BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA

dokumen-dokumen yang mirip
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perpustakaan LAFAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

Restrukturisasi dan privatisasi BUMN. Sistem Ekonomi Indonesia

NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. BUMN sebagai salah satu badan hukum publik yang bergerak di sektor

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero)

Piagam Dewan Komisaris. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2007 NOMOR 10 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2007

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN KREDIT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT WIJAYA KARYA BETON Tbk

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bentuk Hukum Perusahaan Perseroan (Persero) Perusahaan merupakan istilah ekonomi yang dipakai dalam perundang-undangan,

BUPATI BANGKA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Pedoman Kerja Dewan Komisaris dan Direksi PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MERANGIN PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan )

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR: KEP-09A/MBU/2005 TENTANG

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-01/MBU/2006 TENTANG

BUPATI MERANGIN PROVINSI JAMBI PERATURANDAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIKDAERAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

b. bahwa prinsip good corporate governance belum diterapkan sepenuhnya dalam lingkungan BUMN;

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

KESEPAKATAN BERSAMA DIREKSI DAN KOMISARIS DALAM MENERAPKAN BOARD MANUAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

Batang Tubuh Penjelasan Tanggapan TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

7 Idem, Penjelasan umum alinea 9

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PT LIPPO CIKARANG Tbk. Piagam Dewan Komisaris

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER- 03 /MBU/2012 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012

2015, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MANDOM INDONESIA Tbk

Pedoman Kerja Dewan Komisaris

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS. PT Mandom. Indonesia

PT AKBAR INDO MAKMUR STIMEC TBK. PIAGAM DEWAN KOMISARIS

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA A.Pengertian dan Bentuk-bentuk Badan Usaha Milik Negara Keberadaan BUMN di Indonesia, berkaitan erat dengan amanat Pasal 33 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, khususnya ayat (2) dan (3) yaitu: Ayat (2) :Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Ayat (3) :Bumi dan air dan kekayaan alam yang tekandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Penguasaan Negara itu penting agar kesejahteraan rakyat banyak terjamin dan rakyat banyak dapat menikmati sumber-sumber kemakmuran rakyat dari bumi, air dan kekayaan alam di dalamnya. Penguasaan negara tercermin dalam Pasal 1 angka 1 UU Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN yang menyatakan bahwa Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan. Dengan demikian, membedakan BUMN dengan badan hukum lainnya sebagimana dikemukakan di atas,adalah: 20 20 Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006), hal.61.

a) seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara; b) melalui penyertaan secara langsung;dan c) berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan; Dalam sistem perekonomian nasional, BUMN ikut berperan menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesarbesarnya kemakmuran rakyat atau masyarakat. Peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor dan/atau perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati usaha swasta. Disamping itu, BUMN juga mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar dan turut membantu pengembangan usaha kecil/koperasi. BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang sigifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak, deviden, dan hasil privatisasi. BUMN juga mempunyai fungsi bisnis yaitu sebagai unit ekonomi, alat kebijaksanaan pemerintah/agen pembangunan. Sebagai unit ekonomi, BUMN dituntut untuk mencari keuntungan sebagaimana perusahaan swasta umumnya. Sedangkan sebagai agen pembangunan, BUMN dituntut untuk menjalankan misi pemerintah dengan sebaik-baiknya. Berarti setiap BUMN harus menjalankan fungsi tersebut sekaligus, meskipun dengan bobot yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. 21 21 Ibrahim, BUMN dan Kepentingan Umum, (Jakarta: PT Citra Aditya, 1997), hal. 135.

Setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara, dimana bentuk BUMN terbagi menjadi 2 (dua) yaitu: 22 a. Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. Pendirian Persero berbeda dengan pendirian badan hukum (perusahaan) pada umumnya. Pendirian Persero diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan Menteri Teknis dan Menteri Keuangan. Organ Persero terdiri atas RUPS, Direksi,dan Komisaris. Ciri-ciri Persero adalah 23 : 1. Makna usahanya adalah untuk memupuk keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan dan menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saingn kuat. 2. Berbentuk perseroan terbatas. 3. Modal seluruhnya atau sebagian merupakan milik Negara dari kekayaan Negara yang dipisahkan. 4. Dipimpin oleh seorang Direksi. 467. 22 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003, Op.Cit, pasal 1 23 Achmad Ichsan, Dunia Usaha Indonesia, (Jakarta: PT.Pradnya Paramita, 2000), hal.

b. Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki Negara dan tidak terbagi atas saham, tujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Pada dasarnya proses pendirian Perum sama dengan pendirian Persero. Organ Perum adalah Menteri, Direksi, dan Dewan Pengawas. Ciri-ciri Perum adalah: 1. Makna usahanya adalah melayani kepentingan umum dan sekaligus untuk memupuk keuntungan. 2. Berstatus badan hukum dan diatur berdasarkan UU. 3. Mempunyai nama dan kekayaan sendiri serta kebebasan bergerak seperti perusahaan swasta untuk mengadakan atau masuk ke dalam suatu perjanjian, kontark-kontrak, dan hubungan-hubungan dengan perusahaan lain. 4. Modal seluruhnya dimiliki oleh Negara dari kekayaan Negara yang dipisahkan. 5. Dipimpin oleh seorang Direksi B.Pendirian dan Tujuan Pendirian Badan Usaha Milik Negara Pendirian, pengawasan, serta pembubaran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 baik itu yang berbentuk Perum maupun Persero. Dalam PP ini yang dimaksud dengan pendirian

adalah pembentukan Persero atau Perum yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Dalam pasal 4 disebutkan bahwa pendiran BUMN meliputi: a. pembentukan Perum atau Persero baru; b. perubahan bentuk unit instansi pemerintah menjadi BUMN; c. perubahan bentuk badan hukum BUMN; atau d. pembentukan BUMN sebagai akibat dari peleburan Persero dan Perum Dalam pasal 5 disebutkan bahwa pendirian BUMN ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah dan di dalamnya,sekurang-kurangnya memuat: a. Penetapan pendirian BUMN; b. Maksud dan tujuan pendirian BUMN; dan c. Penetapan besarnya penyertaan kekayaan negara yang dipisahkan dalam rangka pendirian BUMN. Pendirian BUMN dilakukan dengan mengalihkan unit instansi pemerintah menjadi BUMN, maka dalam Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dimuat ketentuan bahwa seluruh atau sebagian kekayaan, hak dan kewajiban unit instansi pemerintah tersebut beralih menjadi kekayaan, hak dan kewajiban BUMN yang didirikan

Selanjutnya dalam pasal 6 disebutkan BUMN mempunyai tempat kedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia yang ditentukan dalam anggaran dasar. Pendirian BUMN dilakukan dengan memperhatikan ketentuan mengenai tata cara penyertaan modal dalam dalam rangka pendirian BUMN. BUMN yang berbentuk Perum, pendiriannya diatur dalam PP Nomor 13 Tahun 1998. Dalam pasal 7 PP tersebut disebutkan Perum adalah badan usaha milik Negara yang didirikan dengan peraturan pemerintah. PP tentang pendirian Perum sekaligus menetapkan keputusan untuk melakukan penyertaan modal Negara ke dalam Perum. Dengan ketentuan ini Perum memperoleh status badan hukum setelah PP pendirian Perum berlaku. PP tersebut sekurang-kurangnya memuat penetapan pendirian Perum, penetapan besarnya kekayaan Negara yang dipisahkan untuk penyertaan ke dalam modal Perum, anggaran dasar Perum, penunjukan Menteri Keuangan selaku wakil pemerintah dan pendelegasian wewenang Menteri Keuangan kepada Menteri BUMN dalam pelaksanaan pembinaan sehari-hari Perum. 24 Dalam penjelasan pasal 8 tersebut menyatakan bahwa pemisahan kekayaan Negara untuk dijadikan modal dalam Perum dapat berupa uang tunai atau bentuk lain dan disebutkan jumlah atau nilai nominalnya. Pemisahan kekayaan Negara untuk dijadikan modal suatu Perum dapat dilakukan untuk pendirian suatu Perum, penambahan kapasitas suatu Perum, dan restrukturisasi permodalan Perum. Seperti telah disebutkan bahwa pendirian Perum dilakukan 24 PP Nomor 45 Tahun 2005 pasal 8

