BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. serotype virus dengue adalah penyebab dari penyakit dengue. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah individu yang berusia 0-18 tahun dipandang sebagai n

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever

Fajarina Lathu INTISARI

Kata Kunci : Pengetahuan, Perawatan, Demam Berdarah Dengue

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kepadatan penduduk. Menurut WHO (2009), Sekitar 2,5 miliar penduduk dunia

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. masih terbatas. Hal ini terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian yang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue biasanya terjadi di daerah endemik

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN Ronald Imanuel Ottay

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue hemorrhagic fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengue adalah penyakit infeksi virus pada manusia yang ditransmisikan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dengue shock syndrome (DSS). Kewaspadaan dini terhadap. tanda-tanda syok pada penderita demam berdarah dengue (DBD)

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

ANALISIS KEPADATAN JENTIK NYAMUK AEDES AEGYPTY

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

¹STIKES Nani Hasanuddin Makassar ²STIKES Nani Hasanuddin Makassar ³STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian demam berdarah dengue (DBD) di dunia semakin meningkat setiap tahunnya. Data di seluruh dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

BAB I Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Sleman (Sumber:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar paling cepat yang disebabkan oleh virus nyamuk. Dalam 50 tahun terakhir, insiden telah meningkat 30 kali lipat dengan peningkatan ekspansi geografis ke negara-negara baru dan dalam dekade ini, dari kota ke pedesaan. Diperkirakan 50 juta infeksi dengue terjadi setiap tahun dan sekitar 2,5 miliar orang hidup di negara-negara endemik dengue. Sekitar 1,8 miliar (lebih dari 70%) dari populasi beresiko menderita demam berdarah dengue di seluruh dunia, tinggal di negara kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat, yang menanggung hampir 75% dari beban penyakit global saat ini karena demam berdarah (WHO, 2009). Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, sehingga penyakit ini dikenal juga dengan nama DBD. Penyakit DBD terutama menyerang anak-anak, namun beberapa tahun terakhir dilaporkan DBD banyak menyerang orang dewasa. Penyakit ini ditandai dengan panas tinggi disertai dengan kebocoran plasma dan pendarahan, dapat menimbulkan kematian dan wabah. Penyakit DBD di Indonesia merupakan masalah penyakit yang belum diatasi dengan baik dan tepat, hal ini dikarenakan penyakit DBD cenderung meningkat dan meluas penyebarannya (Depkes, 2004). Pada tahun 2012 1

jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 90.245 kasus dengan jumlah kematian 816 orang (Incidence Rate/Angka kesakitan = 37,11 per 100.000 penduduk dan CFR = 0,90%). Terjadi peningkatan jumlah kasus pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 65.725 kasus dengan IR 27,67. Sejalan dengan peningkatan jumlah/angka kesakitan, jumlah kabupaten/kota terjangkit DBD pada tahun 2012 juga mengalami peningkatan, dari 374 (75,25%) menjadi 417 Kabupaten/Kota (83,9%) pada tahun 2012. Peningkatan ini menunjukkan semakin luasnya penyebaran DBD (Kementrian Kesehatan RI, 2013) Penyakit DBD penting diperhitungkan karena dapat menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada manusia. Infeksi virus dengue berpotensi menjadi demam berdarah dengue bahkan jika tidak ditangani dengan benar akan menjadi dengue shock syndrome (DSS) dengan karakteristik trombositopenia dan meningkatnya permeabilitas kapiler. Trombositopenia dapat mengakibatkan perdarahan pada pasien DBD, tetapi tidak selalu dijumpai gejala perdarahan (Yasa dkk., 2012). Suroso (2004) menjelaskan bahwa komplikasi dari penyakit demam berdarah adalah enselofati dengue, kelainan ginjal dan udem paru. Namun masyarakat terkadang tidak mengetahuinya dampak sehingga mereka pun tidak benarbenar menjaga lingkungan sekitar mereka sehingga perkembangan nyamuk tidak bisa ditekan. Faktor yang utama berpengaruh terhadap cepatnya pekermbangbiakan nyamuk Aedes aegypty adalah lingkungan. Hal ini karena kondisi sanitasi

