PENGARUH CARA BUDIDAYA BAWANG DAUN TERHADAP SERANGAN PENGOROK DAUN Liriomyza spp. DAN PARASITOIDNYA ARLINA MAHARATIH

dokumen-dokumen yang mirip
RINGKASAN DAN SUMMARY

e-j. Agrotekbis 2 (5) : , Oktober 2014 ISSN :

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi

PENGARUH CARA BUDIDAYA BAWANG DAUN TERHADAP SERANGAN ULAT GRAYAK Spodoptera exigua DAN PARASITOIDNYA MARTUA FRANSISKO SILITONGA

II. TINJAUAN PUSTAKA

DIPTERA: AGROMYZIDAE)

ABSTRAK POTENSI PARASITOID

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

Komunitas Parasitoid Lalat Pengorok Daun pada Pertanaman Sayuran Dataran Tinggi

TEKNOLOGI PENGENDALIAN LALAT KOROK DAUN KENTANG (Liriomyza huidobrensis) RAMAH LINGKUNGAN. Irmansyah Rusli

ABSTRACT. Keyword : Liriomyza huidobrensis, Liriomyza chinensis, Opius chromatomyiae, demographic parameters, functional response

PARASITOID PENGOROK DAUN Liriomyza sp. (Diptera:Agromyzidae) PADA BEBERAPA JENIS TANAMAN SAYURAN DI DESA SIDERA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

PENGARUH BENTUK DAN KETINGGIAN PERANGKAP STICKY TRAP KUNING TERHADAP LALAT BUAH

Conservation Of Parasitoid Hemiptarsinus Varicornis: a Study of Breeding and Propagating Rorippa Indica as Hemiptarsinus Varicornis Reservoir

Keragaman dan Kelimpahan Populasi Liriomyza spp. (Diptera : Agromyzidae) serta Parasitoidnya pada Pertanaman Sayuran Dataran Sedang dan Tinggi di Bali

PENGGUNAAN PERANGKAP WARNA TERHADAP POPULASI HAMA LALAT PENGGOROK DAUN (Liriomyza huidobrensis) PADA TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna unguiculata (L.

TANGGAP FUNGSIONAL PARASITOID TELUR Trichogramma pretiosum Riley terhadap TELUR INANG Corcyra cephalonica Stainton pada PERTANAMAN KEDELAI

ABSTRACT. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Tamalanrea Makasar 90245

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

PENGOROK DAUN DAN POTENSI PARASITOIDNYA PADA BERBAGAI JENIS TANAMAN SAYURAN DI LEMBAH PALU, SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan

SERANGAN HAMA PENGOROK DAUN DAN KELIMPAHAN SERANGGA LAIN YANG BERASOSIASI DENGAN TANAMAN KENTANG MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI HANIFAH NURAENI SUTEJA

POPULASI DAN SERANGAN LIRIOMYZA SATIVAE (BLANCHARD) (DIPTERA: AGROMYZIDAE), SERTA POTENSI PARASITOIDNYA PADA PERTANAMAN KETIMUN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI... ii. ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv. RINGKASAN... v. HALAMAN PERSETUJUAN...

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KUBIS PADA TIGA SISTEM BUDI DAYA A. MUBARRAK

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 3, No. 1, Januari 2014

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBERIAN VERMIKOMPOS DAN URIN DOMBA

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Lapangan Terpadu

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum) PADA TUMPANGSARI TERHADAP INTENSITAS SERANGAN HAMA SKRIPSI OLEH:

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.) SKRIPSI OLEH :

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS UBI JALAR (Ipomoea batatas L. Lam) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS JERAMI PADI SKRIPSI OLEH:

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN ARTROPODA PADA PERTANAMAN BAWANG DAUN DAN WORTEL YANG DITANAM SECARA MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI NUR AFNI FUTRI

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM...

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat

POTENSI PARASITOID Opius sp. (Hymenoptera; Bracondiae) DALAM MENEKAN POPULASI HAMA PENGOROK DAUN Liriomyza sp. (Diptera; Agromyzidae)

KEANEKARAGAMAN SERANGGA HYMENOPTERA (KHUSUSNYA PARASITOID) PADA AREAL PERSAWAHAN, KEBUN SAYUR DAN HUTAN DI DAERAH BOGOR TJUT AHMAD PERDANA R.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

PERBAIKAN TEKNOLOGI PRODUKSI TSS (TRUE SHALLOT SEED) UNTUK MENINGKATKAN PEMBUNGAAN DAN PEMBIJIAN BAWANG MERAH

KATA PENGANTAR. telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat

Cara Menanam Cabe di Polybag

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas buah-buahan Indonesia harus diperhatikan seiring dengan

Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 3 Nomor 1 Mei 2016

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl

PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara)

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerugian pada tanaman hortikultura, baik yang dibudidayakan

LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA PAKCOY (Brassica rapa L.) DENGAN PERLAKUAN PEMBERIAN PUPUK DAUN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

SKRIPSI OLEH : RIRI AZYYATI / BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

III. MATERI DAN METODE. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, selama 3 bulan dimulai dari

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

PENGARUH PERANGKAP WARNA BERPEREKAT DAN AROMA REMPAH UNTUK MENGENDALIKAN HAMA GUDANG

PENGARUH PENGEMBALIAN BERBAGAI BIOMASSA TANAMAN TERHADAP SERANGAN HAMA PENGGEREK BATANG KEDELAI Agromyza sojae Zehntn

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

SKRIPSI. Oleh: JOGI HENDRO SIAHAAN/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

PENGARUH APLIKASI STARTER SOLUTION PADA TIGA GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SERTA KEJADIAN PENYAKIT PENTING CABAI

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

TINGKAT SERANGAN DAN JENIS LALAT PENGOROK DAUN PADA TIGA VARIETAS LOKAL BAWANG MERAH DI LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

Permasalahan OPT di Agroekosistem

Kelimpahan Populasi Parasitoid Sturmia Sp. (Diptera: Tachinidae) Pada Crocidolomia pavonana

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

SURVEI PARASITOID Liriomyza spp. (DIPTERA: AGROMYZIDAE) PADA TANAMAN SAYURAN DI BERBAGAI LOKASI DI JAWA BARAT DIAH TRI BUDIARTI

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

PENGGUNAAN PERANGKAP KUNING BERDASARKAN BENTUK DAN BEBERAPA KETINGGIAN PERANGKAP TERHADAP HAMA

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

PENGUJIAN PARTIKEL KAOLIN DAN KAPUR PERTANIAN

PENGKAJIAN SISTEM TANAM KENTANG DALAM PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN. Muh.Asaad, dkk

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN WORTEL VARIETAS LOKAL GIPANAS DAN NO. B 951-1

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN WORTEL VARIETAS LOKAL GIPANAS DAN NO. B 951-1

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Perbanyakan B. tabaci dan M. persicae

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Transkripsi:

PENGARUH CARA BUDIDAYA BAWANG DAUN TERHADAP SERANGAN PENGOROK DAUN Liriomyza spp. DAN PARASITOIDNYA ARLINA MAHARATIH DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Cara Budidaya Bawang Daun terhadap Serangan Pengorok Daun Liriomyza spp. dan Parasitoidnya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2015 Arlina Maharatih NIM A34100099

ABSTRAK ARLINA MAHARATIH. Pengaruh Cara Budidaya Bawang Daun terhadap Serangan Pengorok Daun Liriomyza spp. dan Parasitoidnya. Dibimbing oleh PUDJIANTO. Pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami seperti parasitoid merupakan salah satu pengendalian hama yang dinilai efektif. Pola tanam tumpangsari dapat dilakukan untuk memanipulasi habitat yang sesuai bagi parasitoid. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari pertanaman wortel yang menjadi tanaman tumpang sari bawang daun serta perlakuan ekstrak daun wortel pada pertanaman monokultur bawang daun terhadap tingkat serangan pengorok daun Liriomyza spp. dan parasitasi parasitoid pada hama tersebut. Percobaan terdiri dari tiga perlakuan dan empat ulangan yang disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK). Perlakuan tersebut yaitu 1) bawang daun yang ditanam monokultur; 2) bawang daun yang disemprot ekstrak daun wortel; dan 3) bawang daun yang ditanam tumpangsari dengan wortel. Infestasi lalat pengorok daun, populasi lalat pengorok daun dan tingkat parasitisasi diamati setiap minggu dengan cara melakukan pengamatan langsung dan pemasangan perangkap kuning. Dua spesies lalat pengorok daun ditemukan Liriomyza huidobrensis dan L. chinensis. Tumpangsari wortel dengan bawang daun dan penerapan ekstrak daun wortel tidak berpengaruh nyata terhadap infestasi lalat pengorok daun. Infestasi lalat pengorok daun pada dua perlakuan tersebut lebih rendah dibandingkan pada perlakuan bawang daun yang ditanam monokultur. Kata kunci: bawang daun, Liriomyza spp., parasitoid, tumpangsari, wortel

ABSTRACT ARLINA MAHARATIH. The Impact of Cultivation Technique of Green Onion on The Infestation of Leafminer Liriomyza spp. and its Parasitoids. Supervised by PUDJIANTO. Biological control by natural enemies such as parasitoids is considered as an effective pest control. Intercropping can be done to manipulate the habitat to make suitable for parasitoids. The aim of this research was to study the effect of intercropping of green onion with carrots and spraying of carrot leaf extract on the infestation of leaf miner, Liriomyza spp. (Diptera: Agromyzidae) on green onion and parasitization rate of parasitoids on the pest. The experiment consisted of three treatments and four replications arranged in randomized complete block design (RCBD). The treatments were 1) green onion grown in monoculture system, 2) green onion grown in monoculture system and sprayed with carrot leaf extract, and 3) green onion grown in intercropping system with carrot. Infestation of leaf miner, leaf miner population and parasitization were observed weekly by direct observation and using sticky trap. Two spesies of leafminer, i.e. Liriomyza huidobrensis and L. chinensis were found infesting green onion. Intercropping carrot with green onion and application of carrot leaf extract not affect the infestation of leafminer on green onion. Keywords: carrots, green onion, intercropping, Liriomyza spp., parasitoids

Hak Cipta milik IPB, tahun 2015 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

PENGARUH CARA BUDIDAYA BAWANG DAUN TERHADAP SERANGAN PENGOROK DAUN Liriomyza spp. DAN PARASITOIDNYA ARLINA MAHARATIH Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Cara Budidaya Bawang Daun terhadap Serangan Pengorok Daun Liriomyza spp. dan Parasitoidnya. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Departemen Proteksi Tanaman. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibunda Rohma, kakakkakakku dan keluarga yang selalu memberikan doa, dukungan serta motivasi kepada penulis. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Pudjianto, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang memberikan banyak saran, pengetahuan, dan dukungan dalam pelaksanaan penelitian hingga selesainya penulisan tugas akhir ini. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Ujang dan keluarga, Putri dan Frans yang telah membantu selama penelitian di Cipanas, kepada Bu Adha, Mba Nita, dan rekan-rekan di laboratorium Pengendalian Hayati, Asep Burhandin, Disa, Tari, KC dan temanteman proteksi tanaman angkatan 47 yang telah membantu dan memberikan semangat selama penelitian dan penulisan tugas akhir ini. Semoga kebaikan dan perhatian yang telah diberikan memperoleh balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, namun penulis berharap karya ini dapat bermanfaat. Bogor, Januari 2015 Arlina Maharatih

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 2 Manfaat 2 BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu Penelitian 3 Bahan dan Alat 3 Metode Penelitian Penyiapan Lahan 3 Penyiapan Ekstrak Daun Wortel 4 Pengamatan Populasi Imago Liriomyza spp. 4 Pengamatan Tingkat Serangan dan Tingkat Kerusakan 4 Pengamatan Kelimpahan Liriomyza spp. dengan Parasitoidnya 5 Pengamatan Populasi Imago Liriomyza spp. 5 Identifikasi Spesies Liriomyza spp. dan Parasitoidnya 6 Analisis Data 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan Liriomyza spp. 7 Tingkat Kerusakan Tanaman 7 Kelimpahan Imago Liriomyza spp. 10 Kelimpahan Parasitoid Liriomyza spp. pada Pertanaman Bawang Daun 13 KESIMPULAN DAN SARAN 16 DAFTAR PUSTAKA 17 RIWAYAT HIDUP 19

DAFTAR TABEL 1 Penentuan tingkat kerusakan tanaman bawang daun oleh lalat pengorok daun 5 2 Tingkat serangan Liriomyza spp. pada petak bawang daun monokultur, disemprot dengan ekstrak daun wortel, dan tumpangsari dengan wortel 7 3 Bobot bawang daun yang diperoleh pada petak bawang daun monokultur, disemprot dengan ekstrak daun wortel, dan tumpangsari dengan wortel 9 4 Rata-rata jumlah Liriomyza spp. yang muncul dari daun contoh pada petak bawang daun monokultur, disemprot dengan ekstrak daun wortel, dan tumpangsari dengan wortel 12 DAFTAR GAMBAR 1 Lahan percobaan yang terdiri dari pertanaman bawang daun yang ditanam secara monokultur (A), penyemprotan dengan ekstrak daun wortel (B), dan tumpangsari dengan wortel (C) 4 2 Gejala kerusakan yang disebabkan Liriomyza spp. 8 3 Tingkat kerusakan akibat serangan Liriomyza spp. pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpangsari dengan wortel (P3) 9 4 Populasi Liriomyza spp. yang muncul dari daun contoh pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpangsari dengan wortel (P3) 10 5 Rataan banyaknya Liriomyza spp. yang tertangkap perangkap kuning 11 6 Spesies Liriomyza spp. yang muncul dari daun contoh (a) L. huidobrensis dan (b) L. chinensis 11 7 Populasi L. huidobrensis (A) dan L. chinensis (B) yang muncul dari daun contoh pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpangsari dengan wortel (P3) 13 8 Tingkat parasitisasi parasitoid Liriomyza spp. pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpangsari dengan wortel (P3) 14 9 Parasitoid yang ditemukan pada daun contoh (a) H. varicornis, (b) Neochrysocharis sp. dan (c) O. chromatomyiae 14 10 Rata-rata jumlah parasitoid H. varicornis (a), O. chromatomyiae (b) dan Neochrysocharis sp. (c) yang muncul dari daun contoh pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpangsari dengan wortel (P3) 15

DAFTAR LAMPIRAN 1 Tabel analisis ragam terhadap data tingkat serangan Liriomyza spp. pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpangsari dengan wortel (P3) 22 2 Tabel analisis ragam terhadap data tingkat kerusakan bawang daun pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpangsari dengan wortel (P3) 24 3 Tabel analisis ragam terhadap data bobot segar tanaman bawang daun 26 4 Tabel analisis ragam terhadap data jumlah anakan bawang daun 26 5 Tabel analisis ragam terhadap data populasi Liriomyza spp. yang tertangkap perangkap kuning pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpangsari dengan wortel (P3) 27 6 Tabel analisis ragam terhadap data populasi Liriomyza spp. yang Muncul dari Daun Contoh pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpangsari dengan wortel (P3) 29 7 Tabel analisis ragam terhadap data populasi parasitoid yang muncul dari daun contoh pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpangsari dengan wortel (P3) 31 8 Tabel analisis ragam terhadap data tingkat parasitisasi pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpangsari dengan wortel (P3) 33

PENDAHULUAN Latar Belakang Bawang daun merupakan tanaman sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi yang banyak ditanam oleh petani di dataran tinggi (Rustam et al. 2008). Produksi bawang daun dari tahun 2001-2006 mengalami peningkatan setiap tahunnya (BPS 2013). Peningkatan produksi bawang daun di Indonesia terjadi karena luas areal panen bawang daun setiap tahun terus meningkat akibat permintaan konsumen terhadap komoditas ini yang cenderung semakin baik. Usaha peningkatan produksi bawang daun ini tidak lepas dari kendala-kendala yang dihadapi, seperti adanya serangan hama yang akan berdampak pada penurunan produksi bawang daun dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Hama yang dapat menurunkan produksi bawang daun adalah lalat pengorok daun, Liriomyza spp. (Diptera: Agromyzidae). Terdapat dua spesies Liriomyza spp. yang menyerang pertanaman bawang daun di Indonesia yaitu L. huidobrensis dan L. chinensis (Rustam et al. 2008). Di Indonesia L. huidobrensis pertama kali ditemukan di Cisarua, Kabupaten Bogor pada tahun 1994 (Rauf 1995). L. huidobrensis memiliki inang yang banyak, dan dapat ditemukan pada hampir semua ekosistem pertanian sayuran. Hal ini semakin mempermudah penyebaran hama tersebut. Lalat pengorok daun sudah menyebar luas ke berbagai sentra produksi sayuran di seluruh Jawa, Sumatera, dan Sulawesi (Rauf et al. 2000). Kerusakan yang disebabkan oleh kedua spesies pengorok daun ini adalah rusaknya sel-sel jaringan daun tanaman dengan gejala berupa bintik-bintik putih yang diakibatkan oleh tusukan ovipositor serangga betina serta liang korokan larva yang berkelok-kelok. Akibatnya, luas bagian daun yang digunakan untuk tanaman berfotosintesis berkurang sehingga dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil produksi dari tanaman tersebut (Supartha 1998). Serangan lalat pengorok daun pada pertanaman sayuran dapat menurunkan hasil 30-70% sedangkan pada bawang daun dapat mencapai 90% (Rustam et al. 2008). Dalam mengendalikan hama pengorok daun ini, para petani umumnya masih menggunakan insektisida konvensional. Penggunaan insektisida tersebut belum dapat mengatasi serangan dari hama ini karena larvanya berada di dalam jaringan daun, sehingga sulit dijangkau oleh insektisida. Menurut Rauf (1999), hama ini sudah resisten terhadap beberapa jenis insektisida. Selain itu, pengendalian kimiawi yang diterapkan oleh petani bukanlah strategi pengendalian yang bersifat berkelanjutan sehingga diperlukan pengendalian yang lebih efektif, ekonomis, dan ramah lingkungan. Pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami seperti parasitoid merupakan salah satu pengendalian hama yang ramah terhadap lingkungan. Terdapat beberapa parasitoid yang dapat dimanfaatkan untuk menurunkan populasi hama pengorok daun. Sejumlah spesies parasitoid yang berasosiasi dengan lalat pengorok daun tergolong dalam famili Eulophidae, Eucoilidiae dan Braconidae (Rustam et al. 2008). Spesies parasitoid yang mendominasi di lapangan, adalah Hemiptarsenus varicornis (Hymenoptera: Eulophidae) dan Opius chromatomyiae (Hymenoptera: Braconidae). Kedua spesies tersebut

2 merupakan parasitoid yang dominan pada dataran tinggi (Hidrayani 2003; Purnomo 2003). Pemanfaatan parasitoid sebagai musuh alami dapat dilakukan dengan cara memanipulasi habitat agar sesuai untuk perkembangan populasi parasitoid tersebut. Tanaman mempunyai peran yang dominan dalam mendukung suatu habitat yang khas. Suatu parasitoid kadang-kadang tertarik pada tanaman tertentu meskipun tidak terdapat inang. Parasitoid terkadang juga memarasit inang yang terdapat pada jenis tanaman tertentu dan tidak pada jenis tanaman yang lain (Vinson 1981). Sistem tanam tumpangsari merupakan salah satu tindakan penambahan keanekaragaman tanaman pada suatu agroeksistem. Keanekaeragaman tanaman yang tinggi akan mempunyai peluang adanya interaksi antar spesies yang tinggi. Tingginya interaksi antar spesies menciptakan agroekosistem yang stabil yang akan berakibat pada stabilitas produktivitas lahan dan rendahnya fluktuasi populasi spesies yang tidak diinginkan (Nurindah 2012). Pola tanam secara tumpangsari dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan populasi parasitoid. Menurut Nurariaty (2007), tingkat parasitisasi parasitoid H. varicornis terhadap pupa L. huidobrensis lebih tinggi pada pertanaman kentang yang ditanam tumpangsari dengan tanaman buncis dibandingkan dengan pertanaman kentang yang ditanam monokultur. Terdapat beberapa tanaman yang dapat digunakan dalam pola tumpangsari ini, dan salah satunya adalah wortel. Berdasarkan hasil pengamatan Maesyaroh (2012), diketahui bahwa populasi hama pada pertanaman wortel tidak mencapai ambang ekonomi (AE) yang dapat menyebabkan kerusakan pada pertanaman wortel. Hal ini dikarenakan populasi musuh alami dapat menekan populasi hama pada areal pertanaman tersebut. Pemanfaatan tanaman wortel sebagai pemicu perkembangan parasitoid masih belum mendapat perhatian, sehingga diperlukan kajian khusus tentang pengaruh tanaman wortel terhadap tingkat parasitisasi parasitoid terhadap hama yang ada pada bawang daun. Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh dari pertanaman wortel yang menjadi tanaman tumpang sari bawang daun serta perlakuan ekstrak daun wortel pada pertanaman monokultur bawang daun terhadap tingkat serangan pengorok daun Liriomyza spp. dan parasitasi parasitoid hama tersebut. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui spesies lalat pengorok daun yang menyerang tanaman bawang daun dan parasitoid yang berasosiasi dengan lalat pengorok daun tersebut. Manfaat Penelitian Memberikan informasi tentang pengaruh wortel terhadap tingkat parasitisasi parasitoid dan menjadi salah satu alternatif pengendalian hayati dalam mengendalikan hama Liriomyza spp.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan lapangan untuk pengamatan gejala dan pengambilan daun tanaman yang terserang lalat pengorok daun dilaksanakan di Desa Padajaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur pada ketinggian tempat 1 350 m di atas permukaan laut (dpl). Pemeliharaan dan identifikasi lalat pengorok daun dan parasitoidnya dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Hayati, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung dari Mei sampai Juli 2014. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun wortel, sticky trap, kantong plastik, label, wadah plastik (diameter 20 cm, tinggi 10 cm) untuk pemeliharaan Liriomyza, botol kecil, Alkohol 70%, kuas dan mikroskop stereo. Metode Penelitian Penyiapan Lahan Percobaan dilakukan dengan menanam bawang daun pada lahan seluas 1 200 m 2. Percobaan diatur dalam rancangan acak kelompok yang terdiri dari tiga perlakuan dan empat ulangan. Penyiapan lahan dimulai dengan pengolahan tanah, kemudian dibuat plot-plot yang berukuran 50 m 2 sebanyak 12 plot. Plot tersebut terdiri dari tiga perlakuan yaitu, 1) plot bawang daun yang ditanam monokultur; 2) plot bawang daun yang ditanam monokultur dan disemprot ekstrak daun wortel; dan 3) plot bawang daun yang ditanam tumpangsari dengan wortel (Gambar 1). Ketiga plot tersebut terdiri dari empat ulangan dan dibatasi oleh tanaman pembatas, yaitu tanaman pakcoy. Jarak antara plot dengan tanaman pembatas adalah 30 cm. Setiap plot tersebut dibuat bedengan berukuran 1 m x 5 m, tinggi 20 cm dan jarak antar bedengan adalah 30 cm. Jarak tanam bawang daun untuk perlakuan monokultur adalah 15 cm x 15 cm sedangkan perlakuan tumpangsari adalah 20 cm x 20 cm. Pupuk kandang dengan dosis 12 ton/ha diberikan 3 hari sebelum tanam yaitu setelah melakukan pengolahan tanah. Bawang daun yang ditanam adalah varietas RP. Bibit bawang daun ditanam secara tegak lurus sebanyak 3 anakan dalam satu lubang. Bibit yang digunakan berumur 2 bulan. Wortel yang digunakan pada perlakuan tumpangsari adalah varietas lokal Cipanas. Benih wortel ditanam dengan cara disebar sehari setelah penanaman bawang daun pada setiap bedengan. Penyulaman dilakukan 7 hari terhadap tanaman bawang daun yang tidak tumbuh, yaitu mengganti tanaman yang mati dengan bibit yang sebelumnya telah ditanam bersamaan. Penyiangan gulma dilakukan setiap 2 minggu.

4 A B C Gambar 1 Lahan percobaan yang terdiri dari pertanaman bawang daun yang ditanam secara monokultur (A), penyemprotan ekstrak daun wortel (B), dan tumpangsari dengan wortel (C) Penyiapan Ekstrak Daun Wortel Sebanyak 0.5 kg daun wortel dihaluskan dengan menggunakan blender kemudian dicampur dengan 17 liter air. Sebelum disemprotkan ekstrak daun wortel terlebih dahulu disaring, kemudian dimasukkan ke dalam tangki sprayer manual. Plot yang diberi perlakuan ekstrak daun wortel mulai disemprot pada saat tanaman berumur 3 mst. Penyemprotan ini dilakukan pada saat pagi hari setiap 2 minggu. Pengamatan Tingkat Serangan dan Tingkat Kerusakan Pengamatan ini dilakukan pada tanaman bawang daun yang mengalami kerusakan akibat serangan Liriomyza spp. Tanaman contoh yang diamati sebanyak 30 tanaman untuk setiap plot dengan pola pengambilan tanaman contoh secara diagonal. Pengamatan ini dilakukan setiap minggu, sejak tanaman berumur 2 mst hingga 12 mst. Tingkat serangan pengorok daun dihitung dengan rumus sebagai berikut: Tingkat serangan x 100 % Keterangan : n = jumlah tanaman yang terserang, N = jumlah seluruh tanaman contoh yang diamati.

5 Tingkat kerusakan bawang daun akibat serangan pengorok daun dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Tingkat kerusakan = X 100% N. Z Keterangan : = jumlah tanaman terserang pada kategori ke-i, = nilai numerik pada kategori ke-i, N = jumlah tanaman contoh yang diamati, Z = nilai numerik pada kategori serangan tertinggi. Penentuan tingkat kerusakan dilakukan dengan menilai kerusakan tanaman berdasarkan kriteria yang ditunjukkan pada Tabel 1 (Lologau 2010). Tabel 1 Penentuan tingkat kerusakan tanaman bawang daun oleh lalat pengorok daun Kategori (i) Nilai Numerik ( ) Tingkat kerusakan tanaman (%) 1 0 Tidak ada gejala serangan 2 1 > 0 20 3 2 > 20 40 4 3 > 40 60 5 4 > 60 80 6 5 > 80 100 Pengamatan Kelimpahan Liriomyza spp. dan Parasitoidnya Kelimpahan Liriomyza spp. dan parasitoidnya dilakukan dengan cara mengambil contoh bawang daun yang terserang Liriomyza spp. Untuk tiap plot diambil secara acak sebanyak 5 helai daun terserang. Pengambilan daun contoh ini dilakukan setiap minggu. Di laboratorium daun-daun tadi lalu dimasukkan ke dalam wadah plastik (diameter 20 cm dan tinggi 10 cm) yang dialasi 5 lembar kertas tisu. Setiap hari banyaknya lalat Liriomyza spp. dan imago parasitoid yang muncul dihitung dan dicatat. Imago Liriomyza spp. dan imago parasitoid kemudian dimasukkan ke dalam botol yang berisi alkohol 70% untuk diidentifikasi. Tingkat parasitisasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Tingkat parasitisasi x 100 %. Pengamatan Populasi Imago Liriomyza spp. Kelimpahan populasi imago Liriomyza spp. diamati dengan menggunakan perangkap kuning berukuran 10 cm x 18 cm dengan kedua sisinya dilapisi lem lalat. Perangkap dipasang di sekitar tanaman bawang daun dengan jarak 80 cm dari permukaan tanah. Perangkap dipasang selama 1 x 24 jam. Pemasangan perangkap dilakukan seminggu sekali sejak tanaman berumur 2 mst hingga 12

6 mst. Banyaknya perangkap yang dipasang pada tiap plot adalah 5 buah dengan pola pemasangan perangkap secara diagonal. Identifikasi Spesies Pengorok Daun dan Parasitoid Identifikasi pengorok daun dilakukan berdasarkan ciri morfologi imago dengan menggunakan kunci determinasi Spencer (1973). Identifikasi parasitoid dilakukan dengan menggunakan Program Lucid Key: Liriomyza Parasitoid of South East Asia (Fisher et al. 2006 ). Analisis Data Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan, yaitu 1) bawang daun yang ditanam monokultur; 2) bawang daun yang disemprot ekstrak daun wortel; dan 3) bawang daun yang ditanam tumpangsari dengan wortel. Percobaan ini dilakukan dengan empat ulangan. Peubah yang diamati mencakup tingkat serangan dan kerusakan tanaman, jumlah Liriomyza spp. dan parasitoid yang muncul, tingkat parasitisasi parasitoid, dan populasi imago lalat Liriomyza spp. yang terperangkap. Analisis ragam dilakukan untuk melihat pengaruh perlakuan dan waktu selama kurun waktu pengamatan terhadap kerusakan tanaman, serangan hama, rataan kelimpahan lalat yang muncul dari daun contoh dan yang terperangkap, banyaknya parasitoid yang muncul, dan tingkat parasitisasi. Bila terdapat perbedaan yang nyata dari analisis ragam dilakukan uji lanjut dengan Uji Tukey dengan taraf 5 % dengan bantuan program MINITAB 1.7.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan Liriomyza spp. Tanaman bawang daun yang digunakan pada penelitian ini adalah varitetas RP. Varietas tersebut menghasilkan 2.08 anakan per tanaman. Rustam et al. (2009) melaporkan, pada varietas RP tanaman bawang daun yang ditanam satu batang per rumpun menghasilkan 2.44 anakan per rumpun. Jumlah korokan dalam satu daun berkisar 1-52 korokan. Setiap satu larva menghasilkan satu korokan larva. Perkembangan jumlah korokan berkaitan dengan jumlah larva. Semakin banyak jumlah larva yang menginfestasi daun, maka semakin banyak jumlah korokan yang terbentuk. Bagian daun yang diserang oleh lalat pengorok daun tersebut mulai daun muda sampai daun tua, namun tingkat serangan yang paling tinggi terjadi pada daun yang sudah tua. Hal ini disebabkan telur atau larva pada daun muda (daun yang masih berkembang) akan dikeluarkan oleh daun. Telur atau larva yang dikeluarkan akan mengalami kematian karena adanya paparan kondisi cuaca dan pemangsaan oleh predator (Cisneros dan Mujjica 1999). Tingkat serangan Liriomyza spp. dihitung berdasarkan perbandingan antara tanaman yang terserang dengan total tanaman contoh yang diamati pada setiap plot perlakuan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infestasi lalat pengorok daun cukup tinggi, berkisar 63% - 95% (Tabel 2). Tingkat serangan lalat pengorok daun pada bawang daun dapat mencapai 90% (Rustam et al. 2008). Hasil analisis ragam menyatakan tingkat serangan tidak dipengaruhi oleh perlakuan maupun terhadap umur tanaman (Lampiran 1). Tabel 2 Tingkat serangan Liriomyza spp. pada petak bawang daun monokultur, disemprot dengan ekstrak daun wortel, dan tumpangsari dengan wortel Tingkat Serangan Liriomyza spp. (%) pada Setiap Pengamatan (mst) 2) Perlakuan 1) 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 P1 63 83 87 85 79 74 77 82 76 78 P2 67 90 88 85 78 81 85 85 80 84 P3 77 82 93 95 88 89 86 80 77 70 1) P1= bawang daun yang ditanam secara monokultur, P2= bawang daun yang disemprot dengan ekstrak daun wortel, P3= bawang daun yang ditumpangsari dengan wortel 2) Angka selajur tidak berbeda nyata berdasarkan analisis ragam pada taraf 5% Tingkat Kerusakan Tanaman Serangan lalat pengorok daun pada tanaman menyebabkan gejala bintikbintik putih dan korokan pada daun. Gejala bintik-bintik putih merupakan bekas tusukan ovipositor imago betina lalat pengorok daun untuk mendapatkan cairan tanaman sebagai makanan (hostfeeding) dan untuk peletakan telur, sedangkan gejala korokan merupakan aktivitas makan larva di dalam jaringan daun (Gambar 2). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tingkat kerusakan tertinggi terjadi pada P3 ketika tanaman berumur 6 mst sebesar 23% (Gambar 3) yang artinya tanaman

