BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Melalui sistem pemerintahan yang baik, setidaknya hal tersebut dapat

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB III ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus yang sifatnya memperbaiki dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah.

BAB IV PEMBAHASAN. Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang terdiri dari : dapat dipaksakan untuk keperluan APBD.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian PAD dan penjabaran elemen-elemen yang terdapat dalam PAD.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

A. Struktur APBD Kota Surakarta APBD Kota Surakarta Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

BAB I PENDAHULUAN. dampak hampir pada semua aspek atau sektor kehidupan. Dampak tersebut

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. pusat mengalami perubahan. Jika sebelumnya pemerintah bersifat sentralistik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki banyak pulau dan di dalamnya terdapat daerah provinsi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

UNIVERSITAS GUNADARMA PROGRAM DIPLOMA III BISNIS KEWIRAUSAHAAN LAPORAN KERJA PRAKTEK (LKP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desentralisasi merupakan salah satu perwujudan dari pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah. daerah memberikan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kinerja Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung Timur

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

ANALISIS PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan karena dianggap tidak menghargai kaidah-kaidah demokrasi. Era reformasi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa dekade pola sentralisasi dianut oleh Bangsa Indonesia.

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. administrasi dan fungsi Pemerintah di daerah yang dilaksanakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang. Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka

I. PENDAHULUAN. dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sesuai dengan amanat Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh karena

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berencana menganalisis kontribusi sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

BAB IV PEMBAHASAN. kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan asli daerah lain-lain yang sah.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

APBD KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN ) Target dan Realisasi Pendapatan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Kabupaten Bolaang Mongondow Utara adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Utara yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2007 tanggal 23 Mei 2007 (yang kemudian diperingati sebagai hari ulang tahun kabupaten) merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Bolaang Mongondow. Upaya pembentukan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara telah dilakukan semenjak tahun 1998 yang ditandai dengan deklarasi Kabupaten Binadow yaitu nama Kabupaten sebelum diganti menjadi Bolaang Mongondow Utara. Pemekaran Kabupaten Bolaang Mongondow Utara didasarkan pada dua hal mendasar yaitu adanya tuntutan Undang-Undang No 23 Tahun 2001 tentang otonomi daerah dan adanya aspirasi masyarakat yang diwujudkan dalam berbagai bentuk. 4.1.2 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Grand Strategi a. Visi, Misi dan Tujuan Visi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara adalah Kabupaten Padi dengan rumusan misi mewujudkan Bolaang Mongondow Utara yang mandiri, religius dan sejahtera dengan tujuan Mewujudkan Bolaang Mongondow Utara sebagai Kabupaten Padi yang mandiri dalam pangan, berdaya saing dalam agrobisnis dan agroindustri sehingga tercipta kemandirian dalam segala hal dengan masyarakat religius dan sejahtera.

b. Sasaran 1) Terwujudnya kemandirian pangan dengan meningkatkan produktifitas agrobisnis dan agroindustri berbasis padi yang terus melakukan penyesuaian terhadap perubahan domestik dan global. 2) Terwujudnya daya saing dengan meningkatkan produktifitas di daerah melalui inovasi, investasi dan perdagangan. 3) Terciptanya kemandirian disegala bidang dengan meningkatkan efisiensi disemua sektor dan mengurangi ketergantungan terhadap fasilitas pemerintah. 4) Terus ditingkatkan suasana religius yang bernuansa agamais serta selalu mengedepankan nilai-nilai agama dan bermasyarakat dan menghilangkan faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan. 5) Terciptanya masyarakat yang sejahtera. c. Grand Strategy a. Mewujudkan pemerintahan yang enterpreneur b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia c. Membangun infrastruktur yang handal d. Menumbuhkembangkan ekonomi rakyat berbasis sektor pertanian termasuk perikanan dan agroindustri berkelanjutan. 4.1.3 Kondisi Geografis

