Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

Pola Komplikasi Kronis Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil Padang Januari Desember 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

ABSTRAK. Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah

GAMBARAN PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DAN HbA1C PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-MEI 2014 ABSTRAK

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

PREVALENSI RETINOPATI DIABETIKA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

AZIMA AMINA BINTI AYOB

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB I PENDAHULUAN. Prevelensi Diabetes Melitus (DM) setiap tahunnya semakin. meningkat, berdasarkan data dari World Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

A.A Sagung Ika Nuriska 1, Made Ratna Saraswati 2

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

Hasil HbA1C dan Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakaan lebih dari 360 juta orang dan diperkirakan akan naik lebih dari dua kali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

KADAR HBA1C PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS BAHU KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling sering muncul

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

ABSTRAK. Wulan Yuwita, 2007, Pembimbing I : Onkie Kusnadi, dr., Sp.PD. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes.

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DI PUSKESMAS JAGASATRU CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

Kedokteran Universitas Lampung

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

HUBUNGAN ANTARA HBA1C DENGAN KADAR HDL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

Volume 2, September

Transkripsi:

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan antara Kadar HbA1c dengan Komplikasi Makrovaskular pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Rima Maulina Hanniya 1, M Rizki Akbar 2, Eka Nurhayati 3 1 Fakultas Kedokteran, Prodi Pendidikan Dokter, Universitas Islam Bandung, 2 Departmen Ilmu Jantung dan Pembuluh Darah, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran Bandung, 3 Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung Abstrak Kejadian DM tipe 2 umum terjadi pada orang dewasa dan lebih berisiko menjadi komplikasi. Komplikasi kronis dapat terjadi akibat peningkatan glukosa darah yang berlangsung lama sehingga merusak pembuluh darah besar (makrovaskular) dan kecil (mikrovaskular). Istilah HbA1c mengacu pada protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh dan bersatu dengan glukosa darah. Pemeriksaan kadar HbA1C penting untuk dilakukan untuk menilai rata-rata konsentrasi glukosa darah dalam periode tiga bulan sehingga memberikan gambaran pengendalian DM yang lebih baik dibandingkan pemeriksaan glukosa darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kadar HbA1c dengan komplikasi makrovaskular pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasi analitik dengan rancangan potong lintang. Data merupakan data sekunder yang diambil dari rekam medis pasien DM tipe 2 di RS Annisa Medical Centre (AMC) tahun 2016. Tercatat 89 pasien DM tipe 2 dengan rata-rata usia 45-60tahun, perempuan lebih banyak daripada laki-laki dan mayoritas memiliki kadar HbA1c 7% (77,5%). Sebagian besar pasien (81,4%) memiliki minimal 1 komplikasi makrovaskular dengan komplikasi terbanyak adalah gangren diabetic (45,1%). Fisher exact untuk menilai hubungan antara kadar HbA1c dan komplikasi makrovaskular menghasilkan nilai p <0,001. Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara kadar HbA1c dengan komplikasi makrovaskular pada pasien DM tipe 2 di RS AMC tahun 2016. Kata kunci: DM tipe 2, HbA1c, Komplikasi makrovaskular. Association of HbA1c Levels with Macrovascular Complications in Type 2 Diabetes Mellitus Abstract Type 2 diabetes mellitus (T2DM) commonly happened on adults and have higher risk to develop into complications. Long term increased blood glucose will affect both large and small blood vessels. The term HbA1c refers to a protein within red blood cells that carries oxygen throughout your body, joins with glucose in the blood. HbA1c level is important to measures the average of blood glucose within 3 months to control T2DM compared to blood glucose. The purpose of this research is to determine the correlation between HbA1c level and macrovascular complications in T2DM. This is a quantitative analytic observation with cross sectional design. The secondary data is Korespondensi: Rima Maulina Hanniya, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung, Jl. Hariang Banga No. 2, Bandung, Jawa Barat, E-mail: maulinarima@gmail.com 46

Hubungan antara Kadar HbA1c dengan Komplikasi Makrovaskular... 47 gathered by observing medical record in Annisa Medical Centre (AMC) hospital in 2016. Respondents involved in this research is 89, gathered using total sampling method. The result shows that most of the respondents have HbA1c level 7% (77,5%) and only have 1 macrovascular complications (90,4%). The statistic using fisher exact shows association between HbA1c with macrovascular complications (p=<0,001). The research conclude that there is a significant association between HbA1C level with macrovascular complications in patients with type 2 of diabetes mellitus at AMC Hospital in 2016. Keywords: Type 2 DM, HbA1c, macrovascular complications Pendahuluan Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik hasil dari gangguan sekresi dan kerja insulin akibat berbagai macam etiologi, ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah. Dua tipe utama DM yaitu tipe 1 dan tipe 2. Bentuk paling umum dari DM adalah DM tipe 2 dan menyumbang 90% dari seluruh kejadian DM di dunia. 2 Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2016, diperkirakan 422 juta penduduk dunia mengalami DM. Menurut Federasi Diabetes Internasional, Prevalensi DM meningkat dengan cepat dibandingkan tahun 2013, diperkirakan 381 juta orang mengalami DM. 2 Indonesia termasuk tujuh negara dengan jumlah penderita DM terbesar di dunia. 2 Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, diperkirakan prevalensi penderita DM di Indonesia sejumlah 12.191.564 penduduk. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki jumlah penderita DM yang cukup tinggi. Bandung sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat memiliki penderita DM yang cukup tinggi sehingga DM menempati 10 besar penyakit dan mengakibatkan 10,18% kematian di Kota Bandung. Menurut Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia 2015, komplikasi DM dibagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan kronis. Komplikasi kronis terjadi akibat peningkatan glukosa darah yang berlangsung lama sehingga merusak pembuluh darah besar (makrovaskular) dan kecil (mikrovaskular). Menurut hasil penelitian Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) di Amerika, kontrol glukosa darah dan Hemoglobin A1c (HbA1C) terbukti dapat menjadi alat pengendali utama bagi pasien DM untuk mencegah timbulnya komplikasi. 9 Pemeriksaan kadar HbA1C penting untuk dilakukan karena dapat menilai rata-rata konsentrasi glukosa darah dalam periode tiga bulan sehingga memberikan gambaran pengendalian DM yang lebih baik dibandingkan pemeriksaan kadar glukosa darah. 10 Poli Rawat Jalan Bagian Penyakit Dalam RS Annisa Medical Centre (AMC) Cileunyi merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang melayani pasien DM cukup banyak setiap tahunnya. Tahun 2016 tercatat terdapat sekitar 350 pasien DM tipe 2. Rumah Sakit ini berada di sekitar masyarakat dengan sosio ekonomi rendah dengan tingkat pendidikan yang juga rendah sehingga peneliti tertarik untuk mengambil data di RS tersebut. Berdasarkan atas latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, penelitian mengenai hubungan antara kadar HbA1C dan komplikasi makrovaskular di RS AMC penting untuk dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai hubungan antara kadar HbA1C dan komplikasi makrovaskular pada pasien DM tipe 2 Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2016-2017

48 Rima Maulina Hanniya, et al. di RS AMC tahun 2016 Metode Penelitian ini merupakan penelitian analitik obeservasional dengan pendekatan potong lintang. Data diperoleh dari data sekunder dengan melihat data rekam medis pasien DM tipe 2 di RS Annisa Medical Centre tahun 2016 dengan jumlah responden 89 orang yang didapat dengan cara total sampling. Hasil Karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin, dan kadar HbA1c pasien DM tipe 2 dapat dilihat pada tabel 2 Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, dan Kadar HbA1c Variabel n % Usia (tahun) 18-25 0 26-44 17 19,1 45-60 38 42,7 >60 34 38,2 Jenis kelamin Laki-laki 40 44,9 Perempuan 49 55,1 Kadar HbA1c <7% 17 19,1 7% 72 80,9 Total 89 100 Berdasarkan atas tabel 4.2 didapatkan bahwa usia responden sebagian besar berusia di atas 25 tahun dengan kelompok umur tebesar pada usia 45-60 tahun (38,2%). Berdasarkan atas karakteristik jenis kelamin, responden dengan jenis kelamin perempuan (55,1%) lebih banyak dibandingkan dengan lelaki. Berdasarkan atas kadar HbA1C, terlihat perbedaan jumlah yang signifikan dimana sebagian besar responden memiliki kadar HbA1C 7% (80,9%) Gambaran komplikasi makrovaskular yang muncul pada pasien DM tipe 2 Gambaran komplikasi makrovaskular yang muncul pada pasien DM tipe 2 dapat dilihat pada tabel 3 Volume 3, No.2, Tahun 2017

