PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 133 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi Nomor 18 Tahun 1998 tentang Retribusi Terminal perlu disesuaikan ; b. bahwa untuk melaksanakan penyesuaian sebagaimana di maksud dalam huruf a, perlu mengatur kembali dengan membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Terminal. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerahdaerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur; 2. Undang-undangNomor 8 Tahun 1981 tentanghukumacara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 3. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685); 4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Dalam Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan kepada Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3410); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3692); 7. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Keputusan Presiden; 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah; 9. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan; 10.Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah;
2 11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang Tata Cara Pemeriksaan dibidang Retribusi Daerah; 12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 1998 tentang Komponen Penetapan Tarif Retribusi; Dengan persetujuan DEVVAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NGAWI MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI TENTANG RETRIBUSI TERMINAL BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah, adalah Kabupaten Ngawi. 2. Pemerintah Daerah, yang selanjutnya disebut Pemerintah Kabupaten Ngawi adalah Kepala Daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah. 3. Kepala Daerah, adalah Bupati Ngawi. 4. Pejabat, adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 5. Badan, adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya. 6. Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Ngawi dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sector swasta. 7. Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menaikkan dan menurunkan orang dan atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. 8. Wajib Retribusi, adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi. 9. Retribusi Terminal yang selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan umum, tempat kegiatan usaha, fasilitas lainnya di lingkungan terminal yang dimiliki dan atau dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Ngawi. 10. Mobil Bus Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk pengemudi baik dengan maupun tanpa perlengkapan pangangkutan bagasi yang dipergunakan sebagai kendaraan umum.
3 11. Mobil Penumpang Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudinya baik dengan maupun tanpa perlengkapan pangangkutan bagasi yang dipergunakan sebagai kendaraan umum angkutan kota. 12. Pengunjung adalah setiap orang yang memasuki areal terminal. 13. Kios adalah bangunan yang disediakan di lingkungan terminal dan dipergunakan untuk tempat berjualan atau dipakai untuk kegiatan lain yang diizinkan oleh Kepala Daerah. 14. Sarana Kebersihan Umum adalah bangunan yang disediakan di lingkungan terminal untuk peturasan, jamban dan mandi. 15. Tempat Reklame adalah tempat yang disediakan untuk pemasangan reklame atau promosi. 16. Tempat Istirahat Awak Kendaraan adalah tempat yang disediakan bagi awak bus (pengemudi, kondektur, kernet). 17. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang. 18. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. 19. Perhitungan Retribusi Daerah adalah perincian besarnya retribusi yang harus dibayar oleh wajib retribusi baik pokok retribusi, bunga, kekurangan pembayaran retribusi, kelebihan pembayaran retribusi, maupun sanksi administrasi. 20. Pembayaran Retribusi Daerah adalah besarnya kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib retribusi sesuai dengan SKRD dan STRD ke Kas Daerah atau ke tempat lain yang ditunjuk dengan batas waktu yang telah ditentukan. 21. Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kabupaten Ngawi. BAB II NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 2 Dengan nama Retribusi Terminal dipungut retribusi sebagai pembayaran atas penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan kendaraan umum, tempat kegiatan usaha dan fasilitas lainnya di lingkungan Terminal. Pasal 3 Obyek Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah pelayanan dan pemakaian fasilitas di terminal yang meliputi : a. tempat memuat dan menurunkan penumpang dan atau barang bagi mobil penumpang umum dan mobil bus umum; b. tempat parkir; c. kios; d. sarana kebersihan umum; e. tempat istirahat awak kendaraan umum; f. ruang tunggu penumpang dan pengunjung; g. perizinan.
4 Pasal 4 Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh pelayanan fasilitas terminal. BAB III GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5 Retribusi Terminal digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha. BAB IV CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6 Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan frekuensi, luas dan jangka waktu pelayanan dan pemakaian fasilitas terminal. BAB V PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 7 Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk mengganti biaya pengelolaan, biaya penyelenggaraan, biaya kebersihan, biaya keamanan dan biaya administrasi. BAB VI STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 8 Struktur dan besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut : a. Tempat memuat dan atau menurunkan penumpang dan atau barang bagi mobil penumpang umum dan mobil bus umum : 1. kendaraan bus cepat Rp. 1.000,00 (seribu rupiah); 2. kendaraan bus lambat Rp. 500,00 (lima ratus rupiah); 3. kendaraan non bus antar kota Rp. 300,00 (tiga ratus rupiah); 4. kendaraan bus dalam kota Rp. 200,00 (dua ratus rupiah); 5. kendaraan non bus dalam kota Rp. 150,00 (seratus lima puluh rupiah); b. Tempat parkir : 1. sepeda sebesar Rp. 100,00 (seratus rupiah); 2. sepeda motor sebesar Rp. 200,00 (dua ratus rupiah); 3. mobil penumpang umum, sedan dan kendaraan lainnya yang sejenis sebesar Rp. 300,00 (tiga ratus rupiah); 4. bus, truck, mobil barang lainnya yang sejenis sebesar Rp. 700,00 (tujuh ratus rupiah); 5. bus bermalam sebesar Rp. 2.000,00 (dua ribu rupiah).
