LAPORAN KEGIATAN PPM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan dapat dikatakan sebagai

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB II LANDASAN TEORI

Konsep Dasar Pendidikan Berkarakter

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia. Saat ini Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. baik merupakan dasar dari pendidikan. Menurut Suryosubroto (2010:16),

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN HOLISTIK SISWA SYAFRIL & YULI IFANA SARI

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. telah mengundang berbagai musibah dan bencana di negri ini. Musibah dan

PENDIDIKAN KARAKTER DALAMKELUARGA

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SMA

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I,

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER PADA MAHASISWA 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. harkat dan martabat bangsa dapat terjaga. Pemerintah telah mencanangkan program

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. motivasi pokok implemenatasi pendidikan karakter negara ini. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

BAB I PENDAHULUAN. produk dengan kualitas-kualitas yang lebih baik. Untuk memenuhi. sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, mulai dari yang

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pengolahan data, pembahasan hasil penelitian yang telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEMBANGUN PERILAKU PESERTA DIDIK

MENUMBUHKAN KARAKTER PADA ANAK MELALUI TUTORIAL SIMULASI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

PERAN MUSEUM SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam. Undang Undang No 2/1989 Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA PADA PKn DALAM KERANGKA KONSEP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN. oleh Tubagus Herlambang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Sebuah perubahan apapun bentuknya, senantiasa akan mengacu

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DAN PERAN GURU DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lastri Rahayu, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

ETIKA DAN MORAL dalam Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SEMINAR NASIONAL PEMAKALAH PENDAMPING

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lawan jenis, menikmati hiburan di tempat-tempat spesial dan narkoba menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

Transkripsi:

LAPORAN KEGIATAN PPM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KEHIDUPAN Disampaikan Pada Kegiatan Pesantren Kilat Program KKN Tahun 2012 Di SMK Negeri 1 Jogonalan Klaten Oleh Erwin Setyo Kriswanto, M. Kes FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012 1

2

A. Judul Kegiatan Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini berjudul Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Kehidupan. B. Latar Belakang Kegiatan pesantren kilat ini merupakan salah satu program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Negeri Yogyakarta yang berada di lokasi SMK Negeri 1 Jogonalan Klaten. Kegiatan ini bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Ada beberapa materi dalam kegiatan tersebut. Salah satu materi yang diberikan terkait dengan pendidikan karakter. Untuk menyinkronkan kegiatan tersebut maka pemateri mangambil judul Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Kehidupan. Bulan Ramadhan merupakan bulan yang mulia, pada bulan tersebut diturunkan Al Quran sebagai pedoman hidup manusia khususnya umat muslim. Ramadhan adalah bulan yang sangat sarat makna yang kesemuanya bermuara kepada kemenangan, yaitu: kemenangan Muslim yang berpuasa dalam melawan hawa nafsu, egositas, keserakahan, dan ketidakjujuran. Sebagai bulan jihad, Ramadhan harus dimaknai dengan menunjukkan prestasi kinerja dan kesalehan individual serta sosial, hal ini sangat terkait dengan pembentukan karakter. Menyadari pentingnya karakter, dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, 3

kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupn politik yang tidak produktif, dan sebagainya menjadi topik pembahasan hangat di media massa, seminar, dan di berbagai kesempatan. Berbagai alternatif penyelesaian diajukan seperti peraturan, undang-undang, peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan hukum yang lebih kuat. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal khususnya di SMK Negeri Jogonalan Klaten sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter. Agar peserta didik memiliki karakter mulia sesuai norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat, maka perlu dilakukan pendidikan karakter secara memadai. Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi, paling tidak mengurangi, masalah budaya dan karakter bangsa yang dibicarakan itu adalah pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. C. Tujuan Berdasarkan latar belakang di atas, kegiatan ini bertujuan sebagai berikut: 1) Mengembangkan potensi dasar agar siswa SMK Negeri Jogonalan Klaten berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik 4

2) Memperkuat dan membangun perilaku siswa SMK Negeri Jogonalan Klaten yang multikultur dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius 3) Menanamkan dan membentuk sifat atau karakter yang diperoleh dari cobaan, pengorbanan, pengalaman hidup, serta nilai yang ditanamkan sehingga dapat membentuk nilai intrinsik yang akan menjadi sikap dan perilaku peserta didik. 4) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab siswa SMK Negeri Jogonalan Klaten sebagai generasi penerus bangsa; 5) Mengembangkan kemampuan siswa SMK Negeri Jogonalan Klaten menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan 6) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity). D. Manfaat Kegiatan Kegiatan ini diharapkan bermanfaat agar remaja khususnya khususnya di SMK Negeri 1 Jogonalan Klaten 1) Mendapat pengetahuan tentang implementasi pendidikan karakter dalam kehidupan. 2) Dapat mengimplimentasikan pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari. E. Pelaksanaan Kegiatan 5