Hubungan antara Kadar HbA1c dengan Komplikasi Makrovaskular... 49 Tabel 2. Gambaran Komplikasi Makrovaskular yang Muncul Pada Pasien DM Tipe 2 Komplikasi n % Makrovaskular Penyakit Jantung Koroner 5 8,05 (PJK) Stroke 1 1,6 Hipertensi 22 35,4 Stroke + Hipertensi 2 3,2 Gangren diabetik 28 45,1 Gangren + Hipertensi 4 6,4 Total 62 100 Berdasarkan atas tabel 4.3 terlihat bahwa sebagian besar responden mengalami hanya satu komplikasi makrovaskular. Hanya 9,6% responden yang mengalami dua komplikasi makrovaskular. Komplikasi terbanyak yang dialami responden yaitu gangren diabetik dan hipertensi. Komplikasi yang paling jarang dialami oleh responden adalah serangan stroke. Hubungan Kadar HbA1c dengan Timbulnya Komplikasi Makrovaskular Pasien DM tipe 2 Hubungan antara kadar HbA1c dengan timbulnya komplikasi makrovaskular pada pasien DM tipe 2 dapat dilihat pada tabel 4 Tabel 3. Hubungan Kadar HbA1c dengan Timbulnya Komplikasi Makrovaskular Pasien DM Tipe 2 Komplikasi makrovaskular ya tidak Total n = 89 Nilai p PR (IK 95%) n = 62 n = 26 Kadar HbA1c 7% <7% 62 0 0 17 62 17 <0,001 8,92 (0,09 s/d 14,20) *) uji fisher exact Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2016-2017

50 Rima Maulina Hanniya, et al. Berdasarkan pengujian fisher exact, diketahui nilai p yang diperoleh sebesar <0,001, nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 (5%). Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan antara kadar HbA1c dengan komplikasi makrovaskular. Pembahasan Distribusi sampel berdasarkan usia menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok usia 45-60 tahun. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani pada tahun 2012 yang mengatakan bahwa di negara berkembang kelompok umur yang cenderung berisiko mengalami DM tipe 2 adalah usia 46-64 tahun karena pada usia tersebut fungsi tubuh secara fisiologis sudah mulai menurun. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga pengendalian glukosa darah menjadi kurang optimal. 1 Penelitian lain yang dilakukan oleh Lesi Kurnia Putri tahun 2012 di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Ia menyatakan kelompok umur terbesar adalah kelompok umur diatas 60 tahun. Hal ini disebabkan karena terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35% pada individu yang berusia lebih tua sehingga mengakibatkan menurunnya metabolisme glukosa, akibatnya terjadi resistensi insulin. 2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan sebagian besar pasien DM tipe 2 di RS AMC berjenis kelamin perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Restyana Noor pada tahun 2015 yang menyatakan bahwa kejadian DM tipe 2 lebih banyak terjadi pada wanita sebab wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindrom siklus bulanan dan pasca-menopouse menjadikan lemak mudah terakumulasi di dalam tubuh wanita. 3 Hasil yang sama juga didapatkan dari penelitian yang dilakukan Putri Wulandari tahun 2013. Pada penelitian tersebut diperoleh profil demografi pasien DM berdasarkan jenis kelamin di Rumah Sakit dr.soebandi Jember adalah sebanyak 86 (61,43%) pasien perempuan dan pasien laki-laki sebanyak 54 (38,57%). 4 Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mohammad R.S dkk, didapatkan hasil bahwa usia mayoritas pasien DM tipe 2 di Puskesmas Bahu Kecamatan Manglayang Kota Manado adalah laki-laki. 5 Penelitian yang dilakukan oleh Deepa dkk juga mengatakan bahwa 60% pasien DM tipe 2 berjenis kelamin lakilaki. 6 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Frans Pouwer, kejadian DM tipe 2 meningkat 4 kali lipat pada pria di Jepang, hal ini disebabkan waktu dan beban kerja yang tinggi sehingga mengakibatkan individu mengalami stress. 7 Yang dapat menstimulus pengeluaran epinefrin. Epinefrin mempunyai efek yang sangat kuat dalam menyebabkan timbulnya proses glikoneogenesis, sehingga akan melepaskan sejumlah besar glukosa ke dalam darah dalam beberapa menit 8 Berdasarkan atas hasil penelitian kadar HbA1c pada pasien DM tipe 2 di RS AMC menunjukkan mayoritas responden memiliki memiliki kadar HbA1c 7%. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putu Ugi dan AA Wiradewi pada tahun 2014 di RSUP Sanglah Denpasar, diperoleh kadar HbA1c yang tinggi lebih dari setengah (52%) total sampel. 9 Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Asticaliana pada tahun 2013. Berdasarkan atas hasil pemeriksaan HbA1c diketahui bahwa 33 responden dari 46 responden (71.7 %) memiliki kadar HbA1c yang buruk. 10 Komplikasi makrovaskular terbanyak pada pasien DM tipe 2 di RS AMC tahun 2016 adalah gangren diabetik. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Volume 3, No.2, Tahun 2017

