FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI WILAYAH KERJA UPTD TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016 Oleh : Desi Evitasari, Selvia Septiani ABSTRAK IMD merupakan upaya dengan menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga bayi agar tetap hangat, mendorong ibu segera menyusukan bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi. Hasil studi tahun 2016 sebesar 60% ibu hamil trimester III di wilayah kerja UPTD Majalengka tidak mengetahui tentang inisiasi menyusu dini dengan baik dan benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu hamil trimester III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kabupaten Majalengka Tahun 2016. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini sebanyak 161 ibu hamil Trimester III di Wilayah dan sampel penelitiannya sebanyak 62 orang dengan teknik proportional to size. Analisis datanya menggunakan analisis univariat dengan distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian kecil (14,5%) ibu hamil Trimester III berpengetahuan kurang tentang IMD, setengahnya (50,0%) berpendidikan dasar, sebagian kecil (24,2%), berumur berisiko dan kurang dari setengahnya (45,2%) tidak terpapar informasi. Ada hubungan antara pendidikan ( value = 0,041), umur ( value = 0,000) dan keterpaparan informasi ( value = 0,006) dengan pengetahuan ibu hamil Trimester III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bagi petugas kesehatan diharapkan agar lebih meningkatkan penyuluhan dan pemberian informasi mengenai IMD pada ibu sehingga dapat menumbuhkan kesadaran dan memotivasi ibu untuk memberikan ASI dini dan bagi ibu agar proaktif untuk mencari informasi tentang manfaat IMD sehingga menjadi motivasi untuk melaksanakan IMD. Kata Kunci : Pengetahuan, Ibu Hamil, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 1
PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manumur. Peningkatan kualitas sumber daya manumur Indonesia baik sebagai insan maupun sebagai sumber daya pembangunan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Pembangunan manumur sebagai insan tidak terbatas hanya pada kelompok umur tertentu saja melainkan berlangsung dalam seluruh kehidupan manumur sejak janin sampai umur lanjut (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Salah satu indikator kualitas pembangunan manumur adalah Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manumur (IPM). Indeks tersebut merupakan indikator komposit yang terdiri dari indikator kesehatan (umur harapan hidup), pendidikan (angka melek huruf dan sekolah) serta ekonomi (pengeluaran riil per kapita). Menurut United Nations Development Programme (UNDP) menunjukkan bahwa pada tahun 2014 Indeks Pembangunan Manumur Indonesia yaitu sebesar 0,617 dan menduduki peringkat 124 dari 187 negara. Peringkat IPM Indonesia ini turun dari dari tahun sebelumnya yaitu 108 dari 169 negara pada tahun 2013 (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Indeks kesehatan diukur dengan Umur Harapan Hidup (UHH) yang dipengaruhi oleh angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), angka kematian balita (AKABA) dan status gizi. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab angka kematian pada bayi terutama di masa neonatal umur 0-6 hari di sebabkan karena gangguan pernafasan (37%), prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%), ikterus (6%), kelainan kongenital (1%) dan lainlain (3%) (Kementerian Kesehatan RI, 2015). AKB di Jawa Barat tahun 2014 mencapai 36 per 1.000 kelahiran hidup. Adapun penyebab kematian pada masa neonatal 0-6 hari yaitu dikarenakan asfiksia (22,6%), bayi berat lahir rendah (20,8%), sepsis (16,7%), kelainan kongenital (12,8%), hipotermi (6,5%), dehidrasi (3,7%) dan lain-lain (16,8%) (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2015). Tingginya angka kematian pada bayi terutama pada neonatal dini (0-6 hari) dapat disebabkan oleh kondisi bayi yang belum siap menghadapi dunia luar seperti belum dapat mengatur suhu tubuhnya dan reaksi terhadap infeksi masih lemah dan tidak memadai. Kondisi tersebut bayi akan mudah mengalami hipotermi jika tidak mendapatkan penanganan