BAB I PENDAHULUAN. masyarakat saja, tetapi terjadi juga di sekolah. berhasil dengan lancar dan baik. Undang Undang Republik Indonesia No.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. menjawab permasalahan penelitian pada BAB 1 yaitu: - Hubungan antara kualifikasi akademik dengan penguasaan kompetensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. guru berkompeten agar dapat melaksanakan kewajiban serta tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. mungkin proses belajar mengajar akan berhasil dengan lancar dan baik.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam kehidupan sebuah

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) suatu bahan kajian terpadu yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan pembangunan nasional khususnya di bidang pendidikan,

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia pihak

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1

SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat Syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

Desember Sehingga saat ini hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang masih menggunakan kurikulum Kurikulum 2013 merupakan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. tiap kelompok mata pelajaran dalam mata pelajaran. di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), meliputi bahan kajian: sejarah,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

2015 KOMPETENSI PED AGOGIK D AN KUALITAS MENGAJAR GURU SEKOLAH D ASAR D ITINJAU D ARI LATAR BELAKANG PEND ID IKAN GURU LULUSAN PGSD D AN NON-PGSD

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

I. PENDAHULUAN. setiap jenis dan jenjang pendidikan. Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN KURIKULUM DALAM IMPLEMENTASI KTSP DI KALANGAN GURU SMK BM DI KOTA SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan. diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan kualitas di era globalisasi ini menuntut kompetensi

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pada taksonomi Bloom Se kota Salatiga, Jawa Tengah.

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman, kurikulum mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber. dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

Pelaksanaan SI dan SKL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepita Ferazona, 2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga

A. Latar Belakang Penelitian

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA. Pedoman ini adalah alat untuk memperoleh data-data tentang kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : IKA WIWIN. SW.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan

I. PENDAHULUAN. Penilaian merupakan salah satu tahapan dalam keterlaksanaan standar proses

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas hasil belajar anak didik yang diperoleh melalui jalur pendidikan

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan generasi muda yang memiliki potensi dan kecerdasan

ANALISIS PEMETAAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA TERPADU DI SMP NEGERI SE-KOTA JAMBI. Tiara Aprilini Universitas Negeri Jambi

BAB I PENDAHULUAN. persoalan-persoalan tersebut di atas,melalui pembaharuan dalam sistim pendidikan

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2014 TENTANG

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAH ULUAN 1.1 Ga G mb m a b ra r n n Umu m m m Obj b ek k Pene n lit e ian a. Pro r fil Org r anis n a is sis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

Transkripsi:

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan mempunyai peranan yang signifikan terhadap kehidupan manusia yaitu meningkatkan kualitas hidup sehingga dapat membangun bangsa dan negaranya agar lebih maju dan mandiri. Pendidikan bagi peserta didik tidak hanya terjadi di keluarga atau masyarakat saja, tetapi terjadi juga di sekolah. Sekolah merupakan lembaga formal pelaksana pendidikan, tempat mencari ilmu bagi peserta didik, serta tempat bagi guru mentransferkan ilmu pengetahuannya kepada peserta didik. Sekolah adalah rumah ke dua setelah keluarga tempat untuk pembentukan akhlak, pembentukan mental dan pembentukan sikap bagi peserta didik. Salah satu komponen penting dalam melaksanakan pendidikan di sekolah adalah guru. Tanpa adanya guru tidak mungkin proses belajar mengajar akan berhasil dengan lancar dan baik. Undang Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, Pasal 1, ayat 1 mengatakan : Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak 1

