah satu pendekatan dalam supervisi akademik. Supervisi akademik adalah inti dari supervisi dengan sasaran utamanya adalah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Tujuan utamanya adalah memperbaiki kekurangan atau kelemahan guru dalam melaksanakan pembelajaran. (Sagala, 2010:195) menyatakan bahwa dapat diyakini bahwa supervisi klinis adalah salah satu kunci untuk memenuhi kualitas mengajar yang baik dan cara menjadikan peserta didik belajar menjadi lebih baik dan berkualitas. Dan selanjutnya (Sagala, 2010:196) menyatakankan bahwa penerapan supervisi klinis dapat menjamin kualitas pelayanan belajar secara berkelanjutan dan konsisten. Sedangkan pendekatan yang dipilih dan digunakan dari segi model pembelajaran adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) karena Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) menjadikan siswa lebih berpartisipasi dalam pembelajaran, aktivitasnya meningkat, berani menyampaikan pendapat, mampu menjelaskan persoalan pelajaran lewat diskusi dan kerja kelompok, nilai afeksi dan psikomotornya juga meningkat. (U. Nugroho, Hartono dan S.S. Edi, 2009: 111). Menurut Pradyo Wijayanti, (2002:2). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) adalah salah satu jenis model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan pendekatan yang baik untuk guru yang baru memulai menerapkan model pembelajaran dalam kelas. Menurut Slavin dalam Rusman, (2012:213) model STAD (Student Teams

8 Achievement Division) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa inggris, teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Dalam model STAD (Student Teams Achievement Division), siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka mendorong peneliti melakukan penelitian tindakan terhadap guru melalui supervisi klinis dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) yang diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Akuntansi yang bermuara meningkatnya prestasi siswa. B. Identifikasi Masalah. Indikasi masalah yang berhubungan dengan rendahnya kompetensi guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) yaitu sebagai berikut : (1) adanya perubahan paradigma dalam proses pembelajaran dimana kegiatan belajar mengajar tidak berpusat pada guru, melainkan berpusat pada siswa, sehingga siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran; (2) bahwa selama pelaksanaan pembelajaran Akuntansi, model pembelajaran yang diterapkan guru adalah model pembelajaran konvensional metode ceramah dengan metode variasi latihan dan penugasan yang menyebabkan pembelajaran menjadi monoton; (3) kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan

9 keterampilan guru dalam penerapan model pembelajaran, sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi tidak optimal; (4) kurangnya pembinaan dan pelatihan terhadap guru sehingga guru tidak mengetahui perkembangan model-model pembelajaran yang seharusnya disesuaikan dengan kompetensi peserta didik yang hendak dicapai dalam pembelajaran; (5) rendahnya minat guru untuk menambah pengetahuan dan keterampilannyadalam meningkatkan kompetensi terhadap model-model pembelajaran; (6) masih rendahnya motivasi guru dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan perkembangan model-model pembelajaran; dan (7) rendahnyapemahaman gurudalam menerapkan model pembelajaran kooperatif. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas. Karena banyaknya aspek dan teknik model pembelajaran kooperatif, maka perlu adanya pembatasan masalah dalam penelitian ini. Batasan masalah tersebut adalah meningkatkan kompetensi guru Akuntansi dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division). D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah supervisi klinisdapat meningkatkan kompetensi guru Akuntansi dalammenerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) di SMK Negeri 1 Kutacane?.

10 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuipeningkatankompetensi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) melalui supervisi klinis di SMK Negeri 1 Kutacane. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain : 1. Bagi siswa di sekolah, dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran dan dapat menemukan cara pembelajaran yang baik. 2. Bagi guru, meningkatkan kompetensi guru dalam proses pembelajaran. 3. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu belajar bagi siswa. 4. Bagi Pengawas sekolah, dapat membantu dalam membimbing dan membina guru dalam pelaksanaan tugasnya sehingga dapat meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru.