dan nepotisme di lingkungan Kementerian masih terdapat kekurangan dan belum dapat c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dokumen-dokumen yang mirip
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 Tahun 2014 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

2 Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 3502); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersi

2016, No Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No

KEMENDAGRI. Gratifikasi. Unit Pengendalian.

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 3874), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 044 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

2016, No sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang P

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 3. Undang-U

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 16

SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER -05/MBU/2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

BSN. Pengendalian Gratifikasi. Sistem.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No.69 2 Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 27 Tahun 2016 Seri E Nomor 19 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang P

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

P e d o m a n. Pengendalian Gratifikasi

PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PERMEN-KP/2013 TENTANG

~ 1 ~ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK.10 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA,

Nomor : 995/BAN-PT/AK/2017 Jakarta, 21 Februari 2017 Lampiran : 1(satu) berkas : Kode Etik Asesor

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENT ANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 90 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Keluarga Berencana Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dar

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGADILAN NEGERI GUNUNG SUGIH KELAS II SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI GUNUNG SUGIH KELAS H PEDOMAN PENANGANAN GRATO7KASIDILINGKUNGAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 6 Tahun : 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

Nomor : 992 /BAN-PT/AK/ Februari 2017 Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Pemberitahuan asesmen lapangan BAN-PT

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/308/2016 TENTANG TIM UNIT PENGENDALIAN GRATIFIKASI KEMENTERIAN KESEHATAN

Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 31 Tahun L999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 19.a TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI

2017, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BERITA NEGARA. No.665, 2016 KEMENPU-PR. Pengendalian Gratifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B BAB I PENDAHULUAN

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepot

2/1. NoMoR /&T TAHUN 2oT3 PERATURAN KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PBNBRAPAN TEKNOLOGI TENTANG PEDOMAN PELAPORAN GRATIFIKASI

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 55 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

SURAT - EDARAN NOMOR : SE 30 TAHUU 2017 TENTANG PROGRAM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Korupsi (Lembaran A. UMUM B, DASAR HUKUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

2017, No Mengingat : 1. Undang- U n d a n g N o m o r 2 8 T a h u n t e n t a n g Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Ko

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97/Permentan/OT.140/7/2014 Ccccccccc TENTANG

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PEMBERIAN GRATIFIKASI KEPADA PIHAK KETIGA

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 22. TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN. a. Melaksanakan tugas dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang penanaman modal;

2017, No Pedoman Pelaporan dan Penetapan Status Gratifikasi, perlu mengatur kembali ketentuan pengendalian gratifikasi di lingkungan Kementeri

GUBERNURLAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG

UPATI BIREUEN PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PADA PEMERINTAH KABUPATEN BIREUEN

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 50 TAHUN 2015

PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 052 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Transkripsi:

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63h4- rnd/per/7 /2016 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan integritas Pegawai Negeri Sipil dan mencegah terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme di lingkungan Kementerian Perindustrian, perlu dilakukan upaya pengendalian gratifikasi di lingkungan Kementerian Perindustrian; b. bahwa dalam peraturan Menteri Perindustrian Nomor 9/M-IND lperl2l2ols tentang Pengendalian Gratifikasi Di Lingkungan Kementerian Perindustrian, masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan satuan organisasi dalam Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Kementerian Perindustrian, sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Kementerian Perindustrian; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun L999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14O, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874), sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2OOI (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OOI Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a150);

3. Undang-undang Nomor 5 Tahun',2VL+ tentang l\paral\rr Sipil N"g"ru. (ASN) (Lembaran Negara Republik In-donesia Tahun 2ol4 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5a9a\ 4. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang DisiplinPegawaiNegeriSipil(Lembc.ranNegara nepuutit< Indlonesia Tahun 2OIO Nomor 74, Tambahan LembaranNegaraRepubliklndonesiaNomor5l35); 5. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2oI2 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan forupii Jangka Panjang Tahun 2OI2-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2OI2-2Ot4; 6. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Ind,onesia Tahun 2OI5 Nomor 8); 7. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2oL5 tentang Kementerian Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OLS Nomor 54); 8. Keputusan Presiden Nomot 121/P Tahun,2ol4 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2ot4-2o19 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden nomor 79lP tahun 2015; g. peraturan Menteri Perindustrian Nomor lo7 lm- IND/PERI:Itl2ol5tentangorganisasidanTataKerja Kementerian Perindustrian ; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Aparatur Kementerian Perindustrian yang selanjutnya disebut Pegawai ad.alah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang dijngkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi trg". negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan petuttdang-undangan, yang bekerja di iingkungan Kementerian Perindustrian.

2. Gratifikasi adalah pemberian uang, barang, rabat (discounq, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik yang berhubungan dengan jabatan atau kewenangan. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Gratifikasi yang Dianggap Suap adalah Gratifikasi yang diterima oleh Aparatur Kementerian Perindustrian yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajiban dan tugas penerima. Gratifikasi yang Tidak Dianggap Suap adalah Gratifikasi yang diterima oleh Aparatur Kementerian Perindustrian yang tidak berhubungan dengan jabatan dan tidak berlawanan dengan kewajiban dan tugas penerima. Pelapor adalah Pegawai yang menyampaikan laporan atas penolakan, penerimaan, atau pemberian Gratifikasi. Pihak lain adalah perseorangan dan/atau institusi baik internal maupun eksternal Kementerian Perindustrian yang memberi uang/barang/jasa sehubungan dengan penolakan, penerimaan, atau pemberian Gratifikasi. Unit Pengendalian Gratifikasi yang selanjutnya disingkat UPG adalah unit adhoc di lingkungan Kementerian Perindustrian yang melaksanakan pengendalian Gratifikasi; Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian. BAB II PENCEGAHAN GRATIFIKASI Pasal 2 Seliap Gratifikasi yang diterima oleh Pegawai dalam bentuk uang, barang, dan atau jasa yang berhubungan dengan jabatannya dan/atau berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya dalam tugas kedinasan atau di luar tugas kedinasan wqjib dilaporkan.

Pasal 3 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dikecualikan terhadap: a. terkait dengan tugas kedinasan, meliputi: 1. pemberian pihak ketiga berupa seminar kits, sertifikat, plakat/cinderamata, dan bentuk hidangan I sajianljamuan seperti makanan dan minuman yang berlaku umum dalam kegiatan resmi kedinasan seperti rapat, seminar, utorkshop, konferensi, pelatihan, atau kegiatan lain sejenis; dan 2. pemberian pihak ketiga yang berupa kompensasi yang diterima terkait kegiatan kedinasan, seperti honorarium, transportasi, akomodasi, dan pembiayaan lainnya sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai standar biaya yang berlaku di instansi penerima, sepanjang tidak terdapat pembiayaan ganda, tidak terdapat konflik kepentingan, atau tidak melanggar ketentuan yang berlaku di Kementerian Perindustrian ; b. terkait dengan tugas di luar kedinasan, meliputi: 1. pemberian karena hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus atau dalam garis keturunan ke samping sepanjang tidak mempunyai konflik kepentingan dengan penerima gratifikasi; 2. pemberian pihak lain terkait dengan acara pernikahan, keagamaan, upacara adat, kelahiran, aqiqah, baptis, dan khitanan, dengan batas nilai paling tinggi Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) per pemberian per orang; 3. pemberian terkait dengan musibah atau bencana yang dialami oleh Pegawai atau bapak/ibu/mertua/suami/istri/anak dari Pegawai dengan batasan nilai keseluruhan paling tinggi Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per pemberian per orang; 4. pemberian hadiah antar sesama pegawai dalam, rangka pisah sambut, pensiun, dan promosi jabatan yang tidak dalam bentuk uang paling tinggi Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) per pemberian per orang; 5. hadiah langsung ldoor prizelundian, diskon/rabat, uoucher, point reward, atau cinderamataf souuenir, yang berlaku secara umu.m; 6. prestasi akademis atau non akademis (kejuaraan/perlombaan/kompetisi) yang diikuti dengan biaya sendiri; 7. hidangan atau sajian yang berlaku umum;

8. keuntungan/bunga dari penempatan dana, investasi atau kepemilikan saham pribadi yang berlaku secara umum; dan/atau 9. Penerimaan lainnya yang diperoleh dari pihak yang tidak mempunyai konflik kepentingan dengan penerima gratifikasi, dan tidak berhubungan dengan jabatan, serta tidak berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya. Pasal 4 Pegawai yang menolak penerimaan Gratifikasi, wajib melaporkan kepada UPG untuk menghindari adanya risiko yang melekat di kemudian hari terhadap para pihak. BAB III UNIT PENGENDALIAN GRATIFIKASI Pasal 5 (1) Pengendalian dan pencegahan Gratifikasi di lingkungan Kementerian Perindustrian dilaksanakan oleh Menteri. (2) Dalam melakukan pengendalian dan pencegahan Gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri membentuk UPG. (1) UPG meliputi: Pasal 6 a. UPG Kementerian Perindustrian; b.upg Unit Utama; dan c. UPG Unit Pelaksana Teknis. (2) UPG Kementerian Perindustrian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan oleh Tim yang ditetapkan Menteri. (3) UPG Unit Utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan oleh Tim yang ditetapkan Sekretaris ienderal/inspektur Jenderal/ Direktur Jenderal/ Kepala Badan. (4) UPG Unit Pelaksana Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan oleh Tim yang ditetapkan Kepala/ Direktur Unit Pelaksana Teknis. (5) Susunan keanggotaan UPG Kementerian Perindustrian sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.

Pasal 7 Kementerian Perindustrian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a bertugas sebagai unit yang melaksanakan analisa, pelaporan, monitoring dan evaluasi kepada Komisi Pemberantasan Korupsi terkait adanya Gratifikasi. (1) UPG (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), UPG Kementerian Perindustrian mempunyai fungsi sebagai berikut: a. menerima pelaporan Gratifikasi dari UPG Unit Utama dan UPG Unit Pelaksana Teknis; b. melakukan analisis pemrosesan setiap laporan Gratifikasi yang diterima; c. melakukan konfirmasi langsung atas laporan Gratifikasi kepada pelapor yang terkait dengan kej adian penerimaan / pemberian Gratifikasi; d. menentukan dan memberikan rekomendasi atas penanganan dan pemanfaatan Gratifikasi yang Tidak Dianggap Suap terkait kedinasan; e. melakukan koordinasi, konsultasi dan suratmenjrurat dengan Komisi Pemberantasan Korupsi atas nama Kementerian Perindustrian; f. memantau tindak lanjut atas rekomendasi dan pemanfaatan Gratifikasi yang diberikan oleh UPG Unit Utama dan UPG Unit Pelaksana Teknis atau Komisi Pemberantasan Korupsi; g. meminta data dan informasi kepada unit kerja tertentu dan Aparatur Kementerian Perindustrian terkait pemantauan penerapan program pengendalian Gratifikasi; h. memberikan rekomendasi tindak lanjut kepada Inspektorat Jenderal, dalam hal terjadi pelanggaran Peraturan Menteri ini oleh Aparatur Kementerian Perindustrian; dan i. melaporkan hasil penanganan pelaporan Gratifikasi di lingkungan Kementerian Perindustrian kepada ' Menteri dan Komisi Pemberantasan Korupsi. Pasal 8 (1) UPG Unit Utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b bertugas sebagai penerima laporan Gratifikasi dari Aparatur Kementerian Perindustrian di lingkungan kerjanya dan melakukan klarifikasi serta mengumpulkan berkas terkait adanya Gratifikasi.

2l Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), UPG Unit Utama mempunyai fungsi sebagai berikut: a. menerima pelaporan Gratifikasi dari Aparatur Kementerian Perindustrian di lingkungan kerjanya; b. melakukan konfirmasi langsung atas laporan Gratifikasi kepada pelapor yang terkait dengan kejadian penerimaan/ pemberian Gratifikasi; c. melaporkan rekapitulasi setiap laporan Gratifikasi yang diterima disertai data/berkas kepada UPG Kementerian Perindustrian ; d. menindaklanjuti rekomendasi dari UPG Kementerian Perindustrian atau Komisi Pemberantasan Korupsi dalam penanganan dan pemanfaatan Gratifikasi; e. memantau tindak lanjut atas rekomendasi dan pemanfaatan Gratifikasi yang diberikan oleh Kepala UPG Kementerian Perindustrian atau Komisi Pemberantasan Korupsi; f. memberikan rekomendasi tindak lanjut kepada Kepala UPG Kementerian Perindustrian dalam hal terjadi pelanggaran Peraturan Menteri ini oleh Aparatur Kementerian Perindustrian di Iingkungan kerjanya; dan g. melaporkan hasil penanganan pelaporan Gratifikasi di lingkungan kerjanya kepada Kepala UPG Kementerian Perindustrian. Pasal 9 1) UPG Unit Pelaksana Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c bertugas sebagai penerima laporan Gratifikasi dari Aparatur Kementerian Perindustrian di lingkungan kerjanya dan melakukan klarifikasi serta mengumpulkan berkas terkait adanya Gratifikasi. 2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), UPG Unit Pelaksana Teknis mempunyai fungsi sebagai berikut: a. menerima pelaporan Gratifikasi dari Aparatur Kementerian Perindustrian di lingkungan kerjanya; b. melakukan konfirmasi langsung atas laporan Gratifikasi kepada pelapor yang terkait dengan kejadian penerimaan/pemberian Gratifikasi; c. melaporkan rekapitulasi setiap laporan gratifikasi yang diterima disertai data/berkas kepada UPG Kementerian Perindustrian dengan tembusan UPG Unit Utama yang menjadi pembinanya;

