BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baik, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20. Pendidikan diarahkan untuk dapat menciptakan sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat,bangsa dan negara. Pendidikan diarahkan untuk dapat. menciptakan sumber yang berkualitas dengan segala aspeknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk mengembangkan potensi dirinya. Selain itu, pendidikan. potensi diri yang dilakukan melalui proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan. formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan demi mencapai suatu keberhasilan. usaha, kemauan dan tekat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam era globalisasi, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu faktor yang menentukan perkembangan suatu negara ialah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia bisa menggapai cita-citanya. Untuk menciptakan sumber

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai tugas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman yang berkembang semakin cepat. Masalah pendidikan di

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mendasar untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 (2006, h. 1) tentang standar isi

dapat dikatakan berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling berhubungan erat satu sama lain. Menurut Susanto (2013: 4) Belajar adalah suatu aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. dapat tercapai sesuai yang diinginkan (Hamalik, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan bukan hanya belajar dari tidak tahu untuk menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses pelatihan untuk. webster s New Word Dictionary Sagala (2007: 1), sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai kata kunci untuk menguak kemajuan bangsa. Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

meningkatkan hasil belajar. Pengertian belajar itu sendiri menurut Morgan

BAB I PENDAHULUAN. yang tangguh, mandiri, berkarakter dan berdaya saing. Sebagai fondasi,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai empat kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi. aspek kompetensi pedagogik adalah guru mampu melakukan tindakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi belakangan ini sangat

dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu. sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar berperan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan dilaksanakan untuk maksud yang positif dan

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. hakekatnya pendidikan adalah suatu tindakan yang ada unsur kesengajaan dalam

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini bangsa Indonesia telah dituntut untuk bersaing disegala bidang, terutama bidang pendidikan. Dalam hal ini kesiapan generasi penerus bangsa baik mental, spiritual juga keterampilan dan wawasan yang dapat menunjang kondisi tersebut harus dipersiapkan dengan matang. Pendidikan sangatlah penting, karena dengan proses pendidikan manusia dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki dalam mencapai suatu cita-cita. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kualitas pendidikan sekarang meliputi berbagai sektor dan jenjang pendidikan, termasuk jenjang pendidikan menengah pertama. Pengembangan proses pembelajaran dalam jenjang menengah pertama yang terjadi adalah memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru. Akibatnya proses belajar mengajar cenderung membosankan dan menjadikan siswa malas belajar. Kenyataan dalam pendidikan sekarang ini tedapat banyak masalah yang dihadapi pada saat proses pembelajaran. Salah satu masalah dari berbagai masalah yang terdapat dalam proses pembelajaran adalah kurangnya perhatian siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung khususnya pada saat pembelajaran IPS. Masih banyak siswa yang asyik bermain dengan temannya daripada mendengarkan penjelasan guru. Disamping itu, model pembelajaran yang diterapkan guru kurang menarik dan membuat siswa bosan saat mengikuti pembelajaran, sehingga pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru kurang. 1

2 Pada hakikatnya proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang dapat membantu siswa mencari tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Menurut Dimyati (2006:286), hakikat pembelajaran diantaranya adalah: 1. Kegiatan yang dimaksudkan untuk membelajarkan pebelajar; 2. Program pembelajaran yang dirancang dan diimplementasikan sebagai suatu sistem; 3. Kegiatan yang dimaksudkan untuk memberikan pengalaman belajar kepada pebelajar; 4. Kegiatan yang mengarahkan pebelajar kearah pencapaian tujuan pembelajaran; dan 5. Kegiatan yang melibatkan komponen-komponen tujuan, isi pelajaran, sistem penyajian, dan sistem evaluasi dalam realisasinya. Proses belajar mengajar dapat berjalan efektif apabila seluruh komponen yang berpengaruh dalam proses tersebut saling mendukung. Komponen-komponen tersebut antara lain siswa, guru, kurikulum, metode, sarana dan prasarana serta lingkungan sekolah. Menurut Djamarah (2002:48), komponen-komponen dalam kegiatan belajar mengajar meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber belajar, serta evaluasi. Anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Selain itu, guru juga termasuk sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar karena guru memegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Dalam Hamalik (2008:123) yang dikemukakan oleh Adam & Dickey bahwa peran guru sesungguhnya sangat luas meliputi guru sebagai pengajar, pembimbing, guru juga sebagai penghubung dan modemisator serta pembangun.

