1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jumlah penduduk di Provinsi Bali dari periode ke periode, selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 1971 jumlah penduduk Bali sebanyak 2.120.133 jiwa, meningkat menjadi 2.469.724 jiwa pada tahun 1980 atau 16,49 persen. Kemudian meningkat lagi menjadi 2.777.356 jiwa pada tahun 1990 atau 12,26 persen. Pada Sensus Penduduk tahun 2000 menjadi 3.146.999 jiwa atau meningkat sebanyak 13,31 persen (BPS, 2001). Kemudian menurut data sementara hasil sensus penduduk Bali tahun 2010, jumlah penduduk Bali meningkat lagi menjadi 3.890.757 jiwa atau meningkat sebanyak 23,63 persen (BPS, 2011) Peningkatan jumlah penduduk tersebut berkaitan dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk di Bali. Laju pertumbuhan penduduk Bali dari hasil sensus penduduk, pada periode 1990-2000 sebesar 1,26 persen. Persentase ini meningkat bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk Bali pada periode 1971-1980 yaitu sebesar 1,18 persen, dan menurut hasil SUPAS 2005, laju pertumbuhan penduduk Bali periode 2000-2005 mengalami peningkatan kembali menjadi 1,46 persen. Pada periode 1990-2000, laju pertumbuhan penduduk tertinggi adalah Kota Denpasar sebesar 3,2 persen, sedangkan laju pertumbuhan penduduk terendah adalah Kabupaten Klungkung sebesar 0,31 persen (Perwakilan BKKBN Bali, 2009). 1
2 Salah satu faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk adalah kelahiran (fertility). Kalau dilihat dari hasil Sensus Penduduk 1971 2000, TFR (Total Fertility Rate) di Provinsi Bali cenderung memperlihatkan adanya penurunan. Jika pada tahun 1971 angka TFR sebesar 5,96 per wanita, maka pada tahun 1980 turun menjadi 3,93 kemudian pada Sensus Penduduk 1990 turun lagi menjadi 2,30. Pada Sensus Penduduk tahun 2000 turun menjadi 1,89 (Perwakilan BKKBN Bali, 2009). Menurunnya tingkat fertilitas di Provinsi Bali seperti yang disebutkan diatas merupakan bukti keberhasilan program KB Nasional yang telah dijalankan selama ini. Hal ini terlihat dari peningkatan tingkat kesertaan ber-kb di Bali. Berdasarkan hasil pendataan keluarga BKKBN Bali, tingkat kesertaan ber-kb di Bali meningkat dari 83,97% pada tahun 2009 menjadi 84,53% pada tahun 2010, dimana jumlah PUS di Bali pada tahun 2009 adalah 642.606 dan meningkat menjadi 655.594 pada tahun 2010. Salah satu metode kontrasepsi yang umum di Bali adalah IUD (Intra Uterine Devices). IUD atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan kontrasepsi yang efektif untuk mencegah kehamilan serta digunakan sebagai kontrasepsi jangka panjang, sehingga akseptor IUD tidak perlu sering ke klinik untuk kunjungan ulang, tidak perlu lagi mengingat-ingat dan biayanya lebih hemat. Pada awal program KB tahun 1970-an hingga tahun 1990-an, IUD merupakan kontrasepsi utama. Dalam perkembangannya kelangsungan pemakaian IUD mengalami penurunan dari tahun ke tahun, sehingga kedudukannya digeser oleh metode Pil dan Suntikan (Ujiantono, 1999).
3 Data Perwakilan BKKBN Bali menyebutkan metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan pada tahun 1991/1992 adalah IUD (30.229), kemudian Suntikan (18.302), Pil (3.825), MOW (1.622), Kondom (1.482), Implan (407) dan MOP (166). Sedangkan pada tahun 2010, metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah Suntikan (32.288) kemudian IUD (16.113), Pil (7.116), Kondom (5.476), Implant (2.146), MOW (2.020), dan yang terendah adalah MOP (274) (Perwakilan BKKBN Provinsi Bali, 2010). Klinik Catur Warga PKBI Daerah Bali sebagai salah satu klinik KB terbesar di Bali mencatat hasil pencapaian pelayanan KB tahun 2011 justru didominasi oleh penggunaan metode kontrasepsi IUD. Jumlah akseptor baru untuk kontrasepsi IUD tercatat sebanyak 745 orang. Sedangkan untuk metode kontrasepsi lainnya, jumlah akseptor baru tahun 2011 adalah 17 orang untuk kontrasepsi Pil dan 30 orang untuk kontrasepsi Suntikan. Walaupun jumlah akseptor IUD di Klinik Catur Warga PKBI Bali cukup tinggi namun tingkat kelangsungan penggunaan kontrasepsi IUD-nya selama ini belum diketahui. IUD merupakan kontrasepsi yang efektif untuk digunakan dalam jangka panjang sehingga perlu diketahui kelangsungan penggunaannya serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelangsungan tersebut. Tingkat kelangsungan penggunaan kontrasepsi dapat diketahui dengan menggunakan analisis kesintasan yaitu metode Life Table. Sedangkan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dapat diketahui dengan menggunakan metode Regresi Cox. Belum adanya studi tentang tingkat kelangsungan penggunaan kontrasepsi IUD dalam satu dekade terakhir ini membuat peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut. Oleh karena itu, pada
4 penelitian ini penulis ingin mengetahui tingkat kelangsungan penggunaan kontrasepsi IUD serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelangsungan tersebut di salah satu klinik KB terbesar yang ada di Provinsi Bali yaitu Klinik Catur Warga PKBI Daerah Bali dengan menggunakan metode analisis kesintasan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah utama yang akan diteliti ialah bagaimana tingkat kelangsungan penggunaan kontrasepsi pada akseptor KB IUD di Klinik Catur Warga PKBI Daerah Bali pada tahun 2012 serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelangsungan tersebut? 1.3 Pertanyaan Penelitian Adapun pertanyaan penelitian berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat kelangsungan penggunaan kontrasepsi pada akseptor IUD di Klinik Catur Warga PKBI Daerah Bali pada tahun 2012? 2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelangsungan penggunanan kontrasepsi pada akseptor IUD di Klinik Catur Warga PKBI Daerah Bali pada tahun 2012? 1.4 Tujuan 1.4.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah melakukan analisis kesintasan untuk mengetahui tingkat kelangsungan penggunaan kontrasepsi IUD
5 serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelangsungan tersebut pada akseptor IUD di Klinik Catur Warga PKBI Daerah Bali tahun 2012. 1.4.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain: 1. Melakukan analisis kesintasan untuk mengetahui tingkat kelangsungan penggunaan kontrasepsi pada akseptor IUD di Klinik Catur Warga PKBI Daerah Bali pada tahun 2012. 2. Mengidentifikasi faktor faktor yang mempengaruhi tingkat kelangsungan penggunanan kontrasepsi, seperti; umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, paritas, efek samping dan keinginan mempunyai anak pada akseptor IUD di Klinik Catur Warga PKBI Daerah Bali pada tahun 2012. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi ilmiah yang menyangkut bidang kesehatan masyarakat mengenai pemanfaatan analisis kesintasan untuk mengetahui tingkat kelangsungan penggunaan kontrasepsi serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelangsungan dari penggunaan kontrasepsi tersebut. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Sebagai bahan masukan bagi pengembangan program KB dalam upaya pencapaian peningkatan jumlah akseptor IUD di Perwakilan Badan
6 Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bali dan Klinik KB yang mewilayahi tempat penelitian. 2. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan program promosi IUD di masyarakat. 3. Sebagai salah satu sumber informasi kesehatan bagi masyarakat mengenai manfaat kontrasepsi IUD. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ini merupakan aplikasi modeling pada analisis kesintasan di dalam menentukan tingkat kelangsungan penggunaan kontrasepsi IUD serta menganalisis faktor faktor yang berpengaruh dengan menggunakan cakupan akseptor IUD di Klinik Catur Warga PKBI Daerah Bali pada tahun 2012 sebagai kasus.