2 usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 1 Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam mengarahkan, membimbing peserta didik agar menjadi sumber daya manusia berkualitas yang nantinya membantu peserta didik menghadapi perkembangan jaman. Guru juga disebut sebagai tenaga kependidikan. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Pasal 1, ayat 5 menyebutkan bahwa Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. 2 Jika guru mengabdikan diri untuk menunjang menyelenggarakan pendidikan, maka guru harus memiliki ilmu untuk di transferkan pada peserta didik. Keilmuan yang dimiliki guru berguna untuk membimbing peserta didik dalam mengembangkan bakat dan potensinya. Menjadi seorang guru tidak hanya bermodal penguasaan materi. Guru harus menjadi motivator bagi peserta didik dalam belajar dan dapat menciptakan lingkungan belajar yang baik. Selain itu guru harus profesional dalam menjadi agen pembelajaran yang berfungsi meningkatkan mutu pendidikan. Guru yang profesional dan berkualitas dibutuhkan untuk pencapaian tujuan pengajaran yang optimal serta menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Guru yang profesional dan berkualitas harus memiliki kompetensi. Ada bebrapa pengertian mengenai kompetensi diantaranya menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 menyebutkan pengertian kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, 1 Undang-Undang Republik Indonesia, 2006, UU Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, pasal 1, ayat 1, Cipta Jaya, Jakarta, hal. 8. 2 Undang-Undang Republik Indonesia, 2007, UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1, ayat 5, Visimedia, Jakarta, hal 3.

3 dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. 3 Charles dalam Mulyasa mengatakan kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. 4 Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan pengertian kompetensi yaitu kemampuan,pengetahuan dan ketrampilan seorang guru atau dosen yang didasari dengan tanggung jawab dan perilaku rasional untuk melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaannya secara profesional agar mencapai kondisi yang diharapkan. Sedangkan guru sendiri juga harus memiliki kompetensi dibidang profesinya sebagai pendidik. Berdasarkan pengertian kompetensi di atas, agar guru mampu melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak, guru diharuskan menguasai kompetensi utama. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 menyebutkan kompetensi utama yang harus dimiliki oleh seorang guru ada empat, yaitu : kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. 5 Keempat kompetensi ini yang nantinya menjadi penentu berhasil tidaknya guru dalam proses belajar mengajar di suatu sekolah. Salah satu kompetensi utama guru yaitu kompetensi profesional. Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dalam Mulyasa mengemukakan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing 3 Undang-Undang Republik Indonesia, 2006, UU Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, pasal 1, ayat 1, Cipta Jaya, Jakarta, hal. 9. 4 Mulyasa, 2008, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 25. 5 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2007, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Badan Standar Nasional Pendidikan, Jakarta, hal. 8.

4 peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. 6 Salah satu inti kompetensi profesional guru adalah menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 7 Ketidakberhasilan dalam proses belajar mengajar adalah salah satu akibat dari guru yang tidak menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan mata pelajaran yang diampu. Kompetensi utama dapat dikuasai oleh guru yang memiliki kualifikasi akademik yang sama dengan mata pelajaran yang diampu. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 menyebutkan kualifikasi akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru atau dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan. 8 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Pasal 29 ayat 3 menjelaskan bahwa pendidik pada SMP dan MTs atau bentuk lain yang sederajat memiliki : a.kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1) b.latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan c.sertifikat profesi guru untuk SMP dan MTs. 9 Guru yang mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang pendidikan lebih menguasai kompetensi dan materi dari pada guru yang mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Guru 11. 6 Mulyasa, op.cit. hal. 135. 7 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal. 44. 8 Undang-Undang Republik Indonesia, ayat 9, op. cit. hal. 9. 9 Tim Pustaka Yustisia, 2005, Panduan Lengkap KTSP, Pustaka Yustisia, Bandung, hal.

5 harus mampu mengembangkan kompetensi yang dimilikinya, harus mandiri, juga mampu menyesuaikan dengan penyempurnaan kurikulum yang berlaku pada saat ini. Penyempurnaan kurikulum yang terjadi saat ini merupakan penyempurnaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan serta merupakan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, ketrampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya jalur pendidikan sekolah. 10 Mulyasa menjelaskan di dalam bukunya yang berjudul Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bahwa : KTSP merupakan tindak lanjut dari agenda otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan yang diprogramkan pemerintah, KTSP juga terkait dengan Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan yang telah dicanangkan oleh Menteri Pendidikan Nasional. 11 Pemerintah telah menetapkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) di antara Gerakan Mutu Pendidikan sebagai acuan bagi pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Standar nasional Pendidikan yang telah ditetapkan pemerintah salah satunya mencakup standar isi. Standar isi merupakan landasan pengembangan KTSP. 12 Mulyasa menyebutkan bahwa : Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada 10 Mulyasa, 2008, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, hal. 44. 11 Ibid. hal 44. 12 Ibid. hal 45.

6 jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi sendiri memuat kerangka dasar, struktur kurikulum, beban belajar, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik. 13 Bagian dari standar isi yang menuntut guru berkompeten tidak hanya dalam satu mata pelajaran adalah struktur kurikulum. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut : a. Kurikulum SMP dan MTs memuat sepuluh mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP/MTs merupakan IPA Terpadu dan IPS Terpadu c. Jam pelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. d. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 40 menit. e. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu. 14 Ketentuan di atas adalah salah satu landasan pengembangan KTSP yang harus dilaksanakan oleh guru SMP dan MTs, oleh karena itu pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengharuskan guru agar lebih mandiri, kreatif, terampil, dan memiliki pengetahuan luas tidak hanya pada satu bidang mata pelajaran. 15 Salah satu alasan guru SMP dan MTs harus lebih mandiri, kreatif, terampil dan memiliki pengetahuan luas dikarenakan pada struktur kurikulum KTSP mempunyai salah satu ketentuan substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP dan MTs merupakan IPA Terpadu dan IPS Terpadu. 16 Artinya terdapat mata pelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) 13 Ibid. Hal. 45. 14 Ibid. Hal. 52. 15 Joko Susilo, 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal 14. 16 Mulyasa, op.cit. hal. 52.

7 mengalami perubahan. Mata pelajaran Ekonomi, Sejarah dan Geografi yang sebelumnya terpisah dan sekarang ini dijadikan pembelajaran IPS terpadu. Menurut Hadisubroto dalam Trianto, pembelajaran terpadu adalah : Pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar anak, maka pembelajaran menjadi lebih bermakna. 17 Salah satu pembelajaran yang bersifat terpadu adalah rumpun IPS pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang terdiri dari ekonomi, geografi, sejarah, dan sosiologi. Sebelumnya IPS di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) tidak bersifat terpadu dalam arti mata pelajaran Geografi, Ekonomi, dan Sejarah disajikan secara terpisah-pisah. Cara pandang bersifat terpisah-pisah tersebut menjadi cara pandang bersifat terpadu yang tentu menimbulkan kesukaran bagi guru yang sebelumnya hanya mengampu satu mata pelajaran. Guru dituntut mandiri dengan melihat keadaan seperti ini. Artinya guru harus belajar dan menguasai semua rumpun mata pelajaran IPS Terpadu yaitu ekonomi, geografi, sejarah, dan sosiologi. Mata pelajaran IPS Terpadu di SMP memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut : a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsurunsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum, politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama. b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, 17 Trianto, 2010, Model Pembelajaran Terpadu, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 56.

8 yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu. c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupam masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi, dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses, dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan. 18 Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang berada di Kota Salatiga termasuk dalam lembaga formal yang melaksanakan pendidikan. Kota Salatiga mempunyai dua puluh tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) se Kota Salatiga adalah IPS Terpadu. Jumlah keseluruhan guru IPS Terpadu di dua puluh satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) se Kota Salatiga tersebut adalah sebanyak 91 guru. Rincian sebagai berikut SMP Negeri 1 Salatiga sebanyak lima orang guru, SMP Negeri 2 Salatiga sebanyak enam orang guru, SMP Negeri 3 sebanyak empat orang guru, SMP Negeri 4 Salatiga sebanyak tujuh orang guru, SMP Negeri 5 sebanyak lima orang guru, SMP Negeri 6 sebanyak sembilan orang guru, SMP Negeri 7 sebanyak sembilan orang guru, SMP Negeri 8 Salatiga sebanyak enam orang guru, SMP Negeri 9 Salatiga sebanyak enam orang guru, SMP Negeri 10 Salatiga sebanyak lima orang guru, MTs Negeri sebanyak tiga orang guru, SMP Kristen Satya Wacana sebanyak tiga orang guru, SMP Kristen 1 sebanyak dua orang guru, SMP 18 Trianto, 2010, Model Pembelajaran Terpadu, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 174-175.

9 Kristen 2 sebanyak dua orang guru, SMP kristen 4 sebanyak satu orang guru, SMP Pangudi Luhur (PL) sebanyak tiga orang guru, SMP Stella Matutina sebanyak tiga orang guru, SMP Muhammadiyah sebanyak empat orang guru, SMP Islam Sudirman sebanyak satu orang guru, SMP Al Azhar sebanyak satu orang guru, SMP Islam Sultan Fattah sebanyak satu orang guru, SMP Dharma Lestari sebanyak satu orang guru dan MTs Nu sebanyak satu orang guru. 1.2. Permasalahan Untuk menunjang terjadinya proses belajar mengajar perlu adanya komponen pendidikan yaitu guru dan peserta didik. Tanpa dua komponen tersebut tidak dapat berlangsung proses belajar mengajar. Guru sebagai pemimpin pembelajaran dan fasilitator bagi peserta didik oleh karena itu guru harus profesional dalam mengajar serta berkompeten di bidang yang diampunya. Cara mengajar dan penguasaan terhadap kompetensi mata pelajaran yang diampunya menentukan keberhasilan transfer ilmu pengetahuan guru terhadap peserta didiknya. Kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan mengajar guru adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional mencakup lima kompetensi inti guru, yaitu : a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

10 e. Memanfaatkan tehknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. 19 Salah satu kompetensi inti guru adalah menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Mata pelajaran yang mengharuskan guru menguasai kompetensi inti guru salah satunya adalah mata pelajaran IPS. Jabaran kompetensi profesional untuk guru mata pelajaran IPS pada SMP dan MTs, yaitu : a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir mata pelajaran IPS baik dalam lingkup lokal, nasional, maupun global. b. Membedakan struktur keilmuan IPS dengan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS). c. Menguasai konsep dan pola pikir keilmuan dalam bidang IPS. d. Menunjukan manfaat mata pelajaran IPS. 20 Seorang guru IPS Terpadu harus menguasai ke empat jabaran kompetensi profesional untuk guru mata pelajaran IPS tersebut sebelum melaksanakan proses belajar mengajar oleh peserta didik. Adapun struktur Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS) : Struktur Ilmu-Ilmu Sosial (IIS) antara lain : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filasafat, dan psikologi sosial. Sedangkan untuk struktur dari Ilmu pengetahuan Sosial (IPS) meliputi empat bidang antara lain georafi, sejarah, ekonomi, sosiologi yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu secara terpadu. 21 Selain mampu membedakan struktur Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS), guru IPS Terpadu harus mampu menguraikan konsep 19 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2007, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Badan Standar Nasional Pendidikan, Jakarta, hal. 44-45. 20 Ibid. hal. 56. 21 Trianto, 2010, Model Pembelajaran Terpadu, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 171 dan 175.

11 dasar IPS Terpadu. Mengenai uraian konsep dasar IPS Terpadu adalah sebagai berikut: Konsep dasar geografi adalah kesamaan dan perbedaan permukaan bumi, hubungan lingkungan fisik dengan manusia, keaslian asal-usul dan komposisi kelompok manusia sebagai hasil posisi geografi, tempat, distribusi, dan perencanaan. Konsep dasar sejarah adalah memahami peristiwa-peristiwa masa lalu dan bagaimana peristiwa-peristiwa tersebut dihubungkan dengan masa kini dan masa yang akan datang. Konsep dasar ekonomi adalah kelangkaan, spesialisasi, saling ketergantungan, pasar, dan kebijakan umum. Konsep dasar sosiologi adalah kelompok dan lembaga, hubungan antar kelompok, peran individu dalam kelompok, norma, nilai, dan sosialisasi dalam masyarakat. 22 Guru IPS Terpadu tidak cukup hanya menguasai materi, konsep, struktur, dan pola pikir, serta mampu membedakan struktur Ilmu-Ilmu Sosial (IIS) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Guru IPS Terpadu harus dapat pula menunjukan manfaat dari pembelajaran IPS Terpadu terhadap peserta didik secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat IPS Terpadu sendiri adalah sebagai berikut : Membantu anak didik memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangan-tantangannya. Selanjutnya mereka kelak diharapkan mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan masalahmasalah sosial yang dihadapinya. 23 Guru merespon peserta didiknya dalam pembelajaran IPS Terpadu agar kreatif mengembangkan materi, membuat suasana belajar lebih kondusif dan tidak membosankan. Guru dapat menciptakan suatu keadaan atau lingkungan belajar yang memadai agar siswa dapat menemukan pengalaman-pengalaman nyata dan terlibat langsung dengan alat dan media belajar. Aktifitas, pengalaman dan 22 Faqih Samlawi dan Bunyamin Maftuh, 2001, Konsep-Konsep Dasar IPS, Maulana, Bandung,, hal. 33. 23 Tri Widiarto dan Arief Sadjiarto, 2009, Pembelajaran IPS, Widya Sari Press, Salatiga, hal. 4.

12 kreatifitas guru juga sangat menentukan kualitas pembelajaran di samping kompetensi-kompetensi dasar dan profesionalnya. Tindakan guru tersebut seperti kenyataan pada teori behaviorisme yang dikemukakan oleh Skinner, bahwa perilaku, seperti respon dan tindakan adalah sebuah kata yang secara sederhana menunjukan apa yang diperbuat seseorang untuk situasi tertentu. 24 Ada juga yang membahas tentang pengetahuan tumbuh dan berkembang melaluhi pengalaman, yaitu teori kontruktivisme menurut Piaget. Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti sebuat kotak-kotak yang masing-masing mempunyai makna yang berbeda-beda. Oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. Setiap pengalaman baru akan dihubunkan dengan kotak-kotak atau struktur pengetahuan dalam otak manusia. 25 Melihat teori Piaget, guru IPS Terpadu secara praktek harus mengembangkan pengetahuannya berdasar pengalamannya. Guru dapat menciptakan suatu keadaan atau lingkungan belajar yang memadahi agar peserta didik dapat menemukan pengalaman-pengalaman nyata dan terlibat langsung dengan alat dan media. 26 Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Salatiga dan Sekolah Menengah (SMP) Swasta Kota Salatiga, ditemukan gejala problematis sebagai berikut : 1. Ada satu dari sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah 24 Baharuddin dan Nur, 2008, Teori Belajar dan Pembelajaran, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, hal. 68. 25 Ibid. Hal. 117-118. 26 Trianto, op.cit. hal. 73.

13 Pertama (SMP) Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Geografi mengatakan bahwa tidak mengetahui tentang konsep dasar mata pelajaran IPS Terpadu, yang sebenarnya konsep dasar mata pelajaran IPS Terpadu antara lain mencakup konsep dasar geografi adalah kesamaan dan perbedaan permukaan bumi, hubungan lingkungan fisik dengan manusia, keaslian asal-usul dan komposisi kelompok manusia sebagai hasil posisi geografi, tempat, distribusi, dan perencanaan. Konsep dasar sejarah adalah memahami peristiwaperistiwa masa lalu dan bagaimana peristiwa-peristiwa tersebut dihubungkan dengan masa kini dan masa yang akan datang. Konsep dasar ekonomi adalah kelangkaan, spesialisasi, saling ketergantungan, pasar, dan kebijakan umum. Konsep dasar sosiologi adalah kelompok dan lembaga, hubungan antar kelompok, peran individu dalam kelompok, norma, nilai, dan sosialisasi dalam masyarakat. 2. Ada dua dari sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Geografi mengatakan bahwa konsep dasar IPS Terpadu hanya terintregrasi dari ke empat bidang studi yaitu Ekonomi, sejarah, Geografi, dan Sosiologi yang dipadukan, yang sebenarnya konsep dasar mata pelajaran IPS Terpadu antara lain mencakup konsep dasar geografi adalah kesamaan dan perbedaan permukaan bumi, hubungan lingkungan fisik dengan manusia, keaslian asal-usul dan komposisi kelompok manusia sebagai

14 hasil posisi geografi, tempat, distribusi, dan perencanaan. Konsep dasar sejarah adalah memahami peristiwa-peristiwa masa lalu dan bagaimana peristiwa-peristiwa tersebut dihubungkan dengan masa kini dan masa yang akan datang. Konsep dasar ekonomi adalah kelangkaan, spesialisasi, saling ketergantungan, pasar, dan kebijakan umum. Konsep dasar sosiologi adalah kelompok dan lembaga, hubungan antar kelompok, peran individu dalam kelompok, norma, nilai, dan sosialisasi dalam masyarakat. 3. Dua dari sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Geografi mengatakan tidak mengetahui tentang struktur IIS (Ilmu-Ilmu Sosial), tetapi guru-guru tersebut mengatakan bahwa struktur mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) adalah kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan sekitar, yang sebenarnya struktur IIS antara lain meliputi sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial, sedangkan untuk struktur IPS antara lain meliputi geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi yang dikemas secara terpadu. 4. Satu dari sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Geografi mengatakan bahwa struktur IIS (Ilmu-Ilmu Sosial) meliputi Olahraga, Ketrampilan, Akuntansi, Bahasa, sedangkan struktur IPS(Ilmu Pengetahuan Sosial) adalah bagian dari IIS (Ilmu-Ilmu Sosial), yang

15 sebenarnya struktur IIS antara lain meliputi sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial, sedangkan untuk struktur IPS antara lain meliputi geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi yang dikemas secara terpadu. 5. Dua dari sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Ekonomi mengatakan bahwa konsep dasar mata pelajaran IPS Terpadu adalah mengintegrasikan materi-materi mata pelajaran Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi dalam satu ilmu yang baru, yang sebenarnya konsep dasar mata pelajaran IPS Terpadu antara lain mencakup konsep dasar geografi adalah kesamaan dan perbedaan permukaan bumi, hubungan lingkungan fisik dengan manusia, keaslian asal-usul dan komposisi kelompok manusia sebagai hasil posisi geografi, tempat, distribusi, dan perencanaan. Konsep dasar sejarah adalah memahami peristiwa-peristiwa masa lalu dan bagaimana peristiwa-peristiwa tersebut dihubungkan dengan masa kini dan masa yang akan datang. Konsep dasar ekonomi adalah kelangkaan, spesialisasi, saling ketergantungan, pasar, dan kebijakan umum. Konsep dasar sosiologi adalah kelompok dan lembaga, hubungan antar kelompok, peran individu dalam kelompok, norma, nilai, dan sosialisasi dalam masyarakat. 6. Satu dari sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

16 Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Ekonomi mengatakan bahwa struktur IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) diantaranya adalah Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi, tetapi guru tersebut mengatakan sulit dalam menyebutkan struktur IIS (Ilmu-Ilmu Sosial), yang sebenarnya struktur IIS antara lain meliputi sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial, sedangkan untuk struktur IPS antara lain meliputi geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi yang dikemas secara terpadu. 7. Satu dari sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Ekonomi mengatakan bahwa struktur IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) diantaranya adalah Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi, tetapi guru tersebut mengatakan bahwa struktur IIS (Ilmu-Ilmu Sosial) adalah ilmu yang tidak pasti, yang sebenarnya struktur IIS antara lain meliputi sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial, sedangkan untuk struktur IPS antara lain meliputi geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi yang dikemas secara terpadu. 8. Satu dari sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Ekonomi mengatakan bahwa manfaat mata pelajaran IPS Terpadu bagi siswa adalah siswa dapat memadukan antara mata pelajaran Ekonomi, Sejarah,

17 Geografi, Sosiologi menjadi satu mata pelajaran yaitu IPS Terpadu, yang sebenarnya manfaat mata pelajaran IPS Terpadu bagi peserta didik adalah membantu anak didik memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangan-tantangannya. Selanjutnya mereka kelak diharapkan mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya. 9. Satu dari sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Ekonomi mengatakan bahwa manfaat mata pelajaran IPS Terpadu bagi siswa adalah siswa dapat memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan komperhensif, yang sebenarnya manfaat mata pelajaran IPS Terpadu bagi peserta didik adalah membantu anak didik memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangantantangannya. Selanjutnya mereka kelak diharapkan mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya. 10. Ada tiga dari sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Sejarah mengatakan bahwa konsep mata pelajaran IPS Terpadu adalah keterpaduan antara empat mata pelajaran yaitu Ekonomi, Geografi, Sejarah, sosiologi yang tidak dapat dipisahkan lagi yang menjadi satu mata

18 pelajaran yaitu mata pelaajaran IPS Terpadu, yang sebenarnya konsep dasar mata pelajaran IPS Terpadu antara lain mencakup konsep dasar geografi adalah kesamaan dan perbedaan permukaan bumi, hubungan lingkungan fisik dengan manusia, keaslian asal-usul dan komposisi kelompok manusia sebagai hasil posisi geografi, tempat, distribusi, dan perencanaan. Konsep dasar sejarah adalah memahami peristiwa-peristiwa masa lalu dan bagaimana peristiwa-peristiwa tersebut dihubungkan dengan masa kini dan masa yang akan datang. Konsep dasar ekonomi adalah kelangkaan, spesialisasi, saling ketergantungan, pasar, dan kebijakan umum. Konsep dasar sosiologi adalah kelompok dan lembaga, hubungan antar kelompok, peran individu dalam kelompok, norma, nilai, dan sosialisasi dalam masyarakat. 11. Ada dua dari sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Sejarah mengatakan bahwa struktur IIS (Ilmu-Ilmu Sosial adalah ilmu murni dalam masyarakat sedangkan struktur IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) hampir sama dengan IIS (Ilmu-Ilmu Sosial), yang sebenarnya struktur IIS antara lain meliputi sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial, sedangkan untuk struktur IPS antara lain meliputi geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi yang dikemas secara terpadu.

19 12. Ada satu dari sepuluh guru mata pelajaran IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Sejarah mengatakan bahwa manfaat mata pelajaran IPS Terpadu adalah memudahkan guru dalam mengajarkan mata pelajaran IPS Terpadu kepada para siswa, yang sebenarnya manfaat mata pelajaran IPS Terpadu bagi paeserta didik adalah membantu peserta didik meperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangan-tantangannya. Selanjutnya mereka kelak diharapkan mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya. 13. Ada satu dari sepuluh guru IPS Terpadu di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Kota Salatiga yang berlatar belakang Pendidikan Geografi mengatakan bahwa konsep dasar IPS Terpadu antara lain meliputi Ekonomi yang berkonsep dasar permintaan, penawaran, pasar, jasa ; Sejarah yang berkonsep dasar masa lalu dan perkembangan bangsa Indonesia ; Geografi yang berkonsep dasar letak kepulauan Indonesia yang berpengaruh pada Sumber Daya Alam, perubahan iklim ; Sosiologi yang berkonsep dasar penyimpangan masyarakat, yang sebenarnya konsep dasar mata pelajaran IPS Terpadu antara lain mencakup konsep dasar geografi adalah kesamaan dan perbedaan permukaan bumi, hubungan lingkungan fisik dengan manusia, keaslian asal-usul dan komposisi kelompok manusia sebagai

20 hasil posisi geografi, tempat, distribusi, dan perencanaan. Konsep dasar sejarah adalah memahami peristiwa-peristiwa masa lalu dan bagaimana peristiwa-peristiwa tersebut dihubungkan dengan masa kini dan masa yang akan datang. Konsep dasar ekonomi adalah kelangkaan, spesialisasi, saling ketergantungan, pasar, dan kebijakan umum. Konsep dasar sosiologi adalah kelompok dan lembaga, hubungan antar kelompok, peran individu dalam kelompok, norma, nilai, dan sosialisasi dalam masyarakat. Berdasarkan gejala problematik tersebut, rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Sampai seberapa jauh tingkat penguasaan kompetensi profesional di kalangan guru IPS Terpadu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) se Kota Salatiga, Jawa Tengah? 2. Adakah hubungan kualifikasi akademik dengan penguasaan kompetensi profesional di kalangan guru IPS Terpadu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) se Kota Salatiga, Jawa Tengah? 3. Adakah hubungan program Studi dengan penguasaan kompetensi profesional di kalangan guru IPS Terpadu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) se Kota Salatiga, Jawa Tengah? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui sampai seberapa jauh tingkat penguasaan kompetensi profesional di kalangan guru IPS Terpadu di Sekolah Menengah

21 Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) se Kota Salatiga, Jawa Tengah! 2. Mengetahui adakah hubungan kualifikasi alademik guru dengan penguasaan kompetensi profesional di kalangan guru IPS Terpadu di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) se Kota Salatiga, Jawa Tengah! 3. Mengetahui adakah hubungan program studi yang diampu oleh guru dengan penguasaan kompetensi profesional di kalangan guru IPS Terpadu di Sekolah Mengah Perma (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) se Kota Salatiga, Jawa Tengah! 1.4. Signifikansi Penelitian 1.4.1. Signifikansi Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung pendapat yang telah disampaikan Menurut Pupuh Fahurrohman dalam bukunya strategi belajar mengajar performance guru dalam mengajar dipengaruhi berbagai faktor, seperti tipe kepribadian, jenjang atau kualifikasi akademik maupun program studi yang di ajarkan oleh guru, pengalaman, dan yang tidak kalah penting adalah pandangan filosofis guru kepada murid. 27 1.4.2. Signifikansi Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rujukan dan bahan pertimbangan kepada Kepala Sekolah dan para guru IPS Terpadu 27 Fathurrohmah dan Sutikno, 2007, Strategi Belajar Mengajar Melaluhi Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, Reflika Aditama, Bandung, hal. 43

22 Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) se Kota Salatiga, Jawa Tengah. Bagi guru IPS Terpadu yang berlatar belakang pendidikan berbeda agar dapat mengembangkan jabaran kompetensi profesional guru IPS Terpadu yang tidak mereka kuasai dan tidak hanya menguasai materi satu mata pelajaran yang sesuai latar belakang pendidikan. Untuk kepala sekolah agar dapat memotivasi guru IPS Terpadu dalam meningkatkan penguasaan jabaran kompetensi profesional guru IPS Terpadu di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) se Kota Salatiga, Jawa Tengah. 1.5. Keterbatasan Penelitian ini hendak mengetahui adakah hubungan latar belakang pendidikan dengan penguasaan kompetensi profesional di kalangan guru IPS Terpadu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) se Kota Salatiga, Jawa Tengah. Peneliti memfokuskan pada kompetensi profesional, khususnya hanya pada penguasaan struktur IPS Terpadu, membedakan struktur Ilmu-Ilmu Sosial (IIS) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu, penguasaan konsep IPS Terpadu dan menunjukan manfaat IPS Terpadu.