Disusun oleh : SANDI EKO PRASETYO NIM : D

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PROSENTASE BAHAN KIMIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR. PENGARUH WAKTU RENDAM BAHAN KIMIA NaOH TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERAT BULU KAMBING SEBAGAI FIBER DENGAN MATRIK POLYESTER

NASKAH PUBLIKASI. SIFAT FISIS DAN MEKANIS AKIBAT PERUBAHAN TEMPERATUR PADA KOMPOSIT POLYESTER SERAT BATANG PISANG YANG DI TREATMENT MENGGUNAKAN KMnO 4

PENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT SERAT RAMBUT MANUSIA

Kata kunci : Serat batang pisang, Epoxy, Hand lay-up, perbahan temperatur.

TUGAS AKHIR. PENGARUH PROSENTASE BAHAN KIMIA 4%, 5%, 6%, 7% NaOH TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERAT BULU KAMBING DENGAN MATRIK POLYESTER

BAB I PENDAHULUAN. Dengan perkembangan dunia industri sekarang ini. Kebutuhan. material untuk sebuah produk bertambah seiring penggunaan material

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE

BAB I PENDAHULUAN. saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam membuat berbagai

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

ANALISA PIPA KOMPOSIT SERAT BATANG PISANG POLYESTER DENGAN ORIENTASI SERAT 45 0 / TERHADAP PENGUJIAN TARIK DENGAN VARIASI TEMPERATUR RUANG UJI

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)

Simposium Nasional RAPI XIV FT UMS ISSN

BAB I PENDAHULUAN. relatif sulit, dapat mengalami korosi dan biaya produksi yang mahal. (Suwanto, 2006). Oleh karena itu, banyak dikembangkan material

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi pada era globalisasi mengalami. perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai inovasi yang

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Menurut penelitian Hartanto (2009), serat rami direndam pada NaOH 5%

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR

Djati Hery Setyawan D

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

BAB I PENDAHULUAN. relatif sulit, dapat mengalami korosi dan biaya produksi yang mahal. logam, salah satu material yang banyak dikembangkan saat ini

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA KOMPOSIT POLYESTER SERAT BATANG PISANG YANG DISUSUN ASIMETRI [ 45 o / -30 o / 45 o / -30 o ]

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sambungan material komposit yang telah. banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan

UJI KARAKTERISTIK SIFAT FISIS DAN MEKANIS SERAT AGAVE CANTULA ROXB (NANAS) ANYAMAN 2D PADA FRAKSI BERAT (40%, 50%, 60%)

BAB III METODOLOGI. Mulai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA KOMPOSIT POLYESTER SERAT BATANG PISANG YANG DISUSUN ASIMETRI [ 45 o / -30 o / 45 o / -30 o ]

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK EPOXY

PENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP KEKUATANBENDING KOMPOSIT SERAT RAMBUT MANUSIA DENGAN MATRIK POLYESTER. Suryanto, Yuyun Estriyanto, Budi Harjanto

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

I. PENDAHULUAN. alami dan harga serat alam pun lebih murah dibandingkan serat sintetis. Selain

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi

TUGAS AKHIR. SIFAT FISIS DAN MEKANIS AKIBAT PERUBAHAN TEMPERATUR PADA KOMPOSIT POLYESTER SERAT BATANG PISANG YANG DI TREATMENT MENGGUNAKAN KMnO 4

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH SAMBUNGAN MEKANIK TIPE BOLTED BONDED TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA KOMPOSIT POLYESTER SERAT BATANG PISANG

ANALISIS PERBANDINGAN KEKUATAN TARIK ORIENTASI UNIDIRECTIONAL 0 DAN 90 PADA STRUKTUR KOMPOSIT SERAT MENDONG DENGAN MENGGUNAKAN EPOKSI BAKELITE EPR 174

ANALISA KEKUATAN POROS KOMPOSIT POLYESTER SERAT BATANG WARU YANG DISUSUN SIMETRI 20, 40, 60 TERHADAP PENGUJIAN PUNTIR

PENGARUH KETEBALAN SERAT PELEPAH PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER-SERAT ALAM

ANALISA PENGUJIAN TARIK SERAT AMPAS TEBU DENGAN STEROFOAM SEBAGAI MATRIK

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR ATAP SERAT BULU AYAM

PENGARUH PERENDAMAN (NaOH) TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN BENDING BAHAN KOMPOSIT SERAT BAMBU TALI (GIGANTOCHLOA APUS) BERMATRIKS POLYESTER

I. PENDAHULUAN. mempunyai sifat lebih baik dari material penyusunnya. Komposit terdiri dari penguat (reinforcement) dan pengikat (matriks).

