BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat di dalam Undang Undang Dasar tahun 1945, yaitu untuk mencapai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. untuk diselesaikan oleh pemerintah daerah. Salah satu urusan yang diserahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. merupakan faktor yang paling penting agar pendapatan negara dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah. untuk melaksanakan otonomi, pemerintah melakukan berbagai kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. (Diana Sari, 2013:40). Selanjutnya Diana Sari menyatakan, sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah dan dikelola oleh pemerintah. Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 28 Tahun 2009 mulai 1 Januari 2010 Pajak Bumi dan Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak. Menurut UU Republik Indonesia No 28 tahun 2007, pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. digolongkan menjadi penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. dilimpahkan ke daerah. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dana yang sangat. potensial yang digunakan oleh pemerintah sebagai sumber pembiayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan. Semakin pesatnya pembangunan dalam suatu negara merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah. memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur

BAB I PENDAHULUAN. fenomena dari era reformasi yang sangat menarik untuk dikaji oleh berbagai kalangan

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat dan pembangunan (Siahaan, 2010:9). Sedangkan pajak

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya penyelenggaraan Otonomi Daerah menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan reformasi disegala bidang membawa dampak terhadap

I. PENDAHULUAN. dalam negeri dan luar negeri. Sumber dana dari dalam negeri antara lain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak. Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan ini dalam artian bahwa karena lapangan retribusi daerah berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. S.H. dalam bukunya Mardiasmo (2011):

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perlu terus dilaksanakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak bumi dan bangunan merupakan salah satu sumber penerimaan dearah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh lapisan masyarakat dan dari aparat perpajakan sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan Negara dan pembangunan nasional. memenuhi kewajiban dalam bentuk fasilitas telah diberikan untuk mempermudah

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan dominan dalam pos penerimaan negara (Suryadi,2006).

BAB I PENDAHULUAN. Pajak erat sekali hubungannya dengan pembangunan, pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

Abstrak. Kata kunci: kemudahan pengisian SPT, pengetahuan peraturan perpajakan, kualitas pelayanan, kepatuhan wajib pajak.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

TINJAUAN TERHADAP TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

BAB I PENDAHULUAN. baru telah membuka jalan bagi munculnya reformasi diseluruh aspek kehidupan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Realisasi Penerimaan Negara ( Milyar rupiah ) Tahun Sumber Penerimaan. Penerimaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam. pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan

ANALISIS PERANAN DESENTRALISASI BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN MANOKWARI PROVINSI PAPUA BARAT

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan dalam penyelenggaraan suatu negara hal ini untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang APBN menurut uu nomor 17 tahun 2003 pasal 1 adalah rencana keuangan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab warga negara dan masyarakatnya. Kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah di Indonesia telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hal ini juga diiringi dengan meningkatnya APBN dari lima tahun

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999

1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya adalah ketersediaan dana pembangunan baik yang diperoleh dari sumbersumber

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional. Keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mengartikan pajak sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa orde baru, pembangunan yang merata di Indonesia sulit untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang berkelanjutan di negeri ini terus dilakukan tahun demi tahun. Pembangunan yang dilakukan ini bertujuan untuk melaksanakan amanat yang terdapat di dalam Undang Undang Dasar tahun 1945, yaitu untuk mencapai kemakmuran rakyat Indonesia secara merata. Pembangunan tersebut dilaksanakan terhadap berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik terus diusahakan melalui usaha pembangunan berkelanjutan. Kebijakan otonomi daerah memberikan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kebijakan ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi daerah otonom untuk melaksanakan pembangunan di daerahnya masing-masing berdasarkan potensi yang dimiliki. Pembangunan di daerah membutuhkan dana dalam jumlah yang tidak sedikit. Pengelolaan yang baik dan benar dalam penggalian dana sebagai sumber pembiayaan pelaksanaan pembangunan tersebut sangat dibutuhkan. Pengelolaan dana pembangunan juga harus dilaksanakan sesuai dengan arah pembanguan daerah. Sumber dana pembangunan tersebut salah diantaranya bersumber dari penerimaan pajak dan retribusi daerah. 1

Melihat kondisi di atas, pajak daerah memiliki peran penting di dalam instrument keuangan daerah. Seperti telah diketahui bahwa pajak bumi dan bangunan merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang dihimpun dari masyarakat. Dana yang dihimpun tersebut kemudian digunakan sebagai sumber pembiayaan pembangunan yang dilakukan di daerah. Berbagai informasi tentang pajak ini tentu akan dengan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu jenis pajak pusat yang wewenangannya dilimpahkan kepada daerah. Hal ini diperjelas dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dimana Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P-2) menjadi pajak daerah maka jenis pajak ini akan diperhitungkan sebagai pendapatan asli daerah dan meningkatkan kemampuan daerah dalam membiayai kebutuhan daerahnya sendiri (Gusar,2015). Pengalihan pajak bumi dan bangunan sebagai pajak daerah mempunyai tujuan antara lain (Direktorat Jenderal Pajak, 2012): a. Meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi daerah. b. Memberikan peluang baru kepada daerah untuk mengenakan pungutan baru (menambah jenis pajak daerah dan retribusi daerah). c. Memberikan kewenangan yang lebih besar dalam perpajakan dan retribusi dengan memperluas basis pajak daerah. d. Memberikan kewenangan kepada daerah dalam penetapan tarif pajak daerah. e. Menyerahkan fungsi pajak sebagai instrumen penganggaran dan pengaturan pada daerah. 2

Dengan pengalihan ini maka kegiatan proses pendataan, penilaian, penetapan, pengadministrasian, pemungutan/penagihan dan pelayanan PBB-P2 akan diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) (Sulistyani, 2013). Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ini diarahkan untuk menggali dan memperkuat potensi sumber penerimaan daerah yang stabil dan dapat diandalkan untuk membiayai pembangunan daerah. Stabil dalam arti fluktuasi hasil penerimaannya relative tidak begitu tinggi, dan dapat diandalkan karena kontribusi PBB dalam Anggaran Penerimaan Belanja Daerah (APBD), terutama APBD untuk Kabupaten dan Kota, relative besar. Secara potensial PBB dapat memenuhi tuntutan-tuntutan dari tujuan tersebut. Obyek PBB yang berupa bumi dan/atau bangunan merupakan obyek pajak yang relative stabil baik dari jumlahnya maupun nilainya. Obyek PBB jelas tidak dapat disembunyikan. Jumlah atau luas bumi dan/atau bangunan tidak pernah berkurang, bahkan jumlah bangunan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Nilai jual obyek PBB, sebagai tax base, tidak pernah mengalami penurunan. Banyak dan meratanya obyek PBB menjadi salah satu jenis pajak yang dominan bagi masing-masing daerah (Sutawijaya,2004). Hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan diarahkan kepada tujuan untuk kepentingan masyarakat di daerah yang bersangkutan. Seluruh hasil penerimaan pajak ini diserahkan kepada daerah. Penggunaan pajak tersebut kepada daerah diharapkan merangsang masyarakat untuk memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak yang sekaligus mencerminkan sifat kegotong-royongan rakyat akan pembiayaan pembangunan (Samudra, 2015). 3

Pemerintah Kota Padang melakukan beberapa kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan penerimaan dari Pajak Bumi dan Bangunan. Beberapa kebijakan ini dilakukan karena pendapatan dari sektor pajak ini memiliki porsi yang cukup besar bagi pendapatan asli daerah. Salah satu cara mengoptimalkan penerimaan pajak bumi dan bangunan adalah dengan cara meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan, sebab kepatuhan wajib pajak menjadi salah satu kendala yang dapat menghambat keefiktifan dalam penerimaan pajak (Gusar, 2015) Upaya peningkatan kepatuhan wajib pajak perlu dilakukan untuk dapat mendorong tercapainya target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Prabawa dan Noviari (2012) berpendapat bahwa kepatuhan wajib pajak adalah usaha untuk memenuhi segala kewajiban dengan sadar dan atas dasar kemauannya sendiri, hal ini menunjukkan bahwa wajib pajak telah bersikap baik terhadap segala kewajibannya. Bentuk upaya peningkatan kepatuhan wajib pajak adalah dengan melaksanakan pelayanan atas perpajakan dan menyediakan sistem pembayaran online pajak bumi dan bangunan. Harapan dari kualitas pelayanan yang baik adalah wajib pajak dapat memperoleh kemudahan dalam menyelesaikan kewajiban pajaknya, pelayanan yang baik dapat membantu kesulitan ataupun permasalahan terkait perhitungan penyetoran dan pelaporan yang dilakukan oleh wajib pajak sehingga wajib pajak mengerti dan paham akan kewajiban pajaknya yang harus dipenuhi, dengan pelayanan yang baik akan mendorong kesadaran wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban pajaknya sehingga pelayanan berdampak pada meningkatnya kepatuhan wajib pajak (Trianto, 2012). Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam 4