3 Jadi peran guru dalam menentukan keberhasilan tujuan pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar amat besar bagi peserta didik. Karena, guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan tepat sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan. Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan utama dalam proses pendidikan, kegiatan ini bertujuan membawa anak didik menuju keadaan yang lebih baik. Berhasil tidaknya proses pembelajaran dapat diketahui dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar tersebut biasanya dikaitkan dengan tinggi rendahnya nilai yang diperoleh siswa tersebut. Prestasi belajar merupakan tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan siswa dari proses belajar mengajar. Siswa yang mendapatkan prestasi yang tinggi maka dapat dikatakan siswa tersebut berhasil dalam belajar. Menurut Tu u (2004:75), prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. Secara praktis, faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di antaranya adalah kurangnya perhatian peserta didik terhadap materi pembelajaran yang diberikan. Sebagian besar peserta didik malas diajak berpikir analisis pada materi pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya sikap pasif, apatis, kurang peduli, masa bodoh dari peserta didik. Keberhasilan dan kegagalan suatu pendidikan atau pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan sangat dipengaruhi oleh seluruh komponen yang ada, baik itu pendidik, peserta didik, bahan ajar, proses belajar, tempat dan waktu belajar, dan kelengkapan sarana serta prasarana. (Suryosubroto, 2009:189). Untuk meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan serta meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran, maka salah satu

4 caranya adalah dengan menggunakan strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran yang lebih bervariasi. Sehingga proses belajar mengajar lebih menantang, efektif, dan efisien agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran IPS. Misalnya dengan membimbing siswa untuk bersamasama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Menurut Trianto (2011:22), model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas. Dalam memilih metode mengajar harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran, materi pengajaran dan bentuk pengajaran (kelompok atau individu) serta disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik siswa. Untuk itu siswa khususnya di Sekolah Menengah Pertama (SMP), diharapkan aktif dalam setiap proses belajar mengajar. Aktif dalam hal ini yaitu aktif bertanya, aktif berdiskusi, kerjasama dengan teman sekelompoknya, aktif belajar sendiri maupun kelompok, aktif menjawab pertanyaan, serta temotivasi mengerjakan tugas, khususnya untuk mengacu penguasaan materi pada mata pelajaran IPS. Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang penting dalam dunia pendidikan, karena memuat empat mata pelajaran sekaligus yaitu ekonomi, geografi, sejarah, dan sosiologi. Guru sangat menyadari bahwa mata pelajaran tersebut sangatlah membosankan dan tidak menarik karena harus banyak menghafal materi. Bahkan banyak siswa dalam proses pembelajaran yang tidak memperhatikan dan seringkali menganggap mudah mata pelajaran ini. Jhon Dewey yang dikutip oleh Sri Shopyati (2009:14), menyatakan bahwa: Masalah yang utama dalam pengajaran ilmu-ilmu social ialah bagaimana menemukan bahwa pelajaran tersebut dapat memberikan dorongan siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang cocok dengan waktu, kebutuhan serta cita-cita siswa, karenanya guru seyogyanya berusaha mencari dan merumuskan stimuli-stimuli yang mampu membina respon siswa ke arah terciptanya kecakapan intelektual dan pertumbuhan rasa yang dikehendaki.

5 Memperhatikan tujuan dan esensi pendidikan IPS, sebaiknya penyelenggaraan pembelajaran IPS mampu mempersiapkan, membina, dan membentuk kemampuan siswa yang menguasai pengetahuan, sikap, nilai, dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan di masyarakat. Tujuan IPS akan tercapai jika didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru mata pelajaran IPS Ibu Sumiyati, S.Pd, M.Pd di SMP Negeri 14 Surakarta dalam proses belajar mengajar mata pelajaran IPS masih menggunakan metode yang monoton dan kurang bervariasi yaitu dengan menggunakan metode ceramah. Pembelajaran yang dilaksanakan masih berpusat pada guru, siswa tidak diarahkan untuk berfikir kreatif dan menguasai konsep berdasarkan penemuan-penemuan dilapangan. Dengan metode tersebut siswa kurang termotivasi untuk belajar bahkan umumnya siswa tidak memperhatikan penjelasan guru sehingga kemampuan siswa dalam memahami materi yang disampaikan menjadi kurang. Dari data yang diperoleh dari hasil observasi Ulangan Tengah Semester (UTS) kelas VIII menunjukkan bahwa tingkat prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS masih kurang, yaitu dari 34 siswa hanya 19 siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 75. Dengan demikian, berdasarkan nilai yang diperoleh siswa, pembelajaran IPS dikatakan kurang berhasil karena hanya 56 % siswa yang tuntas. Dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) seorang guru akan mampu mengidentifikasi dan menetapkan permasalahan yang terjadi saat berjalannya proses pembelajaran, serta mampu menganalisis dan merumuskan masalah yang selanjutnya akan dilakukan sebuah tindakan perbaikan terhadap permasalahan yang ada pada saat pembelajaran. Karena PTK mempunyai potensi yang besar untuk meningkatkan suasana pembelajaran yang positif apabila diterapkan dengan baik dan benar. Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan peningkatan kualitas proses pembelajaran dan peningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS. Dalam hal

6 ini penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran discovery learning untuk mengungkapkan adanya peningkatan prestasi belajar IPS. Penulis memilih model pembelajaran Discovery Learning, karena model pembelajaran ini akan mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif serta mengubah pembelajaran yang semula teacher oriented ke student oriented. Diharapkan setelah penelitian dengan pembelajaran Discovery Learning prestasi belajar IPS siswa dapat meningkat sebesar 80% dengan kondisi hasil yang merata. Discovery Learning merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar secara mandiri. Menurut Suryosubroto (2009:178), metode penemuan (discovery) merupakan komponen dari praktik pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif. Dalam metode pembelajaran discovery learning siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedangkan guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu. Salah satu kebaikan dari metode ini adalah metode ini dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Metode ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang jawaban nya belum diketahui sebelumnya. Agar kemampuan-kemampuan yang terdapat pada IPS yang dianggap sulit bagi siswa dapat dikuasai oleh siswa maka diadakan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK ini dengan menggunakan metode Discovery Learning untuk memberikan pandangan-pandangan yang berbeda agar lebih menarik minat dan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS. Kemampuan siswa untuk memahami materi pelajaran meningkat, sehingga prestasi belajar siswa akan lebih

7 meningkat juga dan bahkan nilai hasil belajar siswa tersebut bisa mencapai nilai diatas rata-rata KKM yang ditetapkan. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam pembelajaran IPS saat ini diperlukan strategi pembelajaran yang aktif. Dengan model pembelajaran Discovery Learning diharapkan mampu memberikan solusi yang tepat untuk ketuntasan yang diharapkan. Dari latar belakang di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul Peningkatan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial melalui Model Discovery Learning pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. B. Pembatasan Masalah Untuk mempermudah di dalam penelitian dan mencegah terjadinya perluasan masalah serta mempermudah dalam memahami masalah, maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran IPS semester II di SMP Negeri 14 Surakarta. 2. Penerapan model pembelajaran yang digunakan adalah model discovery learning. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yang akan diteliti adalah Apakah model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan prestasi belajar IPS kelas VIII di SMP Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015?. D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan prestasi

8 belajar IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015.. E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Siswa a. Membantu siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan kapasitas dasar yang dimilikinya sehingga dapat mengembangkan kemampuan belajarnya secara optimal. b. Memacu semangat siswa untuk lebih aktif lagi sehingga siswa merasa tertantang untuk mengerahkan segala kemampuannya untuk berprestasi seoptimal mungkin. 2. Guru a. Sumber data bagi guru yang berguna untuk perbaikan dan peningkatan perannya di dunia pendidikan. b. Menambah pengetahuan kepada guru agar dapat memilih model yang tepat sesuai dengan karakteristik materi pelajaran yang disampaikan sehingga siswa termotivasi untuk belajar. 3. Sekolah Untuk meningkatkan kompetensi belajar siswa dan memperbanyak koleksi pustaka khususnya yang berkaitan dengan variasi model pembelajaran.