Letak geografis Kabupaten Bolaang Mongondow Utara terletak antara 0 0 30 1 0 Lintang Utara dan 123 0 124 0 bujur Timur dan luas wilayah 185.686 ha atau + 14.4% daqri luas provinsi Sulawesi Utara, yang sebelah utara berbatasan dengan laut sulawesi, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Utara cukup merata dengan tingkat kepadatan penduduk, 38,11 jiwa per kilometer persegi, kecuali di Kecamatan Kaidipang yang luas kurang dari 5 % luas wilayah Kabupaten, tingkat kepadatan penduduk mencapai 135 jiwa/km 2. 4.1.4 Kondisi Ekonomi Nilai PDRB Kabupaten Bolaang Mongondow Utara selama periode 2006 sampai dengan 2011 terlihat terus mengalami perkembangan, baik PDRB atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Pada tahun 2007 nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 487,65 miliar rupiah dan ditahun 2010 naik menjadi 759,124 miliyar rupiah. Sedangkan nilai PDRB atas dasar nilai konstan tahun 2006 sebesar 291,344 miliyar rupiah dan tahun 2010 meningkat menjadi 386,455 miliyar rupiah. Bila dilihat perkembangan sejak tahun 2006 maka nilai PDRB atas dasar harga berlaku telah mengalami perkembangan sebesar 157,12% dan nilai PDRB atas dasar harga konstan selama periode waktu yang sama mengalami perkembangan sebesar. 48,88 %. 4.2 Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan daerah yang berasal dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain lain PAD yang Sah. Tujuan dari pendapatan asli daerah bagi pemerintah kabupaten bolaang mongondow utara sendiri adalah untuk memberikan keleluasan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. Adapun komponen pendapatan asli daerah kabupaten bolaang mongondow utara terdiri dari: 1. Hasil Pajak Daerah 2. Hasil Retribusi Daerah 3. Lain Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah. 4.2.1 Hasil Pajak Daerah Berdasarkan Undang Undang 34 tahun 2000, Pajak Daerah adalah: Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang Pribadi/Badan Kepala Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah pajak daerah juga diatur dalam peraturan No. 65 tahun 2001. Adapun jenis-jenis pajak daerah yang terdapat pada kabupaten bolaang mongondow utara terdiri dari 5 jenis: 1. Pajak Restoran

2. Pajak Hiburan 3. Pajak Reklame 4. Pajak Penerangan Jalan 5. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 4.2.2 Hasil Retribusi Daerah Menurut ketentuan Undang Undang No. 34 Tahun 2000, retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang bersifat khusus disediakan dan/atau yang diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi/badan. Penerimaan retribusi daerah ini bagi kabupaten bolaang mongondow utara merupakan penerimaan yang cukup besar dalam menunjang pendapatan asli daerah. Adapun jenis retribusi daerah yang ada dikabupaten bolaang mongondow utara terdiri dari 24 jenis; 1. Retribusi Pelayanan pendidikan 2. Retribusi Pelayanan kesehatan 3. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan 4. Retribusi Penggantian tempat parkir di tepi jalan umum 5. Retribusi terminal 6. Retribusi Pelayanan pasar 7. Retribusi Pengujian kenderaan bermotor 8. Retribusi izin insidentil 9. Retribusi Penggantian biaya cetak KTP 10. Retribusi Penggantian biaya cetak akta catatan sipil dan jasa umum

11. Retribusi penggantian biaya cetak, peta & ketatausahaan 12. Retribusi izin keramaian 13. Retribusi hasil penjualan ternak 14. Retribusi penjualan hasil penebangan pohon 15. Retribusi penimbunan kayu 16. Retribusi hasil sitaan dan izin tertentu 17. Retribusi tempat pelelangan 18. Retribusi izin usaha perikanan 19. Retribusi pelayanan kepelabuhan 20. Retribusi Izin Usaha Perdagangan (SIUP) 21. Retribusi Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 22. Retribusi Surat Izin Usaha Industri (SIUI) 23. Retribusi Izin Gangguan/ hinder ordonited (HO) 24. Surat Izin Usaha Jasa Kontruksi (SIUJK) 4.2.3 Lain Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah. Menurut ketentuan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004, lain lain Pendapatan asli Daerah (PAD) yang sah antara lain penerimaan daerah diluar pajak dan retribusi daerah seperti jas giro, dan hasil penjualan aset daerah. Pada Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang termasuk ke dalam kelompok ini berasal dari daerah dan lainnya. Lain lain pendapatan : 1. Jasa Giro