memenuhi kewajiban perpajakannya, Supadmi (2009), menyatakan bahwa kualitas pelayanan harus ditingkatkan oleh aparat pajak. Salah satu langkah dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam pembayaran pajak adalah dengan melakukan reformasi administrasi perpajakan melalui payment online system. Electronic payment merupakan sistem pembayaran yang mendukung pada e-commerce dan memberi keuntungan pada transaksi bisnis dengan meningkatkan layanan kepada pelanggan, peningkatan proses cash management, hemat waktu dan efisien, transaksi pembayaran dapat dilakukan kapan saja, dimana saja, dengan berbagai media dan tidak terbatas (Madayanto dkk, 2015). Dalam pengelolaan pajak daerah, pemerintah Kota Padang mulai 2013 memberlakukan sistem pembayaran pajak secara online, bagi seluruh pajak daerah yang masuk ke kas daerah (Nugroho:2013). Sistem Pajak Online tersebut bertujuan agar kebocoran dan permainan pemugutan pajak dapat diminimalisir. Penelitian ini dilakukan di Kota Padang dengan pengambilan sample secara acak. Pemilihan lokasi penelitian karena dari tahun 2013 hingga tahun 2015, prosentase pencapaian target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan yang dikelola oleh Badan Pendapatan Daerah Kota Padang mengalami fluktuasi sebagaimana disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel 1.1 Target dan Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan Kota Padang Tahun 2013-2015 Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Prosentase (%) 2013 22.000.000.000,00 22.626.330.000,00 102,85 2014 23.500.000.000,00 24.206.150.000,00 103,00 2015 42.000.000.000,00 34.952.839.920,00 83,22 Sumber: Badan Pusat Statistik, Kota Padang dalam Angka 2014 s.d. 2016 5

Data empiris dari tahun ke tahun sebagaimana ditunjukkan tabel di atas menunjukkan bahwa prosentase penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan pada Badan Pendapatan Daerah Kota Padang mengalami fluktuasi. Prosentase Realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan tahun 2013 sebesar 102,85%, kemudian di tahun 2014 prosentase realisasi penerimaan sebesar 103%, dan terakhir di tahun 2015 prosentase realisasi penerimaan pajak turun menjadi 83,22%. Data yang disajikan diatas menjadi alasan peneliti tertarik untuk meneliti kepatuhan wajib pajak di Kota Padang. Dengan penjabaran latar belakang permasalahan yang ada di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Sistem Pembayaran Online Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kota Padang. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas, maka disusun rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Adakah pengaruh kualitas pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kota Padang? 2. Adakah pengaruh antara sistem pembayaran online Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kota Padang? 3. Secara bersama-sama adakah pengaruh antara kualitas pelayanan dan sistem pembayaran online Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kota Padang? 6

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Ingin mengetahui adakah hubungan antara kualitas pelayanan dengan kepatuhan Wajib Pajak di Kota Padang. 2. Ingin mengetahui adakah hubungan antara sistem pembayaran online Pajak Bumi dan Bangunan dengan Kepatuhan Wajib Pajak di Kota Padang. 3. Ingin mengetahui secara bersama-sama adakah hubungan antara kualitas pelayanan dan sistem pembayaran online Pajak Bumi dan Bangunan dengan Kepatuhan Wajib Pajak di Kota Padang. 1.3.2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran ilmiah di bidang perpajakan khususnya permasalahan mengenai kualitas pelayanan dan sistem pembayaran online pajak bumi dan bangunan terhadap kepatuhan wajib pajak. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pengelola pajak bumi dan bangunan sebagai bahan pertimbangan maupun masukan dalam pembuatan kebijakan mengenai kualitas pelayanan dan sistem pembayaran online maupun hal lainnya yang berkaian dengan kepatuhan wajib pajak. Selain itu diharapkan penelitian ini memberikan 7

manfaat praktis kepada siapa saja yang menggunakan informasi dari hasil penelitian ini. 8