d. e. o b. menindaklajuti rekomendasi dari UPG Kementerian Perindustrian atau Komisi Pemberantasan Korupsi dalam penanganan dan pemanfaatan Gratifikasi; memantau tindak lanjut atas rekomendasi dan pemanfaatan Gratifikasi yang diberikan oleh Kepala UPG Kementerian Perindustrian atau Komisi Pemberantasan Korupsi; memberikan rekomendasi tindak lanjut kepada UPG Kementerian Perindustrian dalam hal terjadi pelanggaran Peraturan Menteri ini oleh Aparatur Kementerian Perindustrian di Iingkungan kerjanya dengan tembusan UPG Unit Utama yang menjadi pembinanya; dan melaporkan hasil penanganan pelaporan Gratifikasi di lingkungan kerjanya kepada UPG Kementerian Perindustrian dengan tembusan UPG Unit Utama yang menjadi pembinanya. BAB IV MEKANISME PELAPORAN GRATIFIKASI Pasal 10 (1) (21 (3) Pegawai melaporkan secara tertulis penerimaan Gratifikasi kepada Komisi Pemberantasan Korupsi melalui UPG. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara manual atau melalui media elektronik dengan mengisi formulir laporan gratifikasi sebagaimana format yang tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2l;, disampaikan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal penerimaan Gratifikasi. Pasal 1 1 (1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) wajib dicatat dan dilakukan reviu oleh UPG. (2) Reviu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. reviu atas kelengkapan laporan gratifikasi; dan b. reviu atas isi laporan gratifikasi. (3) Apabila diperlukan UPG dapat meminta keterangan kepada pihak pelapor terkait kelengkapan laporan.

Pasal 12 (1) UPG memfasilitasi penerusan laporan Gratifikasi kepada Komisi Pemberantasan Korupsi untuk ditetapkan status gratifikasinya. (2) UPG meneruskan laporan Gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Komisi Pemberantasan Korupsi dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal laporan gratifikasi diterima. Pasal L3 Hasil status gratifikasi yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi disampaikan kepada pelapor pada kesempatan pertama oleh UPG. Pasal 14. Apabila Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan status kepemilikan gratifikasi menjadi milik Negara, pelapor wajib menyerahkan Gratifikasi melalui UPG atau langsung kepada Komisi Pemberantasan Korupsi. """u.r" Pasal L5 (1) UPG wajib menyelenggarakan pendokumentasian seluruh proses pengendalian gratifikasi secara lengkap dalam bentuk lwrd copa maupun soft copg, mulai dari pelaporan gratifikasi hingga tindak lanjut hasil penetapan status gratifikasi. (2) UPG melaporkan kinerja pengendalian gratifikasi kepad.a Menteri sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali dan ditembuskan kepada KPK. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 16 Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku, Peraturan Menteri Perindustrian Nomor l9/m-ind lpe,rl2l2ols tentang Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Kemenierian Perindustrian dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal r./ Peraturan Menteri ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada : l. Para Eselon I di lingkung rn Kementerian Perindustrian; 2.Para Kepala UPT di lingkungan Kementerian Perindustrian; Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 Juli 2016 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SALEH HUSIN Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Perindustrian dan Organisasi, I anto

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 63/M-IND/PE,P./7 /2016 TANGGAL : 19 Juli 2016 SUSUNAN KEANGGOTAAN UNIT PENGENDALI GRATIFIKASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Penasehat Pengarah Penanggung Jawab Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota Sekretariat Menteri Perindustrian Pejabat Eselon I di Lingkungan Kementerian Perindustrian Inspektur Jenderal Sekretaris Inspektorat Jenderal Inspektur IV I. Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Il.Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri Pejabat Eselon II di Lingkungan Kementerian Perindustrian 1. Kepala Bagian Pemantauan Tindak Lanjut dan Evaluasi hasil Pengawasan Sekretariat In spelctorat Jenderal ; 2.Kepala Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan Sekretariat Inspektorat Jenderal; 3. Kepala Bagran Keuangan dan Umum Sekretariat Inspektorat Jenderal; 4. Kepala Bagran Kepegawaian dan Tata Usaha Sekretariat Inspektorat Jenderal. MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SALEH HUSIN Salinan sesuai dengan aslinya iat Jenderal

LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NoMoR : 63/M-IND/Pr,F./7 /2Ot6 TANGGAL : 19 Juti 2016 LAPORAN GRATIFIKASI PENGIRIM NAMA : ALAMAT : Kepada Yth. KPK/UPG Pusat/UPG UPT Jl... Kemenperin/UPG 1. Nama Lengkap 2. Tempat & Tanggal l,ahir 3. Jabatan/Golongan/Pa ngkat 4. Unit Kerja 5. Alamat Kantor NTK. 6. Alamat Rumah 7. Alamat Email 8. Telepon/HP a. Rumah b. Kantor :

C. HP Kodet) Jenis Penerimaan Uraianz) Harga/Nilai Nomoinal/Taksir Kode Peristiwa Penerimaan a) iii;,ts :+ riii.:till l,lli:l'll i Tempat dan Tanggal an3) Penerimaan s) Lainnya Nama 6) Pekerjaan dan Jabatan Alamat / Tlp / Faxs / Email Hubungan dengan pemeberiz) Alasan Pemberians) Kronologi Pemberian e)

Dokumen yang dilampirkanlo) : E ridak ada E Ada, Yaitu Catatan Tambahan (bila Perlu) tt) @ ini saya sampaikan dengan sebenar-benarnya. Apabila ada yang sengaja tidak saya laporkan atau saya laporkan kepada UPG Kemenperin/UPG Pusat/UPG UPT secara tidak benar, maka saya bersed.ia mempertanggungjawabkan secara hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan saya bersedia memberikan keterangan lebih lanjut. Pelapor 20...

PANDUAN PENGISIAN 1) Diisi dengan kode penerimaan : a) Uang; b) Barang; c) Rabat (diskon); d) Komisi e) Pinjaman tanpa bunga; f) Tiket Perjalanan;. g) Fasilitas Penginapan; h) Perjalanan Wisata; i) Pengobatan Cuma-Cuma; j) Fasilitas Lainnya. 2) Diisi uraian jenis penerimaan (bentuk, merk, tahun pembuatan, warna, d11). 3) Diisi nilai nominall taksiran nilai gratifikasi yang diterima (harga brosur/ internet/ perkiraan sendiri sesuai harga pasar / perkiraan appraisal. a) Diisi kode peristiwa penerimaan : a) Terkait pernikahanf keagamaanf acara adat; b) Terkait mutasi/promosi/pisah sambut; c) Terkait tugas pelayanan; d)terkait tugas non pelayanan; e) Terkait seminar/workshop I diklat; f) Tidak tahu; g) Lainnya (tuliskan pada kolom diatas). 5) Diisi lokasi (lokasi ruangan, gedung, alamat) dan tanggal penerimaan. 6) Diisi nama pemberi gratifikasi (perorangan/kelompok/badan usaha). 7) Diisi hubungan antara penerima dengan pemberi gratifikasi seperti mitra kerj a/ tem an f r ekanan / atas an f b aw ahan / sau dar a I dll. 8) Diisi alasan pemberian seperti ucapa terima kasih/ penghargaanf kebiasaaan/ dugaan lainnya.

9) Diisi dengan uraian kronologis penerimaan (runtutan kejadian penerimaan). 10) Diisi d.engan tanda "{" pada kolom yang sesuai dan sebutkan jika ada. 11) Diisi dengan catatan khusus seperti permintaan jaminan perlindungan, waktu dan tempat ketika dihubungi UPG Kemenperin/Pusat/UPT dan/atau KPK, dan hal khusus lain yang perlu disampaikan kepada UPG Kemenperin/Pusat /VW dan/atau KPK. MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, nd. SALEH HUSIN Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal rindustrian dan Organisasi,