2. Tuntutan ganti rugi/pengembalian 3. Denda keterlambatan bidang PU 4. Deposito. 4.3 Deskripsi Hasil Penelitian 4.3.1 Peran retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Kabupaten Bolaang Mongondow Utara merupakan salah satu daerah otonomi baru yang dimekarkan pada tahun 2007 dengan demikian daerah tersebut saat ini berusia 6 tahun. Salah satu aspek pembangunan yang menjadi urusan pokok pemerintahan adalah pelayanan publik dengan cara membangun fasilitasfasilitas publik. Salah satu fasilitas yang terus dikembangkan adalah fasilitas

perekonomian seperti pusat perbelanjaan. Sektor ini menjadi salah satu tiang topang bagi peningkatan perekonomian daerah yang tercatat dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan yang murni dari daerah, yang merupakan modal utama bagi daerah sebagai biaya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Meskipun Pendapatan Asli Daerah tidak seluruhnya dapat membiayai total pengeluaran daerah, namun proporsi Pendapatan Asli Daerah terhadap total penerimaan daerah tetap merupakan indikasi derajat kemandirian keuangan suatu pemerintah daerah. Untuk mengetahui sejauhaman pengelolaan atau kontribusi Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), maka penulis akan menyajikan terlebih dahulu data tentang keadaan PAD pada tiga tahun terakhir sebagaimana pada tabel dibawah ini: Tabel 2 Keadaan PAD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Dari Tahun 2008 s/d 2011 No Tahun Uraian Jumlah (Rp) 1 2008 Pendapatan Asli Daerah - Pendapatan Pajak Daerah - Pendapatan Retribusi Daerah - Penapatan asli yang sah 2 2009 Pendapatan Asli Daerah - Pendapatan Pajak Daerah - Pendapatan Retribusi Daerah 2,622,750,000.00 1,028,250,000.00 1,471,000,000.00 123,500,000.00 4,366,699,375.00 940,000,000.00 1,462,750,000,00

- Penapatan asli yang sah 1,963,949,375.00 3 2010 Pendapatan Asli Daerah - Pendapatan Pajak Daerah - Pendapatan Retribusi Daerah - Penapatan asli yang sah 4 2011 Pendapatan Asli Daerah - Pendapatan Pajak Daerah - Pendapatan Retribusi Daerah - Penapatan asli yang sah 8,450,500,000.00 1,150,250,000.00 2,149,250,000.00 5,157,000,000.00 9.750.000.000.00 1.250.000.000.00 2.200.000.000.00 6.300.000.000.00 Sumber: DPPKAD Bolaang Mongondow Utara Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa setiap tahun terjadi peningkatan PAD di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan pada sektor Pendapatan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Lain yang sah. Pada tahun 2008 jumlah PAD adalah Rp. 2,622,750,000.00 untuk kontribusi retribusi daerah sejumlah Rp. 1,471,000,000.00 atau 56, 07 % dari PAD. Sementara itu, pada tahun 2009 terjadi peningkatan PAD yaitu Rp. 4,366,699,375.00. pada total PAD tersebut kontribusi Retribusi Daerah sejumlah Rp. 1,462,750,000.00 atau 33,44 % dari PAD. Pada tahun 2010 total PAD adalah Rp. 8,450,500,000.00 dan kontribusi untuk sektor retribusi daerah adalah Rp. 2,149,250,000.00 atau 25,41 % dari PAD. Dengan demikian, maka dapat dikemukakan bahwa pada dasarnya konstribusi sektor Retribusi daerah terhadap PAD cukup signifikan, terutama pada tahun 2008. Namun berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pada tahun

2009 terjadi penurunan konstribusi menjadi 33,44 % dan pada tahun 2010 menurun menjadi 25,41 %. Dalam meningkatkan PAD, salah satu sektor yang dikebangkan adalah retribusi Daerah. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Wardiman bahwa Retribusi Daerah di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara menjadi salah satu elemen penyumbang signifikan pada pendatapan asli daerah yang saat ini masih terus dikembangkan. Pengembangan retribusi daerah tentunya harus dilakukan dengan upaya pengelolaan yang terencana, sistimatis, profesional dan dapat diukur. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat diketahui bahwa salah satu upaya dalam pengelolaan retribusi Daerah adalah melakukan pengelolaan program retribusi secara profesional dan terukur. Dari beberapa Pendapatan Asli Daerah, Retribusi Daerah merupakan salah satu pendapatan daerah terpenting disamping pajak. Untuk melihat kedudukan retribusi daerah pada Pedapatan Asli Daerah, maka dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3 Persentase Pengelolaan Retribusi Daerah terhadap PAD Bolaang Mongondow Utara NO Tahun Uraian Kontribusi (%) PAD Retribusi Daerah 1 2008 2,622,750,000.00 1,471,000,000.00 56, 07 %