secara cepat dan tepat. Menurut Prawirohardjo (2011) menyatakan bahwa hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir. Hipotermia dapat berakibat pada perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian. Kejadian hipotermi pada bayi baru lahir yang dapat berakibat pada kematian dapat dicegah apabila bayi setelah lahir mendapatkan tata laksana yang sesuai standar. Salah satunya adalah dengan meningkatkan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Pelaksanaan IMD di Indonesia masih belum maksimal. Menurut Kementerian Kesehatan pada tahun 2014, jumlah bayi yang mendapatkan ASI pada 1 jam pertama kelahiran sebesar 30,6% dan di Propinsi Jawa Barat sebesar 42,8% (Kementerian Kesehatan RI, 2015). IMD merupakan upaya dengan menempatkan bayi bersama ibunya adalah 2
cara yang paling mudah untuk menjaga bayi agar tetap hangat, mendorong ibu segera menyusukan bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi. IMD dapat mengurangi 22% kematian bayi 28 hari dengan demikian maka bayi segera lahir diberi kesempatan menyusu sendiri dengan membiarkan kontak ibu ke kulit bayi maka nyawa bayi sesungguhnya dapat diselamatkan (Roesli, 2010). Prinsip dasar dari menyusui adalah membuat bayi melekat dengan baik. Bayi yang melekat dengan baik akan mendapatkan ASI dengan baik pula. Bayi yang tidak melekat dengan baik akan lebih sulit mendapatkan ASI, terutama jika ASI sedikit. Produksi ASI di awal kelahiran memang sedikit; ini hal yang normal dan alamiah, akan tetapi apabila bayi tidak melekat dengan baik, bayi akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan ASI. Inilah sebabnya banyak ibu tidak memiliki cukup kolostrum. Hampir semua ibu mempunyai cukup kolostrum tetapi bayinya tidak mendapatkannya. Bayi tidak membutuhkan ASI yang banyak di hari-hari pertama, tapi sesuai dengan kebutuhannya (Sujiyatini, 2010). Pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini sangat penting dimiliki oleh ibu hamil terutama ibu hamil trimester III karena dengan ibu mengetahui dan memahaminya maka dapat memberikan kesadaran pentingnya inisiasi menyusu dini dilakukan. Pengetahuan ibu hamil tentang IMD dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah pendidikan, umur, paritas dan keterpaparan informasi. Status pendidikan seseorang berbanding lurus dengan tingkat pengetahuannya. Apabila seseorang ibu berpendidikan tinggi maka ibu itu cenderung akan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang sesuatu hal karena ia akan mendapatkan banyak informasi selama ia menjalani proses pendidikan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki (Sarwono, 2011). Umur berhubungan dengan daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Notoatmodjo, 2012). Pengalaman dapat menjadi sumber pengetahuan seseorang dalam mengenal atau mengetahui sesuatu yang belum pernah diketahui sebelumnya. Pengalaman adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Hal ini menunjukan bahwa paritas dalam kehamilan merupakan suatu pengalaman kehamilan yang dapat memberikan pemahaman tentang kehamilan termasuk pengenalan tandatanda kehamilan (Yuliarti, 2010). Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Maulana, 2009). Berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka (2014) menunjukkan bahwa jumlah kematian pada bayi di Kabupaten Majalengka tahun 2014 sebanyak 179 orang. Kematian bayi paling banyak terjadi pada neonatal dini (0-6 hari) sebanyak 114 kematian (63,68%) dan yang lainnya terjadi pada neonatal lanjut (7-28 hari) sebanyak 27 kematian (15,08%) dan bayi 29 hari 1 tahun sebanyak 38 kematian (21,22%). Salah satu puskesmas dengan jumlah 3
kematian anak yang paling tinggi di Kabupaten Majalengka pada tahun 2014 terdapat di UPTD Puskesmas Talaga yakni sebesar 15 kematian dengan penyebab kematiannya yaitu karena BBLR sebanyak 6 kasus (40,0%), asfiksia sebanyak 4 kasus (26,67%), hipotermi 1 kasus (6,67%) dan lainnya sebanyak 4 kasus (26,67%). Sementara di UPTD Puskemas Maja hanya 2 kematian dengan penyebabnya yaitu infeksi. Hasil studi pendahuluan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Talaga terhadap 10 ibu hamil Trimester III didapatkan 4 responden (40%) mengetahui bahwa bayi dapat diletakan segera setelah lahir di dada ibu selama 1 jam untuk proses keberhasilan menyusu, sementara 6 responden (60%) tidak tahu bahwa setelah bayi lahir dapat diletakan di dada ibu selama 1 jam sehingga bayi mencari putting susu ibunya. Pengetahuan ibu hamil trimester III tentang inisiasi menyusu dini dapat berkaitan dengan pendidikan, umur dan informasi. Hasil penelitian Setiarini (2014) di RSIA Budi Kemuliaan Jakarta menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang IMD. Hasil penelitian Rahman (2011) di BPS Bidan Ely Aliyah Desa Heuleut Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka Tahun 2011 menyatakan bahwa ada hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu post partum tentang IMD. Hasil penelitian Yuliani (2012) di Puskesmas Agam Timur Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Agam Provinsi Sumatera Barat menyatakan bahwa ada hubungan antara informasi dengan pengetahuan ibu menyusui tentang IMD. Berdasarkan uraian latar belakang, penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu hamil trimester III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja UPTD Majalengka Tahun 2016. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu hamil trimester III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kabupaten Majalengka sebanyak 161 ibu hamil. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu hamil Trimester III Wilayah Kabupaten Majalengka sebanyak 62 ibu hamil Trimester III. Cara penggunaan sampel dilakukan dengan cara proportional to size. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan teknik angket terhadap ibu hamil Trimester III di Wilayah Kerja UPTD Majalengka yang ditetapkan sebagai sampel penelitian. 4
HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat a. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) No Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang IMD f % 1 Kurang 9 14.5 2 Cukup 25 40.3 2 Baik 28 45.2 Jumlah 62 100 Berdasarkan tabel 4.1, diketahui bahwa ibu hamil trimester III yang berpengetahuan kurang tentang IMD sebanyak 9 orang (14,5%), yang berpengetahuan cukup tentang IMD sebanyak 25 orang (40,3%) dan yang berpengetahuan baik tentang IMD b. Gambaran Pendidikan Ibu Hamil di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka Tahun 2016 sebanyak 28 orang (45,2%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian kecil (14,5%) ibu hamil Trimester III di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka Tahun 2016 berpengetahuan kurang tentang IMD. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Hamil di Wilayah Kabupaten Majalengka Tahun 2016 No Pendidikan Ibu Hamil Trimester III f % 1 Rendah 31 50.0 2 Menengah 31 50.0 2 Tinggi 0 0 Jumlah 62 100 Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa ibu hamil trimester III yang berpendidikan rendah sebanyak 31 orang (50,0%) dan yang berpendidikan menengah sebanyak 31 orang (50,0%). Hal ini menunjukkan bahwa setengahnya (50,0%) ibu hamil Trimester III di Wilayah Kerja UPTD Majalengka Tahun 2016 berpendidikan dasar. 5
c. Gambaran Umur Ibu Hamil Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Umur Ibu Hamil di Wilayah Kerja UPTD Majalengka Tahun 2016 No Umur Ibu Hamil Trimester III f % 1 Berisiko 15 24.2 2 Tidak berisiko 47 75.8 Jumlah 62 100 Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa umur ibu hamil trimester III yang berisiko sebanyak 15 orang (24,2%) dan umur ibu hamil trimester III tidak berisiko sebanyak 47 orang (75,8%). Hal ini menunjukkan bahwa d. Gambaran Keterpaparan Informasi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Keterpaparan Informasi di Wilayah sebagian kecil (24,2) ibu hamil Trimester III di Wilayah Kerja UPTD Majalengka Tahun 2016 berumur berisiko. Talaga Kabupaten Majalengka Tahun 2016 Kabupaten Majalengka Tahun 2016 No Keterpaparan Informasi f % 1 Tidak terpapar 28 45.2 2 Terpapar 34 54.8 Jumlah 62 100 Berdasarkan tabel 4.4, diketahui bahwa ibu hamil trimester III yang tidak terpapar informasi sebanyak 28 orang (45,2%) dan yang terpapar informasi sebanyak 34 orang (54,8%). Hal ini menunjukkan bahwa kurang dari setengahnya (45,2) ibu hamil Trimester III di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka Tahun 2016 tidak terpapar informasi. 2. Analisis Bivariat a. Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Tabel 4.4 Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kabupaten Majalengka Tahun 2016 6
Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang IMD No Pendidikan Kurang Cukup Baik Total P value f % f % f % f % 1 Rendah 8 25.8 11 35.5 12 38.7 31 100 2 Menengah 1 3.2 14 45.2 16 51.6 31 100 3 Tinggi 0 0 0 0 0 0 0 0 Total 9 14.5 452 40.3 28 45.2 62 100 0.041 Berdasarkan tabel 4.4, diketahui bahwa ibu hamil trimester III yang berpendidikan rendah dengan pengetahuan tentang IMD kurang sebanyak 8 orang (25,8%), sementara ibu hamil trimester III yang berpendidikan menengah dengan pengetahuan tentang IMD kurang sebanyak 1 orang (3,2%). Hal ini menunjukkan bahwa proporsi ibu hamil trimester III yang berpendidikan rendah dengan berpengetahuan kurang tentang IMD lebih tinggi dibanding dengan proporsi ibu hamil trimester III yang b. Hubungan Umur dengan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja UPTD Majalengka Tahun 2016 berpendidikan menengah dengan berpengetahuan kurang tentang IMD. Hasil penghitungan statistik dengan uji chi square pada α = 0,05 diperoleh value = 0,041 ( value < α), sehingga hipotesis nol ditolak yang berarti bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil Trimester III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja UPTD Majalengka Tahun 2016. Tabel 4.5 Hubungan Umur dengan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka Tahun 2016 Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang IMD No Umur Kurang Cukup Baik Total P value f % f % f % f % 1 Risiko 8 53.3 1 6.7 6 40.0 15 100 2 Tidak berisiko 1 2.1 24 51.1 22 46.8 47 100 Total 9 14.5 25 40.3 28 45.2 62 100 0.000 7
Berdasarkan tabel 4.5, diketahui bahwa ibu hamil trimester III yang berumur berisiko dengan pengetahuan tentang IMD kurang sebanyak 8 orang (53,3%), sementara ibu hamil trimester III yang berumur tidak berisiko dengan pengetahuan tentang IMD kurang sebanyak 1 orang (2,1%). Hal ini menunjukkan bahwa proporsi ibu hamil trimester III yang berumur berisiko dengan berpengetahuan kurang tentang IMD lebih tinggi dibanding dengan proporsi ibu hamil trimester III yang c. Hubungan Keterpaparan Informasi dengan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja UPTD Majalengka Tahun 2016 berumur tidak berisiko dengan berpengetahuan kurang tentang IMD. Hasil penghitungan statistik dengan uji chi square pada α = 0,05 diperoleh value = 0,000 ( value < α), sehingga hipotesis nol ditolak yang berarti bahwa ada hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu hamil Trimester III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja UPTD Majalengka Tahun 2016. Tabel 4.6 Hubungan Keterpaparan Informasi dengan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kabupaten Majalengka Tahun 2016 Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang IMD No Keterpaparan Informasi Kurang Cukup Baik Total P value f % f % f % f % 1 Tidak terpapar 8 28,6 12 42,9 8 40.0 28 100 2 Terpapar 1 2,9 13 38,2 20 46.8 34 100 Total 9 14,5 25 40,3 28 45.2 62 100 0.006 Berdasarkan tabel 4.6, diketahui bahwa ibu hamil trimester III yang tidak terpapar informasi dengan pengetahuan tentang IMD kurang sebanyak 8 orang (28,6%), sementara ibu hamil trimester III yang terpapar informasi dengan pengetahuan tentang IMD kurang sebanyak 1 orang (2,9%). Hal ini menunjukkan bahwa proporsi ibu hamil trimester III yang tidak terpapar informasi dengan berpengetahuan kurang tentang IMD lebih tinggi dibanding dengan proporsi ibu hamil trimester III yang terpapar informasi dengan berpengetahuan kurang tentang IMD. Hasil penghitungan statistik dengan uji chi square pada α = 0,05 diperoleh value = 0,006 ( value < α), sehingga hipotesis nol ditolak yang berarti bahwa ada hubungan antara keterpaparan informasi dengan pengetahuan ibu hamil Trimester III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka Tahun 2016. 8
PEMBAHASAN a. Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja UPTD Majalengka Tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil Trimester III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kabupaten Majalengka Tahun 2016 ( value = 0,041). Pada penelitian ini diperoleh sebesar 25,8% ibu yang berpendidikan rendah berpengetahuan kurang. Hal ini dapat dijelaskan bahwa ibu yang berpendidikan rendah wawasan dan pengalamannya juga kurang hal ini menyebabkan pengetahuannya rendah dan umumnya ibu yang berpendidikan rendah kurang peduli terhadap masalah kesehatan. Pada ibu yang berpendidikan menengah dan berpengetahuan kurang hanya 3,2% hal ini dapat dijelaskan bahwa ibu yang berpendidikan semakin tinggi maka pengetahuannya akan semakin baik. Hasil peneltian ini sejalan dengan teori bahwa status pendidikan seseorang berbanding lurus dengan tingkat pengetahuannya. Apabila seseorang ibu berpendidikan tinggi maka ibu itu cenderung akan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang sesuatu karena hal ia akan mendapatkan banyak informasi selama ia menjalani proses pendidikan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Sudarma, 2012). Pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang menjadi tidak memperhatikan terhadap program kesehatan, sehingga mereka tidak mengenal bahaya yang mungkin terjadi. Walaupun ada sarana yang baik belum tentu mereka tahu menggunakannya. Mereka tidak akan memperhatikan terhadap informasi yang ada karena tidak ada rasa ingin tahu (Nursalam, 2009). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Setiarini (2014) di RSIA Budi Kemuliaan Jakarta menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang IMD. Juga sejalan dengan hasil penelitian Rahman (2011) di BPS Bidan Ely Aliyah Desa Heuleut Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka Tahun 2011 menyatakan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang manfaat inisiasi menyusui dini (IMD). Pada penelitian ini terbukti bahwa ada hubungan yang bermakna pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang manfaat inisiasi menyusui dini (IMD). Oleh karena itu peran petugas kesehatan perlu ditingkatkan melalui kegiatan penyuluhan dan konseling pada ibu tentang IMD sehingga setiap ibu baik yang pendidikannya rendah ataupun tinggi dapat memahami secara baik dan benar tentang IMD bagi kesehatan ibu dan bayinya. Bagi ibu hamil, agar lebih proaktif untuk mencari dan mendapatkan informasi tentang IMD 9
baik dari petugas kesehatan maupun dari media. b. Hubungan Umur dengan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja UPTD Majalengka Tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa ada hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu hamil Trimester III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja UPTD Majalengka Tahun 2016. value = 0,000. Pada ibu yang berumur risiko dan berpengetahuan kurang sebeasr 53,3% hal ini dapat dijelaskan bahwa ibu yang berumur berisiko dari segi pengalaman masih yaitu pada ibu yang berumut < 20 tahun dan ibu yang sudah terlalu tua secara kognitif mengalami penurunan sehingga pengetahuannya kurang. Pada ibu yang berumur tidak berisiko dan berpengetahuan kurang hanya 2,1% hal ini dapat dijelaskan bahwa ibu yang berumur pada usia produktif maka kematangan secara berfikirnya semakin baik. Hasil penelitian sejalan dengan teori bahwa umur adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada umur madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju umur tua, selain itu orang umur madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada umur ini (Notoatmodjo, 2012). Umur merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan pengetahuan. Semakin dewasa umur seseorang maka semakin baik pengetahuannya. Perjalanan seseorang akan memberikan tambahan ilmu dan pengalaman bagi dirinya, sehingga proses tersebut dapat menjadi suatu sumber pengetahuan disamping proses pendidikan yang dia jalankan (Sudarma, 2012). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rahman (2011) di BPS Bidan Ely Aliyah Desa Heuleut Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka Tahun 2011 menyatakan bahwa ada hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu post partum tentang manfaat inisiasi menyusui dini (IMD). Juga dengan hasil penelitian Sulastri (2014) di Rumah Sakit Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo menyatakan bahwa ada hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI dini. Umur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan, maka dari itu petugas kesehatan perlu memperhatikan ibu yang berumur lebih muda dan lebih tua dengan memberikan bimbingan yang dapat dipahami oleh ibu seperti menggunakan brosur atau leaflet. Bagi ibu hamil, agar melakukan pemeriksaan kehamilan dengan teratur kepada petugas kesehatan agar mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang IMD yang lebih luas. 10
c. Hubungan Keterpaparan Informasi dengan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kabupaten Majalengka Tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa ada hubungan antara keterpaparan informasi dengan pengetahuan ibu hamil Trimester III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka Tahun 2016 ( value = 0,006). Pada ibu yang tidak terpapar informasi dan berpengetahuan kurang sebesar 28,6% hal ini dapat dijelaskan bahwa ibu yang tidak pernah mendapatkan informasi maka pemahaman ibu tentang IMD juga akan semakin kurang, berbeda dengan ibu yang sudah pernah mendapatkan informasi maka pengetahuannya akan semakin baik. Hasil peneltian ini sejalan dengan teori bahwa Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Maulana, 2009). Pengetahuan seseorang dapat bertambah jika memperoleh informasi mengenai sesuatu, dan pengetahuannya bertambah apabila informasi yang diperolehnya pun semakin banyak (Mubarok, 2010). Hasil penelitian ini pun sesuai dengan teori Sudarma (2012), yang menuturkan bahwa pengetahuan seseorang dapat ditunjang dengan banyak mendapat informasi dan pengalaman. Seseorang mendapat informasi yang lebih banyak akan menambah pengetahuan lebih luas dan sesuatu yang pernah dilakukan seseorang akan menambah pengetahuan menjadi lebih luas. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Yuliani (2012) di Puskesmas Agam Timur Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Agam Provinsi Sumatera Barat menyatakan bahwa ada hubungan antara informasi dengan pengetahuan ibu menyusui tentang IMD. Juga sejalan dengan hasil penelitian Susilawati (2015) di Puskesmas Paseh Kabupaten Sumedang menunjukkan bahwa ada hubungan informasi dengan pengetahuan ibu menyusui tentang IMD. Pada penelitian ini terbukti bahwa keterpaparan informasi berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang IMD. Oleh karena itu maka petugas kesehatan perlu meningkatkan konseling dan pemberian informasi tentang IMD pada setiap ibu hamil terutama pada saat ibu melakukan kunjungan pemerisaan kehamilan. Bagi ibu hami, perlunya melakukan pemeriksaan kehamilan dengan teratur sehingga ibu mendapatkan informasi penting dari petugas kesehatan termasuk tentang IMD. 11
KESIMPULAN 1. Sebagian kecil (14,5%) ibu hamil Trimester III di Wilayah Kerja UPTD Majalengka Tahun 2016 berpengetahuan kurang tentang IMD. 2. Setengahnya (50,0%) ibu hamil Trimester III di Wilayah Kerja UPTD Majalengka Tahun 2016 berpendidikan dasar. 3. Kurang dari setengahnya (24,32) ibu hamil Trimester III di Wilayah Kerja UPTD Majalengka Tahun 2016 berumur berisiko. 4. Kurang dari setengahnya (45,2) ibu hamil Trimester III di Wilayah Kerja UPTD Majalengka Tahun 2016 tidak terpapar informasi. 5. Ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil Trimester III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kabupaten Majalengka Tahun 2016 ( value = 0,041). 6. Ada hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu hamil Trimester III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka Tahun 2016. value = 0,000 7. Ada hubungan antara keterpaparan informasi dengan pengetahuan ibu hamil Trimester III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Puskesmas Kabupaten Majalengka Tahun 2016 ( value = 0,006). SARAN 1. Bagi Puskesmas UPTD Puskesmas Talaga Agar lebih meningkatkan penyuluhan dan pemberian informasi mengenai IMD pada ibu sehingga dapat menumbuhkan kesadaran dan memotivasi ibu untuk memberikan ASI dini, terutama pada saat ibu melakukan kunjungan kehamilan dan perlunya meningkatkan pemberian informasi melalui brosur atau pamflet agar mudah dibaca oleh ibu. 2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi pihak institusi pendidikan dalam memberikan pembelajaran tentang IMD kepada mahasiswa dalam rangka meningkatkan wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang IMD sehingga dapat menjadi bekal untuk masa yang akan datang dimana akan terjun ke masyarakat sebagai bidan yang dapat melayani masyarakat secara optimal. Hasil penelitian ini juga hendaknya dapat dikaji lagi dalam penelitian selanjutnya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. 3. Bagi Ibu Hamil Agar proaktif untuk mencari informasi tentang manfaat IMD dari petugas kesehatan agar dapat meningkatkan pengetahuannya tentang IMD sehingga menjadi motivasi untuk melaksanakan IMD. 4. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat dikembangkan dengan menambah variabel lain yang belum diteliti atau dengan desain yang berbeda agar menghasilkan penelitian yang lebih kompleks. 12
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Kesehatan RI. 2007. Peta Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Departemen Pendidikan Nasional. 2011. Pendidikan di Indonesia. http://www.kemdiknas.go.id/kem dikbud/, diakses tanggal 10 Desember 2015. Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka. 2014. Data Angka Kematian Bayi di Kabupaten Majalengka tahun 2014. Majalengka: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2015. Angka Kematian Bayi di Propinsi Jawa Barat tahun 2014. Bandung: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi/ JNPK- KR, 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR. Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelaksanaan Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Lestari. 2011. Konsep Inisiasi Menyusu Dini. http://bidansrilestari.com, diakses tanggal 11 Desember 2015. Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC. Maulana, H. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. Mubarok. 2010. Promosi Kesehatan. Jogjakarta : Graha ilmu. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip Dasar). Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Surabaya: Salemba Medika. Nurul, F. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu tentang Inisiasi Menyusu Dini di RSIA Pertiwi Kota Makassar. repository.usu.ac.id/bitstream/123, diakses tanggal 10 Januari 2016. Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Rahman, V. S. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di BPS Bidan Ely Aliyah Desa Heuleut 13
Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka Tahun 2011. Majalengka: STIKes YPIB Majalengka. Roesli, U. 2010. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eklusif. Jakarta: Pustaka Bunda. Sarwono, S.W. 2012. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Setiarini. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu tentang IMD di RSIA Budi Kemuliaan Jakarta. lib.ui.ac.id/file?file=digital/20309 7, diakses tanggal 12 Januari 2016. Yuliani, A. 2012. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu tentang Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas Agam Timur Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Agam Provinsi Sumatera Barat. lib.ui.ac.id/file?file=digital/20318 210, diakses tanggal 27 Desember 2015. Yuliarti. 2010. Keajaiban ASI-Makanan Terbaik untuk Kesehatan, Kecerdasan dan Kelincahan si Kecil. Yogyakarta: CV. Andi. Siwosuhardjo, S. dan Cakhrawarti, F. 2010. Panduan Lengkap Hamil Sehat. Depok: Penerbit Plus. Sudarma. 2012. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung : Alfabeta. Sujiyatini, dkk. 2010. Asuhan Ibu Nifas. Jakarta: Cyrillus Publisher Sulastri. 2014. Faktor-fakror yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Hamil tentang IMD di Rumah Sakit Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo. JIKMU, Vol. 5, No. 2a April 2015. Suparyanto. 2010. Konsep Paritas atau Partus. http://drsuparyanto.blogspot.com, diakses tanggal 12 Desember 2015. 14
15