Hubungan antara Kadar HbA1c dengan Komplikasi Makrovaskular... 51 oleh I Made Dwikayana, A A Ngurah Subawa, dan I W P Sutirta Yasa Tahun 2016 RSUP Sanglah Denpasar. 10 Hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa komplikasi terbanyak pada penderita DM adalah gangren diabetik 10 namun terdapat 9,6% responden yang memiliki lebih dari satu komplikasi. Hal ini disebabkan karena kadar HbA1c sangat tinggi sehingga mempercepat kerusakan organ yang mengakibatkan pasien memiliki lebih dari satu komplikasi. 11 Hasil berbeda didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Dwi Amelisa dan Amwar di RS Dr. M. Djamil Padang Januari 2011 - Desember 2012, didapatkan hasil bahwa komplikasi terbanyak adalah neuropati diabetik. 12 Berdasarkan atas uji fisher exact menunjukkan bahwa secara statistik terdapat asosiasi bermakna antara kadar HbA1c dengan komplikasi makrovaskular, dimana P- Value <0,001 (α = 5%). Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Puti Ugi dan AA Wiradewi di RS Sanglah Denpasar tahun 2014. Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa sebanyak 52% sampel berada pada kategori kadar HbA1C yang buruk dan mempercepat timbulnya komplikasi. 9 Simpulan Berdasarkan data dan pembahasan, maka simpulan penelitian ini adalah adanya hubungan yang bermakna antara antara kadar HbA1c pada pasien DM tipe 2 dengan dengan komplikasi makrovaskuler di RS AMC Tahun 2016 dengan nilai p=<0,001 (nilai p 0,05). Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada RS AMC sehingga dapat terlaksananya penelitian ini dan kepada pembimbing yang telah membantu dalam memberi saran, ide maupun gagasan dalam pemikiran penulis dan membantu dalam segala hal sehingga penulis dapat menyelesaikan artikel ini. Daftar Pustaka 1. Fitriyani. Faktor risiko diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Citangkil dan Puskesmas Kecamatan Pulo Merak Kota Cilegon. Skripsi UI. 2012. 2. Pardede TE, Rosdiana D, Christianto E. Gambaran Pengendalian Diabetes Mellitus Berdasarkan Parameter Indeks Massa Tubuh dan Tekanan Darah di Poli Rawat Jalan Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. JOM FK. 2017;4(1): hlm. 1-18. 3. Fatimah NR. Diabetes mellitus tipe 2. J Mayority. 2015 Feb;4(5): hlm. 93-101. 4. Wulandari P. Studi pengobatan hipertensi pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Instalasi Rawat Inap dr.soebandi Jember. Skripsi. 2013. 5. Utomo MRS, Wungouw H, Marunduh S. Kadar HbA1c pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di puskesmas bahu kecamatan malalayang kota menado. Jurnal e-biomedik (ebm). 2015;3(1). 6. Deepa DV, Kiran BR, Gadwalkar Srikant R. Macrovascular and Microvascular Complications in Newly Diagnosed Type 2 Diabetes Mellitus. Indian Journal of Clinical Practice. 2014 Dec;25(7): p. 644-648. 7. Pouwer F. Does emotional stress cause type 2 diabetes mellitus? A review from the European depression in Diabetes (EDID) research consortium. Discovery Medicine. 2010 Feb;9(45): p. 112-118. Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2016-2017

52 Rima Maulina Hanniya, et al. 8. Pratiwi P, Amartiria G, Yamin M. Pengaruh stress terhadap kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus yang menjalani hemodialisa. Jurnal Kesehatan. 2014 Apr;5(1): hlm. 11-16. 9. Sugandha PU, Lestari AAW. Gambaran pengendalian kadar gula darah dan HbA1c pada pasien diabetes mellitus tipe 2 yang dirawat di RSUP Sanglah. 2014 Jan-Mei: hlm. 1-8. 10. Dwikanaya IM, Subawa AAN, Yasa IWPS. Gambaran HbA1c pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi ulkus kaki diabetic di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar periode April-September 2014. E-Jurnal Medika. 2014 Jul;5(4): hlm. 1-6. 11. Nicholas J, Charlton J, Dregan A, Martin C. Gulliford. Recent HbA1c Values and Mortality Risk in Type 2 Diabetes. Plos Journal. 2013 Jul;8(7): p. 1-8. 12. Edwina DA, Manaf A, Efrida. Pola Komplikasi Kronis Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil Padang Januari 2011 - Desember 2012. Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(1): hlm. 102-106. Volume 3, No.2, Tahun 2017