BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk terbesar nomor empat di dunia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa (www.bps.go.id). Pemerintah dalam hal mewujudkan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur melakukan upaya pembangunan nasional di berbagai sektor secara terus-menerus. Keberlangsungan pembangunan nasional sangat tergantung dari jumlah penerimaan negara baik yang bersumber dari dalam maupun luar negeri. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus melakukan peningkatan penerimaan dalam negeri khususnya penerimaan dari sektor pajak (Kartikaputri, 2013). Dominasi pajak sebagai sumber penerimaan negara menjadi hal yang penting beberapa tahun terakhir disebabkan karena sumber daya alam khususnya minyak bumi tidak dapat lagi diandalkan. Penerimaan dari sumber daya alam mempunyai umur yang relatif terbatas, suatu saat akan habis dan tidak bisa lagi diperbaharui. Hal ini berbeda dengan pajak, sumber penerimaan ini mempunyai umur yang tidak terbatas terlebih dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk (Setyawati, 2013). Pajak menurut Undang-Undang No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi maupun badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dan tidak mendapatkan imbalan secara langsung serta digunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Penerimaan dari sektor pajak merupakan tulang punggung penerimaan negara yang dipergunakan untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) (Kartikaputri, 2013). Hal tersebut dapat dilihat dari kontribusi penerimaan pajak pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara periode 2010-2014 disajikan pada Tabel 1.1 berikut. Tabel 1.1 Kontribusi Penerimaan Pajak Pada APBN Tahun 2010-2014 (dalam trilliun rupiah) Thn APBN Penerimaan pajak Penerimaan pajak terhadap APBN (%) (1) (2) (4) (5) 2010 995,3 723,3 72,6 2011 1210,6 873,9 72,1 2012 1338,1 980,5 73,2 2013 1502,0 1148,4 76,4 2014 1635,3 1246,1 76,2 Sumber: Data Pokok Nota Keuangan yang telah diolah. Berdasarkan Tabel 1.1 kontribusi penerimaan pajak pada APBN rata-rata lebih dari 70 persen, yang berarti pajak merupakan salah satu unsur penerimaan negara yang memiliki peran besar dan semakin diandalkan untuk kepentingan pembangunan nasional dan pengeluaran negara. Terkait dengan hal tersebut, untuk meningkatkan penerimaan dalam negeri dari sektor pajak, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) melakukan reformasi perpajakan yang berupa penyempurnaan terhadap kebijakan dan sistem administrasi perpajakan (Fasmi, 2012).
Reformasi perpajakan telah dilakukan sejak tahun 1983 dengan berubahnya sistem pemungutan pajak dari official assessment system menjadi self assessment system sebagai bentuk reformasi peraturan perundang-undangan perpajakan (Kartikaputri, 2013). Self assessment system merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi kepercayaan penuh pada wajib pajak untuk melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Reformasi perpajakan memiliki tujuan utama, yaitu untuk menegakkan kemandirian ekonomi dalam membiayai pembangunan nasional dengan jalan lebih mengerahkan kemampuan sendiri. Hal ini sebagai salah satu upaya untuk mencapai visi dari DJP, yaitu menjadi institusi penghimpun penerimaan negara yang terbaik demi menjamin kedaulatan dan kemandirian negara (www.pajak.go.id). Reformasi perpajakan akan menjadikan sistem yang berlaku menjadi lebih sederhana, yang mencakup penyederhanaan jenis pajak, tarif pajak, dan pembayaran pajak serta pembenahan aparatur perpajakan yang menyangkut prosedur, tata kerja, disiplin, dan mental (Rapina, dkk, 2011). Konsep reformasi administrasi perpajakan digulirkan pada akhir tahun 2001 melalui kesepakatan pemerintah dengan Internasional Monetary Fund (IMF). Isi kesepakatan itu adalah untuk memperbaharui paket program kebijakan ekonomi dan keuangan, salah satunya perbaikan administrasi perpajakan (Madewig, 2013). Reformasi administrasi perpajakan merupakan prioritas reformasi perpajakan dengan tujuan tercapainya tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi, tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, dan produktivitas pegawai perpajakan yang tinggi (Rahayu, 2009).