PENGARUH KANDUNGAN SERAT DAN FIBER ARCHITECTURE TERHADAP KUAT TARIK PASCA IMPACK KECEPATAN RENDAH KOMPOSIT SERAT SABUT KELAPA BERMATRIK POLIESTER

PENGARUH ALKALISASI TERHADAP KOMPATIBILITAS SERAT SABUT KELAPA ( Cocos Nucifera ) DENGAN MATRIKS POLYESTER

PENINGKATAN KEKUATAN TARIK DAN IMPAK PADA REKAYASA DAN MANUFAKTUR BAHAN KOMPOSIT HYBRID

ANALISA KEKUATAN POROS KOMPOSIT POLYESTER SERAT BATANG WARU YANG DISUSUN SIMETRI 30, 50, 70 TERHADAP PENGUJIAN PUNTIR

Upaya Peningkatan Kualitas Sifat Mekanik Komposit Polyester Dengan Serat Bundung (Scirpus Grossus) Erwin a*, Leo Dedy Anjiu a

ANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH

Volume 1, Nomor 1 Juni 2008 Jurnal Flywheel, ISSN :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kekuatan Tarik Komposit Partikel Tempurung Kelapa

BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan pustaka Sejauh pengamatan peneliti tentang Pengaruh perlakuan alkali (NaOH)

KARAKTERISTIK SERAT KULIT WARU YANG DISUSUN LAMINASI BERMATRIK POLYESTER DENGAN ORIENTASI SERAT (45 0,50 0,55 0 ) TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PEMANFAATAN LIMBAH SERAT SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN PEMBUAT HELM PENGENDARA KENDARAAN RODA DUA

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain :

I. PENDAHULUAN. komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan

I. PENDAHULUAN. Dalam industri manufaktur dibutuhkan material yang memiliki sifat-sifat baik

PENGARUH FRAKSI VOLUME SERAT KAYU GELAM(MELALEUCE LEUCANDENDRA) KEKUATAN TARIK DAN IMPAK KOMPOSIT BERMATRIK POLYESTER

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Kata kunci : Serat purun tikus, NaOH, polyester,kekuatan tarik & Bending

KOMPOSIT CORE HYBRID BERPENGUAT SERBUK KAYU JATI DAN MAHONI BERMATRIK POLYESTER

KARAKTERISTIK SERAT KULIT WARU YANG DISUSUN LAMINASI BERMATRIK POLYESTER DENGAN ORIENTASI SERAT (60 0,65 0,70 0 ) TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB I PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman buah yang banyak. dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Volume ekspor terbesar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISA PENGARUH KETEBALAN INTI (CORE) TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH

TUGAS AKHIR PENGARUH FILLER NANO PARTIKEL WHITE KARBON AKTIF KULIT BAMBU TERHADAP STRUKTUR (PHOTO MAKRO & SEM) DAN KEKUATAN TARIK KOMPOSIT POLYESTER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Material, Laboratorium

PEMANFAATAN PARTIKEL TEMPURUNG KEMIRI SEBAGAI BAHAN PENGUAT PADA KOMPOSIT RESIN POLIESTER

III. METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN POLIMER KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN UNTUK APLIKASI INDUSTRI OTOMOTIF DAN ELEKTRONIK

KOMPATIBILITAS SERAT PELEPAH POHON PISANG KEPOK (Musaceae) PADA PERLAKUAN PEREBUSAN AIR JAHE (Zingiber Officinale) DAN PERLAKUAN RESIN POLYESTER

Pengaruh Waktu Perlakuan Kalium Permanganate (KMnO 4 ) Terhadap Sifat Mekanik Komposit Serat Purun Tikus (Eleocharis Dulcis)

Jurusan Teknik Mesin, Universitas Brawijaya Jl. MT Haryono 167, Malang

DAFTAR ISI. Grup konversi energi. ii iii. iii. Kata Pengantar Daftar Isi. Makalah KNEP IV Grup Engineering Perhotelan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISASI KOMPOSIT MATRIK RESIN EPOXY BERPENGUAT SERAT GLASS DAN SERAT PELEPAH SALAK DENGAN PERLAKUAN NaOH 5%

UJI KARAKTERISTIK SIFAT FISIS & MEKANIS SERAT AGAVE CANTULA ROXB (NANAS) ANYAMAN 2D PADA FRAKSI BERAT (30%, 40%, 50%, 60%)

Opa Slamet S,Burmawi,Kaidir

STUDI PERLAKUAN ALKALI TERHADAP SIFAT MEKANIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI

Perubahan Sifat Mekanis Komposit Hibrid Polyester yang Diperkuat Serat Sabut Kelapa dan Serat Ampas Empulur Sagu

Pengaruh Fraksi Volume Dan Panjang Serat Pelepah Lontar (Borassus Flabellifer) Terhadap Kekuatan Tarik Dan Kekuatan Impak Komposit Bermatrik Epoksi

PENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN BENDING BAHAN KOMPOSIT SERAT BAMBU TALI (GIGANTOCHLOA APUS) BERMATRIKS POLYESTER

BAB I PENDAHULUAN. mulai banyak dikembangkan dalam dunia industri manufaktur. Penggunaan material komposit yang ramah lingkungan dan bisa