Kegiatan ini dilaksanakan pada Hari : Rabu Tanggal : 08 Agustus 2012 Waktu Tempat : 08.00 11.30 WIB : SMK Negeri 1 Jogonalan Klaten F. Sasaran Kegiatan Kegiatan ini diikuti oleh siswa SMK Negeri Jogonalan Klaten kelas X yang berjumlah 120 siswa. G. Metode pelaksanaan Metode yang dilakukan adalah dengan ceramah, diskusi, tanya jawab maupun pemutaran film yang terkait dengan implementasi pendidikan karakter. Strategi yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut: 1) Penyesuaian materi dengan tema yang ditentukan oleh sekolah. 2) Berkoordinasi dengan mahasiswa PPL/KKN terkait dengan kegiatan penyuluhan tentang implementasi pendidikan karakter terhadap siswa SMK Negeri Jogonalan Klaten. 3) Menyiapkan materi maupun kelengkapan penyuluhan, baik berupa audio maupun video. 4) Mengadakan penyuluhan tentang implementasi pendidikan karakter dalam kehidupan. H. Materi Kegiatan 6

1) Pendidikan Karakter Kata karakter berasal dari bahasa Yunani to mark yang berarti menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Kata pendidikan berasal dari bahasa Latin Pedagogi, yaitu dari kata paid artinya anak dan agogos artinya membimbing. Jadi, istilah pedagogi dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar anak. Oleh karena itu, pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development. Pengertian karakter menurut pusat bahasa Depdiknas adalah bawaan, Hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,personalitas, sifat, tabiat, tempramen, watak Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bermartabat, dan berwatak. Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak yang bertujuan untuk membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Karakter dan pendidikan karakter memiliki arti dan makna berbeda. Karakter lebih dimaknai sebagai substansi atau content, sedangkan pendidikan karakter lebih menekankan pada proses. Berikut ini 7

akan dipaparkan beberapa pengertian pendidikan karakter, sehingga diharapkan dapat memperjelas dalam memaknai dan membedakan apa itu karakter dan pendidikan karakter. Pendidikan karakter didefinisikan sebagai hal positif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. Samani (2011) mengutip Winton, Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya. Pendidikan karakter menurut Burke (2001) sematamata merupakan bagian dari pembelajaran yang baik dan merupakan bagian yang fundamental dari pendidikan yang baik. Kaitannya dengan aktivitas yang berbasis pada sekolah Anne Lockwood yang dikutip oleh Samani (2011) menyatakan bahwa: Pendidikan karakter adalah setiap rencana sekolah, yang dirancang bersama lembaga masyarakat lain, untuk membentuk secara langsung dan sistematis perilaku orang muda dengan memengaruhi secara explicit nilainilai kepercayaan yang diterima secara luas, yang dilakukan secara langsung dalam menerapkan nilai-nilai tersebut. Dari beberapa definisi di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter juga dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan 8

peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter juga dapat dimaknai sebagai suatu system penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil. 2) Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter Kementerian Pendidikan Nasional dalam panduan pelaksanaan pendidikan karakter memberikan acuan bahwa pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter. b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku. c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter. d. Menciptakan komunitas sekolah yang mempunyai kepedulian. e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik. f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu untuk sukses. 9

g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggungjawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama. i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter. j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter. k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik. l. Komunitas sekolah mengembangkan dan meningkatkan nilai-nilai inti etika dan kinerja sebagai landasan karakter yang baik. 3) Implementasi Pendidikan Karakter Sesuai dengan Desain Induk Pendidikan karakter yang dirancang Kemendiknas (2010) strategi pengembangan pendidikan karakter dapat dilakukan melalui transformasi budaya sekolah (school culture) dan habituasi melalui kegiatan pengembangan diri (ekstrakurikuler). Hal ini sejalan dengan pemikiran Berkowitz, yang dikutip oleh Samani (2011 ) yang menyatakan bahwa: implementasi pendidikan karakter melalui transformasi budaya dan perikehidupan sekolah, dirasakan lebih efektif daripada mengubah kurikulum dengan menambahkan materi pendidikan karakter dalam muatan kurikulum. Dalam kaitan pengembangan budaya sekolah yang dilaksanakan dalam kaitan pengembangan diri, Kemendiknas 10