8 bawang mengalami tingkat kerusakan sedang. Kerusakan terjadi hanya terbatas pada daun bagian bawah dan tengah tanaman. Meskipun tingkat kerusakan tergolong sedang tetapi tingkat kerusakan tersebut dapat menurunkan nilai jual dari tanaman bawang daun karena daun merupakan bagian utama yang dipanen. Petani akan memilah tanaman yang terserang dan dipisahkan dari tanaman yang tidak terserang lalat pengorok daun. Pasar tradisional masih memberikan toleransi terhadap gejala korokan pada daun, namun untuk pasar supermarket kerusakan pada tanaman harus nol sehingga pemilahan pada bawang daun akan mengurangi kuantitas produksi tanaman (Rustam et al. 2009). Gambar 2 Gejala kerusakan yang disebabkan oleh Liriomyza spp. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan antara tanaman bawang daun yang ditanam monokultur (P1), perlakuan yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), dan bawang daun yang ditanam secara tumpangsari dengan wortel (P3) tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kerusakan yang disebabkan oleh Liriomyza spp. (Lampiran 2). Kerusakan tanaman yang paling tinggi terjadi pada perlakuan tumpangsari dengan wortel (P3) dibandingkan dengan perlakuan lain. Serangan lalat pengorok daun pada P3 tinggi pada awal-awal pengamatan yaitu, ketika tanaman bawang daun berumur 5 dan 6 mst (Gambar 3), karena tanaman wortel masih kecil sehingga pengaruhnya sebagai tanaman tumpangsari belum terlihat. Ketika tanaman berumur 7-12 mst tanaman wortel sudah mulai rimbun sehingga mungkin dapat menarik kedatangan parasitoid untuk menekan serangan Liriomyza spp. dan mengakibatkan tingkat kerusakan bawang daun oleh pengorok daun menurun. Selain itu, menurunnya tingkat kerusakan pada plot P3 disebabkan pertumbuhan tanaman pada bawang daun. Bawang daun akan menggugurkan daun yang sudah tua, sehingga gejala korokan yang terdapat pada bawang daun berkurang akibat pengguguran daun tersebut. Liriomyza spp. sangat menyukai bagian daun yang sudah tua dibandingkan bagian daun yang masih muda. Tanaman wortel yang digunakan sebagai tanaman tumpangsari, sebaiknya ditanam lebih awal dibandingkan tanaman utama agar terlihat pengaruh dari tanaman tumpangsari tersebut. Suatu agroeksistem dengan keragaman tanaman yang tinggi akan mempunyai peluang adanya interaksi antar spesies yang tinggi sehingga menciptakan agroekosistem yang stabil dan akan berakibat pada

stabilitas produktivitas lahan dan rendahnya fluktuasi populasi spesies-spesies yang tidak diinginkan (Nurindah 2012). Pada plot-plot yang disemprot dengan ekstrak daun wortel, tingkat serangan lalat pengorok daun cenderung stabil per minggunya sedangkan, pada tanaman bawang daun yang ditanam secara monokultur serangan Liriomyza spp. lebih fluktuatif (Gambar 3). Hal ini menunjukkan bahwa penanaman secara monokultur dapat membuat populasi hama semakin melonjak tinggi dalam periode pendek. Hal tersebut dikarenakan makanan tersedia secara berkesinambungan, sedangkan pada lahan tumpangsari rata-rata populasi hama jauh lebih rendah dibandingkan pada lahan organik monokultur (Wahyuni 2006). 9 Tingkat Kerusakan Tanaman (%) 24,0 22,0 20,0 18,0 16,0 14,0 12,0 10,0 5 6 7 8 9 10 11 12 P1 P2 P3 Umur Tanaman (mst) Gambar 3 Tingkat kerusakan akibat serangan Liriomyza spp. pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpangsari dengan wortel (P3) Berdasarkan hasil perolehan bobot bawang daun pada tiga perlakuan menunjukkan bahwa bobot bawang daun tertinggi dihasilkan oleh perlakuan P2 dibandingkan perlakuan yang lain. Tingginya bobot tanaman pada P2 berhubungan dengan jumlah anakan bawang daun yang lebih banyak dihasilkan dibandingkan pada perlakuan yang lain (Tabel 3), sedangkan bobot tanaman terendah dihasilkan pada perlakuan P3. Namun demikian, jumlah anakan dan bobot tanaman bawang daun pada ketiga perlakuan secara statistik tidak berbeda nyata (Lampiran 3 dan Lampiran 4). Rendahnya bobot tanaman pada P3 dikarenakan adanya pengaruh tanaman tumpangsari yaitu tanaman wortel. Umbi pada wortel tersebut menghambat pertumbuhan bawang daun karena perakaran bawang daun terhimpit oleh umbi dari wortel tersebut sehingga unsur hara yang diperoleh bawang daun pun berkurang. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa pada perlakuan P3 anakan bawang daun terlihat lebih kecil dan jumlahnya lebih sedikit, hal tersebut dikarenakan adanya persaingan untuk memperoleh nutrisi antara bawang daun dan wortel.

10 Tabel 3 Bobot bawang daun yang diperoleh pada petak bawang daun monokultur, disemprot dengan ekstrak daun wortel, dan tumpangsari dengan wortel Jumlah anakan per Perlakuan 1 rumpun 2 Bobot tanaman ± sd 2,3 (kg/15 rumpun) P1 7,95 1.425 ± 0.58 P2 9,10 1.983 ± 0.49 P3 7,69 1.183 ± 0.36 1) P1= bawang daun yang ditanam secara monokultur, P2= bawang daun yang disemprot dengan ekstrak daun wortel, P3= bawang daun yang ditumpangsari dengan wortel 2) Angka selajur tidak berbeda nyata berdasarkan analisis ragam pada taraf 5% 3) Sd= simpangan baku Kelimpahan Imago Liriomyza spp. Analisis ragam menunjukkan bahwa banyaknya lalat pengorok daun yang tertangkap perangkap kuning dan jumlah lalat pengorok daun yang muncul dari tanaman contoh pada ketiga perlakuan (P1, P2, dan P3) tidak berbeda nyata (Lampiran 5 dan Lampiran 6). Imago Liriomyza spp. yang muncul dari daun contoh dan imago yang terperangkap perangkap kuning sudah ditemukan saat tanaman berumur 2 mst, artinya imago sudah ada di lapangan pada awal pertanaman. Populasi imago Liriomyza spp. yang terperangkap perangkap kuning pada minggu ke 2-4, sebanyak tujuh kali lebih tinggi dibandingkan pada saat tanaman berumur 5-10 mst (Gambar 4). Banyaknya jumlah imago lalat pengorok daun yang tertangkap perangkap kuning pada awal tanam, disebabkan lalat yang terperangkap tersebut dapat berasal dari pertanaman sekitarnya yang sebagian besar ditanami bawang daun. Tanaman sekitar sangat mempengaruhi perpindahan lalat pengorok daun tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan Rustam et al. (2009) melaporkan hal yang sama yaitu lalat yang terperangkap oleh perangkap kuning dapat berasal dari petak sekelilingnya, bukan dari petak perlakuan saja. Hal ini menunjukkan bahwa lalat pengorok daun langsung menyerang pertanaman bawang daun setelah bibit bawang daun ditanam pada lahan percobaan karena keberadaan lalat pengorok daun yang berlimpah di pertanaman sekitar. Puncak kedatangan imago di petak percobaan pada minggu 2, 3, dan 4 (Gambar 4) mengakibatkan puncak jumlah lalat pengorok daun yang muncul dari daun contoh pada tiga minggu selanjutnya yaitu pada saat tanaman berumur 5, 6, dan 7 mst (Gambar 5). Perbedaan waktu tiga minggu ini merupakan akibat siklus hidup dari lalat tersebut selama kurang lebih tiga minggu yaitu 23,86 hari (Setiawati 1998).

11 Populasi Liriomyza (Individu/Perangkap) 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 p1 p2 p3 0,0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Umur Tanaman (mst) Gambar 4 Rataan banyaknya Liriomyza spp. yang tertangkap perangkap kuning Populasi Liriomyza (individu/5 daun) 40 35 30 25 20 15 10 5 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Waktu (mst) p1 p2 p3 Gambar 5 Populasi Liriomyza spp. yang muncul dari daun contoh pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpangsari dengan wortel (P3) Puncak populasi imago Liriomyza spp. yang muncul dari daun contoh terjadi saat tanaman berumur 5 mst pada perlakuan P1 dan P2, sedangkan pada P3 puncak populasi Liriomyza spp. terjadi pada 5 mst dan 6 mst (Gambar 5). Puncak populasi pada minggu ke-5 menyebabkan tingginya tingkat kerusakan tanaman bawang daun pada minggu tersebut dibandingkan minggu-minggu lainnya (Gambar 3). Hal tersebut menunjukkan bahwa kerusakan pada tanaman dipengaruhi oleh kelimpahan hama pada tanaman tersebut. Populasi imago terendah pada setiap perlakuan terjadi pada saat tanaman berumur 8 mst (Gambar 5) dan pada minggu tersebut tingkat parasitisasi mencapai puncaknya dengan nilai P1 sebesar 46%, P2 sebesar 75%, dan P3 sebesar 68%. (Gambar 8). Tingginya tingkat parasitisasi tersebut berkaitan dengan menurunya jumlah imago Liriomyza spp. yang muncul dari daun contoh.

12 Identifikasi yang dilakukan pada imago pengorok daun yang muncul dari daun contoh, menemukan dua spesies yang menyerang pertanaman bawang daun. Kedua spesies tersebut adalah L. huidobrensis dan L. chinensis (Gambar 6). Satu helai daun bawang daun dapat diinfestasi oleh kedua spesies tersebut secara bersamaan. L. chinensis bersifat monofag yaitu hanya menyerang satu jenis inangnya yaitu bawang sedangkan L. huidobrensis merupakan hama yang bersifat polifag yang lebih banyak ditemukan pada dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 800 m dpl (Budiarti 2014). a b Gambar 6. Spesies Liriomyza spp. yang muncul dari daun contoh (a) L. huidobrensis dan (b) L. chinensis Jumlah imago L. huidobrensis yang muncul pada P1 sebanyak 147.3 individu, P2 sebanyak 128.0 individu, dan P3 sebanyak 145.0 individu, jumlah spesies tersebut lebih banyak lima kali lipat dibandingkan dengan spesies L. chinensis yang muncul pada setiap perlakuan, yaitu P1 sebanyak 33.5 individu, P2 sebanyak 32.8 individu, dan P3 sebanyak 45.0 individu (Tabel 4). Rustam et al. (2008) melaporkan, spesies L. huidobrensis mendominasi semua daerah, sedangkan L. sativae dan L. chinensis lebih banyak ditemukan pada daerah dengan ketinggian yang lebih rendah. Semakin tinggi ketinggian tempat dari permukaan laut, proporsi populasi L. huidobrensis semakin meningkat. Tabel 4 Rata-rata jumlah Liriomyza spp. yang muncul dari daun contoh pada petak bawang daun monokultur, disemprot dengan ekstrak daun wortel, dan tumpangsari dengan wortel Perlakuan 1,2 Spesies Liriomyza spp. yang muncul P1 P2 P3 L. chinensis 33.5 32.8 45.0 L. huidobrensis 147.3 128.0 145.0 Total 180.8 160.8 160.0 1) P1= bawang daun yang ditanam secara monokultur, P2= bawang daun yang disemprot dengan ekstrak daun wortel, P3= bawang daun yang ditumpangsari dengan wortel 2) Angka selajur tidak berbeda nyata berdasarkan analisis ragam pada taraf 5% Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa pada setiap perlakuan jumlah spesies L. huidobrensis lebih banyak ditemukan saat awal tanam, yaitu saat tanaman bawang daun berumur 2-7 mst dan menurun pada minggu-minggu berikutnya, sedangkan jumlah spesies L. chinensis lebih banyak ditemukan pada minggu-minggu terakhir, yaitu pada saat tanaman berumur 8-12 mst (Gambar 7).

Menurunnya jumlah L. huidobrensis pada minggu terakhir disebabkan adanya pengaruh dari aktivitas parasitoid yang memarasit L. huidobrensis. Parasitoid yang dominan memarasit L. huidobrensis adalah H. varicornis (Supartha 1998). Populasi L. huidobrensis yang berlimpah menyebabkan ketertarikan parasitoid H. varicornis. Tingginya populasi L. huidobrensis pada minggu ke-2 sampai ke-7 (Gambar 7a) mempengaruhi kelimpahan H. varicornis pada minggu yang sama (Gambar 10a). Susilawati (2002) mengatakan bahwa meningkatnya kelimpahan parasitoid di pertanaman dipengaruhi oleh kelimpahan larva pada daun tanaman inang. Tingginya populasi L. huidobrensis pada minggu awal tersebut menyebabkan populasi L. chinensis rendah (Gambar 7b). Hal ini disebabkan L. chinensis merupakan lalat pengorok daun yang lebih banyak ditemukan pada dataran rendah. L. chinensis telah dapat beradaptasi dengan tanaman bawang daun pada dataran tinggi namun proporsinya masih rendah. Ketika populasi L. huidobrensis mendominasi ekosistem pertanaman bawang daun, maka L. chinensis pun akan tertekan perkembangan populasinya. Puncak populasi H. varicornis terjadi pada saat tanaman berumur 7 mst (Gambar 10a). Puncak parasitoid tersebut menyebabkan penurunan drastis L. huidobrensis pada minggu ke-8 yang berdampak pada minggu-minggu selanjutnya (Gambar 7a). Menurunnya populasi L. huidobrensis pada mingguminggu terakhir diikuti juga dengan menurunnya populasi H. varicornis, namun ketika populasi L. huidobrensis menurun di minggu-minggu terakhir, justru populasi L. chinensis meningkat. Meningkatnya populasi L. chinensis disebabkan parasitoid H. varicornis kurang tertarik terhadap L. chinensis. Parasitoid yang umumnya memarasit L. chinensis di dataran rendah adalah N. okazakii (Nonci dan Muis 2011). Berdasarkan hasil pengamatan, parasitoid Neochrysocharis sp. pada penelitian ini ditemukan dengan populasi yang rendah, sehingga belum dapat menekan populasi L. chinensis. 13 Imdividu/5 daun 40 30 20 10 0 A 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 p1 p2 p3 Individu/5 daun 40 30 20 10 0 B 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Umur Tanaman (mst) Gambar 7 Populasi L. huidobrensis (A) dan L. chinensis (B) yang muncul dari daun contoh pada petak bawang daun monokultur, disemprot dengan ekstrak daun wortel, dan tumpangsari dengan wortel

14 Kelimpahan Parasitoid Liriomyza spp. pada Pertanaman Bawang Daun Perbedaan perlakuan antara P1, P2, dan P3 tidak memiliki pengaruh terhadap jumlah populasi parasitoid (Lampiran 7) dan tingkat parasitisasi (Lampiran 8). Tingkat parasitisasi parasitoid pada perlakuan P1 selalu lebih rendah dibandingkan P2 dan P3 pada setiap minggunya (Gambar 8). Tingginya tingkat parasitisasi dan jumlah parasitoid pada P3 menunjukkan bahwa parasitoid lebih menyukai tanaman yang ditanam secara tumpangsari yang menciptakan lingkungan sesuai bagi perkembangan parasitoid tersebut. Tingkat parasitisasi pada perlakuan P2 yang lebih tinggi dari P1, menunjukkan adanya ketertarikan parasitoid pada petak yang disemprot ekstrak daun wortel. Optimalisasi peran parasitoid dapat dilakukan dengan meningkatkan populasinya melalui penambahan keanekaragaman vegetasi atau penyemprotan atraktan (Nurindah 2012). Puncak parasitisasi untuk semua perlakuan terjadi pada saat tanaman berumur 8 mst dengan nilai P1 sebesar 46%, P2 sebesar 75%, dan P3 sebesar 68% (Gambar 8). Tingkat parasitisasi yang tinggi pada minggu ke-8 menyebabkan penurunan tingkat parasitisasi mulai dari minggu ke-9 sampai minggu ke-12. Tingkat parasitisasi terendah terjadi ketika tanaman berumur 5 mst pada setiap perlakuan (Gambar 8) karena pada minggu tersebut terjadi puncak populasi imago Liriomya spp. yang muncul dari daun contoh (Gambar 4). Tingkat Parasitisasi (%) 80 70 60 50 40 30 20 10 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Umur Tanaman (mst) p1 p2 p3 Gambar 8 Tingkat parasitisasi parasitoid Liriomyza spp. pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpangsari dengan wortel (P3) Spesies parasitoid lalat pengorok daun yang muncul pada setiap perlakuan adalah H. varicornis, O. chromatomyiae dan Neochrysocharis sp. (Gambar 9). Populasi H. varicornis lebih berlimpah pada setiap perlakuan dibandingkan parasitoid yang lain, sedangkan jumlah parasitoid yang paling rendah adalah parasitoid Neochrysocharis sp. (Gambar 10). Budiarti (2014) melaporkan bahwa populasi H. varicornis ditemukan lebih berlimpah pada dataran tinggi dan Neochrysocharis sp. merupakan parasitoid yang biasanya ditemukan di dataran sedang.

15 a b c Gambar 9 Parasitoid yang ditemukan pada daun contoh (a) H. varicornis, (b) O. chromatomyiae dan (c) Neochrysocharis sp. Spesies O. chromatomyiae banyak ditemukan pada ketinggian 1001-1300 dan 1301-1600 mdpl namun populasinya masih lebih rendah dibandingkan dengan populasi H. varicornis (Rustam et al. 2008). Selain itu Rustam (2008) menambahkan bahwa tingkat parasitisasi O. chromatomyiae sangat rendah pada bawang daun, sedangkan pada tanaman caisin dan selada tingkat parasitisasinya lebih tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya pengaruh tanaman inang yang dapat mempengaruhi pencarian parasitoid dalam mencari inangnya. Vinson (1981) mengatakan bahwa tanaman merupakan isyarat utama parasitoid dalam pencarian inang karena tanaman mempunyai peran yang dominan dalam mendukung suatu habitat yang khas. Akibatnya, suatu parasitoid kadang-kadang tertarik pada tanaman tertentu meskipun tidak terdapat inang. Parasitoid terkadang juga memarasit inang yang terdapat pada jenis tanaman tertentu dan tidak pada jenis tanaman yang lain. Individu/ 5 daun 15,0 10,0 5,0 A p1 p2 p3 Individu/ 5 daun Individu/ 5 daun 0,0 15,0 10,0 5,0 0,0 15,0 10,0 5,0 0,0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 B 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 C 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Umur Tanaman (mst) Gambar 10 Rata-rata jumlah parasitoid H. varicornis (A), O. chromatomyiae (B), dan Neochrysocharis sp. (C) yang muncul dari daun contoh

16 Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada P3 jumlah parasitoid yang paling banyak ditemukan terjadi saat tanaman berumur 6 mst sampai 9 mst pada parasitoid H. varicornis (Gambar 10a), O. chromatomyiae (Gambar 10b), dan Neochrysocharis sp. pada minggu ke-5, 7, dan 9 (Gambar 10c). Tingginya jumlah parasitoid pada minggu-minggu tersebut disebabkan bagian-bagian pada tanaman wortel terutama bagian daun wortel mulai bermunculan, sehingga parasitoid-parasitoid pun tertarik untuk mendatangi lahan P3.

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Tanaman bawang daun yang ditanam secara tumpangsari dengan tanaman wortel serta perlakuan penyemprotan ekstrak daun wortel tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat serangan pengorok daun dan tingkat parasitisasi parasitoid. Tingkat kerusakan pada plot tumpangsari cenderung lebih rendah dibandingkan dengan pada tanaman yang ditanam secara monokultur sedangkan pada plot perlakuan yang disemprot ekstrak daun wortel memiliki tingkat serangan Liriomyza spp. yang cenderung stabil. Jumlah parasitoid tertinggi terdapat pada plot yang ditanam tumpangsari. Spesies pengorok daun pada bawang daun yang ditemukan adalah L. huidobrensis dan L. chinensis sedangkan parasitoid yang berasosiasi dengan pengorok daun tersebut adalah H. varicornis, O. chromatomyiae, dan Neochrysocharis sp. SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antara jumlah korokan yang disebabkan Liriomyza spp. terhadap penyusutan bobot bawang daun.

DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik bawang daun Indonesia 2013 [Internet] [diunduh 2014 Juni 11]. Tersedia pada http://www.bps.go.id/eng/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_s ubyek=55&notab=61. Budiarti D. 2014. Survei parasitoid Liriomyza spp. (DIPTERA: AGROMYZIDAE) pada tanaman sayuran di berbagai lokasi di Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Cisneros F, Mujica N. 1999. The leafminer fly, Liriomyza huidobrensis Blanchard in potato: plant reaction and natural mortality factors. Di dalam: Impact on a Changing World (Program Report 1997-1998). Lima: International Potato Center. hlm 129-140. Fisher N, Ubadillah R, Reina P, La Salle J. 2006. Liriomyza parasitoids of South East Asia. [Internet] [diunduh 2014 Jun 12]. Tersedia pada:http://www.ento.csiro.au/science/liriomyza_ver3/key/liriomyza_para sitoids_key/media/html/home.html. Hidrayani. 2003. Bioekologi Hemiptarsenus varicornis (Girault) (Hymenoptera: Eulophidae), parasitoid Liriomyza huidobrensis (Blanchard) (Diptera: Agromyzidae) [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Lologau BA. 2010. Tingkat serangan lalat pengorok daun, Liriomyza huidobrensis (Blanchard) dan kehilangan hasil pada tanaman kentang. Di dalam: Saenong MS, editor. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XX Komda Sul-Sel; 2010 Mei 27;Makassar (ID): Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. hlm 354-364. Nonci M, Muis A. 2011. Bioekologi dan pengendalian pengorok daun Liriomyza chinensis Kato (Diptera: Agromyzidae) pada bawang merah. J Litbang Pertanian. 30(4):149-153. Nurariaty A. 2007. Konservasi parasitoid Hemiptarsenus varicornis Grinault sebagai agens pengendali hayati hama Liriomyza huidobrensis Blanchard di pertanaman kentang. Di dalam: Saenong MS, editor. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel dan Balai Karantina Tumbuhan Kelas 1. 2007 Nop 24;Makassar (ID): Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. hlm 23-27. Nurindah. 2012. Peranan parasitoid dan predator dalam mengendalikan wereng kapas Amrasca biguttula (Ishida) (Heteroptera: Ciccadellidae). Perspektif. 11(1):23-32. Maesyaroh. 2012. Peran predator serta musuh alami lain pada agroekosistem wortel di wilayah Cikajang Kabupaten Garut [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Purnomo. 2003. Liriomyza huidobrensis (Blanchard) (Diptera: Agromyzidae): Kesesuaian inang, perkembangan populasi, dan pengaruh insektisida translamina [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rauf A. 1995. Liriomyza: hama pendatang baru di Indonesia. Bul HPT. 8(1):46-48.

Rauf A. 1999. Persepsi dan tindakan petani kentang terhadap lalat pengorok daun, Liriomyza huidobrensis (Blanchard) (Diptera: Agromyzidae). Bul HPT. 11(1):1-13. Rauf A, Shepard BM, Jhonson MW. 2000. Leafminer in vegetables ornamental plants and weeds in Indonesia: surveys of host crops, species composition and parasitoids. Int J Pest Manage. 46 (4): 257-266. Rustam R, Rauf A, Maryana N, Pudjianto, Dadang. 2008. Lalat pengorok daun dan parasitoidnya pada pertanaman sayuran dataran tinggi di kabupaten Cianjur dan Bogor. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional V Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI) Cabang Bogor: Pemberdayaan Keanekaragaman Serangga untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat., 2008 Maret 18-19,Bogor. Rustam R, Rauf A, Maryana N, Pudjianto, Dadang. 2009. Studi lalat pengorok daun Liriomyza spp. pada pertanaman bawang daun, dan parasitoidnya Ophius chromatomyiae Belokobylskij & Wharton (Hymenoptera: Braconidae). J HPT Trop. 9(1): 22-31. Setiawati W. 1998. Liriomyza sp. hama baru tanaman kentang [monograf]. Bandung (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Spencer KA. 1973. Agromyzidae (Diptera) of economic importance. Ser Entomol. 9(1):1-418. Supartha IW. 1998. Bionomi lalat pengorok daun, Liriomyza huidobrensis (Blanchard) (Diptera: Agromyzidae), pada pertanaman kentang [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Susilawati. 2002. Komposisi dan kelimpahan parasitoid lalat pengorok daun Liriomyza sativae Blanchard (Diptera: Agromyzidae) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Vinson S.B. 1981. Habitat location. Di dalam: Nordlund DA, Lewis WJ, Jones RL editor. Semiochemicals: Their Role in Pest Control. New York, (US): John Wiley & Sons. hlm 51-57. Wahyuni S. 2006. Perkembangan hama dan penyakit kubis dan tomat pada tiga sistem budidaya pertanian di Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 19

LAMPIRAN 21

22

Lampiran 1 Tabel Analisis Ragam Terhadap Data Tingkat Serangan Liriomyza spp. pada Petak Bawang Daun yang Ditanam Monokultur (P1), Disemprot Ekstrak Daun Wortel (P2), dan Tumpangsari dengan wortel (P3) Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F-hitung Pr>F Pengamatan 3 mst Perlakuan 0.03852 2 0.01926 0.61 0.562 Galat 0.28222 9 0.03136 Total 0.32074 11 R squared=.1201 (Adjusted R Squared=.000) Pengamatan 4 mst Perlakuan 0.01685 2 0.0084 0.88 0.448 Galat 0.08639 9 0.0096 Total 0.10324 11 R squared=.1632 (Adjusted R Squared=.000) Pengamatan 5 mst Perlakuan 0.01056 2 0.00528 1.16 0.355 Galat 0.04083 9 0.00454 Total 0.05139 11 R squared=.205 (Adjusted R Squared=.029) Pengamatan 6 mst Perlakuan 0.02667 2 0.01333 1.44 0.287 Galat 0.08333 9 0.00926 Total 0.11000 11 R squared=.242 (Adjusted R Squared=.074) Pengamatan 7 mst Perlakuan 0.02056 2 0.01028 0.70 0.521 Galat 0.13167 9 0.01463 Total 0.15222 11 R squared=.135 (Adjusted R Squared=.000) Pengamatan 8 mst Perlakuan 0.04519 2 0.02259 1.25 0.332 Galat 0.16250 9 0.01806 Total 0.20769 11 R squared=.218 (Adjusted R Squared=.04 Pengamatan 9 mst Perlakuan 0.02056 2 0.01028 0.95 0.423 Galat 0.09750 9 0.01083 Total 0.11806 11 R squared=.218 (Adjusted R Squared=.04 23

24 Lampiran 1 (Lanjutan) Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah Pengamatan 10 mst F- hitung Pr>F Perlakuan 0.005185 2 0.002593 0.21 0.814 Galat 0.111111 9 0.012346 Total 0.116296 11 R squared=.045(adjusted R Squared=.000) Pengamatan 11 mst Perlakuan 0.003889 2 0.001944 0.08 0.921 Galat 0.209722 9 0.023302 Total 0.213611 11 R squared=.018 (Adjusted R Squared=.000) Pengamatan 12 mst Perlakuan 0.04019 2 0.02009 0.89 0.445 Galat 0.20389 9 0.02265 Total 0.24407 11 R squared=.165 (Adjusted R Squared=.000)

Lampiran 2 Tabel Analisis Ragam Terhadap Data Tingkat Kerusakan Bawang Daun pada Petak Bawang Daun yang Ditanam Monokultur (P1), Disemprot Ekstrak Daun Wortel (P2), dan Tumpangsari dengan wortel (P3) Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F-hitung Pr>F Pengamatan 5 mst Perlakuan 25.05 2 12.52 0.46 0.643 Galat 242.62 9 26.96 Total 267.67 11 R squared=.094adjusted R Squared=.000) Pengamatan 6 mst Perlakuan 62.01 2 31.01 1.52 0.271 Galat 183.96 9 20.44 Total 245.97 11 R squared=.252 (Adjusted R Squared=.086) Pengamatan 7 mst Perlakuan 45.20 2 22.60 1.31 0.316 Galat 154.77 9 17.20 Total 199.97 11 R squared=.226 (Adjusted R Squared=.054) Pengamatan 8 mst Perlakuan 82.00 2 41.00 3.51 0.075 Galat 105.15 9 11.68 Total 187.14 11 R squared=.438(adjusted R Squared=.313) Pengamatan 9 mst Perlakuan 27.01 2 13.506 1.73 0.232 Galat 70.42 9 7.824 Total 97.43 11 R squared=.277 (Adjusted R Squared=.117) Pengamatan 10 mst Perlakuan 24.33 2 12.16 1.14 0.361 Galat 95.74 9 10.64 Total 120.07 11 R squared=.203(adjusted R Squared=.025) Pengamatan 11 mst Perlakuan 24.50 2 12.252 1.33 0.311 Galat 82.72 9 9.191 Total 107.22 11 R squared=.229 (Adjusted R Squared=.057) 25