NASKAH PUBLIKASI KARAKTERISTIK SERAT KULIT WARU YANG DISUSUN LAMINASI BERMATRIK POLYESTER DENGAN ORIENTASI SERAT (30ᴼ,35ᴼ,40ᴼ)

REKAYASA DAN MANUFAKTUR RANDOM COCONUT FIBER COMPOSITES BERMATRIK EPOXY UNTUK PANEL INTERIOR AUTOMOTIVE

ANALISA KEKUATAN POROS KOMPOSIT POLYESTER SERAT BATANG PISANG YANG DISUSUN SIMETRI 20 0,40 0,60 0 TERHADAP PENGUJIAN PUNTIR

PENGARUH KOMPOSISI RESIN POLIYESTER TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT YANG DIPERKUAT SERAT BAMBU APUS

TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK SERAT KULIT WARU YANG DISUSUN LAMINASI BERMATRIK POLYESTER DENGAN ORIENTASI SERAT (45 0,50 0,55 0 )

Studi Experimental Pengaruh Fraksi Massa dan Orientasi Serat Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Berbahan Serat Nanas

Analisis Serat Pelepah Batang Pisang Kepok Material Fiber Komposit Matriks Recycled Polypropylene (RPP) Terhadap Sifat Mekanik dan SEM

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH WAKTU RENDAM BAHAN KIMIA NaOH TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERAT BULU KAMBING SEBAGAI FIBER DENGAN MATRIK POLYESTER Disusun Sebagai Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata Satu Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun oleh : SANDI EKO PRASETYO NIM : D 200 090 073 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA AGUSTUS 2015

PENGARUH WAKTU RENDAM BAHAN KIMIA NaOH TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERAT BULU KAMBING SEBAGAI FIBER DENGAN MATRIK POLYESTER Sandi Eko Prasetyo, Masyrukan, Ngafwan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura email : sandyprast89@gmail.com ABSTRAKSI Komposit serat alam sekarang ini sedang dikembangkan guna memanfaatkan bahan atau serat alam agar lebih memiliki nilai ekonomis, selain itu juga dapat menggantikan serat sintetis yang yang memiliki harga yang lebih tinggi dan tidak ramah lingkungan. Serat alam yang belum banyak dipergunakan sebagai bahan penguat komposit adalah limbah potongan bulu kambing jawa yang diperoleh dari rumah penyamakan kulit kambing. Kekuatan tarik pada komposit sangat dipengaruhi oleh ikatan antara serat dengan matrik. Peneletian ini bertujuan untuk meningkatkan daya ikat antara serat dengan matrik dengan menggunakan perlakuan alkali, yaitu dengan melakukan perendaman serat bulu kambing di dalam larutan NaOh 5% selama (0, 30, 60, 90, dan 120) menit. Proses pembuatan komposit menggunakan matrik polyester dengan campuran katalis MEKPO (Metyl Etyl Keton Peroksida) sebagai mempercepat proses pengerasan cairan resin. Serat dan matrik ditimabang sesuai dengan ukuran yang sudah ditentukan, kemudian dicetak pada cetakan dengan metode hand lay up dengan struktur serat acak. Pengujian specimen yang dilakukan adalah pengujian tarik dengan menggunakan standart ASTM D-638, dan foto makro untuk melihat hasil patahan setelah dilakukan pengujian tarik. Dari hasil pengujian tarik yang dilakukan, didapatkan hasil yang maksimal pada perendaman serat bulu kambing selama 60 menit yaitu sebesar 19,254 N/mm 2. Hal ini juga terbukti dari hasil foto makro penampang patahan yang terjadi yaitu penampang patahan yang merata / homogen dan sedikit terjadi fiber pull out. Kata kunci : Perlakuan Alkali, NaOH, Serat Bulu Kambing, Polyester

A. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Potensi produksi kambing di Pulau Jawa cukup tinggi, hampir 60% populasi kambing yang berkembang di Indonesia terdapat di Pulau Jawa. Berdasarkan Ditjen Bina Produksi Peternakan tahun 2000, dari 15.209.720 ekor kambing di seluruh di Indonesia sekitar 8.783.890 ekor kambing berada di pulau jawa. Populasi kambing di Indonesia sekitar 8.783.890 ekor kambing berada di pulau jawa. Populasi kambing di Indonesia rata-rata meningkat 2,2 4,3% per tahunnya. Mulyono dan Berdasarkan Direktorat Jendral Bina Produksi Peternakan tahun 2004, populasi kambing di Jawa Tengah 2.985.845 ekor, Jawa Barat 1.304.433 ekor, D.I Yogyakarta 243.417 ekor, Jawa Timur 2.357.900 ekor dan di Bali 62.014 ekor. Dalam sepuluh tahun kedepan diperkirakan populasi ternak ini menjadi 30-35 juta ekor. Sebagian besar usaha peternakan kambing ditujukan untuk memenuhi permintaan produksi daging. Selain memanfaatkan daging, bulu kambing dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produksi. Bulu kambing tersusun atas serat serat keratin, yaitu sejenis protein yang membentuk bulu, cakar, dan kuku. Heny Dwy, 2012. Saat ini, bulu kambing digunakan oleh sebagian masyarakat kecil, misalnya dibuat karpet atau sajadah, sebagai benang pancing, serta biasanya bersama kulit dibuat frame kaligrafi dan samak bulu. Bulu kambing juga dipintal dijadikan bahan baku tekstil seperti wool. Ernawati et al, 2008. Serat bulu kambing biasanya dicampur dengan wol untuk mendapatkan efek khusus misalnya untuk menambah keindahan, kadang juga dipakai untuk keperluan khusus seperti untuk sikat. Dewasa ini pengembangan teknologi komposit mengarah ke komposit serat alam (Natural Fibrous Composite) dikarenakan sifatnya yang renewable (terbarukan) sebagai pengganti serat buatan. Harganya relative murah, ramah lingkungan, yang dapat memenuhi kebutuhan industri. Untuk meningkatkan kualitas serat telah dilakukan para peneliti yaitu menggunakan bahan kimia. Ikatan yang baik antara matriks dan serat dilakukan modifikasi permukaan serat. Modifikasi permukaan dilakukan untuk meningkatkan kompatibilitas antara serat alam dengan matriks. Alkalisasi pada serat alam adalah metode yang telah digunakan untuk menghasilkan serat yang berkualitas tinggi. Alkalisasi pada serat merupakan metode perendaman serat ke dalam alkali basa. Proses alkalisasi menghilangkan komponen penyusun serat yang kurang efektif dalam menentukan kekuatan antar muka. Sedangkan resin sebagai matrix yang digunakan dalam penelitian ini adalah unsaturated polyester matrix Yukalac 157 BQTN-EX yang merupakan salah satu resin thermoset yang mudah diperoleh dan diguanakan oleh masyarakat umum dan industri skala besar dan kecil. Selain itu resin ini harganya murah, mempunyai

kemampuan berikatan dengan serat alam dengan baik, mempunyai karakteristik yang khas yaitu dapat dibuat kaku dan fleksibel. (Saputra. I. R, 2012). Melihat penjelasan diatas, maka dilakukan penelitian untuk membuat suatu bahan alternatitif yaitu komposit berpenguat serat alam (Natural Fibrous Composite). Material komposit dapat menggabungkan sifat-sifat unggul dari material penyusunya untuk menghasilkan suatu material baru dengan sifat yang lebih baik. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang kemampuan mekanis berupa kekuatan tarik serta mengetahui dan membandingkan kualitas uji foto makro hasil perlakuan perendaman serat bulu kambing dengan variasi prosentase NaOH. 2. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Mendiskripsikan kekuatan tarik komposit polyester serat bulu kambing akibat pengaruh waktu rendam bahan kimia NaOH. 2. Mendiskripsikan foto makro patahan spesimen komposit polyester serat bulu kambing akibat pengaruh waktu rendam bahan kimia NaOH. B. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1. TINJAUAN PUSTAKA R. M. Jones, 1975, Mechanics of Composite Materials. Menjelaskan bahwa definisi dari komposit dalam lingkup ilmu material merupakan gabungan antara dua buah material atau lebih yang digabung pada skala makroskopis untuk membentuk material baru yang lebih bermanfaat. Komposit terdiri dari dua unsur yaitu serat (fibre) sebagai reinforcement atau penguat dan bahan pengikat serat yang disebut dengan matriks. Unsur utama dari bahan komposit adalah serat, serat inilah yang menentukan karakteristik suatu bahan seperti kekuatan, keuletan, kekakuan dan sifat mekanik yang lain. Serat berfungsi untuk menahan sebagian besar gaya yang bekerja pada material komposit, sedangkan matrik berfungsi untuk mengikat serat, melindungi, dan meneruskan gaya antar serat. Robbins, C.R., 1994, Chemical and physical behavior of human hair. Menjelaskan bahwa Serat rambut dapat memiliki sifat mekanik yang baik karena struktur penyusunan rambut terdiri dari karatin yang membentuk rantai panjang dan teratur menyebabkan rambut bersifat kuat dan fleksibel. Maria Valeria dkk, 2009, hair fiber characteristics and methods to evaluate hair physical and mechanical properties, Brazilian Journal of