dengan Peraturan Pemerintah. Dalam PP tersebut dicantumkan juga anggaran dasar Perum. Menurut ketentuan Pasal 10, anggaran dasar Perum memuat sekurang-kurangnya: a. Nama dan tempat kedudukan Perum; b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perum; c. Jangka waktu berdirinya Perum; d. Susunan dan jumlah anggota Direksi dan jumlah anggota Dewan Komisaris/Pengawas; e. Penetapan tata cara penyelenggaraan rapat Direksi,rapat Dewan Komisaris/Pengawas,rapat Direksi dan/atau Dewan Komisaris dengan Menteri Keuangan dan Menteri; Untuk penulisan nama Perum didahului dengan perkataan Perusahaan Umum atau dapat disingkat Perum dicantumkan sebelum nama perusahaan. BUMN yang berbentuk Persero diatur dalam PP Nomor 12 Tahun 1998 jo PP Nomor 45 Tahun 2001 juga dalam hal-hal tertentu berlaku pula UU Nomor 40 Tahun 2007 Tentang PT termasuk dalam hal pendirian suatu Persero berlakulah UU PT. Setiap penyertaan modal Negara ke dalam modal saham perseroan terbatas ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah yang memuat maksud penyertaan dan besarnya kekayaan Negara yang dipisahkan untuk penyertaan modal tersebut. Penetapan dengan PP dilakukan karena modal dalam Perseroan Terbatas adalah kekayaan Negara. Jadi, PP tersebut bukan mengesahkan berdirinya perseroan terbatas, melainkan mengesahkan penyertaan modal Negara

dalam perseroan terbatas. Pemisahan kekayaan Negara untuk dijadikan penyertaan Negara dalam modal perseroan terbatas dapat dilakukan dengan cara penyertaan langsung Negara ke dalam modal perseroan terbatas. Terhadap Persero, seperti yang telah disebutkan diatas maka, berlakulah prinsip-prinsip Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2007. Ini berarti dalam hal pendirian Persero, Menteri Keuangan bertindak mewakili Negara, atau dapat memberi kuasa kepada Menteri lain yang sesuai dengan sektor usaha Persero untuk menghadap notaris sebagai pendiri mewakili Negara.Namun, sebelum menghadap notaris, rancangan anggaran dasar Persero yang akan dituangkan dalam akta pendirian harus mendapat persetujuan lebih dahulu dari Menteri Keuangan. Jadi, apabila Negara menyertakan modal dalam pendirian Persero, maka tindakan tersebut dapat diurutkan sebagai berikut: a. Penyertaan modal dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah; b. Menteri Keuangan menyetujui anggaran dasar; c. Menteri Keungan/Menteri lain yang diberi kuasa membawa rancangan anggaran dasar Persero menghadap notaris untuk dibuatkan akta pendiriannya; d. Dan seterusnya berlaku prosedur menurut UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;

Menteri Keuangan menyelenggarakan penatausahaan setiap penyertaan modal Negara berikut perubahannya ke dalam modal saham perseroan terbatas dan penyertaan-penyertaan-penyertaan yang dilakukan oleh Persero. Pelaksanaan sehari-hari kegiatan penatausahaan tersebut dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Penatausahaan dalam hal ini adalah pencatatan dalam rangka pengadministrasian untuk mengetahui posisi keuangan Negara dalam BUMN. Dalam pendiriannya penulisan nama Persero dilakukan sebagai berikut: a. Dalam hal penulisan nama Persero dilakukan secara lengkap, maka didahului dengan perkataan Perusahaan Perseroan (Persero) dan diikuti dengan nama perusahaan; b. Dalam hal penulisan nama Persero dilakukan secara singkat, maka kata (Persero) dicantumkan setelah singkatan PT dan nama perusahaan: Dengan demikian, bahwa BUMN didirikan dengan tujuan untuk melayani masyarakat guna untuk menciptakan kesejahteraan sosial. Disamping itu juga dengan pertimbangan bahwa persaingan dunia usaha yang semakin tajam, sehingga perlu diambil langkah meningkatkan efisiensi, daya saing perusahaan (persero) maka, pengaturan BUMN juga diperlukan secara serius agar mempunyai landasan hukum yang pasti. Oleh pembuat UU pengaturannya ditetapkan dalam Peraturan Pengganti UU Nomor 1 Tahun 1969 tentang Bentuk-bentuk usaha Negara jo UU Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara.

Persero didirikan oleh pemerintah dengan maksud dan tujuan untuk menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat baik di pasar dalam negeri maupun internasional dan memupuk keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum didirikan oleh pemerintah dengan maksud dan tujuan menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang/jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Dengan demikian, BUMN adalah badan usaha yang didirikan secara khusus oleh pemerintah untuk menjalankan misi tertentu demi kepentingan masyarakat. Kemudian, dengan keluarnya UU Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN disebutkan bahwa maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah: 1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaam Negara pada khususnya; 2. Mengejar keuntungan; 3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak; 4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi; 5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat;

Kegiatan BUMN harus sesuai dengan maksud dan tujuannya serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan/atau kesusilaan. C.Modal Badan Usaha Milik Negara Yang dimaksud dengan modal disini adalah modal dasar yang disebut dalam akte pendirian, yang merupakan suatu jumlah maksimum sampai jumlah mana surat-surat saham dapat dikeluarkan. Modal BUMN merupakan dan berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan. Untuk modal Perum dapat dilihat dalam UU Nomor 19 Tahun 1960 jo PP Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Perum. Dalam UU ini jo PP Nomor 13 Tahun 1998 disebutkan bahwa modal dari Perum keseluruhannya adalah berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan. Dalam UU BUMN disebutkan: a. Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki oleh Negara b. Modal Perum tidak terbagi atas saham Mengenai modal BUMN yang berbentuk Persero, diatur dalam UU Nomor 12 Tahun 1969 jo PP Nomor 12 Tahun 1998 jo PP Nomor 45 Tahun 2001 Tentang Persero. Menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) dan angka (2) UU BUMN, modal PERSERO terbagi atas saham yang seluruh atau paling sedikit 51% dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Menurut Pasal 1 angka (10) UU BUMN, kekayaan negara yang dipisahkan adalah kekayaan negara yang berasal dari APBN untuk dijadikan penyertaan modal negara pada PERSERO dan/atau

PERUM serta perseroan terbatas lainnya. Ketentuan ini ditegaskan lagi oleh Pasal 4 ayat (1) UU BUMN yang menentukan, modal BUMN merupakan dan berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Apa yang dimaksud dengan istilah dipisahkan. Menurut penjelasan Pasal 4 ayat (1) UU BUMN, yang dimaksud dengan dipisahkan adalah pemisahan kekayaan negara dari APBN untuk dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN, untuk selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem APBN, namun didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat. Jadi, istilah dipisahkan harus dipahami dalam 2 (dua) pengertian, yaitu: (1) Kekayaan negara tersebut bukan lagi sebagai kakayaan negara, tetapi sebatas penyertaan modal dalam PERSERO, karena telah berubah menjadi harta kekayaan PERSERO dan (2) Jika terjadi kerugian sebagai akibat resiko bisnis (bussiness risk), harus dipahami dan diperlakukan dalam konteks bussiness judgement berdasarkan bussiness judgement rules. 25 Sebagai entitas Perseroan Terbatas, keberadaan harta kekayaan PERSERO harus didasarkan pada aturan hukum tentang harta kekayaan Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam UU PT. Menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) UU PT, Perseroan Terbatas merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham. Sedang menurut Pasal 31 ayat (1) UU PT, modal dasar Perseroan Terbatas terdiri atas seluruh nilai nominal saham. Sedang harta 25 http// pkbl. Bumn. Go.id./ index/ profit/ id/ 3, Tanggal akses: 2 Februari 2010

