Sifat-Sifat Ibadah Yang Benar

dokumen-dokumen yang mirip
Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

Al-Wadud Yang Maha Mencintai Hamba-Hamba-Nya Yang Shaleh

Berkawan dengan Orang Shalih

Berani Berdusta Atas Nama Nabi? Anda Memesan Sendiri Tempat di Neraka

Allah Al-Ghalib (Maha Menang) dan An-Nashir (Maha Penolong)

Dosa Bersumpah Dengan Menyebut Selain Allah

Sifat Allah Al-Hayiyyu, Yang Maha Pemalu

Al-Matiin, Yang Maha Kokoh

Tantangan Alquran. Khutbah Pertama:

Merasakan Manisnya Keimanan

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang

Dusta, Dosa Besar Yang Dianggap Biasa

Syariat Adalah Amanah

Kematian Lebih Baik Bagi Seorang Mukmin

Istiqomah. Khutbah Pertama:

Tauhid Menghapuskan Seluruh Dosa

Motivasi Untuk Bertaubat

Pendukung dan Penghalang dari Taubat

Muhasabah dan Muraqabah, Jalan Menuju Takwa

Menjadi Hakim Zhalim ????????????:

Engkau Bersama Orang Yang Kau Cintai

Tafsir Surat Al-Ikhlas

Khutbah Jumat: Hakikat Takwa Kepada Allah

Umrah dan Haji Sebagai Penebus Dosa

Motivasi Agar Istiqomah

Bersama Orang Tua Menuju Surga

Mengenal Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah

Perbandingan Antara Dunia dan Akhirat

Renungan Tentang Waktu

Jadilah Orang Yang Dekat Dengan Alquran

Kultum Ramadhan: Menjalin Cinta Abadi Dalam Rumah Tangga

??????????????????????????????????????????????? :????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya

Kewajiban Seorang Muslim Terhadap Alquran

Luasnya Rahmat (kasih sayang) Allah Subhanahu wa Ta ala

Berhati-Hati Dalam Menjawab Permasalahan Agama

Sucikan Diri Benahi Hati

Ikutilah Sunnah dan Jauhilah Bid'ah

Bukti Cinta Kepada Nabi

Seribu Satu Sebab Kematian Manusia

Perjalanan Meraih Ridha Ar-Rahman

Dosa Memutuskan Hubungan Kekeluargaan

Ujian Dunia dan Ujian Akhirat

Diantara perintah Allah Azza wa Jalla kepada kita adalah perintah agar kita mengikuti Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Nasehat Bagi Orang Yang Melalaikan Shalat

Suap Mengundang Laknat

Memaksimalkan Waktu-Waktu Mustajab Untuk Berdoa

Kedudukan Tauhid Bagi Seorang Muslim

?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

???????????????????????????????????????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Surat Untuk Kaum Muslimin

Memacu Diri Agar Istiqomah Beribadah

Pengaruh Shalat dan Maksiat Terhadap Rezeki

Petunjuk Nabi Dalam Menyebarkan Berita

Takwa dan Keutamaannya

TAWASSUL. Penulis: Al-Ustadz Muhammad As-Sewed

Allah Itu Maha Indah dan Mencintai Keindahan

Kedudukan Dua Kalimat Syahadat Dalam Syariat Islam

Malu Kepada Allah. Khutbah Pertama:

Umur Untuk Amal Shaleh

Dan kemarahan itu sering menimbulkan perkara-perkara negatif, berupa perkataan maupun perbuatan yang haram.

Mentadabburi Nama Allah, Al-Ghani (Maha Kaya)

????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Adab dan Keutamaan Hari Jumat