lngkungan berperan besar dalam perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypty, terutama apabila terdapat banyak kontainer penampungan air hujan yang berserakan dan terlindung dari sinar matahari, apalagi berdekatan dengan rumah penduduk (Soegijanto, 2004). Fathi et al (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa faktor lingkungan berupa keberadaan kontainer air, baik yang berada di dalam maupun di luar rumah menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes aegypty sebagai vektor penyakit DBD, merupakan faktor yang sangat berperan terhadap penularan ataupun terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit DBD. Oktaviana (2012) menyampaikan bahwa faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap densitas nyamuk A. aegypti pada stadium larva dan pupa adalah temperatur dan kelembaban, masing-masing menyumbang sebesar 44,8% dan 39,9%. Selain itu, praktek pencegahan juga merupakan langkah yang dapat dilakukan untuk mecegah terjadinya wabah DBD. Namun pada kenyataannya masyarakat belum secara optimal melakukan praktek pencegahan DBD yang baik dan benar. Hal tersebut karena dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat pendidikan, kesadaran dan pengetahuan dari masyarakat itu sendiri. Menurut Akhmadi et al (2012) bahwa keikutsertaan masyarakat dalam membrantas sarang nyamuk DBD sangat diperlukan. Jika perilaku masyarakat belum bisa merubah ke arah yang lebih baik maka kasus terjadinya DBD belum bisa diatasi dan dituntaskan sampai saat ini.

Perilaku seseorang dalam upaya pencegahan DBD dapat ditentukan dari tingkat pendidikannya. Hal ini karena tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir dan daya cerna seseorang terhadap informasi yang diterima. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula informasi yang dapat diserap dan tingginya informasi yang diserap mempengaruhi tingkat pengetahuannya, demikian juga sebaliknya. Orang yang berpendidikan tinggi lebih besar kepeduliannya terhadap masalah kesehatan dan peningkatan pendidikan akan meningkatkan partisipasi warga dalam menjaga kesehatan (Benthem et al, 2002). Berdasarkan laporan DBD Kabupaten Purbalingga diperoleh data pada Januari-September 2014 terdapat 131 orang yang menderita DBD. dengan penderita terbanyak di Puskesmas Kalimanah sebanyak 62 kasus. Angka kejadian yang ada di Wilayah Kerja Puskemas Kalimanah tiap tahunnya selalu meningkat dan angka kejadiannya pun lebih banyak dibandingkan dengan Puskesmas Lainnya yang ada di Kabupaten Purbalingga. Banyaknya kasus DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kalimanah menarik penulis untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul Faktor yang beresiko terhadap kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kalimanah Kabupaten Purbalingga. B. Rumusan Masalah Angka kejadian demam berdarah di Indonesia saat ini masih menjadi suatu permasalahan yang cendrung meningkat tiap tahunnya. Kejadian demam berdarah terkadang juga menjadi kejadian yang luar biasa. DBD

sendiri akan berdampak berbahaya apabila tidak segera ditangani secara tepat dan cepat. Seseorang yang menderita DBD dapat berkembang menjadi gejala (DSS), bahkan dapat berakibat kematian. Namun, masyarakat belum bisa menyadari hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh faktor pendidikan sehingga tercipta lingkungan kondusif untuk perkembangan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor DBD. Oleh karena itu masyarakat perlu menerapkan praktek pencegahan DBD dengan benar. Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan rumusan penelitian: Apakah faktor yang beresiko terhadap kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kalimanah Kabupaten Purbalingga?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk menganalisis faktor yang beresiko terhadap kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kalimanah Kabupaten Purbalingga. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat pendidikan, status lingkungan, praktek pencegahan dan kejadian DBD di Puskesmas Kalimanah Kabupaten Purbalingga. b. Untuk menganalisis faktor resiko tingkat pendidikan terhadap kejadian DBD di Puskesmas Kalimanah Kabupaten Purbalingga. c. Untuk menganalisis faktor resiko status lingkungan terhadap kejadian DBD di Puskesmas Kalimanah Kabupaten Purbalingga.

d. Untuk menganalisis faktor resiko praktek pencegahan terhadap kejadian DBD di Puskesmas Kalimanah Kabupaten Purbalingga. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Responden Penelitian ini dapat memberikan informasi dan ilmu bagi responden terkait dengan pengaruh faktor pendidikan, lingkungan dan praktek pencegahan terhadap kejadian DBD. 2. Bagi Ilmu Keperawatan Penelitian ini dapat memberikan informasi dan refrensi bagi ilmu keperawatan tentang pengaruh faktor pendidikan, lingkungan dan praktek pencegahan terhadap kejadian DBD. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat memberikan refrensi tambahan bagi peneltian yang akan melakukan dengan tema yang sama dengan penelitian ini. E. Penelitian Terkait 1. Fathi et al (2005) Fathi et. el. meneliti tentang peran faktor lingkungan dan perilaku terhadap penularan demam berdarah dengue di Kota Mataram. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor lingkungan dan perilaku masyarakat yang berperan dalam KLB penyakit BDD di Kota Mataram pada tahun 2004. Penelitian ini merupakan penelitian observasional komparatif di lapangan, dilakukan secara cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan observasi, wawancara dan

pengisian kuesioner, serta pengukuran variabel lingkungan dan perilaku masyarakat yang berperan terhadap terjadinya penularan penyakit DBD di daerah KLB (daerah studi) dan di daerah bukan KLB (daerah kontrol). Populasi penelitian adalah semua kepala keluarga di 4 kelurahan daerah KLB di daerah studi (kasus DBD tinggi) di Kota Mataram. Selanjutnya besar sampel masing-masing kelurahan ditentukan secara purposif diambil 10 Kepala Keluarga (KK) dan diambil dengan teknik sampling acak sistematik sehingga keseluruhan besar sampel adalah 200 orang K K. Uji yang digunakan adalah uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara indeks kontainer, sikap terhadap penyakit DBD, tindakan pengendalian vektor, abitisasi dengan DBD wabah epidemi di Mataram pada tahun 2004 (tes chi-square, semua p <0,05). Namun, dalam beberapa model regresi logistik terungkap bahwa satu-satunya indeks kontainer adalah pengaruh signifikan terhadap wabah epidemi DBD (p <0,01) dengan risiko relatif (RR) adalah 2.96. 2. Akhmadi et al (2012) Akhmadi et. al. meneliti tentang hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap demam berdarah dengue di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap demam berdarah dengue di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan cross

sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh warga Banjarbaru, teknik pengambilan sampel menggunakan systemic random sampling dan uji yang digunakan adalah uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan tingkat perilaku masyarakat terhadap penyakit DBD di wilayah Kota Banjarbaru adalah dalam kategori cukup, sedangkan tingkat tindakan dan sikap masyarakat terhadap penyakit DBD di wilayah Kota Banjarbaru dalam kategori baik. 3. Prima (2013) Prima (2013) meneliti tentang analisis perbedaan pengetahuan, sikap dan praktek pencegahan pada keluarga penderita demam berdarah dengue dengan bukan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kalimanah Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi perbedaan pengetahuan, sikap dan praktek pencegahan pada keluarga penderita demam berdarah dengue dengan bukan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kalimanah Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga. Metode yang digunakan adalah menggunakan studi perbandingan, pengambilan sampel menggunakan simple random sampling, jumlah sampel 158 dan uji yang digunakan dengan uji beda /uji T. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan (t hitung 5,752>t tabel 1,655), sikap (t hitung 12,352 > t tabel 1,655), sedangkan praktek pencegahan (t hitung 6,346>t tabel 1,655) ada hubungan dengan kejadian DBD.

4. Subagia et al (2013) Subagia, et al (2013) meneliti tentang lingkungan dalam rumah, mobilitas dan riwayat kontak sebagai determinan kejadian demam berdarah dengue di Denpasar tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko terhadap kejadian DBD di Denpasar. Disain penelitian adalah case control dengan jumlah kasus 80 dan kontrol 160 orang. Kasus adalah penderita yang dikonfirmasi sebagai DBD di RS ataupun puskesmas, sedangkan kontrol adalah tetangga terdekat kasus yang tidak DBD menurut gejala klinis. Faktor risiko kejadian DBD yang digali adalah karakteristik responden, lingkungan dalam dan luar rumah, mobilitas responden, riwayat kontak dengan penderita dan keberadaan jentik pada tempat-tempat umum dengan radius maksimal 100 m dari tempat tinggal responden. Pengumpulan data melalui penelusuran dokumen, wawancara dengan kuesioner dan observasi dengan memakai check list. Analisis data dilakukan menggunakan analisa univariat, bivariat (chi square) dan multivariat (regresi logistik). Analisis bivariat menunjukkan beberapa faktor-faktor yang meningkatkan risiko kejadian DBD di Denpasar: usia OR = 1,88 (95% CI 1,09-3,23), kondisi dalam ruangan OR = 8.27 (95% CI 2,63-26,07), mobilitas OR = 2.78 (95% CI 1,57-4,92) dan riwayat kontak OR = 2.85 [95% CI 1,62-5,03]. setelah multivariat analisis, variabel yang memberikan kontribusi untuk meningkatkan risiko DBD kejadian di Denpasar adalah usia OR = 1,09 (95% CI 1,06-1,11) kondisi ruangan lingkungan OR = 10,74 (95% CI 2,94-39,32), mobilitas

responden OR = 3.12 [95% CI 1,55-6,28] dan sejarah hubungi OR = 2,4 (95% CI 1,21-4,79). Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan semua penelitian terkait diatas yaitu dari jumlah sampel, tempat penelitian, variabel penelitan, teknik pengambilan sampel dan analisis penelitian.