BAB IV ANALISIS PEMBINAAN NARAPIDANA DAN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH DINIYAH AT-TAUBAH LAPAS KLAS I KEDUNGPANE SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. membina warga binaan untuk memberikan bekal hidup, baik ketrampilan,

BAB III PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DENGAN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH DINIYAH AT-TAUBAH LAPAS KLAS I KEDUNGPANE SEMARANG

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBINAAN AKHLAK NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A PEKALONGAN. Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MPENAJAM PASER UTARA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QUR AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. atau narapidana agar mereka dapat kembali hidup bermasyarakat dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003, telah di gariskan bahwa:

BUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR MADRASAH DINIYAH AWALIYAH

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PENDIDIKAN AL-QUR'AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

PENDAHULUAN. seperti dirumuskan dalam Undang Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB III PELAKSANAAN EVALUASI RANAH AFEKTIF DAN PROBLEMATIKANYA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NASIMA SEMARANG

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. 1. Pendidikan pramuka di SMK Negeri 1 Pogalan Trenggalek. ektra kurikuler perlu diadakan.

I. PENDAHULUAN. seharusnya dicapai melalui proses pendidikan dan latihan. mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan peserta didik guna

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. alam, Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan umat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 7 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik individu, maupun sebagai anggota

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia (human resources development) untuk

KONSEP DAN MODEL PENGEMBANGAN TAHFIDZUL QUR AN DI MADRASAH. (Madrasah Tidak Berbasis Asrama)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB V PEMBAHASAN. Kepribadian Muslim Siswa MAN 2 Tulungagung. siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. 1

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A.

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 4 TAHUN 2010 T E N T A N G PENDIDIKAN AL QUR AN

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QUR AN

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI PROGRAM PAGI SEKOLAH

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB IV ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH TERPADU (MIT) NURUL ISLAM RINGINWOK NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QUR AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB BACA TULIS AL-QUR AN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 8 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara. Di dalam UUD 1945 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, wawasan, keterampilan tertentu pada individu-individu.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

USIA MENJELANG REMAJA MERUPAKAN MASA TRANSISI YANG KRUSIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. ketakwaaan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar selanjutnya mampu membekali

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS PEMBINAAN NARAPIDANA DAN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH DINIYAH AT-TAUBAH LAPAS KLAS I KEDUNGPANE SEMARANG A. Analisis Pelaksanaan Pembinaan Narapidana di Lapas Klas I Kedungpane Semarang Pidana penjara/pemidanaan pada hakekatnya dimaksudkan untuk memperbaiki seseorang yang telah terbukti melanggar aturan hukum pidana, agar mereka menjadi orang baik dalam kehidupannya di masyarakat dan selanjutnya mematuhi aturan hukum pidana yang berlaku. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dalam Pasal 1 ayat 2 berbunyi: Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. 1 Pembinaan Narapidana di Lapas Klas I Kedungpane Semarang secara umum telah dilaksanakan oleh pengelola (pegawai) yang sesuai pada masingmasing bidang, yang diarahkan pada pembentukan kepribadian dan kemandirian para narapidana yang berakhlak mulia. Pada hakekatnya pembinaan ini dalam rangka untuk mencapai keberhasilan tujuan Pendidikan Nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki 1 Undang-Undang No. 12 tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, www.dephumkam.go.id, diakses 20 Desember 2008. 62