kekayaan Perseroan Terbatas meliputi modal dasar yang berupa nilai nominal saham dan aset-aset lainnya. Jadi, semua kekayaan termasuk kekayaan negara yang dipisahkan dan disertakan sebagai modal PERSERO adalah bagian dari persekutuan modal, berupa nilai nominal saham, yang merupakan modal dasar PERSERO. Modal dasar ini beserta aset yang lain merupakan harta kekayaan PERSERO. Singkatnya, kekayaan negara yang dipisahkan dan disertakan sebagai modal PERSERO berubah menjadi harta kekayaan PERSERO, yang pengelolaannya didasarkan pada good corporate governance. 26 Aturan hukum dalam UU BUMN dan UU PT sudah sesuai dengan prinsipprinsip hukum yang berlaku secara universal. Mengutip pendapat Rudhi Prasetya, secara universal berlaku ajaran tentang separate legal entity (badan hukum/korporasi), bahwa suatu harta kekayaan yang telah dipisahkan dan dimasukkan sebagai modal ke dalam korporasi/badan hukum, harta kekayaan itu menjadi harta korporasi, dan tidak dapat diperlakukan sebagai harta kekayaan pemilik awal. 27 Selain itu,terhadap Persero berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. 26 Good Corporate Governance merupakan tata kelola pemerintahan yang baik yang harus diterapkan dalam pengurusan BUMN yang terdiri atas: Transparansi, Kemandirian, Akuntabilitas, Pertanggungjawaban, dan kewajaran yand diatur dalam Pasal 76 UU BUMN dan Kepmen Nomor 117 Tahun 2002 27 Rudhy Prasetya, Badan Hukum Korporasi, (Jakarta: PT.RajaGrafindo, 2008), hal. 10

D.Pengurusan Badan Usaha Milik Negara Pada dasarnya pendirian, pengurusan, pengawasan dan pembubaran perseroan (BUMN) dilakukan berdasarkan ketentuan PT. Namun demikian, untuk hal-hal ini terdapat pengaturan khusus yaitu dalam UU BUMN jo PP Nomor 45 Tahun 2005, maka ketiga pengaturan ini berlaku bersama-sama untuk persero (BUMN), asalkan tidak saling bertentangan. Akibat kedudukan Menteri Negara BUMN dalam RUPS, tidak semua ketentuan-ketentuan dalam PT dapat diterapkan khususnya pada Perseroan Tertutup dalam hal pengurusan, pengawasan maupun pembubaran. Mengenai pendirian baik PT Tertutup maupun Terbuka, kewenangan Menteri Negara BUMN adalah sama. Terkait kewenangan Menteri Negara BUMN pada pendirian persero, kedudukan Menteri Negara BUMN adalah mewakili Negara sebagai calon pemegang saham, menghadap Notaris untuk memenuhi prosedur pendirian sebuah PT. Tentang pengurusan, pada Pasal 1 angka 12 PP No. 45 Tahun 2005 diatur bahwa Pengurusan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Direksi dalam upaya mencapai maksud dan tujuan perusahaan. Dimana dalam pasal 12 UU BUMN,maksud dan tujuan pendirian Persero adalah: 1) Menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, 2) Mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan,

Pengurusan BUMN dilakukan oleh Direksi, yang dalam melaksanakan tugasnya harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang- Undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip good corporate governance yang meliputi sebagai berikut: a. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. b. Kemandirian, yaitu keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. c. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. d. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. e. Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundangundangan yang berlaku. Mengenai pelaksanaan good corporate governance diatur dalam Kepmen BUMN No.117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada BUMN.

Kepmen BUMN No.117/M-MBU/2002 Pasal 2 menyatakan: Ayat (2) :BUMN wajib menerapkan GCG secara konsisten dan atau menjadikan GCG sebagai landasan operasionalnya. Ayat (3) :Penerapan GCG pada BUMN dilaksanakan berdasarkan keputusan ini dengan tetap memperhatikan ketentuan dan norma yang berlaku dan anggaran dasar BUMN. Ketentuan tersebut dimaksudkan sebagai perintah dari Menteri BUMN kepada BUMN yang berada di bawah pengawasannya agar menjalankan prinsip good corporate governance, disamping sebagai upaya untuk memberikan landasan hukum dan pedoman bagi BUMN dalam melaksanakan GCG. Dalam ketentuan tersebut juga mengatur prinsip-prinsip doktrin hukum modern dalam Kepmen BUMN adalah: 28 1. Doktrin fiduciary duty. Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab direksi BUMN yang termuat dalam Kepmen BUMN yang masih berkaitan dengan doktrin fiduciary duty adalah ketentuan yang dimuat dalam Pasal 19 yang menyatakan bahwa perjanjian penunjukan anggota direksi yang bersangkutan dan kuasa pemegang saham/pemilik modal pada saat penunjukan yang bersangkutan sebagai anggota direksi, yang memuat persyaratan penunjukan dan pemberhentian, termasuk peran dan tanggung jawab. 2. Standard of Care. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 4. Ayat a : Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional. 28 Zaeny Asyhadie, Hukum Bisnis (Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia), (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2005), hal. 158