Pharmaceutial Sciences. Menjelaskan bahwa beban tarik rambut secara umum adalah (50-100) gram. Sedangkan elastisitas rambut adalah (20-30) % dari panjangnya ( untuk rambut kering ). Sedangkan untuk rambut basah dapat mencapai 50 % dari panjangnya. Soekrisno, 1995, Manfaat Rambut sebagai Penguat Bahan Komposit. Menjelaskan bahwa rambut sulit dihancurkan meskipun tertimbun didalam tanah dalam waktu yang sangat lama. Hal ini memberikan fakta, betapa kuatnya rambut terhadap asam, larutan korosif dan kelembaban. Ronal F. Gibson, 1994, Principle of composite material mechanics. Menjelaskan bahwa Kekuatan komposit serat alam dapat ditingkatkan dengan 2 cara yaitu dengan memberikan perlakuan kimia serat atau dengan penambahan coupling agent. Perlakuan kimia serat yang sering dilakukan adalah perlakuan alkali seperti NaOH, karena lebih ekonomis. Muh. Amin dan Samsudi Harjo, 2012. Perlakuan alkali dilakukan dengan melakukan perendaman potongan rambut manusia di dalam larutan NaOH 5% selama ( 0, 30, 60, 90, 120 ) menit. Setelah dicuci dan dikeringkan serat rambut dipergunakan sebagai penguat pada komposit matriks Epoxy dengan penambahan 40% berat. Hasil yang diperoleh dari penelitian bahwa dengan melakukan penambahan rambut ke dalam 5% NaOH selama 60 menit mengalami harga kekuatan tarik yang optimal yaitu sebesar 28.862 MPa. Hal ini juga terbukti dari hasil foto makro penampang patahan, yaitu terjadi patahan homogen dan tidak terjadi fiber pull out. 2. LANDASAN TEORI 1. Komposit Komposit didefinisikan sebagai kombinasi antara dua material atau lebih yang terpisah yang dikombinasikan dalam satuan struktur makroskopis dan dibuat dari variasi kombinasi dari tiga material yaitu logam, polymer, dan keramik. Secara sederhana dapat didefinisikan komposit terdiri dari dua material yang berbeda propertisnya dan perbedaannya itu dilihat secara makroskopis. Serat merupakan bahan penguat (reinforcement) yang tersebar di dalam matrik dengan orientasi tertentu. Fungsi utama matrik selain sebagai pengikat serat dan mendistribusikan beban kepada serat juga melindungi serat dari pengaruh lingkungan. (Gibson, R, F., 1994).

2. Serat Serat adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan komponen yang membentuk jaringan memanjang yang utuh. Contoh serat yang paling sering di jumpai adalah serat pada kain. Manusia menggunakan serat dalam banyak hal untuk membuat tali, kain, atau kertas. Serat dapat di golongkan menjadi dua jenis yaitu serat alami dan serat sintesis (serat buatan manusia) (Surdia, T.dkk, 1995). 3. Resin Thermoset Jenis Polyester Bahan pengikat atau penyatu serat dalam material komposit disebut matrik. Matriks berfungsi sebagai pelindung, pendukung, transfer beban, dan perekat serat. Polyester dapat digunakan pada suhu kerja mencapai 79 0 C atau lebih tinggi tergantung partikel resin dan keperluannya, berat jenis 1.4 kg/cm 3, kekuatan tarik 58 MPa, dan elongasi 2,4 %. Keuntungan lain matriks polyester adalah mudah dikombinasikan dengan serat dan dapat digunakan untuk semua bentuk penguatan plastik (Show a highpolymer. Co. Ltd). 4. Bahan Tambahan Bahan tambahan utama adalah katalis (Hardener). Jenis katalis untuk resin polyester yaitu Metyl Etyl Keton Peroksida (MEKPO). Katalis berfungsi untuk mempercepat proses pengerasan cairan resin (curing). Pemberian katalis dibatasi 1% sampai 2% dari berat resin. 5. Perlakuan NaOH Alkalisasi adalah salah satu cara modifikasi serat alam untuk meningkatkan kompatibilitas antara matriks dengan serat. Dengan berkurangnya hemiselulosa, lignin atau pectin serat, akan meningkatkan kekasaran permukaan yang menghasilkan mechanical interlocking yang lebih baik antara serat dengan matrik, dan juga dengan proses perendaman akan membuat pori-pori disekitar permukaan serat. Natrium hidroksida (NaOH) adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia. Natrium hidroksida (NaOH) murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pellet, serpihan, butiran maupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbondioksida dari udara bebas permukaan serat.

6. Kekuatan Tarik Pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui tegangan maksimum, tegangan luluh, dan regangan (perpanjangan). Pembebanan tarik dilakukan dengan memberikan beban secara perlahan sampai material komposit mengalami putus. Adapun keuletan material, daerah elastisitas dan plastis serta titik putus akan terlihat dari grafik yang ada kekuatan tarik komposit dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: 1. Temperatur Apabila temperatur naik, maka kekuatan tariknya akan turun. 2. Kelembaban Pengaruh kelembaban ini akan mengakibatkan bertambahnya absorbs air, akibatnya akan menaikkan regangan patah. Sedangkan tegangan patah dan modulus elastisitasnya akan menurun. 3. Laju Tegangan Apabila laju tegangan kecil, maka perpanjangan bertambah dan mengakibatkan kurva tegangan-regangan menjadi landai, modulus elastisitasnya rendah. Sedangkan jika laju tegangan tinggi, maka beban patah dan modulus elastisitasnya meningkat, tetapi regangannya mengecil. Hubungan antara tegangan tarik dan regangan pada beban tarik ditentukan dengan rumus sebagai berikut: (Kurniawan, K., 2012) dimana: = Tegangan tarik (N/mm 2 ) P = Beban (N) A 0 = Luas penampang patahan (mm 2 )