5 c. Kios : 1. untuk penggunaan kios dikenakan izin sewa kios sebesar Rp. 75.000,00 (tujuh puluh lima ribu rupiah) setiap 1 (satu) tahun per kios, dan pemegang izin wajib mengajukan perpanjangan izin (heregestrasi) setiap tahun; 2. untuk setiap pemberian perpanjangan izin menggunakan kios dikenakan biaya sebesar Rp. 75.000,00 (tujuh puluh lima ribu rupiah); 3. terhadap penggunaan kios di terminal besar kota Ngawi dikenakan retribusi harian sebesar Rp. 500,00 (lima ratus rupiah) per kios; 4. untuk penggunaan kios di luar terminal dikenakan izin kios sebesar Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) setiap 1 (satu) tahun per kios, dan pemegang izin wajib mengajukan perpanjangan izin (heregestrasi) setiap tahun; 5. terhadap penggunaan kios di luar terminal besar kota Ngawi dikenakan retribusi harian sebesar Rp. 500,00 (lima ratus rupiah) per kios. d. Sarana Kebersihan Umum : 1. kamar mandi atau wc sebesar Rp. 300,00 (tiga ratus rupiah); 2. peturasan sebesar Rp. 200,00 (dua ratus rupiah). e. Pemakaian Ruang Tunggu Penumpang dan Pengunjung Untuk setiap orang sebesar Rp. 100,00 (seratus rupiah) untuk setiap kali masuk. BAB VII TATA CARA DAN WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 9 (1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (2) Retribusi yang terutang dipungut di wilayah terminal. (3) Bagian dari hasil pungutan retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 disetor ke Kas Daerah melalui BKP pada Dinas Pendapatan Kabupaten Ngawi. Pasal 10 Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan. BAB VIII SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 11 Retribusi terutang terjadi pada saat diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
6 BAB IX TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 12 (1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dibayar sekaligus. (2) Retribusi yang terutang dilunasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. BAB X TATA CARA PENAGIHAN Pasal 13 (1) Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai avval tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis disampaikan wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang. (3) Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk. BAB XI SANKSI ADIMINlSTRASI Pasal 14 Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada vvaktunya atau kurang bayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari besarnya retribusi yang terutang yang tidak atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan STRD. BAB XII PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 15 (1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi. (2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan dengan memperhatikan wajib retribusi. (3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Bupati.
7 BAB XIII KADALUWARSA Pasal 16 (1) Penagihan retribusi kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi. (2) Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditangguhkan apabila: a. diterbitkannya surat teguran dan atau surat paksa; b. ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung. BAB XIV TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KADALUWARSA Pasal 17 (1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa dapat dihapus. (2) Bupati menetapkan keputusan penghapusan Piutang Retribusi Daerah yang sudah kadaluwarsa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). BAB XV KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 18 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kabupaten diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah agar keterangan laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah; c. meminta keterangan dan bahan buktl dari orang pribadi atau badan sehubongan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumendokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
8 f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah; g. menyuruh berhenti atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui penyidik Pejabat Polisi Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB XVI KETENTUAN PIDANA Pasal 19 (1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi yang terutang. (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XVII KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Ketentuan pelaksanaan sebagai tindak lanjut Peraturan Daerah ini akan ditetapkan oleh Bupati. Pasal 21 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi Nomor 18 Tahun 1998 tentang Retribusi Terminal (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi Tahun 1998 Nomor 6/B) dinyatakan tidak berlaku.
9 Pasal 22 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Ngawi. Diundangkan di Ngawi pada tanggal 16 Nopember 2000 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NGAWI, ttd FAUZI SIDEKAN Disahkan di Ngawi pada tanggal 16 Nopember 2000 BUPATI NGAWI, ttd HARSONO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2000 NOMOR 35