2 2009 4,366,699,375.00 1,462,750,000.00 33,44 % 3 2010 8,450,500,000.00 2,149,250,000.00 25,41 % 4 2011 9.750.000.000.00 2.200.000.000.00 22,56% Keterangan: Retribusi Daerah % 100 = PAD Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa penerimaan retribusi Daerah mengalami fluktuasi yang cukup signifikan serta tidak mencapai target, dapat dilihat pada tahun 2008 mencapai 56,07 % pada tahun 2009 menurut menjadi 33,44 % pada tahun 2010 mencapai angka 25,41 % dari Pendapatan Asli Daerah dan pada tahun 2011 mencapai angka 22,56% 4.3.2 Kendala dalam pengelolaan Retribusi daerah Kab.Bolaang Mongondow Utara Dalam pengimplementasian kebijakan pemungutan Retribusi Daerah tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi itu sendiri. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh dalam implementasi kebijakan pemungutan Retribusi Daerah, antara lain: 1. Komunikasi

Komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebiajkan publik. Implementasi yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan. Pengetahuan atas apa yang mereka kerjakan dapat berjalan bila komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan kebijakan dan peraturan implementasi harus dikomunikasikan kepada bagian personalia yang tepat. Selain itu, kebijakan yang dikomunikasikanpun harus tepat, akurat, dan konsisten. Komunikasi diperlukan agar para pembuat kebijakan dan para implementer kebijakan pemungutan Retribusi Daerah tersebut akan semakin konsisten dalam melaksanakan setiap kebijakan yang akan diterapkan dalam wajib retribusi. Berdasarkan hasil penelitian bahwa sering terjadi miskomunikasi antar petugas dari dinas PPKAD. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Evita bahwa kendala yang sering muncul dalam pengelolaan proses pemungutan Retribusi Daerah adalah minimnya komunikasi antar pihak yang terkait dalam kegiatan retribusi. Misalnya, sangat jarang terjadi rapat atau pengarahan dari dinas terkait terhadap para petugas di lapangan. 4.3.3 Pemecahan masalah yang dilakukan dalam pengelolaan Retribusi Daerah Setiap permasalahan harus dicari penyelesaiannya agar kembali lebih baik. Dalam hal ini permasalahan pelaksanaan Retribusi Daerah harus dicari solusi agar pelaksanaan retribusi daerah dapat berjalan dengan lancar sesuai yand direncanakan, sehingga di peroleh pendapatan retribusi daerah sesuai yang di

tergetkan, bahkan kalu bisa melebihi target tersebut serta di peroleh peningkatan penerimaan retribusi daerah daei wakti ke waktu. 4.4 Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang Peran Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Sumber data dalam penelitian ini adalah pegawai Dinas PPKAD Bolaang Mongondou Utara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Proses pengumpulan data ini adalah observasi,wawancaras. Hal ini di tunjukan dengan hasil penelitian yang di ukur dari hasil wawancara dengan pernyataan responden yang berkatagori positif berada pada kategori cukup dengan kualitas cukup optimal. Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk peran Retribusi Daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah menunjukan bahwa dari tahun ke tahun selalu mengalami masalah. Hal ini di pengaruhi oleh realisasi pungutan Retribusi Daerah yang tidak optimal, sehingga berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah yang teleh di tentukan oleh Daerah terhadap APBD. Dengan demikian peran Retribusi Daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Derah harus lebih di

tingkatkan lagi agar dapat tercapai target yang di harapkan oleh daerah. Hal ini bisa terjadi jika kepala Dinas PPKAD mampu berperan secara maksimal dalam pembinaan pungutan Retribusi Daerah yang berada di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.