Nilai regangan dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut: (Kurniawan, K., 2012) L L dimana: ε = Tegangan-regangan (%) L = Deformasi/pemanjangan (mm) L = Panjang daerah ukur (mm) Besarnya nilai modulus elastisitas komposit yang juga merupakan perbandingan antara tegangan dan regangan pada daerah proporsional, berlaku hukum Hooke, dapat dihitung dengan persamaan: (Kurniawan, K., 2012) ε dimana: E = Modulus elastisitas (N/mm 2 ) = Tegangan tarik (N/mm 2 ) ε = Tegangan-regangan (%)

C. METODOLOGI PENELITIAN 1. DIAGARAM PENELITIAN mulai Survei Alat dan Bahan Pengambilan serat bulu kambing Pencucian serat bulu dengan air bersih Pencucian serat menggunakan cairan kimia NaOH dengan prosentase 5% selama 0, 30, 60, 90,120 menit Resin Polyester Penjemuran serat menggunakan panas matahari Pemotongan serat dengan ukuran panjang 10 mm Pembuatan Komposit: menggunakan metode hand lay - up Pengujian Tarik dengan Standart ASTM D 638 Foto makro hasil patahan Hasil pengujian Analisa dan pembahasan Kesimpulan selesai

Diameter Rata-rata (mm) D. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Specimen Komposit Pengujian komposit yang dilakukan adalah pengujian mekanis dan fisis yang berupa pengujian tarik dan foto makro. 4.1.1. Hasil perendaman serat dengan pengaruh waktu Tabel 4.1. Pengaruh Waktu Rendam Terhadap Diameter Serat Waktu Rendam (menit) Diamter rata-rata (mm) 0 0.19 30 0.16 60 0.15 90 0.13 120 0.09 Grafik Perendaman Serat Dengan Pengaruh Waktu Pengaruh waktu rendam terhadap diameter rata-rata 0.20 0.17 0.14 0.11 0.08 0 30 60 90 120 Waktu (menit) Gambar 4.1.. Grafik Pengaruh Waktu Rendam Terhadap Diameter Serat Dari grafik gambar 4.1 dapat ditarik kesimpulan bahwa, semakin lama proses perendaman dilakukan akan memyebabkan serat bulu semakin kecil. Sehingga kekuatan dan elastisitas dari serat menurun.

Gambar 4.2. Foto Serat Tanpa Proses Perendaman

Gambar 4.3. Foto Serat Dengan Proses Perendaman 30 Menit

Gambar 4.4. Foto Serat Dengan Proses Perendaman 60 Menit

Gambar 4.5. Foto Serat Dengan Proses Perendaman 90 Menit

Gambar 4.6. Foto Serat Dengan Proses Perendaman 120 Menit

Rata-rata tegangan tarik N/mm² Tabel 4.9. Hasil Data Pengujian Tarik Tanpa proses perendaman tegangan tarik N/mm 2 Regangan (%) modulus elastisitas ( MPa ) 4.142 3.510 1.18 Tabel 4.10. Hasil Data Pengujian Tarik Dengan variasi waktu waktu Tegangan Tarik Modulus Elastisitas Regangan (%) (menit) (N/mm²) (MPa) 30 17.417 5.14 3.39 60 19.254 6.23 2.91 90 15.348 5.38 2.85 120 12.822 4.86 2.64 25 20 15 10 5 0 2.69 3.44 4.19 4.94 5.69 6.44 Regangan % (x10-2 ) waktu perendaman 30 menit waktu perendaman 60 menit waktu perendaman 90 menit waktu perendaman 120 menit Gambar 4.12. Hubungan Antara Tegangan Tarik Rata-rata Dengan Regangan

Modulus Elastisitas MPa 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 3.39 2.91 2.85 2.64 30 60 90 120 waktu (menit) Gambar 4.13. Modulus Elastisitas Spesimen Komposit 4.1.3. Pembahasan Pengujian Tarik` Data yang diperoleh dari hasil pengujian tarik komposit dengan variasi waktu perendaman serat 0, 30, 60, 90, 120 menit mempunyai kekuatan tarik rata-rata 4,142 N/mm 2, 17,417 N/mm 2,19,254 N/mm 2,15,348 N/mm 2, 12,822 N/mm 2. Pada komposit dengan perendaman serat selama 60 menit memiliki kekuatan paling tinggi, yaitu sebesar 19,254 N/mm 2. Karena serat yang direndam dengan larutan NaOH selama 60 menit memiliki ikatan antar muka yang baik antara serat dengan matrik. Sedangkan kekutan tarik paling rendah terjadi pada proses perendaman serat selama 120 menit, yaitu sebesar 12,822 N/mm 2. Serat yang direndam selama 120 menit mengalami kerusakan keratin yang berlebih sehingga kekutan tariknya berkurang. Pada pengujian tarik komposit yang menggunakan serat tanpa proses perendaman NaOH komposit mempunyai kekuatan tarik rata-rata 4,142 N/mm 2. Pada komposit ini kekutan ikatan antar muka antara serat dengan matrik sangat kecil, terlihat pada foto makro, banyak terjadi fiber pull out pada komposit. Modulus elastisitas komposit serat bulu kambing juga berubah dengan adanya perlakuan perendaman NaOH. Dengan bertambahnya waktu perendaman menunjukan penurunan elastisitas serat. Hal ini disebabkan adanya

penurunan harga regangan ketika serat dilakukan perendaman yang terlalu lama ( lebih dari 60 menit ). 4.1.4. Foto Makro Kekuatan komposit mengalami perbedaan terhadap waktu perendaman serat yang mengakibatkan semakin lama perendaman, serat bulu akan semakin rapuh dan kekuatan komposit semakin berkurang. Dan apabila serat tidak direndam dengan larutan NaOH, maka lapisan minyak yang terdapat pada serat bulu akan mengakibatkan kurangnya ikatan antara serat dengan matrik. Ini ditunjukan dengan adanya fiber pull out pada komposit dapat dilihat pada gambar (b) penampang patahan searah sumbu Y. Akan tetapi perlakuan perendaman NaOH yang terlalu lama akan menyebabkan rusaknya serat bulu (bulu menjadi rapuh) sehingga komposit yang diperkuat dengan serat dengan waktu perendaman yang lebih lama akan menyebabkan turunya kekuatan tarik. Adanya void pada komposit juga mengurangi kekuatan komposit, karena pada bagian tersebut tidak didukung oleh matrik sehingga komposit akan gagal lebih awal, ditinjukan pada gambar (a) penampang patahan searah sumbu X. Pull-out fiber adalah serat keluar dari patahan komposit yang disebabkan ikatan antara matrik dengan serat tidak berlangsung secara sempurna. Patah getas dicirikan dari arah perambatan retak yang tegak lurus dengan arah tegangan tarik yang bekrja dan menghasilkan permukaan patah yang relatif rata. Patah getas terjadi tanpa ada deformasi yang cukup besar dan mengalami perambatan retak yang cepat. Retak seperti itu disebut retak tidak stabil dan perambatan retak ketika dimulai akan berlanjut kontinyu secara spontan tanpa penambahan tegangan yang bekerja. Void Fiber pull out (a)

Fiber pull out Matrik (b) Gambar 4.14 Patahan Tanpa Proses Perendaman Serat Pada gambar 4.14 (b) terlihat bahwa serat bulu kambing tercabut dari matrik saat dilakukan uji tarik. Serat yang tercabut menunjukan bahwa kualitas ikatan yang lemah antara serat dan matrik. Ikatan antara matrik dengan fiber sangatlah rendah, dikarenakan lapisan keratin pada bulu menghalangi matrik meresap pada serat, sehingga kekuatan ikat antar muka lemah. Pada gambar 4.14 (a) terlihat adanya void (rongga udara) yang dapat mengurangi kekuatan tarik komposit. void Fiber pull out (a) Fiber pull out Matrik (b) Gambar 4.15 Patahan Perendaman Serat 30 Menit Pada gambar 4.15 (b) masih terlihat banyak terjadi Pull out fiber, hal ini menunjukkan bahwa lapisan keratin bulu kambing pada proses perendaman 30 menit masih terlalu tebal, sehingga daya ikat terhadap serat masih rendah. Ini

menunjukan bahwa ikatan antara serat dengan matriks masih belum maksimal. Terdapat void (rongga udara) yang relatif kecil ditunjukan pada gambar 4.15 (a). Void fiber (a) Fiber pull out Matrik (b) Gambar 4.16 Patahan Perendaman Serat 60 Menit Komposit pada variasi waktu 60 menit mempunyai ikatan antar muka yang baik antara serat dengan matrik. Sedikit terjadi pull out fiber ditunjukan pada gambar 4.16 (b). Pada proses perendaman 60 menit, keratin pada bulu sudah mulai banyak berkurang, sehingga matrik dapat menyerap ke dalam lapisan serat sehingga daya ikat antara serat dengan matrik bagus. Terdapat void (rongga udara) pada komposit yang ditunjukan gamabar 4.16 (a). Matrik fiber void (a)

Fiber pull out Matrik (b) Gambar 4.17 Patahan Perendaman Serat 90 Menit Pada proses perendaman 90 menit serat terdapat adanya void (rongga udara) pada komposit gambar 4.17 (a), dan terlihat adanya fiber pull out pada gambar 4.17 (b). Serat pada proses perendaman 90 menit sudah mengalami kerusakan keratin yang berlebih, daya ikat antara matrik dengan fiber sudah baik, ini terbukti bahwa semakin sedikit fiber pull out yang terjadi. Void Matrik fiber (a) void fiber (b) Gambar 4.18 Perendaman Serat 120 Menit Kekuatan tarik komposit terhadap variasi waktu perendaman paling rendah adalah pada waktu perendaman 120 menit. Serat yang direndam dengan larutan NaOH selama 120 menit mengalami kerusakan serat yang berlebih gambar sehingga menjadi rapuh dan kekuatan tariknya menurun. Terdapat void ( rongga udara) pada komposit gambar (a) dan (b).

E. Kesimpulan Berdasarkan hasil data yang di peroleh dari hasil pengujian dapat diambil kesimpulan bahwa lama waktu perendaman serat bulu sangat berpengaruh terhadap daya ikat antara serat dengan matrik. Kekuatan tarik terendah komposit ditunjukan pada proses perendaman serat selama 120 menit yaitu 12,822 N/mm 2. Sedangkan kekuatan tarik tertinggi ditunjukan pada proses perendaman serat selama 60 menit yaitu 19,254 N/mm 2 Pada foto makro serat dengan perendaman 120 menit mengalami kerusakan lapisan keratin yang berlebih, sehingga serat menjadi mudah patah. Sedangkan serat bulu dengan perendaman 60 menit hanya membuat lapisan keratin bulu berpori, sehingga serat lebih kuat dari perendaman 120 menit. F. Saran Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan hasil penelitian ini. Selain itu penulis juga menyarankan beberapa hal untuk penelitian selanjutnya, antara lain: 1. Pada proses pembuatan komposit sebaiknya menggunakan metode pres mold untuk meminimalkan terjadinya void pada komposit. 2. Menentukan komposi antara resin dengan katalis dengan tepat. 3. Membuat cetakan komposit dalam bentuk specimen uji sesuai dengan standar yang digunakan, sehingga tidak memerlukan proses finishing pada komposit.

DAFTAR PUSTAKA Adi, D, S., 2007, Analisis Karakteristik Komposit Serat Nylon Dengan Resin Polyester Menggunakan Pola Laminates Composites (5 Layers) Susunan Sudut Serat 0 0, -60 0, -60 0, 60 0, 60 0 Dengan Metode Hand Lay up, Tugas Akhir S-1, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Amin, Muh, 2012, Pengaruh Perlakuan Alkali Terhadap Kekuatan Tarik Bahan Komposit Serat Rambut Manusia, Jurnal S-1 Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang...,Annual Book of Standards, Section 8, D 638-02, Standard Test Method for Tensile Properties of Plastics, ASTM, 2002. Diharjo, K., (2008), Pengaruh Alkali terhadap sifat tarik bahan komposit serat Rami-Polyester, jurnal Teknik Mesin Vol.8, No 1, Petra Christian University, Jakarta. Composites. Polymer engineering and Science, vol. 37. No 2 pp. 476-483. Gibson, R, F., 1994, Principle of Composite Material Mechanics, McGraw-Hill, Inc, New York. Kurniawan, K., 2012, Uji Karakteistik Sifat Fisis Dan Mekanis Serat Agave Cantula Roxb (Nanas) Anyaman 2D Pada Vraksi Berat (40%, 50%, 60%), Tugas Akhir S-1, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Kartini, R., 2002, Pembuatan Dan Karakterisasi Komposit Polimer Berpenguat Serat Alam, Tugas Akhir S-1, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lokantara, P, 2009, Studi Perlakuan Serat serta Penyerapan Air Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Tapis Kelapa/Polyester, Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, Universitas Udayana, Bali.

M. M. Schwartz., 1984, Composite Materials Handbook, McGraw-Hill Book Company, New York. Maria Valeria dkk, 2009, Hair Fiber Characteristics and Methods to Evaluate Hair Physical and Mechanical Properties, Brazilian Journal of Pharmaceutial Sciences (BPJS) vol. 45,n 1,jan./mar.,2009. Maryanti, B., 2011, Pengaruh Alkalisasi Komposit Serat Kelapa-Polyester Terhadap Kekuatan Tarik, Jurnal Rekayasa Mesin, Universitas Brawijaya Malang, Malang. R. M. Jones., 1975, Mechanics of Composite Materials, McGraw-Hill Kogakusha, LTD, Wasingthon D.C. Robbins, C.R., 1994, Chemical and physical behavior of human hair. 3.ed. New York: Springer, 1994. 391p. Setyawan, J, W., 2002, Pengaruh Panjang Serat Terhadap Kekuatan Tarik dan Impak Komposit Serat Serabut Kelapa Bermatriks Polyester, Tugas Akhir S-1, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Soekrisno, 1995, Manfaat Rambut sebagai Penguat Bahan Komposit, Forum Teknik Jilid 19 No. 2 Agustus 1995. Surdia, T dan Saito, S., 1995, Pengetahuan Bahan Teknik, Pradnya Paramita, Jakarta. Wibowo, R, D., 2014, Sifat Fisis dan Mekanis Akibat Temperatur Perubahan Temperatur Pada Komposit Polyester Serat Batang Pisang Yang Di-Treatment Menggun akan KMnO4, Tugas Akhir Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.