Pengaruh sistem administrasi perpajakan modern pada kepatuhan wajib pajak diindikasikan dengan peningkatan penerimaan pajak (Kartikaputri, 2013). Kepatuhan wajib pajak (tax compliance) dapat diidentifikasi dari kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan (Rohmawati, 2011). Isu kepatuhan menjadi penting karena upaya penghindaran pajak timbul secara bersamaan dengan ketidakpatuhan, yang mengakibatkan berkurangnya penyetoran dana pajak ke kas negara (Sofyan, 2005). Pada hakekatnya kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh kondisi sistem administrasi perpajakan yang meliputi tax service dan tax enforcement (Rahman, 2009). Reformasi sistem administrasi perpajakan menurut Nasucha (2004) memiliki empat dimensi utama, yaitu: struktur organisasi, prosedur organisasi, strategi organisasi dan budaya organisasi. Program dan kegiatan reformasi administrasi perpajakan diwujudkan dalam penerapan sistem administrasi perpajakan yang modern yaitu perubahan struktur organisasi yang berupa perubahan kantor pelayanan yang sebelumnya berdasarkan jenis pajak menjadi kantor pelayanan berdasarkan fungsi, perbaikan pelayanan dengan pembentukan account representative yang bertujuan untuk mengawasi dan melayani wajib pajak serta compliant center yang bertujuan untuk menampung keberatan wajib pajak. Selanjutnya kemajuan teknologi dengan adanya pelayanan berbasis e-system, seperti e-filling, e-payment, Taxpayer s Account, e-regristration dan e-spt, serta diterapkannya Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak dan pembentukan dua
sub direktorat untuk pengawasan internal terhadap pelaksanaan kode etik (Rapina, dkk. 2011). Penelitian Irawan (2013) menyimpulkan bahwa aspek-aspek dari modernisasi administrasi perpajakan, yaitu: struktur organisasi, prosedur organisasi, strategi organisasi serta budaya organisasi secara simultan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak namun tidak berpengaruh secara parsial, hasil tersebut sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitriah (2011). Selain melakukan modernisasi administrasi perpajakan, pemerintah juga memberlakukan dan lebih mempertegas sanksi perpajakan yang ada dengan maksud agar masyarakat yang terdaftar sebagai wajib pajak dapat patuh dan memiliki kemauan untuk melunasi kewajiban pajaknya. Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan akan dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo, 2011). Sanksi perpajakan dibagi menjadi dua jenis sesuai undangundang perpajakan, yaitu: sanksi pidana dan sanksi administrasi. Sanksi perpajakan diperlukan untuk memberikan pelajaran bagi pelanggar pajak. Menurut Jatmiko (2006), wajib pajak akan memenuhi kewajiban perpajakan bila memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya. Penelitian yang dilakukan Rohmawati (2012) menemukan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Penelitian ini kembali dilakukan disebabkan terdapat perbedaan hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai pengaruh dari modernisasi sistem administrasi
perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak diberbagai wilayah, seperti pada KPP Madya Palembang dalam penelitian Irawan (2011) yang menemukan adanya pengaruh dimensi-dimensi yang terdapat dalam modernisasi sistem administrasi perpajakan yaitu struktur organisasi, prosedur organisasi, strategi organisasi dan budaya organisasi secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan secara parsial tidak memiliki pengaruh. Penelitian lainnya yaitu Aminah (2014) yang berlokasi di KPP Pratama Kota Surakarta, menemukan adanya pengaruh struktur organisasi dan budaya organisasi terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan prosedur organisasi dan strategi organisasi tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Selain itu penelitian sebelumnya lebih banyak mengambil pengusaha kena pajak sebagai subjek penelitian dibandingkan wajib pajak orang pribadi. Penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar, Bali yang berlokasi di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Denpasar Timur dengan tujuan untuk mengetahui apakah kepatuhan wajib pajak pada wilayah ini dipengaruhi oleh modernisasi sistem administrasi dan sanksi perpajakan. Subjek penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang memiliki peluang lebih besar dalam hal penghindaran maupun penunggakan pajak (Solich, 2001). Kepatuhan wajib pajak orang pribadi (WPOP) di KPP Pratama Denpasar Timur mengalami fluktuasi selama lima tahun terakhir. Hal tersebut yang menjadi alasan peneliti melakukan penelitian di KPP Pratama Denpasar Timur. Tingkat kepatuhan WPOP di KPP Pratama Denpasar Timur disajikan dalam Tabel 1.2 berikut.
No. Tahun Tabel 1.2 Tingkat Kepatuhan WPOP di KPP Pratama Denpasar Timur Periode 2010-2014 WPOP Terdaftar WPOP Efektif WPOP yang menyampaikan SPT % Kepatuhan 1 2010 78.699 70.021 26.965 34,27% 2 2011 85.601 71.775 32.838 41,74% 3 2012 91.240 70.490 35.372 38,76% 4 2013 95.737 69.349 35.135 36,69% 5 2014 100.703 69.817 30.445 30,23% Sumber: KPP Pratama Denpasar Timur, 2015. Berdasarkan Tabel 1.2, dapat diketahui bahwa persentase kepatuhan WPOP yang berada di lingkungan KPP Pratama Denpasar Timur mengalami fluktuatif selama tahun 2010-2014. Persentase kepatuhan WPOP pada tahun 2010 sebesar 34,27 persen mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadi sebesar 41,74 persen. Namun, mulai dari tahun 2012-2014 tingkat kepatuhan WPOP mengalami penurunan, yaitu 38,76 persen pada tahun 2012 menurun menjadi 36,69 persen pada tahun 2013 dan terakhir pada tahun 2014 kepatuhan wajib pajak orang pribadi menurun menjadi sebesar 30,23 persen. Berdasarkan uraian dan paparan dari latar belakang tersebut, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan pembahasan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat disimpulkan, yaitu: a. Apakah modernisasi sistem administrasi perpajakan berpengaruh pada kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur? b. Apakah sanksi perpajakan berpengaruh pada kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui pengaruh modernisasi sistem administrasi perpajakan pada kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur. b. Untuk mengetahui pengaruh sanksi perpajakan pada kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur. 1.4 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis 1) Bagi penulis, menambah pengetahuan tentang pengaruh modernisasi administrasi kebijakan perpajakan dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam mencapai target penerimaan kas negara melalui pelayanan pajak yang optimal.
2) Bagi pihak lainnya, sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengetahui dan menambah wawasan tentang modernisasi sistem administrasi dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. b. Manfaat Praktis Bagi wajib pajak, sebagai sebuah wacana yang berfungsi untuk menambah informasi dalam bidang perpajakan, terutama untuk meningkatkan kesadaran sebagai wajib pajak bahwa pajak yang dibayar merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi untuk kemandirian negara yang berfungsi untuk membiayai pembangunan dan kegiatan pemerintahan untuk kemajuan dan kemakmuran rakyat. 1.5 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang masalah dari penelitian yang dilakukan, kemudian dari latar belakang masalah yang diungkapkan dapat dirumuskan ke dalam pokok permasalahan, serta disampaikan tujuan penelitian dan kegunaan penelitian, dan pada akhir bab ini disampaikan sistematika penulisan Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Bab ini menyajikan teori-teori yang relevan untuk mendukung pembahasan pokok permasalahan terutama kepatuhan wajib pajak orang pribadi dan hasil penelitian sebelumnya, serta dugaan sementara dari pembahasan pokok permasalahan.
Bab III Metode Penelitian Bab ini menyajikan metode penelitian yang mencakup berbagai hal seperti lokasi dan objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan teknik analisis data yang akan dipergunakan dalam membahas permasalahan yang akan diteliti. Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab ini menyajikan data serta pembahasan berupa gambaran umum wilayah penelitian dan pembahasan hasil dari model yang digunakan, yang merupakan jawaban dari permasalahan yang ada. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini menyajikan simpulan dari hasil pembahasan, dan saran berdasarkan hasil penelitian.