Indahnya Mengikuti Sunnah

Mengimani Kehendak Allah

Keutamaan Bulan Dzul Hijjah

Khutbah Jumat: Angan-angan Orang yang Sudah Mati

Bertakwa Kepada Allah dalam Kehidupan Bertetangga

Hidayah Adalah Karunia Ilahi

Memahami Takdir Secara Adil

*** Syarat Amal Diterima

Janganlah Berlaku Zalim

Tipu Daya Setan Terhadap Manusia

Renungan bagi Musafir

Khutbah Jumat: Peringatan dari Bahaya Godaan Harta

Tegakkan Shalat Dengan Berjamaah

Keutamaan Kalimat Tauhid dan Syarat-Syaratnya

Metode Bijak Memperbaiki Aib

Keindahan Nama-nama Allah

Ternyata Hari Jum at itu Istimewa

Keutamaan Puasa Ramadhan

Tidak Mungkin Beriman Kecuali dengan Izin Allah

Jangan Kau Tunda Apalagi Sampai Kau Tinggalkan Shalat

Agar Pohon Keimanan Tumbuh dan Berbuah

Hakikat Hidup Sukses: Tafsir QS. Ali Imran 185

Kewajiban Menunaikan Amanah

Meraih Kebahagiaan Hakiki dengan Syukur, Sabar, dan Istighfar

Islam Satu-Satunya Agama Yang Benar

Renungan Pergantian Tahun

Mensyukuri Nikmat Al Quran

Pintu-Pintu Kebaikan dan Kewajiban Menjaga Lisan

Kemuliaan Seorang Hamba Terletak Pada Ibadahnya

Takabur, Sikap Sombong Kepada Allah

Bersegera Menuju Masjid di Hari Jumat dan Meninggalkan Aktivitas Duniawi

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

Sifat Surga dan Penghuninya

Persiapan Menuju Hari Akhir

??????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Keistimewaan Hari Jumat

Transkripsi:

Sifat-Sifat Ibadah Yang Benar Khutbah Pertama:???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.???????????? :??????????????????????????????????:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????. Kemuliaan seorang hamba adalah dengan beribadah kepada Allah Azza wa Jalla semata, tanpa menyekutukan-nya dengan sesuatu apapun juga. Semakin seorang hamba menambah ketundukan dan peribadahan kepada Penciptanya, maka semakin bertambah pula kesempurnaannya dan derajatnya. Kemudian bahwa hamba tidak mungkin mengetahui cara beribadah kepada Allah Azza wa Jalla dengan benar hanya dengan akal dan perasaannya. Oleh karena itu Allah Azza wa Jalla mengutus para Rasul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-nya untuk memberikan petunjuk-nya. Allah Azza wa Jalla berfirman:???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????? Maka jika datang kepada kamu (manusia) petunjuk dari-ku, lalu barangsiapa mengikuti petunjuk- Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. [Thaha/20:123] Ibadah yang benar kepada Allah Azza wa Jalla harus dilakukan dengan dasar kecintaan, berharap rahmat dan pahala Allah Azza wa Jalla, takut siksa-nya dan disertai ketundukan dan pengagungan kepada Allah Subhanahu wa Ta ala. Ketika Allah Subhanahu wa Ta ala memuji Nabi Zakaria sekeluarga, Dia berfirman:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????? 1 / 7

Sesungguhnya mereka (Nabi Zakaria sekeluarga) adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo a kepada Kami dengan harap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami. [Al-Anbiya /21: 90] Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: Di antara Salaf mengatakan: Barangsiapa beribadah kepada Allah Azza wa Jalla hanya dengan kecintaan, maka dia seorang Zindiq (munafik). Barangsiapa beribadah kepada Allah hanya dengan harapan, maka dia Murji ah. Barangsiapa beribadah kepada Allah hanya dengan rasa takut, maka dia seorang Haruri. Dan barangsiapa beribadah kepada Allah dengan kecintaan, rasa takut, dan harapan, maka dia seorang yang beriman, bertauhid. Mencintai Allah Azza wa Jalla adalah pondasi ibadah yang paling utama. Oleh karena itu seorang hamba wajib mencintai Allah Azza wa Jalla, dan mencintai semua jenis ketaatan. Sehingga ketika dia beribadah dengan suatu jenis ketaatan, maka dia mencintai ketaatan tersebut. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t berkata, Ibadah menggabungkan kesempurnaan/puncak kecintaan dan kesempurnaan ketundukan. Orang yang beribadah adalah orang yang mencintai dan tunduk. Berbeda dengan orang yang mencintai orang yang dia tidak tunduk kepadanya, tetapi dia mencintainya karena menjadikannya perantara kepada perkara lain yang dia cintai. Dan berbeda dengan orang yang tunduk kepada orang yang dia tidak mencintainya, seperti seseorang tunduk kepada orang zhalim. Maka keduanya ini bukanlah ibadah yang murni. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah juga berkata, Ibadah, asal maknanya adalah kerendahan/ketundukan juga (seperti makna diin). Tetapi ibadah yang diperintahkan (oleh Allah Azza wa Jalla) mengandung makna kerendahan/ketundukan dan makna kecintaan. Sehingga ibadah yang diperintahkan (oleh Allah Azza wa Jalla) itu mengandung sifat puncak kerendahan/ketundukan kepada Allah Subhanahu wa Ta ala disertai puncak kecintaan kepada- Nya. Barangsiapa tunduk kepada seorang manusia disertai kebenciannya kepadanya, maka tidaklah dia menjadi orang yang beribadah kepadanya. Dan seandainya seseorang mencintai sesuatu dan dia tidak tunduk kepadanya, tidaklah dia menjadi orang yang beribadah kepadanya. Sebagaimana seseorang mencintai anaknya, dan kawannya. Oleh karena inilah, di dalam beribadah kepada Allah Azza wa Jalla tidak cukup dengan salah satu dari kedua sifat itu saja, tetapi seorang hamba wajib menjadikan Allah Azza wa Jalla sebagai yang paling dicintai daripada segala sesuatu, dan menjadikan Allah Azza wa Jalla yang paling diagungkan daripada segala sesuatu. Bahkan tidak ada yang berhak mendapatkan kecintaan dan ketundukan yang sempurna kecuali Allah Azza wa Jalla. Maka apa saja yang dicintai bukan karena Allah Azza wa Jalla, kecintaannya itu adalah rusak, dan apa saja yang diagungkan bukan dengan 2 / 7