63 pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Pembinaan Narapidana di Lapas Klas I Kedungpane Semarang dalam rangka untuk mencapai hasil yang maksimal dan optimal, maka diupayakan semua narapidana pro aktif dalam setiap pembinaan. Pelaksanaan pembinaan narapidana lebih mementingkan kepada aspek afektif, yaitu bagaimana sikap dan perilaku keseharian mereka selama dalam menjalani hukuman didalam Lapas. Pembinaan narapidana yang berlangsung di Lapas Klas I Kedungpane Semarang sudah berlangsung dengan baik. Secara umum pendidikan yang diberikan di Lapas Klas I Kedungpane terdiri 3 jenis pendidikan yaitu pendidikan kemandirian, pendidikan umum, dan pendidikan keagamaan. Pendidikan kemandirian yang diberikan didalam Lapas bertujuan agar narapidana memiliki modal berupa kecakapan hidup. Dengan adanya ketrampilan yang telah dimiliki narapidana yang nantinya akan menumbuhkan semangat, dan perbuatan yang positif serta tidak akan mengulangi perbuatan yang dapat merugikan orang lain denagan pelanggaran terhadap hukum. Pendidikan umum di Lapas Klas I kedungpane Semarang bertujuan untuk memberikan modal kepada narapidana agar tidak gagap teknologi serta dapat menjawab tantangan kehidupan. Pendidikan keagamaan merupakan hal yang sangat penting dan menjadi tolak ukur dalam menentukan keberhasilan dalam pembinaan narapidana. Hal ini disebabkan karena tanpa adanya ketaatan beragama pembinaan yang lainnya kurang bermanfaat. Dengan kata lain, tanpa perasaan takut kepada Tuhan memungkinkan seseorang bekas narapidana mengulangi tindakan kejahatan. Pembinaan keagamaan narapidana di Lapas Klas I Kedungpane Semarang berdasarkan agama yangb dianut oleh warga binaan pemasyarakatan yaiti pembinaan beragama Islam yang bentuk teknisnya dilakukan di Madrasah Diniyah dan Majlis Ta lim dan pembinaan beragama

64 non-islam (Kristen dan Katolik) berupa kebaktian,misa, ibadah sabda, atau kharismatik, serta seminar pendalaman iman yang dilakukan oleh pengurus Gereja Katolik dan Yayasan Tim Penyelenggara Kasih dan dikoordinir oleh kabid pembinaan dan bimbingan pemsyarakatan. Pembinaan keagamaan narapidana yang beragama Islam di Lapas Klas I Kedungpane Semarang menurut waktu pelaksanaannya terbagi menjadi 3 jenis pembinaan yaitu pembinaan yang bersifat harian, mingguan dan pembinaan yang bersifat kondisional. Bentuk pelaksanan pembinaan keagamaan narapidana yang bersifat harian adalah dengan pembiasaan melakukan sholat Dhuhur dan ashar berjamaah di Masjid At-Taubah dan pembelajaran di Madrasah Diniyah At- Taubah yang keberadaan Madrasah ini didalam Lapas. Dengan pembelajaran di Madrasah Diniyah at-taubah ini, warga binaan pemasyarakatan dibimbing dan dibina dengan memberikan materi pelajaran yang bersifat keagamaan. Sedangkan pembinaan mingguan dengan majlis ta lim yang merupakan serangkaian kegiatan ekstra kurikuler dari Madrasah Diniyah. Pembinaan bersifat kondisional yang bentuk pelaksanaannya bisa sewaktu-waktu pada moment-moment tertentu, yaitu peringatan hari besar agama Islam (PHBI), seperti Isra' Mi'raj, Maulid Nabi Muhammad SAW, Nuzul al-quran, Tahun baru hijrah, Idul Fitri, Idul Adlha dan pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara yang dalam bentuk pelaksanaannya adalah ucara kesadaran nasional yang dilakukan setiap tanggal 17. Peringatan hari besar agama Islam (PHBI) biasanya diisi dengan ceramah keagamaan dan penceramah didatangkan dari luar lapas akan tetapi terkadang diisi sendiri oleh kabid pembinaan narapidana. Pembinaan keagamaan mengindentifikasi bahwa pembinaan yang dilaksanakan telah memberikan pencerahan bagi narapidana di Lapas Klas I Kedungpane Semarang. Adanya kesadaran dan keinsyafahan dari diri narapidana diharapkan dapat kembali ke masyarakat dan menjadi taat serta patuh pada perintah Allah, beribadah dan beramal sholeh sesuai dengan perintah dan menjauhi larangan-nya.