Ayat b : Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan, dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ. Ayat c : Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN terhadap stakeholder maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN. 3. Self Dealing Transaction dan Corporate Opportunity. Doktrin self dealing transaction dalam ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 20, yang menyatakan bahwa para anggota Direksi dilarang melakukan transaksi yang mempunyai benturan kepentingan dan mengambil keuntungan pribadi dari kegiatan BUMN yang dikelolanya selain gaji dan fasilitas sebagaimana anggaran direksi yang ditentukan oleh RUPS/pemilik modal. 4. Doctrine Business Judgement Rule. Doktrin ini diatur dalam Pasal 3 ayat e yang menyatakan, kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan. Mengenai pengurusan dalam BUMN, jika dilihat dari segi strukturnya, secara sepintas kelihatannya tidak ada perbedaan dengan pengurusan yang tedapat dalam PT pada umumnya. Tegasnya dalam pasal 13 UU BUMN disebutkan organ Persero adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris. Hanya saja dalam menjalankan fungsi dan tugas organ yang dimaksud, ada ketentuan yang lebih spesifik yakni peran Negara dalam hal ini yang diwakili oleh Menteri

Negara BUMN masih cukup dominan untuk menentukan siapa yang akan duduk dalam organ persero, baik untuk jabatan komisaris maupun direksi. 29 Dalam Inpres Nomor 8 Tahun 2005 disebutkan, dalam rangka pengangkatan anggota Direksi dan/atau Komisaris/Dewan Pengawas Badan Usaha Milik Negara, Menteri Negara BUMN, selaku wakil Pemerintah sebagai Rapat Umum Pemegang Saham atau pemegang saham pada Persero, atau selaku wakil Pemerintah sebagai pemilik modal pada Perum, agar memperhatikan dan mengedepankan keahlian, profesionalisme dan integritas dari calon anggota Direksi dan/atau Komisaris/Dewan Pengawas yang bersangkutan,untuk memajukan dan mengembangkan perusahaan. 1. Rapat Umum Pemegang Saham Dalam pasal 1 butir 13 UU BUMN disebutkan, Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah organ persero yang memegang kekuasaan tertinggi dalam persero dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi dan komisaris. Sedangkan dalam UU PT Nomor 40 Tahun 2005 RUPS adalah Organ Perseroan yang yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan pada Direksi ataupun Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar. 30 Lebih lanjut dalam pasal 14 UU BUMN disebutkan: 29 Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas, (Bandung: CV Nuansa Mulia, 2006), hal. 69 30 UU PT Nomor 40 Tahun 2005, Op.Cit, Pasal 1 angka 4

1) Menteri bertindak selaku RUPS dalam hal seluruh saham perserodimiliki oleh Negara dan bertindak selaku pemegang saham pada persero dan perseroan terbatasdengan tidak seluruhnya saham dimiliki Negara. 2) Menteri dapat memberikan kuasa baik dengan substitusi kepada perorangan atau badan hukum untuk mewakilinya dalam RUPS. 3) Pihak yang menerima kuasa sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2),wajib terlebih dahulu mendapat persetujuan Menteri untuk mengambil keputusan dalam RUPS mengenai: a. Perubahan jumlah modal; b. Perubahan anggara dasar; c. Rencana penggunaan laba; d. Penggabungan.peleburan,pengambilalihan,pemisahan,serta pembubaran perseroan; e. Investasi dan pembiayaan jangka panjang; f. Kerjasama perseroan; g. Pembentukan anak perusahaan atau penyertaan; h. Pengalihan aktiva; Seperti halnya dalam PT pada umumnya, penjabaran lebih lanjut tentang tugas dan wewenang RUPS dijabarkan dalam ADPT, demikian juga halnya dengan PT Persero. Namun, dari ketentuan di atas ada satu hal yang menarik, bahwa perwujudan RUPS dianggap sama dengan keputusan Menteri, jika saham seluruhnya dikuasai oleh Negara. Hal ini ditegaskan dalam pasal 14 Ayat (1) Bagi persero yang seluruh modalnya (100%) dimiliki oleh Negara, Menteri yang

ditunjuk mewakili Negara selaku pemegang saham dalam setiap keputusan tertulis yang berhubungan dengan persero merupakan keputusan RUPS. Bagi persero dan perseroan terbatas yang sahamnya dimiliki Negara kurang dari 100% (seratus persen), Menteri berkedudukan selaku pemegang saham dan keputusannya diambil bersama-sama dengan pemegang saham lainnya. 2. Direksi Keberadaan Direksi BUMN yang berstatus persero, sejatinya merupakan derivatif keberadaan direksi PT. Artinya, ketentuan-ketentuan dalam PT tetap berlaku dan ketentuan-ketentuan yang menyangkut BUMN merupakan ketentuan khusus, terlebih khusus lagi bahwa BUMN tersebut berstatus perseroan, yang sangat khusus lagi adalah direksi bank umum berbentuk PT, berstatus BUMN yang berbentuk persero. 31 Direksi adalah organ BUMN yang bertanggung jawab atas pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN, baik di dalam maupun di luar pengadilan. 32 Selanjutnya dalam pasal 19 disebutkan bahwa dalam menjalankan tugasnya, anggota direksi wajib mencurahkan tenaga, pikiran dan pencapaian tujuan perseran. Sedangkan persyaratan untuk diangkat menjadi anggota direksi dijelaskan dalam pasal 16 UU BUMN. Sebagaimana layaknya perseroan, yang mengangkat dan memberhentikan direksi adalah RUPS. Namun demikian, dalam perseroan (BUMN) mempunyai 31 Try Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2008), hal. 153. 32 UU BUMN Nomor 19 Tahun 2003, Op.Cit, pasal 1 butir 9

kekuasaan. Hal ini tampak dari ketentuan dalam pasal 15 UU BUMN yang mengemukakan, pengangkatan dan pemberhentian direksi dilakukan oleh RUPS. Dalam hal Menteri bertindak selaku RUPS, pengangkatan dan pemberhentian direksi ditetapkan oleh Menteri Direksi dalam menjalankan tugasnya, harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (Tata Kelola Pemerintahan yang Baik). 3. Komisaris Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan Persero. 33 Selanjutnya dalam pasal 31 disebutkan, komisaris bertugas mengawasi direksi dalam menjalankan kepengurusan perseroan serta memberi nasihat kepada direksi. Sedangkan persyaratan untuk dapat diangkat menjadi komisaris dijabarkan dalam pasal 28 yang mengemukakan bahwa, anggota Komisaris diangkat berdasarkan pertimbangan integritas, dedikasi, memahami masalahmasalah manajemen perusahaan yang berkaitan dengan salah satu fungsi manajemen,memiliki pengetahuan yang memadai di bidang usaha Persero tersebut, serta dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya. Mengingat tugas-tugas komisaris cukup strategis dalam suatu perseroan, maka keberadaan komisaris tersebut harus dapat diukur manfaat dan 33 Op.Cit, pasal 1 butir 7

keberadaannya dalam perseroan. Secara ringkas dapat dikemukakan ukuran kuantitatif mengenai efektivitas dewan komisaris yakni: a. Dewan komisaris seharusnya memberikan dampak positif terhadap kinerja perusahaan; b. Dewan komisaris seharusnya mempunyai pengaruh terhadap keseluruhan strategi dan kebijakan perusahaan; c. Dewan komisaris harus yakin bahwa strategi dan kebijakan perusahaan diimplementasikan oleh dewan Direksi; Komisaris dalam melaksankan tugasnya berkewajiban: 1. Memberikan pendapat dan saran kepada RUPS mengenai rencana kerja dan anggaran perusahaan yang diusulkan direksi; 2. Mengikuti perkembangan kegiatan persero, memberikan pendapat dan saran kepada RUPS mengenai masalah yang dianggap penting bagi pengurusan persero; 3. Melaporkan dengan segera kepada pemegang saham apabila terjadi menurunnya kinerja persero; 4. Memberikan nasihat kepada direksi dalam melakukan pengurusan persero; 5. Melakukan tugas pengawasan lain yang ditetapkan dalam anggaran dasar persero dan / atau berdasarkan keputusan RUPS; 34 Ketiga organ di atas merupakan organ dalam pengurusan BUMN yang berbentuk persero. Untuk BUMN yang berbentuk Perum organ dalam melakukan pengurusan adalah Menteri, Direksi, dan Dewan Pengawas. 34 Penjelasan Pasal 31 UU Nomor 19 Tahun 2003

1) Menteri maksudnya adalah menteri yang ditunjuk dan atau/ diberi kuasa untuk mewakili pemerintah selaku pemegang saham pada persero dan memiliki modal pada perum dengan peraturan perundangundangan. 35 Kedudukan Menteri dalam Perum adalah sebagai organ yang memegang kekuasaan tertinggi yang mempunyai segala wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan pengawas dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang atau peraturan pemerintah tentang pendirian perum. Kewenangan Menteri adalah memberikan persetujuan atas kebijakan pengembangan usaha perum yang diusulkan oleh direksi. Usulan pengembangan usaha ini harus disetujui oleh dewan pengawas. 2) Direktur/ Direksi. Pengangkatan dan pemberhentian direksi ditetapkan oleh menteri dengan mekanisme dan peraturan perundang-undangan. Persyaratan untuk dapat diangkat sebagai anggota direksi adalah: (1) Orang perorangan yang mampu melaksanakan perbuatan hukum. (2) Tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota direksi atau dewan pengawas yang dinyatakan bersalah yang menyebabkan suatu perseroan atau perum dinyatakan pailit. (3) Orang yang tidak pernah dihukum karena melakukan tindakan pidana yang merugikan keuangan Negara. Pengangkatan anggota direksi harus melalui ujin kelayakan dan kepatutan dengan mempertimbangkan keahlian, kepemimpinan, pengalaman, jujur, 35 UU Nomor 19 Tahun 2003, Op.Cit, Pasal 1 angka 5

perilaku yang baik, serta dedikasi yang tinggi untuk memajukan dan mengembangkan perum. Kewajiban Direksi adalah: (1) Menyiapkan rancangan rencana kerja jangka panjang yang hendak dicapai dalam jangka waktu lima tahun yang merupakan rencana strategis yang memuat sasaran dan tujuan perum. (2) Menyiapkan rancangan rencana kerja dan anggaran perusahaan yang merupakan penjabaran tahunan dari rencana jangka panjang. (3) Menyampaikan laporan tahunan kepada menteri untuk memperoleh pengesahan dalam jangka waktu lima bulan setelah tahun buku ditutup; dalam hal anggota direksi atau dewan pengawas tidak menandatangani laporan tahunan, harus disebutkan alasannya secara tertulis. (4) Memelihara risalah rapat dan menyelenggarakan pembukuan perum. 3) Dewan Pengawas. Pengangkatan dan pemberhentian dewan pengawas ditetapkan oleh menteri dengan mekanisme peraturan perundang-undangan. Persyaratan untuk dapat diangkat sebagai anggota dewan pengawas, syaratnya sama dengan persyaratan untuk dapat diangkat sebagai anggota direksi. Pengangkatannya juga harus melalui uji kelayakan seperti yang berlaku dalam pengangkatan anggota direksi. Masa jabatan anggota dewan pengawas adalah lima tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan. Anggota dewan pengawas terdiri dari unsur-unsur menteri

teknis, menteri keuangan, dan pejabat departemen/ lembaga non departemen yang kegiatannya berhubungan langsung dengan perum.