perintah Allah Azza wa Jalla, pengagungannya itu batil. Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata di dalam sya irnya menjelaskan tonggak ibadah, sebagai berikut: Dan ibadah kepada (Allah Azza wa Jalla) Yang Maha Pemurah adalah puncak kecintaan kepada-nya bersama kepatuhan dari orang yang beribadah kepada-nya. Itulah dua kutub yang orbit ibadah beredar pada keduanya. Orbit itu tidak akan beredar sampai kedua kutubnya tegak. Dan beredarnya dengan perintah, yaitu perintah Rasul-Nya. Tidak dengan (perintah) hawa-nafsu, kemauan diri sendiri, dan syaithan. Demikian juga seorang hamba wajib membenci kemaksiatan-kemaksiatan yang juga dibenci oleh Allah Azza wa Jalla. Termasuk membenci orang-orang yang dibenci oleh Allah Azza wa Jalla, dari kalangan orang-orang kafir dan musyrik. Seorang hamba juga mencintai orang-orang yang dicintai oleh Allah Azza wa Jalla, yaitu orangorang yang beriman. Yang pertama-tama adalah para Rasul. Termasuk mencintai Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam melebihi kecintaannya daripada kepada anak, orang tua, dan seluruh manusia. Allah Azza wa Jalla telah memerintahkan hamba-hamba-nya untuk takut kepada-nya, dan Dia menjadikannya sebagai syarat keimanan. Allah Azza wa Jalla berfirman:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????? Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawankawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaku, jika kamu benar-benar orang yang beriman. [Ali Imran/3: 175] Dan Allah Azza wa Jalla memuji hamba-hamba-nya yang takut kepada-nya dengan firman-nya:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????? Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut kepada (azab) Tuhan mereka, dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Tuhan mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun), dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, mereka itu bersegera untuk 3 / 7

mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya. [Al- Mukminun/23: 57-61] Dan Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan balasan yang telah Dia siapkan di akhirat bagi hambahamba-nya yang takut kepada-nya, Dia berfirman:????????????????????????????????????? Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga. [Ar-Rahman/55: 46] Demikian juga takut kepada Allah Azza wa Jalla dengan sebenar-benarnya merupakan salah satu sebab meraih keamanan di akhirat. Sebagaimana diriwayatkan di dalam hadits qudsi dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:?????????????????????? :????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????? Allah Subhanahu wa Ta ala Dia berfirman: Demi kemuliaan Ku dan kebesaran Ku, Aku tidak akan mengumpulkan dua keamanan dan dua ketakutan untuk hamba Ku. Jika hamba-ku merasa aman kepada-ku di dunia, Aku pasti menjadikannya takut pada hari (kiamat) yang Aku akan mengumpulkan hamba-hamba-ku.sebaliknya jika dia merasa takut kepadaku di dunia, Aku pasti menjadikannya aman pada hari (kiamat) yang Aku akan mengumpulkan hamba-hambaku. [HR. Abu Nu aim di dalam Al-Hilyah dengan sanad yang lemah, namun dikuatkan dengan jalur-jalur yang lain sehingga dihasankan oleh Syaikh al-albani di dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 742] Oleh karena itu setiap hamba wajib beribadah kepada Allah Azza wa Jalla disertai dengan rasa takut kepada hukuman dan siksaan-nya. Rasa takut yang terpuji adalah yang dapat menghalangi dari hal-hal yang diharamkan Allah Azza wa Jalla. Sehingga orang yang benar-benar takut kepada Allah Azza wa Jalla akan bergegas meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan yang akan mengakibatkan siksaan dan bencana. Nabi n menjelaskan hal ini di dalam sabda beliau:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????? Barangsiapa takut, dia pasti pergi sebelum subuh (yakni bersegera pergi sebelum kedatangan musuh yang ditakuti-pen), dan barangsiapa pergi sebelum subuh, dia pasti sampai tempat (yang aman). Ketahuilah! Sesungguhnya barang dagangan Allah itu mahal. Ketahuilah! Sesungguhnya 4 / 7

barang dagangan Allah itu adalah surga. [HR. Tirmidzi, no. 2450 dari Abu Hurairah; dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani]??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????. Khutbah Kedua:???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????? : Radja` secara bahasa artinya berharap. Maksudnya yaitu: mengharapkan pahala Allah Azza wa Jalla, ampunan-nya, dan rahmat-nya. Radja (berharap) kepada rahmat Allah Azza wa Jalla harus disertai dengan amalan. Sebagaimana firman-nya:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????? Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan sesuatupun dalam beribadah kepada Rabbnya. [Al-Kahfi/18: 110] Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, Orang-orang yang arif (mengenal Allah dengan baik) telah sepakat bahwa radja tidak sah kecuali disertai dengan amalan. Kemudian beliau berkata, Radja ada tiga jenis: dua jenis terpuji, dan satu jenis tercela. Pertama: Berharapnya seseorang yang telah melakukan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla, di atas cahaya dari Allah Azza wa Jalla. Maka orang ini adalah orang yang mengharapkan pahala- Nya. [Ini adalah radja yang terpuji]. Kedua: Seseorang yang telah berbuat dosa-dosa, lalu dia bertaubat darinya. Maka orang ini adalah orang yang mengharapkan pahala-nya. (Ini adalah radja yang terpuji). Mengharapkan 5 / 7

ampunan Allah Azza wa Jalla, ampunan-nya, kebaikan-nya, kemurahan-nya, kesabaran-nya, dan kedermawan-nya. [Ini juga roja yang terpuji] Ketiga: Seseorang yang terus-menerus dalam melalaikan (kewajiban-kewajiban) terus-menerus di dalam dosa-dosa. Dia mengharapkan rahmat Allah tanpa disertai amalan. Ini adalah terpedaya, angan-angan kosong, dan radja` yang dusta. (Ini radja yang tercela). [Madârijus Sâlikin, 2/37] Maka seorang muslim wajib beribadah kepada Allah Azza wa Jalla dengan mengharapkan pahala- Nya, dan wajib bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla ketika berbuat maksiat, dengan mengharapkan ampunan-nya. Allah Azza wa Jalla berfirman:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????? Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. [Al-A raf/7: 56] Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata, Allah memerintahkan beribadah kepada-nya, berdoa kepada-nya, memohon dan merendahkan diri kepada-nya, dengan berfirman, berdoalah kepada- Nya dengan rasa takut dan harapan, yaitu takut kepada pedihnya siksaan di sisi-nya dan harapan kepada pahala yang banyak yang ada di sisi-nya. Kesimpulannya bahwa seorang muslim wajib beribadah kepada Allah Azza wa Jalla dengan kecintaan kepada-nya, takut kepada siksa-nya, dan mengharapkan pahala-nya. Tidak boleh rasa takut berlebihan sehingga berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah Azza wa Jalla. Demikian juga roja tidak boleh berlebihan sehingga bergantung kepada rahmat dan ampunan Allah Azza wa Jalla dengan tidak meninggalkan maksiat yang sedang dilakukan. Namun ketika dalam keadaan sehat, hendaklah rasa takut lebih dominan, sehingga mendorongnya untuk melaksanakan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan. Sedangkan ketika dalam keadaan sakit, hendaklah rasa roja kepada ampunan Allah Azza wa Jalla lebih dominan, sehingga ketika ajal menjemputnya, dia dalam keadaan husnu zhan (berprasangka baik) kepada Allah Azza wa Jalla, dan bergembira dengan pertemuannya kepada Allah Azza wa Jalla. Ya Allah Azza wa Jalla, limpahkan kepada kami kecintaan kepada-mu yang mendorong kami untuk melaksanakan peribadahan, radja kepada pahala-mu yang menyemangati kami menjalankan ketaatan, takut kepada siksa-mu yang akan menjauhkan dari kemaksiatan. Dan anugerahkan kepada kami, rahmat-mu yang meliputi segala sesuatu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar Doa lagi Berkuasa Mengabulkannya.?????????????????????? -??????????????-?????????????????????????????????? 6 / 7

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Khotbah Jumat??????????????????????????????????????????:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????? [???????:??]????????????????????????????????????: ((????????????????????????????????????????????????????????)).???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????. [Diadaptasi dari tulisan Ustadz Abu Isma il Muslim al-atsari di majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun XX/1437H/2016M]. 7 / 7