BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil pembahasan penelitian, di bawah ini di paparkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidaklah lepas dari berbagai hal

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DISERTAI METODE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DALAM MENINGKATKAN PERAN SERTA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Simpulan hasil penelitian model pembelajaran proyek berbasis lingkungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adelia Alfama Zamista, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar. menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.

BAB I. pola pikir siswa tidak dapat maju dan berkembang. pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidaklah lepas dari berbagai hal

PEMBELAJARAN TEMATIK MENGGUNAKAN MEDIA TOYS AND TRICK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pelaksanaan pembelajaran peran guru tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang telah berusaha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dikemukakan di depan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

I. PENDAHULUAN. sekolah. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu. mengembangkan kemampuan berfikir anak, karena keberhasilan proses

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pembelajaran di mana peserta didik (siswa)

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN MERENCANAKAN EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1 SIMO

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pemerintah, masyarakat dan pengelola pendidikan pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga

BAB I PENDAHULUAN. (pendidik), kurikulum (materi pelajaran), sarana (peralatan dan dana) serta murid

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hampir semua bidang pekerjaan di dunia telah dikendalikan

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari struktur, susunan,

III. METODE PENGEMBANGAN. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah research and development

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jum at, tanggal 25 November

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rika Nurjanah, 2013

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. siswa dan interaksi antara keduanya, serta didukung oleh berbagai unsurunsur

BAB I PENDAHULUAN. pada suatu lingkungan belajar. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang dicapai siswa dapat memenuhi kriteria pencapaian tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro,

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran fisika seringkali dianggap susah oleh siswa karena cara

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Meningkatkan Hasil Belajar dengan Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. tergolong pada kategori baik jika pesentase aktivitas guru yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desy Mulyani, 2013

I. PENDAHULUAN. akan hal tersebut. Seperti halnya pada mata pelajaran Geografi yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

Pengembangan Model Pembelajaran Metode Klinis Bagi Peningkatan Kemampuan Berpikir Siswa dalam Pembelajaran IPS di SD

BAB I PENDAHULUAN. dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Keberhasilan pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh seorang guru. Dewasa ini, telah banyak model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Siti Fatimah Siregar, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TPIE STAD

I. PENDAHULUAN. jenjang pendidikan menengah, sehingga tanggung jawab para pendidik di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN JURNAL BELAJAR DENGAN MACROMEDIA

logis yang dapat diterapkan pada masalah-masalah kongkrit.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk

Transkripsi:

176 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Bab ini adalah bagian penutup dari tulisan ini dan berdasarkan temuan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi pendahuluan, uji coba terbatas, uji coba luas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai hasil akhir dari penelitian ini. 1. Berdasarkan pengolahan data hasil studi pendahuluan, yang memfokuskan pada pembelajaran bidang studi IPA yang berlangsung selama ini, dalam melaksanakan pembelajaran rata-rata guru mengajar dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, guru tidak banyak menggunakan model pembelajaran yang lain karena selain ceramah dan tanya jawab guru beranggapan model pembelajaran yang lain membutuhkan waktu dan dana yang tidak sedikit. Pada proses pembelajaran terlihat bahwa guru lebih dominan memberikan pembelajaran cenderung berpusat kepada guru sebagai sumber belajar (teacher oriented). Pendalaman teori yang berkaitan dengan pokok bahasan hanya didapat dari buku paket milik sekolah dasar saja sehingga berdampak pada minimnya pengetahuan dan pemahaman siswa. partisipasi siswa dalam proses pembelajaran hanya dilakukan pada bagian tanya jawab. Guru jarang sekali memanfaatkan media pembelajaran yang berhubungan dengan pokok bahasan materi pembelajaran, meskipun terlihat ada beberapa sekolah dasar yang memiliki media KIT untuk pembelajaran 176

177 bidang studi IPA, namun guru masih belum dapat memanfaatkan secara maksimal media KIT tersebut. Meskipun banyak sekali kekurangan yang ditemukan pada tahap studi pendahuluan, akan tetapi guru bersikap kooperatif dan terbuka terhadap berbagai inovasi pembelajaran yang disosialisasikan, guru berupaya untuk memahami dan menerapkan inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan data hasil angket pada kegiatan studi pendahuluan, sebagian besar siswa menyenangi bidang studi IPA, namun kondisi ini bukan berarti bahwa bidang studi IPA adalah bidang studi yang mudah, sebagian besar siswa menganggap bahwa materi IPA sulit untuk dipahami dan diingat, selain itu siswa beranggapan bahwa pelajaran IPA banyak sekali istilah-istilah yang susah untuk dihapal. Metode yang diinginkan siswa adalah tidak hanya ceramah saja akan tetapi metode yang diinginkan siswa lebih banyak praktek/melakukan eksperimen di dalam kelas. 2. Berdasarkan uji coba pada penelitian ini didapatkan sebuah model pembelajaran yang dipandang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Desain model yang dikembangkan terdiri dari :1) Merumuskan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dipilih oleh guru berdasarkan silabus dan program semester yang telah ditetapkan guru. Tema atau topik, diambil dari program semester yang sedang disampaikan kepada siswa; 2) Tujuan pembelajaran, terdiri dari kompetensi dasar berkenaan dengan topik yang dibahas, diambil dari silabus dan indikator yang merupakan penjabaran dari kompetensi dasar; 3) Materi pembelajaran, dikembangkan berdasarkan tujuan dan indikator pembelajaran yang ditetapkan dalam satu bidang kajian. Kedalaman materi

178 disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan alokasi yang tersedia; 4) Model pembelajaran, merupakan gambaran model pembelajaran secara umum terdiri dari langkah-langkah atau prosedur pembelajaran dengan berbagai variasi metode disesuaikan dengan materi pelajaran. Metode yang digunakan adalah metode yang mengaktifkan seluruh siswa datam proses pembelajaran; 5) Media dan sumber pembelajaran, media yang digunakan adalah yang tersedia di lingkungan sekolah dasar sedangkan sumber pembelajaran berupa bukubuku yang dapat dijadikan acuan baik yang tersedia di perpustakaan sekolah maupun yang dimiliki siswa dan guru, juga berbagai bahan untuk melakukan percobaan yang dibawa siswa; 6) Langkah-langkah pembelajaran meliputi : (a) Kegiatan awal terdiri dari : Tahap orientasi yaitu tahap dimana guru mengkondisikan siswa untuk siap belajar, memotivasi siswa dalam mengawali pembelajaran dan memberikan penjelasan mengenai proses pembelajaran yang harus dilakukan siswa. Tahap pelacakan yaitu tahap dimana guru menggali pemahaman dasar siswa. (b) Kegiatan inti terdiri dari : Tahap konfrontasi yaitu tahap diamana guru memberikan permasalahan untuk dipecahkan oleh siswa. Tahap inkuiri yaitu tahap dimana siswa mencari dan menemukan jawaban dari permasalahan yang diberikan guru. (c) Kegiatan akhir terdiri dari : Tahap akomodasi yaitu tahap dimana siswa dituntut untuk menyimpulkan materi yang telah ditemukan pada tahap inkuiri. Tahap treatment yaitu tahap dimana guru mengadakan perbaikan pada siswa yang belum bisa menyimpulkan dari hasil kegiatan inkuiri. transfer yaitu tahap dimana siswa menjawab permasalahan yang baru akan tetapi masalah yang diberikan sepadan dengan masalah yang diberikan sebelumnya. 7) Evaluasi

179 pembelajaran adalah evaluasi terhadap hasil tes belajar siswa yang dilaksanakan pada awal pembelajaran uji coba pertama (pretest) dan pada setiap akhir pembelajaran di semua uji coba (postest). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dikemukakan bahwa model pembelajaran yang dikembangkan telah terbukti secara empiris dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kondisi ini diantaranya disebabkan oleh perbaikan yang dilakukan oleh guru pada implementasi di setiap uji coba, adanya dorongan motivasi dari dalam diri guru untuk berubah dan melakukan perubahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran, yang semula mengajar dengan ceramah dan tanya jawab saja menjadi mengajar dengan menggunakan model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Dari uji coba terbatas dan uji coba secara luas yang masing-masing dilakukan sebanyak empat kali uji coba, ditemukan adanya perbedaan yang yang berarti antara hasil tes awal dan hasil tes akhir. Nilai rata-rata hasil tes akhir setelah dilakukannya pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir yang dikembangkan mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibanding dengan nilai rata rata hasil tes awal sebelum dilakukan nya model pembelajaran yang dikembangkan. Kesimpulan tersebut didukung oleh hasil analisa statistik terhadap keseluruhan nilai hasil belajar siswa selama uji coba, baik uji coba terbatas maupun uji coba luas yaitu diperoleh t hitung > t tabel pada setiap pengujian.

180 3. Keunggulan dan kelemahan dalam penerapan model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir : Keunggulan model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir yang dikembangkan : a. Siswa lebih siap menghadapi setiap persoalan yang disajikan guru. b. Prioritas pembelajaran menekankan kepada keterampilan berpikir siswa secara holistik, sehingga pembelajaran melalui model ini dianggap dapat meningkatkan aspek kognitif siswa. c. Merupakan model yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengeksplor kemampuan berpikir melalui berbagai macam media pembelajaran. Model ini mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata melalui penggalian pengalaman setiap siswa. Di samping memiliki keunggulan, model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir mempunyai kelemahan, antara lain : a. Tidak semua sekolah dasar dapat menerapkan Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir, hanya sekolah dasar yang sesuai dengan karakteristik MPPKB saja yang dapat melaksanakan model ini dengan baik. b. Kelemahan pembelajaran Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir bukan karena kelemahan dari model pembelajaran itu sendiri, tetapi karena faktor di luar model pembelajaran. Faktor tersebut berkenaan dengan kesiapan guru dan siswa, kondisi sekolah serta kurikulum yang berlaku. Implementasi Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (MPPKB) membutuhkan kesiapan dari guru, baik