65 B. ANALISIS PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH DINIYAH AT-TAUBAH Madrasah diniyah at-taubah adalah madrasah yang didirikan untuk membina dan membimbing narapidana sebagai keseriusan pemerintah untuk membina serta merehabilitasi narapidana. Selama lebih dari dua belas tahun berdiri madrasah diniyah ini belum menemukan hambatan yang cukup berarti. Madrasah diniyah at-taubah belum bias dikatakan sebuah madrasah diniyah yang ideal sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Departemen Agama dan belum mencapai tujuan dari madrasah diniyah. Hal ini disebabkan karena kemampuan peserta didik dan latar belakang (warga biaan pemasyarakatan) yang bervariatif. Selama mereka berada di tahanan, mereka telah diberi pembinaan, khususnya pembinaan agama Islam yang mempunyai tujuan untuk memberikan bekal bagi para narapidana dengan materi-materi yang sudah disampaikan oleh pegawai Lapas Klas I Kedungpane Semarang, Pembina Agama atau instansi terkait lainnya. Seperti materi tentang keimanan, materi tentang keislaman, materi tentang budi pekerti. Jadi dengan materi tersebut diharapkan adanya perubahan bagi para narapidana Lapas Klas I Kedungpane Semarang, dalam bersikap, bertingkah laku dan berhubungan dengan tahanan atau narapidana yang lain, dan juga adanya peningkatan dalam melaksanakan ibadah. Pelaksanaan pembinaan narapidana dengan pembelajaran agama Islam di Madrasah Diniyah at-taubah Lapas Klas I Kedungpane Semarang diantaranya adalah: 1. Perencanaan Perencanaan yang matang diperlukan dalam setiap kegiatan yang hendak dikerjakan, dan apabila tanpa perencanaan yang matang kita tidak dapat mengharapkan kegiatan yang akan dilaksanakan akan berjalan dengan lancar serta dapat mencapai suatu tujuan. Perencanaan merupakan suatu langkah persiapan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan tertentu. Proses penyusunan rencana yang harus

66 diperhatikan adalah menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam mencapai tujuan yaitu dengan mengumpulkan data, mencatat dan menganalisis data serta merumuskan keputusan. Perencanaan pembinaan narapidana dengan metode pembelajaran agama Islam di madrasah diniyah at-taubah Lapas Klas I Kedungpane Semarang, meliputi perencanaan kurikulum, tenaga pembina, serta perencanaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran agama Islam. a. Perencanaan kurikulum Kurikulum yang digunakan di Madarasah Diniyah At-Taubah Lapas Klas I Kedungpane Semarang adalah kurikulum yang disusun sendiri oleh waka kurikulum. Hal ini dikarenakan kurikulum yang pernah digunakan yaitu kurikulum tahun 1994 dari Departeman Agama RI dirasa tidak berhasil dalam merubah sikap para narapidana. sedangkan perencanaan kurikulum dilakukan oleh Waka Kurikulum di Madrasah Diniyah At-Taubah dengan memodofikasi bahan ajar (menambah atau mengurangi materi yang diperlukan berkaitan dengan materi pelajaran). b. Perencanaan tenaga pembina/guru Perencanaan kebutuhan tenaga pembina ini dimaksudkan agar para Pembina atau guru di madrasah diniyah memiliki kompetensi atau kecakapan (pedagogi, kepribadian, professional, dan sosial). Untuk menciptakan kompetensi guru satu langkah yang ditempuh Lapas Klas I Kedungpane Semarang adalah dengan memberikan penataran kepada para Pembina secara berkala khususnya guru di madrasah diniyah at- Taubah. c. Perencanaan sarana dan prasarana pembelajaran Perencanaan ini sebagai penunjang terhadap terlaksananya pembelaran agama Islam narapidana di Madarasah Diniyah At-Taubah Lapas Klas I Kedungpane Semarang, seperti sebuah Madarasah Diniyah, masjid, dan buku-buku agama.

67 2. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran di Madrasah diniyah at-taubah mencakup pelaksanaan pembelajaran intra kurikuler meliputi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan narapidana sebagai warga binaan dan kegiatan ekstra kurikuler madrasah diniyah berupa pemberian pengajian majlis ta lim, mujahadah Asmaul Husna, Sholawat Nariyah dan Yasin-tahlil. Pemberian kegiatan rutin keagamaan yang dilakukan oleh Lapas Klas I Kedungpane Semarang sebagai bentuk kepedulian untuk membina narapidana telah memberikan hasil yang cukup signifikan. Hal ini terbukti dengan adanya kegiatan ekstra kurikuler madrasah seperti contoh mujahadah Asmaul Husna, para narapidana sudah tidak lagi membaca melainkan mereka sudah banyak yang hafal. Selain itu, melalui pembelajaran dalam madrasah para narapidana sudah banyak yang bisa membaca Al Qur an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu Tajwid, hafal surat-surat pendek Al Qur an, dan beribadah sesuai dengan ajaran Islam. Beberapa tahanan atau narapidana merasa sangat beruntung mendapat pembinaan agama Islam selama dalam tahanan. Sebelumnya ia tidak banyak tahu tentang keislaman, tapi setelah dalam tahanan mereka mendapat kesempatan untuk belajar membaca Al-Quran, belajar bertutur kata yang sopan dan yang terpenting mereka lebih khusu dalam beribadah. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Belajar menunjuk pada apa yang harus di lakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran,

68 sedang menganja menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Adapun cara yang dilakukan pada saat pembinaan agama Islam pemateri memberikan pertanyaan dan memberi kesempatan bertanya kepada para narapidana dan pada saat pembinaan baca tulis Al-quran narapidana secara urut dites untuk membaca Al-quran, dan narapidana yang sudah lancar baca Al-quran dianjurkan untuk membantu mengajari rekannya yang belum bisa. Hasilnya nampak terlihat bahwa para narapidana Lapas Klas I Kedungpane Semarang setiap dilaksanakan pembinaan, baik oleh pegawai Lapas Klas I Kedungpane Semarang maupun Pembina yang didatangkan dari luar atau dari kalangan narapidana. Ada hal yang menarik dalam pembelajaran agama Islam di madrasah diniyah at-taubah ketika pembelajaran Asmaul Husna yang di bina oleh Ari Saptono yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran yang lebih menarik dibandingkan dengan pembina yang lain. Metode yang digunakan adalah dengan menggembangkan mindset yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode gambar kemudian diberi angka dan diceritakan. Narapidana tidak merasa jenuh dengan penerapan metode tersebut, dan mereka selalu mengingat apa yang akan ia dapatkan di Lapas yang merupakan sebuah pengalaman. Mengingat pentingnya pembinaan agama Islam bagi narapidana, khususnya di Lapas Klas I Kedungpane Semarang, dalam upaya untuk memberikan bekal bagi mereka agar insyaf atau taubat terhadap perbuatan yang melanggar norma atau undang-undang, sehingga dengan pembinaan yang intensif diharapkan dapat memberikan input bagi mereka untuk mempersiapkan diri pada saat kembali ke masyarakat. 3. Evaluasi Pendidikan merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk menciptakan anak didik mencapai kedewasaan. Untuk melihat sejauh mana fungsi dan manfaatnya, maka perlu adanya evaluasi dalam proses

69 pembelajaran. Evaluasi di madrasah diniyah at-taubah Lapas Klas I Kedungpane Semarang sudah sesuai dengan prinsip dalam melakukan evaluasi diantaranya: a. Keterpaduan Materi, metode pengajaran, dan evaluasi merupakan tiga kesatuan terpadu yang tidak bisa dipisahkan dalam pencapaian tujuan instruksional. Perencanaan evaluasi di madrasah diniyah at-taubah ditetapkan pada waktu penyusunan satuan pengajaran sehingga dapat disesuaikan dengan tujuan intruksional dan materi pengajaran yang akan disajikan. b. Keterlibatan siswa Evaluasi bagi narapidana (warga binaan) merupakan sebuah kebutuhan, bukan sesuatu yang ingin dihindari. Hal ini dikarenakan bahwa evaluasi merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan peserta didik akan informasi mengenai kemajuan yang sudah dicapai dalam proses pembelajaran. c. Koherensi Evaluasi pembelajaran di madrasah diniyah at-taubah disesuaikan dengan materi pelajaran dan pelaksanaan evaluasi sesuai dengan ranah (kogitif, afektif, dan psilomotor)kemampuan yang akan diukur. d. Pedagogis Evaluasi pembelajaran dipakai sebagai reward (ganjaran) yaitu dengan memberikan sertifikat kelulusan sebagai tanda telah mengikuti pembelajaran di madrasah diniyah at-taubah bagi warga binaan yang dinyatakan lulus dalam evaluasi dan bagi warga binaan yang belum berhasil diikutsertakan kembali ke pembelajaran tahun ajaran yang akan datang. Pemberian sertifikat ini digunakan oleh Lapas Klas I Kedungpane Semarang sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan PB, CB, dan CMB.