menyarankan melalui empat hal, yang meliputi : 1) Melalui kegiatan rutin, 2) Kegiatan spontan, 3) Keteladanan, dan 4) Melalui pengondisian. Secara substantive karakter terdiri dari 3 (tiga) nilai operatif, nilainilai dalam tindakan, atau unjuk perilaku yang satu sama lain saling berkaitan. Ketiga nilai tersebut adalah : pengetahuan tentang moral (moral knowing, aspek kognitif); perasaan berdasarkan moral (moral feeling, aspek afektif ); dan perilaku berlandaskan moral (moral action, aspek psikomotor). Karakter yang baik terdiri atas proses-proses yang meliputi, tahu mana yang baik, keinginan melakukan yang baik dan melakukan yang baik. Selain itu, karakter yang baik juga harus ditunjang oleh kebiasaan pikir, kebiasaan hati, dan kebiasaan tindakan. Dalam konteks realitas psikologis dan sosio-kultural dikategorikan menjadi : olah pikir, olah hati, olah raga dan kinestetik serta olah rasa dan karsa. Karena cakupan karakter sangat luas dan dalam, maka UNESCO telah melakukan kajian dan menyimpulkan ada enam karakter yang bersifat universal yang dapat diterima semua agama dan bangsa manapun, yaitu : No. Nilai Karakter Identitas karakter 1 Trustworthiness Orang yang amanah : jujur, andal, berani 2 Respect Orang yang menghargai : beradab, sopan 3 Responsibility Orang yang bertanggungjawab 4 Fairness Orang yang fair/ terbuka 5 Caring Orang yang peduli 6 Citizenship Warga Negara yang baik Pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa Kemendiknas telah merumuskan materi pendidikan karakter yang mencakup : 11

No. Karakter No. Karakter 1 Religius 10 Semangat kebangsaan 2 Jujur 11 Cinta Tanah Air 3 Toleransi 12 Menghargai prestasi 4 Disiplin 13 Bersahabat/Komunikatif 5 Kerja Keras 14 Cinta Damai 6 Kreatif 15 Gemar membaca 7 Mandiri 16 Peduli Lingkungan 8 Demokratis 17 Peduli sosial 9 Rasa ingin tahu 18 Tanggung jawab 4) Cara Membentuk Karakter Membentuk karakter, merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Seorang siswa tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika ia tumbuh pada lingkungan yang berkarakter pula. Ada tiga pihak yang mempunyai peran penting, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam pembentukan karakter, ada tiga hal yang berlangsung secara terintegrasi. Pertama, seorang siswa mengerti baik dan buruk. Ia mengerti tindakan apa yang harus diambil serta mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik. Kedua, ia mempunyai kecintaan terhadap kebajikan, dan membenci perbuatan buruk. Kecintaan ini merupakan obor atau semangat untuk berbuat kebajikan. Misalnya, seorang siswa tidak mau menyontek ketika ulangan tengah berlangsung. Karena menyontek adalah kebiasaan buruk, ia tidak mau melakukannya. Ketiga, siswa di dalam lingkungannya mampu melakukan kebajikan dan terbiasa melakukannya. Karakter-karakter yang baik harusnya dapat dipelihara. Hal pertama yang dapat dilakukan untuk membentuk karakter seorang siswa adalah dirumah. Ketika usia mereka di bawah tujuh tahun adalah masa terpenting 12

dalam menanamkan karakter pada anak. Dalam hal ini, orang tua (keluarga) perlu menanamkan karakter tersebut sehingga pembangunan watak, akhlak atau karakter bangsa (nation and character building), mulai tumbuh dan dapat berkembang dalam kesehariannya. Selanjutnya, dalam membangun karakter seorang siswa, pihak sekolah perlu memperhatikan aturan dan tata tertib yang berlaku disekolah. Di era globalisasi ini, banyak sekolah yang sudah jarang sekali menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila sehingga hubungan antara guru dan siswa tidak begitu akrab. Begitu juga dengan banyaknya siswa yang acuh tak acuh dengan keberadaan guru, tidak menghormati guru, dan lain-lain. Oleh karena itu, pihak sekolah perlu memperhatikan pembinaan sikap dan karakter masing-masing siswa dengan cara membina dan meningkatkan intelektualisme dan profesionalisme. Selain itu, pihak sekolah juga dapat menerapkan nilai-nilai karakter pada siswa dengan membuat aturan dan tata tertib yang dapat menumbuhkan karakter-karakter baik, misalnya dengan membuat kantin kejujuran. Dalam hal ini, sekolah dapat menumbuhkan karakter kejujuran pada setiap siswa. 5) Daftar Pustaka Akhmad Hidayatullah Al Arifin. 2012, Pendidikan Karakter dan Budaya Sekolah. http://ulilalbabjong.wordpress.com/2012/01/23/ pendidikan-karakter-dan-budaya-sekolah/ Kementerian Pendidikan Nasional, Badan penelitian dan pengembangan, Pusat kurikulum. 2011, Pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa pedoman sekolah. Jakarta: Pusat Kurikulum Samani,Muchlas dan Hariyanto. 2011, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 13

T. Ramli. 2003, Menguak Karakter Bangsa, Grasindo: Jakarta 14