181 dari kesiapan penguasan konsep, kreatifitas, motivasi maupun kemampuan dalam melaksanakannya. Faktor sekolah, dalam melaksanakan pembelajaran MPPKB masih banyak membutuhkan dukungan sarana dan fasilitas pembelajaran yang memadai. c. Faktor waktu belajar yang tersedia tidak cukup dengan pembelajaran MPPKB yang membutuhkan waktu relatif lebih banyak, faktor lain adalah mengenai kebijak ujian nasional kepada penguasan pengetahuan saja, bukan kepada kemampuan berpikir. Masalah ini akan menghambat dalam penggunaan model-model pembelajaran yang menekankan kepada kegiatan inkuiri, pengalaman, dan kelompok termasuk Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir. d. Bagi siswa yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata akan sulit mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir, karena siswa hanya diam saja mengikuti pembeiajaran, dalam hal ini peran guru sebagai fasilitator dan motivator siswa sangat dibutuhkan. 4. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam penerapan model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir : Faktor pendukung keberhasilan implementasi model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah : a. Kemampuan guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis, terbuka dan sailing menghargai dengan menempatkan siswa dan guru sama-sama sebagai subjek belajar.

182 b. Keterampilan guru dalam mengembangkan keterampilan berdialog dan tanya jawab yang dapat merangsang siswa untuk berpikir, dalam hal ini termasuk juga kemampuan untuk bersabar menunggu jawaban siswa. c. Kemampuan guru dalam merangsang dan membangkitkan keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan, menjelaskan, membuktikan dengan memberikan data faktual serta keberanian mengeluarkan ide atau gagasan merumuskan kesimpulan. d. Ketersediaan media pembelajaran yang memadai, baik berupa buku paket IPA, buku LKS, media gambar maupun media berupa alat-alat praktikum IPA yang digunakan pada saat melakukan percobaan. e. Kondisi dan suasana ruang kelas berkaitan dengan luas dan pemanfaatan ukuran kelas yang ideal, kondisi kelas berkenaan dengan penataan sarana dan prasarana di kelas sehingga kondusif dalam proses pembelajaran. f. Kondisi siswa yang berada di sekolah berkategori sedang dan tinggi cenderung lebih mudah beradaptasi dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir. Adapun faktor yang menjadi penghambat keberhasilan implementasi model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir : a. faktor kemampuan guru dalam memahami dan menerapkan model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir sangat kurang, dikarenakan guru sudah terbiasa mengajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, dan guru masih beranggapan bahwa

183 pembelajaran di kelas merupakan proses transfer pengetahuan sebanyakbanyaknya kepada siswa. b. faktor kemampuan guru dalam menggunakan teknik berdialog dan tanya jawab dalam proses pembelajaran masih dinilai kurang, sehingga dapat menghambat kemampuan berpikir siswa dalam memecahkan persoalan. c. Tahapan-tahapan model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir membutuhkan waktu belajar yang relatif lebih lama. Masalah ini dapat diatasi dengan meningkatkan efisiensi penggunaan waktu. d. Kurangnya sarana, fasilitas yang mendukung proses pembelajaran. e. Kemampuan siswa di sekolah yang berkategori kurang tergolong lambat untuk mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir. B. Rekomendasi Berdasarkan hasil simpulan di atas, maka penulis memberikan beberapa rekomendasi untuk berbagai pihak yang langsung berkepentingan terhadap hasil penelitian ini, yaitu : 1. Untuk Guru Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Alam Model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir yang dikembangkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga disarankan agar model yang telah dikembangkan dapat dijadikan salah satu pilihan bagi guru dalam mengimplementasikan pembelajaran IPA.

184 2. Untuk Kepala Sekolah dasar Kepala sekolah hendaknya dapat memfasilitasi guru untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa pada pembelajaran IPA. Dukungan kepala sekolah dasar dapat dilakukan dengan cara mendorong guru untuk mengikuti pendidikan pelatihan serta menciptakan suasana psikologis yang kondusif bagi peningkatan kemampuan berpikir siswa di sekolah dasar yang akan berdampak positif terhadap hasil belajar siswa. 3. Untuk Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan dalam hal ini harus selalu proaktif dalam memberikan pembinaan dan bimbingan terhadap guru dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir siswa di sekolah dasar, yang pada akhirnya akan menperbaiki kualitas pembelajaran. Pendidikan yang berkualitas di sekolah salah satunya dapat dilihat dari kemampuan guru dalam meningkatkan kemampuan berpikir siswa. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini tentu saja belum sempurna, sehingga perlu dilaksanakan penelitian serupa untuk kompetensi dasar yang lain atau sampel lain misalnya dilihat dari jenjang pendidikan bidang studi yang berbeda atau hasil belajar lain yang ingin dicapai melalui model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir.